Anda di halaman 1dari 85

Anatomi Rongga Panggul

Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh


apertura pelvis superior (pintu atas panggul, PAP),
dibentuk oleh :

Pintu keluar panggul disebut apertura pelvis


inferior (pintu bawah panggul, PBP), merupakan
dua segitiga yang bersekutu pada alasnya (pada
garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadica)
Diameter anteroposterior pintu atas panggul
(conjugata interna, conjugata vera)(CV 12 cm)

Jarak antara promontorium os sacrum sampai tepi


atas symphisis os pubis. Tidak dapat diukur secara
klinik pada pemeriksaan fisis. Secara klinik dapat
diukur conjugata diagonalis, jarak antara
promontorium ossacrum dengan tepi bawah symphisis
os pubis, melalui pemeriksaan pelvimetri pervaginam.

Diameter transversa pintu atas panggul( 13,5 cm)

promontorium os sacrum di bagian posterior


linea iliopectinea (linea terminalis dan pecten ossis
pubis) di bagian lateral
symphisis os pubis di bagian anterior

Diameter terpanjang kiri-kanan dari pintu atas


panggul. Bukan sungguh "diameter" karena tidak
melalui titik pusat pintu atas panggul.

Diameter obliqua pintu atas panggul

Jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi sampai tonjolan


pektineal sisi kontralateralnya (oblik/menyilang).

Diameter / distantia interspinarum pada rongga


panggul( 10,5 cm)

Diameter anteroposterior pintu bawah panggul (


7,5 cm)

Jarak antara ujung os coccygis sampai pinggir bawah


symphisis os pubis.

Diameter transversa pintu bawah panggul ( 10,5


cm)

Jarak antara kedua ujung spina ischiadica kiri dan


kanan.

Jarak antara bagian dalam dari kedua tuberositas os


ischii.

Diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul

Jarak antara bagian tengah diameter transversa


sampai ke ujung os sacrum.

Hukum Naegele
Contoh

Tgl

Bln

Thn

HPHT (Hari

13

06

2012

+7

-3

+1

20

2013

+14

-3

+1

Pertama Haid
Terakhir)

Siklus 28 hari

Untuk Siklus 35

Hari

Hari Pertama Haid Terakhir


Saat persalinan tergantung
pada saat ovulasi. Karena
saat ovulasi ditentukan oleh
lamanya siklus, hukum
Naegele hanya berlaku
untuk siklus +28 Hari.
Jika siklusnya panjang,
ovulasi terjadi lebih jauh
dari hari pertama haid
terakhir dan persalinan juga
akan jadi lebih jauh dari
haid terakhir

Obstetri Fisiologi FK UNPAD, 2011

I. Hamil atau Tidak


Tanda-tanda kehamilan dibagi :
a. Tanda-tanda pasti
b. Tanda-tanda mungkin
Tanda-tanda pasti :
Mendengar BJA
Melihat, meraba atau mendengar pergerakan
anak oleh pemeriksa
Melihat rangka janin

Tanda-tanda mungkin :
Pembesaran, perubahan
bentuk & konsistensi rahim
Perubahan pada serviks
Kontraksi Braxton Hicks
Balotemen
Meraba bagian anak
Pemeriksaan biologis
Pembesaran perut
Keluarnya kolostrum

Hiperpigmentasi
Tanda Chadwick
Amenore
Mual-muntah
Ibu merasa
pergerakan anak
Sering kencing
Perasaan dada berisi
& agak nyeri

TANDA-TANDA
KEHAMILAN
Tanda pasti :

1. Terdengarnya
denyut
jantung janin melalui
auskultasi/ Doppler.
2. Gerak
janin
yang
dirasakan ibu mulai usia
gestasi 16-20 minggu
3. Gambaran USG yang
mengkonfirmasi adanya
kehamilan

Tanda Tidak Pasti

1. Amenorhea
2. Perubahan
payudara
dan puting (tegang,
membesar dan sensitif)
3. Hiperpigmentasi
kulit
(kloasma
gravidarum,
linea nigra,
4. Pembesaran uterus
5. Mual muntah/ morning
sickness
6. Fatique

TANDA LAINNYA:
-

Tanda Chadwick:
kebiruan pada vulva,
vagina dan serviks.
Tanda Goodell:
perubahan konsistensi
serviks
Tanda Hegar:
pelunakan dan
kompresibilitas ismus
serviks
Tanda Piskacek:
pembesaran uterus
yang asimetris
Kontraksi Braxton
Hicks: terjadi akibat
peregangan
miometrium karena
pembesaran uterus;

Antenatal care
Dokter/ bidan
Minimal 4 kali: (trim. I 1x,
trim. II 1x dan trim III 2x),
termasuk minimal 1 kali
kunjungan diantar suami
atau keluarga ke dokter

Identifikasi dan Riwayat Kesehatan


Data umum pribadi
Keluhan saat datang
Riwayat haid
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan saat ini
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit ibu
Riwayat operasi
Riwayat KB, imunisasi, menyusui

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum (tanda vital, TB, BB,
jantung paru, payudara, dsb)
Pemeriksaan abdomen (inspeksi,
palpasi, auskultasi)
Pemeriksaan Obstetri (Leopold)
Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Hb, MCV, Gol. darah, hitung jenis,
GDS, HbsAg, HIV/ VDRL, antibodi Rubella, urinalisis,
feses lengkap) dan USG

Bidang Hodge dan Letak Janin


Hodge
Bidang Hodge I
: Bidang
pintu atas panggul, dengan batas
tepi atas simfisis.
Bidang Hodge II
: Bidang
sejajar H-I setinggi tepi bawah
simfisis
Bidang Hodge III
: Bidang
sejajar H-I setinggi spina
ischiadica
Bidang Hodge IV
: Bidang
sejajar H-I setinggi ujung bawah
os coccygis

Hubungan fetus dengan jalan lahir


Habitus

Situs
Sumbu tubuh fetus dibandingkan dengan
sumbu tubuh ibu

Letak memanjang
Letak melintang
Letak oblik

Presentasi
Bagian terbawah janin

Fleksi mengikuti jalan lahir

Memanjang: kepala, bokong


Melintang/oblik: bahu, punggung

Posisi
Hubungan antara bagian tertentu fetus
(ubun-ubun kecil, dagu,mulut, sakrum,
punggung) dengan bagian kiri, kanan,
depan,belakang, atau lintang, terhadap jalan
lahir

Faktor-Faktor dalam Persalinan


Power
: His (kontraksi ritmis otot polos
uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
Passage
: Keadaan jalan lahir
Passenger
: Keadaan janin (letak,
presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak
kelainan anatomik mayor)
P lainnya : Psychology, physician, position

Fase Persalinan

Kala 1

Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3


cm sampai 4 cm.
Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam),
pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9
cm sampai lengkap (+ 10 cm).

His
: Diukur dalam 10 menit.
Amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik

Kala 2

Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3


cm (8 jam).
Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai
lengkap (+ 10 cm)

Dimulai pada saat pembukaan serviks telah


lengkap, berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap.
Vulva terbuka, perineum menonjol, tekanan
pada anus, kepala pada introitus vagina
His
: Amplitudo 60 mmHg,
frekuensi 3-4 kali / 10 menit

Kala 3

Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap,


berakhir dengan lahirnya plasenta.
His
: Amplitudo 60-80 mmHg,
frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun

Kala 4

Sampai dengan 1 jam postpartum.

Masalah kala I:
Gangguan His/ Power:
Inersia uteri persalinan
lama
Kontraksi uterus hipertonik
Inkoordinasi kontraksi uterus
Gangguan Passage
Disproprosi kepala-panggul
Gangguan Passenger
Malposisi, malpresentasi
Disproporsi kepala-panggul

Masalah kala II:


Distosia Bahu
Kala II lama

Masalah kala III:


Retensio Plasenta

Masalah kala IV:


Perdarahan Post Partum
Atonia uteri (Tone)
Robekan (Tissue)
Jaringan (Tissue)
Faktor koagulasi
(thrombin)

Manuever Mac Roberts

Maneuver ini terdiri dari melepaskan


kaki dari penyangga dan melakukan
fleksi sehingga paha menempel pada
abdomen ibu. Tindakan ini dapat
menyebabkan sacrum mendatar,
rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut
inklinasi. Meskipun ukuran panggul
tak berubah, rotasi cephalad panggul
cenderung untuk membebaskan bahu
depan yang terhimpit.
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta
mendekatkan paha ibu pada
abdomen sebaaimana terlihat pada
(panah horisontal). Asisten
melakukan tekanan suprapubic
secara bersamaan (panah vertikal)

Induksi Persalinan
Stimulasi tanda-tanda persalinan dari sebelumnya tidak ada menjadi ada
Indikasi: Adanya gawat janin atau gawat maternal
Metode:
Surgikal
Melepaskan / memisahkan selaput kantong ketuban dari segmen bawah uterus (stripping)
Manual (jari tengah/telunjuk)
Foley cathether

Memecahkan selaput kantong ketuban (amniotomi)

Obat-obatan: Spartein sulfat, prostaglandin (misoprostol), oksitosin

Pelvic Score/Bishops Score

UTEROTONIKA

1.Network SMaNC. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guideline. Primary postpartum
haemorrhage. Queensland: Queensland Government; 2012.

Gangguan Persalinan

Persalinan dengan Vakum


Indikasi:
persalinan sulit dengan ibu masih bisa mengedan
Syarat:

presentasi belakang kepala/ vertex


janin aterm
pembukaan lengkap
kepala di H III-IV

Komplikasi
Janin: edema scalp, (hilang 1-2 hari), sefal hematom
(hilang 3-4 minggu), aberasi dan laserasi kulit kepala serta
perdarahan intrakranial (sangat jarang).
Ibu: robekan jalan lahir

Perdarahan Antepartum
Perdarahan Antepartum

< 28 minggu

Abortus

Mola hidatidosa

TFU > UK
Massa seperti mata ikan
USG: Honeycomb / snowstorm
appearance

>28 minggu

KET

Plasenta previa

Painless
Plano test (+)

Causeless

Nyeri goyang serviks (+)

Recurrence

Darah merah segar

Solutio plasenta

Riw. trauma (+)


Nyeri (+)

Darah kehitaman

Abortus

Tatalaksana
Abortus imminens: Tirah baring dan pil progesteron
Abortus insipiens dan inkomplit: Evakuasi dengan kuretase (kuretase tajam maupun kuretase
hisap/suction) atau dilakukan histerektomi jika pasien sudah tidak menghendaki untuk
memiliki keturunan.

Mola Hidatidosa
Klinis:
Ukuran uterus yang lebih
besar dibanding usia
kehamilannya
Kadar beta-hCG yang amat
tinggi (Menyebabkan HEG,
hipertensi, dan proteinuria)
Adanya benjolan karena kista
theca lutein ovarium
Perdarahan, dengan riwayat
keluar jaringan seperti mata
ikan
USG: gambaran sarang lebah/
honeycomb ataupun
gambaran menyerupai badai
salju/ snowstorm

Tatalaksana
Evakuasi mola dengan
kuretase (kuretase tajam
maupun kuretase hisap/
suction) atau dilakukan
histerektomi jika pasien
sudah tidak menghendaki
untuk memiliki keturunan.
Lakukan pemeriksaan -HCG
ulang, jika tetap tinggi setelah
kuretase > Choriocarcinoma
Kemoterapi pada tahap awal
biasanya dilakukan secara
profilaksis dengan
aktinomisin D.

TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala mola hidatidosa,
terutama mola hidatidosa komplit cukup
khas dan beragam antara lain:
Ukuran uterus yang lebih besar
dibanding usia kehamilannya
Kadar beta-hCG yang amat tinggi
Hiperemesis gravidarum
Hipertensi dan proteinuria (menyerupai
kondisi preeklamsia, namun pada usia
kehamilan muda)
Adanya benjolan karena kista theca lutein
ovarium
Tanda-tanda abortus (perdarahan/
spotting)
Mola hidatidosa parsial biasanya hanya
mengalami gejala seperti abortus di mana
ditemukan perdarahan dan kontraksi
uterus, namun sangat jarang
menunjukkan tanda dan gejala mola
hidatidosa komplit.

Karakteristik

Mola Komplit

Mola Parsial

Jaringan
Embrionik/
Fetal

Tidak
ditemukan

Ditemukan,
tidak
sempurna

Pembengkakan Difus
hidatidiform vili
korionik

Fokal

Hiperplasi
tropoblas

Difus

Fokal

Scalloping
korionik

vili Tidak
ditemukan

Ditemukan

Inklusi stroma Tidak


tropoblas
ditemukan

Ditemukan

Ultrasonografi
Mola Komplit
Ditemukan gambaran sarang
lebah/ honeycomb ataupun
gambaran menyerupai badai
salju/ snowstorm (lihat
gambar) yang merupakan
karakteristik pembengkakan
vili korionik yang difus dan
vesikuler.
Mola Parsial
Ditemukan gambaran kistik
pada jaringan plasenta dan
pemanjangan diameter
transversa dari kantong
gestasional.

Kehamilan Ektopik Terganggu


Klinis:
Nyeri Abdomen (95%),
perdarahan abnormal, 1
dari 4 KET terjadi
menstruasi
Perubahan asimetris
Uterus, terjadi pembesaran
pada sisi uterus yang
mengalami KET
Kuldosintesis (+), terdapat
darah pada kavum douglas
Shock

Tatalaksana
Manajemen Awal
Bedah: evakuasi dengan
laparotomy atau dilakukan
histerektomi jika pasien
sudah tidak menghendaki
untuk memiliki keturunan.

Plasenta Previa
Letak plasenta yang abnormal,
yaitu pada segmen bawah
uterus, sehingga dapat
menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir (pada
keadaan normal, plasenta
terletak di bagian fundus atau
segmen atas uterus). Dapat
terjadi bila keadaan
endometrium kurang baik.
Plasenta tumbuh luas hingga
menutupi atau dekat ostium
internum, misalnya pada
multipara (dengan jarak
kehamilan pendek), mioma
uteri, kuretase berulang.

Klinis:

Painless, causeless, recurrence


Darah berwarna merah segar
Bagian depan tinggi
Pada pemeriksaan dalam
teraba jaringan placenta, dapat
terjadi robekan selaput
marginal

Tatalaksana
Evakuasi

SC

Pembagian :
1. Plasenta previa totalis :
Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
(lebih sering terjadi)
2. Plasenta previa lateralis :
Hanya sebagian ostium tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis :
Hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan
plasenta

Letak plasenta normal

Plasenta let. rendah

Plasenta previa lateralis

Plasenta previa totalis

plasenta previa totalis


perdarahan >>> !!!

Plasenta previa marginalis


Plasenta

serviks

Derajat pembukaan pada plasenta


previa
Marginal

Lateral
Pembukaan >

Pembukaan

Perdarahan
Amnion

Segmen bawah
Serviks
Perdarahan

Solusio Plasenta
Pelepasan sebagian atau seluruh
placenta yang normal
implantasinya antara minggu
ke22 sampai lahirnya anak
Klinis:
Nyeri abdomen, dapat disertai
perdarahan atau tidak.
Palpasi sukar karena abdomen
terus menerus tegang dan adanya
nyeri tekan. Fundus uteri lamalama menjadi naik.
Rahim keras seperti papan.
Anemi dan syok, beratnya anemi
dan syok sering tidak sesuai
dengan banyaknya darah yang
keluar.
Pada toucher teraba ketuban yang
tegang terus-menerus karena isi
rahim bertambah.
Darah berwarna merah
tua/kehitaman.

Tatalaksana
Evakuasi

SC

Vasa Previa
Letak vasa yang abnormal, yaitu
pada segmen bawah uterus.
Klinis:
Perdarahan per vaginam, merah
segar dan tidak nyeri
DJJ lambat atau tidak beraturan
Pembuluh janin dapat terpalpasi
pada pemeriksaan vagina

Tatalaksana
Evakuasi

SC

Derajat Solusio Plasenta

1. Ringan :
- Perdarahan keluar kurang dari 100-200 cc
- Uterus tidak tegang
- Belum ada tanda renjatan
- kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
2. Sedang
- Perdarahan lebih dari 200 cc
- Uterus tegang
- Teradapat tanda renjatan
- Gawat janin atau mati
- Kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%
3. Berat
- Uterus tegang dan kontaksi tetanik
- Terdapat renjatan
- Janin biasanya sudah mati

Perdarahan tersembunyi

Perdarahan keluar

Perdarahan Post Partum


Definisi Lama
Kehilangan darah > 500 mL setelah
persalinan pervaginam
Kehilangan darah > 1000 mL
setelah persalinan sesar (SC)

Definisi Fungsional
Setiap kehilangan darah yang
memiliki potensial untuk
menyebabkan gangguan
hemodinamik

Etiologi
Tone
Atoni
uterus
Tissue
Sisa
plasenta/bekuan
Trauma
laserasi,
ruptur, inversio
Thrombin
koagulopati

GEJALA DAN TANDA

TANDA DAN GEJALA LAIN

DIAGNOSIS KERJA

GEJALA DAN TANDA

TANDA DAN GEJALA LAIN

DIAGNOSIS KERJA

Uterus
tidak
berkontraksi
dan Syok
Atonia uteri
lembek Perdarahan segera setelah Bekukan darah pada serviks atau
anak lahir
posis terlentang akan menghambat
aliran darah ke luar
Darah segar yang mengalir segera Pucat
setelah bayi lahir
Lemah
Uterus kontraksi dan keras
Menggigil
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir setelah
menit
Perdarahan segera (P3)
Uterus berkontraksi dan keras

30 Tali pusat putus akibat


berlebihan
Inversio uteri akibat tarikan
Perdarahan lanjutan

Plasenta atau sebagian selaput Uterus berkontraksi tetapi


(mengandung pembuluh darah) tidak fundus tidak berkurang
lengkap
Perdarahan segera (P3)
Uterus tidak teraba
Lumen vagina terisi masa
Tampak tali pusat (bila
belum lahir)

Neurogenik syok
Pucat dan limbung

Robekan jalan lahir

traksi Retensio plasenta

tinggi Tertinggalnya sebagian plasenta


atau ketuban

Inversio uteri

plasenta

Sub-involusi uterus
Anemia
Nyeri tekan perut bawah dan pada Demam
uterus
Perdarahan
Lokhia mukopurulen dan berbau

Endometristis atau sisa fragmen


plasenta (terinfeksi atau tidak)
Late postpartum hemorrhage
Perdarahan postpartum sekunder

Atonia Uteri
Miometrium tidak
berkontraksi Uterus
menjadi lunak dan
pembuluh darah pada
daerah bekas
perlekatan plasenta
terbuka lebar. Penyebab
tersering perdarahan
postpartum
Tatalaksana

Medikamentosa Atonia Uteri


Jenis dan Cara

Oksotosin

Ergometrin

misoprostol

Dosis dan cara


pemberian awal

IV : 20 unit dalam 1 L IM atau IV


larutan garam
(lambat):0,2mg
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM: 10 unit

Dosis lanjutan

IV: 10 unit dalam 1 L


larutan garam
fisiologis dengan 40
tetes/menit

Ulangi 0,2 mg IM
400 mg 2 4 jam
setelah 15 menit.
setelah dosis awal
Bila masih diperlukan
beri IM/IV setiap 2 -4
jam

Dosis maksimal per


hari

Tidak lebih dari 3 L


larutan dengan
oksitosin

Total 1 mg atau 5
dosis

Total 1200 mg atau 3


dosis

Indikasi kontra atau


hati - hati

Pemberian IV secara
cepat atau bolus

Preeklamsi, vitium
kordis, hipertensi

Nyeri kontraksi asma

Oral atau rectal 400


mg

Perlukaan jalan lahir (Tear)


Robekan perineum
Tingkat I
: robekan hanya
pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai
kulit perineum
Tingkat II
: robekan
mengenai selaput lendir
vagina dan otot perinei
transversalis, tetapi tidak
mengenai sfingter ani
Tingkat III : robekan
mengenai seluruh perineum
dan otot sfingter ani
Tingkat IV : robekan sampai
mukosa rektum

Retensio Plasenta (Tissue)


Plasenta yang belum lahir
dalam setengah jam setelah
janin lahir
Karena kontraksi rahim kurang
kuat untuk melepaskan
plasenta disebut plasenta
adhesiva.
Karena villi korialisnya
menembus desidua sampai
miometrium disebut plasenta
akreta
karena terhalang oleh
lingkaran konstriksi di bagian
bawah rahim disebut plasenta
inkarserata
Tatalaksana
plasenta manual
ergometrin 0,2mg IM

Perlukaan Jalan Lahir

Perdarahan Uteri Disfungsional

Perdarahan tanpa adanya penyebab organik yang ditemukan


Penyebab:
DUB anovulasi (~90% kasus)
Disfungsi aksis hipothalamus-thalamus-ovarium anovulasi progesteron tidak
dihasilkan proliferasi endometrium perubahan vaskular endometrium &
penurunan prostaglandin perdarahan
DUB ovulasi
Akibat dilatasi vaskular endometrium

Perdarahan Uteri

Hiperplasia endometrium
Penebalan endometrium akibat
penambahan/pembesaran kelenjar
endometrium, merupakan prekursor
dari keganasan endometrium.
Dicurigai pada wanita pasca
menopause (50-60 thn) dengan
perdarahan uterus yang banyak,
lama, dan sering (<21 hari) atau
perdarahan uterus yang tidak teratur
pada wanita menopause, atau
menjelang menopause.
Setelah disingkirkan adanya
keganasan
Myoma uteri
Neoplasma jinak otot polos yang
berasal dari myometrium dengan
gejala klinis adanya perdarahan per
vaginam, menorrhagia, dismenore,
dan infertilitas

Endometriosis
Kelainan ginekologi jinak di mana
terdapat kelenjar endometrium dan
stroma di luar lokasi kavum uteri.
Endometriosis di myometrium
dinamakan adenomyosis
Klinis: Nyeri yang sangat hebat saat
menstruasi
Tatalaksana: bedah, Nonbedah Gonadotropin-releasing
hormone agonists, Danazol,
Norethindrone, Gestrinone

Hiperemesis Gravidarum

Mual, muntah pada ibu hamil disebut


sebagai emesis gravidarum. Jika mual
muntah hebat sampai mengganggu
aktifitas disebut sebagai hieremesis
gravidarum
Dialami pada trimester pertama,
mulai minggu ke-6, dan menghilang
sendiri pada akhir minggu ke-12
Etiologi
:
Peningkatan kadar BhCG, faktor
psikologik
Predisposisi
: Primigravida, mola
hidatidosa, kehamilan ganda.
Mual muntah dehidrasi
elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, peningkatan
aseton darah kerusakan liver

Grade
Tingkat 1: lemah, napsu makan, BB,nyeri
epigastrium, nadi,turgor kulit berkurang,TD
sistolik, lidah kering, mata cekung.
Tingkat 2: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering
dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu
sedikit , oliguria, aseton
tercium dalam
hawa pernafasan.
Tingkat 3: KU lebih lemah lagi, muntah-muntah
berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi lebih cepat, TD
lebih turun.
Komplikasi: Ensefalopati Wernicke: nystagmus,
diplopia, perubahan mental, ikterik
Tatalaksana
Rawat inap di RS, rehidrasi IV dengan cairan NaCL
atau RL
Penghentian makanan per oral selama 24-48 jam,
pemberian antiemetik
Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium,
pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan.
Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan
lemak.
Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin
100 mg diberikan sebelum pemberian cairan
dekstrosa.
Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat
mentoleransi cairan per oral dan didapatkan
perbaikan hasil labor

Kontrasepsi

Kontrasepsi

Tanpa Alat

Koitus
Interuptus

Dengan Alat

Metode
Kalender

Mekanik
Hormonal

AKDR

Kondom

Metode KB
Alamiah
Pantang Berkala (Rhythm Method), OginoKnaus
Daur menstruasi
Wanita daur haidnya relatif teratur, masa
subur : 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir
24 jam setelah ovulasi. (H-2 sampai H+1)
Kegagalan : terutama apabila wanita yang
memiliki siklus haid yang tidak teratur

Coitus Interruptus (Sanggama Terputus)


senggama terputus atau dalam artian penis dikeluarkan dari
vagina sesaat seblum ejakulasi terjadi cairan sperma tidak
akan masuk kedalam rahim pembuahan.
Metode Suhu
menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun, dan sekitar
24 jam setelah ovulasi, suhu basal badan akan naik kembali
lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi
Metode Mukus Servikal (Metode Billings)
mendekati masa ovulasi,mukus menjadi relatif bening dan
sangat licin (seperti putih telur), dan dapat diregangkan di
antara kedua jari (spinnbarkeit)

Amenorhea Laktasi (Lactational Ammenorhea


Method / LAM
sangat efektif,
dapat langsung dimulai postpartum,
memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif,
memfasilitasi transisi untuk penggunaan
kontraseptif yang modern,
menjaga kontraksi uterus,
membina hubungan baik ibu-anak, nutrisi sehat
untuk bayi,
meningkatkan tumbuh kembang bayi,
non-invasif dan tidak memiliki efek samping

Metode KB Barier
Kondom
Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
Efektif, praktis, murah & dapat dipakai secara
umum
Memberi dorongan bagi pria untuk berpartisipasi
dalam kontrasepsi
Dapat mencegah ejakulasi dini
Metode kontrasepsi sementara bila metode
kontrasepsi lainnya harus ditunda

Diafragma
Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
Segera dirasakan efektivitasnya
Dapat dikontrol oleh klien sendiri
Sebagai metode kontrasepsi sementara yang
baik setelah metode lain ditunda
Dapat mencegah kanker servix

Spermisida
Kontrasepsi busa, tablet dan krim dapat efektif
bila digunakan dengan atau tanpa kontrasepsi
lain
Kurang efektif Kegagalan (pemakaian
benar?)
Harus menunggu sekitar 7 10 menit
Hanya efektif dalam 1-2 jam

Metode KB Hormonal
Pil KB (dosis rendah estrogen & progesteron)
Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur)
Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga
menghalangi masuknya sperma
Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil
pembuahan

Jenis :
Pil kombinasi
Pil sekunseal
Once a month pil
Pil mini
Morning after pil

Suntik KB
Depo provera (medroxyprogestin acetate)
Cyclofem (medroxyprogesteron acetate dan
estrogen)
Noresterat (Norethindrone enanthate) derivat
testosteron.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
Menghalangi pengeluaran FSH dan LH
Mengentalkan lender serviks
Merubah suasana endometrium

Implan
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya
adalah menekan ovulasi membuat getah
serviks menjadi kental dan membuat
endometrium tidak sempat menerima hasil
konsepsi.
Sangat efektif untuk masa 3 tahun (untuk jenis 1
dan 2 batang) dan 5 tahun (untuk jenis 6
batang).

Transdermal

IUD
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum
uteri
Mencegah sperma dan ovum bertemu
Jenis:
a.Lippes-Loop
b. Saf-T-Coil
c. Dana-Super
d. Copper-T (Gyne-T)
e. Copper-7 (Gravigard)
f. Multiload
g. Progesterone IUD

Kontrasepsi mantap (Sterilisasi)


Metode Operasi Wanita
(MOW)/TubektomiTubektomi
setiap tindakan pada kedua saluran telur yang
menyebabkan wanita bersangkutan tidak hamil
lagi. Dilakukan dengan mengikat / ligasi tuba
fallopii.

Metode Operasi Pria


(MOP)/Vasektomivasektomi
tindakan mengikat / ligasi vas deferens
untuk menghambat lewatnya sperma dari testis

Infertilitas

Tidak ada kehamilan setelah


berhubungan selama 1 tahun tanpa
menggunakan alat kontrasepsi
Primer
belum pernah
hamil sama sekali
Sekunder
sebelumnya
pernah hamil
Analisis sperma
Normozoospermia

Oligozoospermia

Jumlah sperma > 20 juta/mL


Jumlah sperma < 20 juta/mL

Astenozoospermia

Motilitas sperma a < 25 % ; a+b < 50%


Motilitas sperma :

Kriteria a : bergerak cepat dan lurus ke


depan
Kriteria b : bergerak lambat dan tidak
lurus
Kriteria c : bergerak ditempat
Kriteria d : tidak bergerak

Teratozoospermia

Morfologi sperma normal < 30%

Carcinoma Cervix

Ca Cervix
Pembentukan
Zona Transformasi
dan perubahan
serviks sesuai
tahapan usia

Zona Transformasi/TZ
merupakan tempat
karsinoma skuamosa
serviks.

Faktor Risiko Kanker Serviks

Usai rata-rata 35-45 tahun.Lesi prekanker terjadi 10-15 tahun sebelumnya.


Pasangan seksual multipel (terutama > 4 orang)
Pasangan pria dengan riwayat pasangan seksual multipel
Riwayat infeksi berpapil (warts) atau penyakit menular seksual
Infeksi persisten terhadap HPV yang memiliki onkogenitas tinggi, misalnya,
HPV 16 atau HPV 18
Usia muda pada saat pertama kali melakukan coitus (< 16 tahun)
Partus pertama usia < 20 tahun
Paritas tinggi
Imunosupresi, termasuk pasca transplantasi
Merokok dan penyalahgunaan obat termasuk alkohol bersifat
imunosupresif
Wanita yang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan tes Pap
smear .
Kebersihan diri rendah
Status sosioekonomi rendah

Etiologi
HPV
(Human Papilloma Virus)
Terutama tipe risiko tinggi
memiliki kemampuan
untuk menonatifkan p53
dan pRb epitel serviks
berperan sebagai
penghambat
kelangsungan siklus sel.

Patofisiologi
Infeksi HPV
Tipe Infeksi

Kondisi Infeksi

Gejala

Risiko Progresi

Transien

Laten

Tanpa lesi

Produktif

LSIL

Rendah

Abortif

HSIL yang cepat


berkembang
pada wanita usia
muda

Sedang

Laten

Tanpa lesi

Produktif

LSIL berlangsung
lebih dari 2
tahun

Rendah

Abortif

HSIL

Tinggi

Persisten

Patofisiologi
Hubungan Seksual
HPV risiko tinggi

HPV risiko rendah

Zona Transformasi Epitel


Faktor penunjang lain
Infeksi transien/jinak
Lesi kondiloma

Infeksi persisten
HSIL

LSIL

Integrasi gen virus ke sel inang


Kanker invasif

Klasifikasi

Tanda dan Gejala


Tidak spesifik: duh vagina, bercak perdarahan
minim (sering diabaikan).
Nyeri punggung atau kaki
Gangguan di sistem urogenital atau
gastrointestinal
Tanda klasik: postcoital bleeding

Pemeriksaan
Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA)
Digunakan apabila fasilitas kesehatan
terbatas untuk seleksi perujukan Pap
smear.

Acetowhite tanpa batas


menyentuh SCJ dianggap tidak
signifikan.

Pemeriksaan
Pap smear
Rekomendasi pelaksanaan skrining terkini:
Wanita < 21 tahun: tidak direkomendasikan
21 29 tahun: pemeriksaan sitologi setiap 3 tahun
30 65 tahun: pemeriksaan sitologi setiap 3 tahun atau
pemeriksaan sitologi ditambah dengan tes HPV setiap 5
tahun (lebih dianjurkan)
> 65 tahun: tidak direkomendasikan skrining jika
skrining sebelumnya negatif dan tidak termasuk
kelompok berisiko tinggi.

Pemeriksaan

Pemeriksaan
Kolposkopi
Mempelajari serviks saat hasil Pap mendeteksi
sel abnormal.
Menentukan area abnormal dan mengambil
biopsi.
Mengetahui luas lesi abnormal.
Operasi konservatif dengan panduan
kolposkopi.
Tindak lanjut/follow up setelah terapi
konservatif.

Area abnormal: area acetowhite, mosaik,


pembuluh darah abnormal.

Pemeriksaan
Biopsi Cone
Prosedur diagnostik dan terapeutik

Pemeriksaan
HPV DNA testing
Meningkatkan sensitifitas hingga 96% bersama
dengan Pap Smear.
HPV tidak dapat dikultur di laboratorium sehingga
digunakan teknologi molekuler untuk mendeteksi
DNA HPV dari sampel servikal, misalnya, dengan PCR.

Tata Laksana CIN

Tata Laksana Kanker Serviks


Stadium 0: ablasi lokal, eksisi cryosurgery,
ablasi laser, loop excision. Terapi bedah
disarankan.
Stadium IA1: terapi bedah (histerektomi
radikal, total, atau conization).
Stadium IA2, IB, IIA: bedah kombinasi dengan
radiasi brakiterapi dan histerektomi radikal
dengan limfadektomi pelvis bilateral utk IB
atau IIA.

Tata Laksana Kanker Serviks


Stadium IIIB, III atau IVA: Kemoterapi dengan
Cisplatin + radiasi
Stadium IVB: terapi paliatif

Prevensi
Vaksin Bivalen (HPV2) 16 & 18 (Cervarix)
Vaksin Kuadrivalen (HPV4) 6, 11, 16, 18
(Gardasil)
Diberikan sebelum aktif secara seksual dan
diharapkan memberikan perlindungan 70%
Rekomendasi vaksinasi:
Vaksinasi rutin dilakukan pada usia 11 12 tahun baik dengan HPV2 & HPV4.
HPV4 untuk anak laki-laki rutin pada usia 11 12 tahun.
HPV4 untuk laki-laki usia 9 26 tahun guna pencegahan kondiloma akuminata.

Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi Gestasional :
Didapatkan desakan darah 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada kehamilan diatas 20
minggu , tidak disertai dengan proteinuria dan desakan darah kembali normal < 12 minggu
pasca persalinan.

Preeklamsi :
Kriteria minimum: Desakan darah 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria 300 mg/24 jam atau dipstick 1+

Eklamsi :
Kejang-kejang pada preeklamsi disertai koma

Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi :


Timbulnya proteinuria 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang sudah mengalami hipertensi
sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu.

Hipertensi kronik :
Ditemukannya desakan darah 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan
20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.

Sindrom HELLP
Hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platelets

Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi Kronik
Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg atau tekanan sistolik 160 mmHg, berikan anti
hipertensi. Obat pilihan adalah metildopa. ACE-I dan ARB dikontraindikasikan pada hipertensi
dalam kehamilan, karena dapat menyebabkan agenesis ginjal pada janin.

Pencegahan PreEklampsia
Antioksidan vit E, beta carotene

PREEKLAMPSIA RINGAN
Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan
Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan

PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA


Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada eklampsia
dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90100 mmHg. Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang
sampai 8 kali/24 jam
Anti konvulsan

MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit


Dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam
atau MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain (dalam semprit yang sama)
Jika terjadi henti nafas:

Bantu pernafasan dengan ventilator


Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi

Hipertensi dalam Kehamilan

Diabetes Gestasional
Definisi
Keadaan intoleransi glukosa yang dialami
hanya pada saat kehamilan
Lakukan skrining toleransi glukosa pada :

Riwayat IUFD
Riwayat melahirkan bayi dengan malformasi
kongenital
Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
pada relasi tingkat pertama.
Obesitas sebelum hamil
Riwayat menderita diabetes gestasional dan
glukosuria (>2+)

Klinis
DM gestasional tegak jika minimal 2 kriteria
ini dipenuhi.

Gula darah puasa 95 mg/dL


Gula darah 1 jam setelah TTGO 180 mg/dL
Gula darah 2 jam setelah TTGO 155 mg/dL.

Hiperglikemia pada ibu akan menyebabkan


hiperglikemia fetus dan hiperinsulinemia
pada fetus.

Hiperinsulinemia Peningkatan deposit


lemak dan insulin like growth factor receptor
menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari
fetus (sugar baby/giant baby).
Pada saat bayi lahir dan tali pusat dipotong,
bayi menjadi hipoglikemia karena suplai gula
dari ibu terputus dan bayi masih tetap dalam
kondisi hiperinsulinemia
Tatalaksana
Perawatan antenatal dengan ketat, termasuk
pengawwasan taksiran BB janin dan anomali
kongenital
Diet sekitar 25-35 Kkal/kgBB, umumnya
sekitar 1800-2400 Kkal/hari, pantau glukosa
darah dalam konsentrasi optimal yaitu
glukosa darah puasa sekitar 70-95 mg/dL dan
glukosa 2 jam post prandrial <120 mg/dL.
Jika gagal pertimbangkan pemberian insulin.

Obstetri Patologi FK UNPAD

Ketuban Pecah Dini

Anda mungkin juga menyukai