17
Shares
/
FacebookTwitterGoogle+Email
hati.
Pada saat itu, lanjut Gonti, dokter mengatakan alasan
pemotongan itu kepada istrinya. "Setelah memotong,
dokter bilang sama istri saya, yang dipotong itu darah mati
makanya harus dibuang," kata Gonti di Kantor Komisi
Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Pasar Rebo,
Jakarta Timur, Rabu (10/4/2013).
Dari pengakuan istrinya, Gonti menirukan kalau dokter
Zaenal mengatakan jika tidak dibuang bisa menghambat
proses penyembuhan pada telapak tangannya yang
membengkak itu. "Jadi ini untuk mempercepat proses
penyembuhan," ujarnya.
Gonti menceritakan bagaimana istrinya yang kaget begitu
melihat si dokter memotong jari mungil anaknya begitu
saja. Istrinya saat itu hanya mengira kalau dokter hanya
akan melakukan pengecekan rutin karena setiap hari kulit
telapak tangan yang sudah menghitam dibersihkan
suster."Tapi ini kok tahu-tahu dokter memotong jari anak
saya pakai gunting," katanya.
Gonti sendiri pada 2 Maret 2013 sudah mengirim surat
pertanggungjawaban ke RS Harapan Bunda perihal
pembengkakan telapak tangannya. Dan pihak rumah sakit
merespons surat itu dengan membebaskan biaya
perawatan. "Habis itu, rumah sakit nyuruh saya bawa lagi
anak saya. Terus dirawat lagi dan dibebaskan dari biaya.
Sampai pada 31 Maret dilakukan pemotongan," ujarnya.
Yang membuat kesal Gonti, pemotongan itu dilakukan
tanpa persetujuan orangtua. Apalagi pemotongan
dilakukan bukan di ruang operasi. "Yang saya gondok,
dipotong tanpa izin. Sudah gitu bukan di ruang operasi.
Tanpa obat bius lagi. Istri saya yang melihat pemotongan
itu kaget," katanya.