SISTEM TRANSPORTASI
SUBWAY
(KERETA BAWAH TANAH)
Oleh:
AKHMAD DWIKO ALIANDRI
0810610027
Pendahuluan
Pembahasan
Kereta api bawah tanah adalah kereta api yang berjalan di bawah
permukaan tanah (subway). Kereta jenis ini dibangun dengan membangun
terowongan-terowongan di bawah tanah sebagai jalur kereta api. Dan tipe kereta
api yang digunakan adalah tipe kereta listrik . Umumnya digunakan pada kota kota
besar (metropolitan) seperti New York, Tokyo, Paris, Seoul dan Moskwa. Selain itu
ia juga digunakan dalam skala lebih kecil pada daerah pertambangan. Biaya yang
dikeluarkan sangat mahal sekali, karena sering menembus 20m di bawah
permukaan, dibawah bangunan maupun jalan,biayanya yaitu kurang lebih 7
(tujuh) kali lipat dari pada kereta permukaan. Misalnya kalau untuk membangun
dengan jarak yang sama untuk permukaan membutuhkan $ 10 juta, maka yang di
bawah tanah memerlukan $ 70 juta. Di Jepang pembangunan lintas subway telah
dimulai sejak tahun 1905.
Teknologi transportasi tersebut dapat diterapkan di Indonesia.Bahkan di
Jakarta rencananya akan dibangun subway segmen Dukuh Atas ke Kota dari
Proyek MassTransit Jakarta.Transportasi tersebut diharapkan dapat mengatasi
kemacetan dan mengurangi polusi dalam kota.Sebagai megapolitan yang dihuni
lebih 15 juta penduduk, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
(Jabodetabek) belum memiliki sistem angkutan umum massal cepat (mass rapid
transit-MRT) yang mumpuni. Untuk menampung 20 jutaan perjalanan dengan
kendaraan bermotor per hari, Jakarta baru memiliki MRT berjenis bus TransJakarta yang mengangkut 200 ribu penumpang per hari dan kereta api yang
mengangkut 100 ribu penumpang per hari. Kalau semua berjalan sesuai dengan
rencana, tahun depan dimulai konstruksi kereta bawah tanah (subway) yang
melayani koridor Utara-Selatan Jakarta.
Pembangunan subway yang pertama di Indonesia ini akan menemui
beberapa permasalahan strategis. Pertama, jalur yang terbatas antara Lebak Bulus
dan Dukuh Atas hanya mampu mengangkut maksimum 400 ribu orang per hari.
Layanan subway baru akan beroperasi 2014. Saat itu, diperkirakan, jumlah
kendaraan roda empat di Jakarta mencapai 4 juta dan roda dua lebih dari 10 juta.
Untuk itu, subwayjelas tidak akan dapat memecahkan persoalan transportasi
Jakarta tanpa diintegrasikan dengan berbagai moda transportasi lainnya, terutama
bus Trans-Jakarta dan KA komuter Jabodetabek. Di samping itu, fasilitas tempat
parkir, terutama di Lebak Bulus menjadi penting untuk menarik para pengguna
kendaraan pribadi pindah ke subway.
Kedua, fasilitas transfer penumpang di Dukuh Atas menjadi salah satu kunci
khususnya bagi para penumpang yang memiliki tujuan di sekitar koridor utama
Sudirman-Thamrin-Kota. Stasiun Dukuh Atas akan menjadi stasiun interkoneksi
antarmoda yang sangat strategis dan akan menjadi ikon transportasi di Jakarta. Di
titik itu akan berpotongan jalur-jalur busway, subway, waterway, railway(komuter
dan bandara), dan monorel. Untuk mencari desain yang optimal, sebaiknya desain
Prakiraan dampak dan identifikasi mereka yang akan terkena dampak perlu
dengan dilakukan saksama. Simulasi kondisi lalu lintas di sekitar koridor
subwaysaat konstruksi harus disampaikan secara terbuka kepada masyarakat.
Pengalaman pengerjaan koridor VIII-X buswayyang menyebabkan kekacauan lalu
lintas Jakarta diharapkan tidak terulang lagi. Informasi tentang lokasi-lokasi
konstruksi, lama waktu pengerjaan, dan jalur alternatif untuk menghindari
kemacetan akan menjadi kunci sukses dukungan masyarakat pada subway.
Kendala lain yang harus dihadapi dalam pembangunan transportasi ini
adalah dari segi keamanan,pasalnya jalur kereta bawah tanah (Mass Rapid
Transportation-MRT) yang akan dibangun di Jakarta beberapa tahun ke depan
dinilai rawan bencana dan menimbulkan kerusakan. Selain bencana alam,
gangguan yang mungkin timbul yakni kerusakan akibat sabotase maupun kelalaian
manusia. Hal tersebut terungkap dalam diskusi mengenai terowongan dan
konstruksi bawah tanah (Tunnel & Underground Construction) di Jakarta, Rabu
(30/9).
Menurut Claude Berenguier, Sekretaris Jenderal International Tunneling
Association (ITA), lembaga konsultan teknik nirlaba internasional, risiko bencana
yang kerap muncul dalam proyek terowongan bawah tanah seperti MRT yakni
gempa dan banjir. Ia mencontohkan peristiwa yang terjadi di Kobe, Jepang, di
mana efek gempa amat terasa di jalur kereta bawah tanah kota itu.
"Dari situ terlihat, faktor risiko apa yang harus diambil para operator
terowongan," ujar dia.
Direktur Eksekutif ITA Olivier Vion menambahkan, pembangunan
terowongan bawah tanah bahkan kerap menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan antara lain kerusakan akibat konstruksi yang tak bisa terbaharui
(ireversible), pengaruh buruk pada sumber air tanah serta memberi efek geologis.
"Bahkan ada efek kerusakan arkeologi atau cagar budaya yang mungkin
tersimpan di kedalaman tanah," kata dia.
Untuk itu, keduanya menekankan pentingnya faktor pengamanan dalam
pembangunan jalur MRT. Selain penggunaan teknik konstruksi yang sinergis
dengan alam dan tahan bencana, keberadaan peralatan pengamanan dianggap
penting dalam proyek pembangunan MRT.Rentannya jalur terowongan MRT akan
bencana diakui oleh Tribudi Rahardjo, Direktur Utama PT Mass Rapid Transit
Jakarta. Menurut dia, kondisi geologis Jakarta menimbulkan kerawanan tersendiri
seperti bahaya gempa dan banjir.
Namun terdapat pula keuntungan dari dibangunnya system subway, salah
satu langkah yang jelas bisa dilakukan adalah efisiensi dalam pemakaian BBM.
Salah satu hal sebagai contohnya adalah Amerika yang telah mengadakan riset dan
penelitian tentang efisiensi, baik di kalangan rumah tangga atau industri. Di
Amerika, saving energi dengan efisiensi ini bisa mencapai lebih dari 25%. Jadi,
hasilnya adalah signifikan sekali bila efisiensi energi dilakukan.
Selain itu juga sebetulnya sudah saatnya layak ada subway untuk
mengurangi kondisi traffic jam di, terutama di Jakarta. Karena hal ini berdampak
pada efisiensi terkurasnya BBM pada kondisi kemacetan lalu-lintas.Dan juga dapat
mengurangi masalah polusi dan dapat mengurangi pemanasan global
Penutup
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari teknologi subway ini adalah bahwa
jenis transportasi ini dapat diterapkan di Indonesia,namun terdapat kendala dalam
penerapannya.Yang pertama dari segi alam,karena pembangunan subway di masa
mendatang dinilai rawan oleh bencana gempa dan banjir,dan pembangunan
tersebut akan memberikan efek geologis.Yang kedua,kendala dating dari segi
pembiayaan,karena biaya yang dikeluarkan akan sangat besar,baik untuk
pembangunan terowongan dan stasiun kereta bawah tanah,dan juga untuk biaya
perawatan kereta dan perawatan jalur subway.Tetapi dari itu semua dapat diambil
keuntungan ,yaitu berkurangnya kemacetan dan polusi dengan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor.
Saran
Sebaiknya system transportasi subway ini segera diterapkan di
Indonesia.Karena transportasi ini menggunakan tenaga listrik,maka tidak akan
menambah polusi gas kendaraan bermotor diudara.Dan dapat meningkatakan
efisiensi perjalanan dari satu tempat ketempat lain karena transportasi ini terkenal
karena ketepatan waktunya.
Sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/Proyek_MassTransit_Jakarta- Wikipedia
online ensiklopedia
http://www.koranindonesia.com/2008/04/14/subway-jakarta-2014/
Koran Indonesia
http://www.tempointeraktif.com/share/?
act=TmV3cw==&type=UHJpbnQ=&media=bmV3cw==&y=JEdMT0
JBTFNbeV0=&m=JEdMT0JBTFNbbV0=&d=JEdMT0JBTFNbZF0=
&id=MjAwMDE0
Tempo Interaktif Online
http://www.kamusilmiah.com/teknologi/jakarta-perlu-subway/
Kamus Ilmiah