Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS

ASMA AKUT RINGAN PADA ASMA INTERMITEN

Diajukan kepada Yth :


dr. Indah Rahmawati, Sp.P
Disusun oleh :
Desvia Ira Restiana
Anisa Kapti Hanawi
Gagah Baskara Adi Nugroho
Ratih Rizki Indrayani
Lutfiani Azahra
Rizki Takdir Ramadhan

G4A015003
G4A015004
G4A014122
G4A014123
1420221163
1420221156

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :

ASMA AKUT RINGAN PADA ASMA INTERMITEN


Pada tanggal,

Februari 2016

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti


program profesi dokter di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Disusun oleh :
Desvia Ira Restiana
Anisa Kapti Hanawi
Gagah Baskara Adi N.
Ratih Rizki Indrayani
Rizky Takdir Ramadhan

G4A015003
G4A015004
G4A014122
G4A014123
1420221156

Lutfiani Azahra

1420221163

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Indah Rahmawati, Sp.P


NIP. 19670316 200604 2 001

I. LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. X
Usia
: tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Kariawan
Alamat
: Plompong RT 02 RW 08 Sirampog- Brebes
Tanggal masuk : 28 Januari 2016
Tanggal periksa : 1 Februari 2016
No. CM
: 00084647
B. SUBJEKTIF
1 Keluhan Utama
Kedua kaki terasa panas, bengkak, pegal, dan kaku
2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSMS dengan keluhan kedua kaki terasa panas,
bengkak, pegal, dan kaku. Keluhan dirasakan semakin memberat,
sehingga pasien

sudah minum obat seritid tetapi tidak membaik.

Keluhan semakin berat ketika pasien beraktivitas, terkena debu,


kelelahan, pada malam hari, dan kedinginan. Jika pasien istirahat,
keluhan sesak napas sedikit berkurang. Sesak nafas dirasakan terus
menerus hingga mengganggu aktifitas. Sesak nafas kadang disertai
bunyi mengi. Pasien juga menyatakan, saat sesak napas bicara masih
dapat membentuk kalimat dan masih dapat tidur /berbaring.
Pasien mempunyai riwayat asma sejak tahun 2014, serangan
timbul < 2 kali dalam 1 bulan, singkat, tidak mengganggu aktivitas
maupun tidur. Pasien juga mengeluh demam dan mual, batuk tidak
berdahak, muntah (-), BAB dan BAK lancar.
3

Riwayat Penyakit Dahulu


a Riwayat keluhan serupa
b Riwayat mondok
sesak napas
c Riwayat OAT
d Riwayat hipertensi
e Riwayat kencing manis
f Riwayat asma
g Riwayat alergi
Riwayat Penyakit Keluarga

: diakui, 5 tahun yang lalu


: diakui, 5 tahun yang lalu karena
: disangkal
: diakui
: disangkal
: diakui, sejak tahun 2014
: diakui, alergi dingin

Riwayat keluhan serupa

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


a

Community
Pasien tinggal di Brebes bersama suami dan kedua anaknya di
daerah pegunungan. Hubungan antara pasien dengan tetangga dan
keluarga dekat baik.

Home
Pasien tinggal di Brebes bersama istri dan kedia anaknya. Lantai
rumah beralaskan keramik, dan ada beberapa buah jendela serta
ventilasi yang kadang-kadang dibuka. Rumah pasien terdiri dari 3
kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga, satu dapur, dan
satu kamar mandi. Lantai kamar mandi beralaskan keramik dan
sumber air berasal dari PDAM. Pencahayaan rumah pasien berasal
dari lampu dan sinar matahari yang cukup.

Occupational
Pasien adalah seorang karyawan sedangkan istrinya merupakan
seorang ibu rumah tangga. Pembiayaan rumah sakit ditanggung olah
BPJS NON PBI..

Drugs and diet


Pasien mengkonsumsi obat asma yaitu seritid. Pasien mengaku
makan sehari 2-3 kali sehari, dengan nasi, sayur dan lauk pauk
seadanya.

Personal habit
Pasien mengaku tidak pernah merokok, alkohol, ataupun
mengkonsumsi
berolahraga.

obat-obatan

terlarang,

pasien

juga

jarang

C. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Vital sign
1) Tekanan Darah
2) Nadi
3) RR
4) Suhu
d. Status Generalis

: Sedang
: Compos mentis, GCS E4M6V5 (15)
: 120/90 mmHg
: 88x/menit
: 24x/menit
: 36,1 oC

1) Kepala
-

Bentuk

: mesochepal, simetris, venektasi


temporal (-)

Rambut

: warna hitam, tidak mudah dicabut,


distribusi merata, tidak rontok

2) Mata
-

Palpebra

: edema (-/-) ptosis (-/-)

Konjungtiva

: anemis (-/-)

Sclera

: ikterik (-/-)

Pupil

: reflek cahaya (+/+) normal, isokor 3 mm

3) Telinga
-

otore (-/-)

deformitas (-/-)

nyeri tekan (-/-)

discharge (-/-)

4) Hidung
-

nafas cuping hidung (-/-)

deformitas (-/-)

discharge (-/-)

rinorhea (-/-)

5) Mulut
-

bibir sianosis (-)

bibir kering (-)

lidah kotor (-)

6) Leher
-

Trakhea

: deviasi trakhea (-/-)

Kelenjar lymphoid

: tidak membesar, nyeri (-)

Kelenjar thyroid

: tidak membesar

JVP

: nampak, tidak kuat angkat

7) Dada
a) Paru
-

Inspeksi

: bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-),

Palpasi

: vocal fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor pada lapang paru kiri dan kanan


Batas paru hepar di SIC V LMCD

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (+/+)


Ronki basah kasar (-/-), ronki basah halus
(-/-)

b) Jantung
-

Inspeksi

: ictus cordis nampak pada SIC V 2 jari


medial LMCS

Palpasi

: ictus cordis teraba di SIC V 2 jari medial


LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kanan atas

: SIC II LPSD

Batas jantung kiri atas

: SIC II LPSS

Batas jantung kanan bawah :SIC IV LPSD


Batas jantung kiri bawah

:SIC V 2 jari
medial LMCS

Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallops (-)

8) Abdomen
-

Inspeksi

: cembung

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), nyeri

ketok costovertebrae (-)


-

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)

Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

9) Ekstrimitas
-

Superior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-),


sianosis (-/-)

Inferior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-), sianosis


(-/-)

2. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah 28 Januari 2016
Hb

: 15,7 gr/dl

Normal : 12 16 gr/dl

Leukosit

: 12420 /ul

Hematokrit

: 47 %

Normal : 37 % - 47 %

Eritrosit

: 5,1 juta/ul

Normal : 4,2 - 5,4 juta/ul

Trombosit

: 231.000/ul

Normal: 150.000 - 450.000/ul

MCV

: 92.2 fL

Normal : 79 - 99 fL

MCH

: 30.8 pg

Normal : 27 - 31 pg

MCHC

: 33.4 gr/dl

Normal : 33 37gr/dl

RDW

: 13,2 %

Normal : 11,5 - 14.5 %

MPV

: 9.9 fL

Normal : 7,2 - 11,1 fL

Eosinofil

: 0,4 %

Normal : 2 4 %

Basofil

: 0,1 %

Normal : 0 1 %

Batang

: 0,5 %

Normal : 2 5 %

Segmen

: 81,6 %

Normal : 40 70%

Limfosit

: 11,5 %

Normal : 25 - 40%

Monosit

: 5,9 %

Normal : 4.800 10.800/ul

Hitung Jenis

Normal : 2 8 %

Kimia Klinik
GDS

: 134 mg/dl

b. Foto thoraks 1 Januari 2016

Normal : < 200 mg/dl

Kesan: infiltrat pada perihiler kanan dan parakardial kanan dan kiri

D. DIAGNOSIS
1. Asma Bronkhial
2. CAP
3. HHD
E. TERAPI
1. IVFD D5/8 jam
2. Nebuizer : Ventolin + flexoted 3x/hari
3. Cefixim 2x100 mg
4. Terasma syr 3 cth 1
5. Metilprednisolon tab 2 x4 mg

6. Seritid 2 x 100 mg
7. Ventolin MDI
8. Paracetamol tab 3 x 500 mg (klp)
F. PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: ad bonam

II. PEMBAHASAN

A. Penegakan Diagnosis
1. Asma akut ringan pada asma intermiten
a. Anamnesis
Beberapa gejala dan faktor risiko yang bias menunjang penegakkan diagnosis
asma adalah:
1) sesak nafas semakin memberat, sudah minum obat seritid tetapi tidak
membaik. Keluhan semakin berat ketika pasien terkena debu, kelelahan,
malam hari, dan kedinginan.
2) Sesak nafas kadang disertai bunyi mengi
3) Pasien mempunyai riwayat asma, serangan timbul < 1 kali dalam 1 bulan.
4) Pasien mengkonsumsi obat asma yaitu seritid
5) Tidak pernah merokok
b. Pemeriksaan Fisik
1) Vital sign
a) Tekanan Darah

: 120/90 mmHg

b) Nadi

: 88 x/menit

c) RR

: 24 x/menit

d) Suhu

: 36,1 oC

2) Pemeriksaan Pulmo
a) Hasil inspeksi tidak ada ketinggalan gerak yang menandakan tidak ada
gangguan pengembangan paru pada salah satu bagian paru
b) Hasil palpasi tidak ada penurunan vokal fremitus yang menandakan tidak
ada gangguan resonansi paru
c) Hasil perkusi didapatkan suara sonor pada kedua lapang paru yang
menandakan jumlah udara normal pada pulmo
d) Auskultasi didapatkan adanya suara dasar vesikuler dan suara tambahan
wheezing yang menandakan adanya penyempitan saluran napas.
c. Pemeriksaan penunjang
Pada hitung jenis leukosit tidak menunjukkan adanya peningkatan eosinofil yang
merupakan tanda alergi. Namun, untuk melihat adanya alergi dapat diperkuat
dengan menambahkan pemeriksaan hitung jumlah eosinofil.
d. Kesimpulan

1) Pada kasus termasuk serangan asma ringan karena


a) Sesak napas terus menerus dan timbul satu hari sebelum masuk RSMS
b) Sesak napas saat aktivitas
c) Berbicara masih dapat membentuk kalimat dan masih dapat tidur
/berbaring.
d) Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi napas 24/menit, nadi <
100/menit (88 x/menit), tidak memakai otot bantu napas, dan mengi pada
akhir ekspirasi
2) Pada kasus termasuk asma intermiten karena
a) Gejala <2 kali dalam sebulan Gejala tidak timbul setiap hari/ tidak
timbul terus menerus
b) Serangan terjadi secara singkat, tidak mengganggu aktivitas maupun
tidur.
c) Masih dapat melakukan aktivitas fisik

2. Community Acquired Pneumonia (CAP)


a. Anamnesis
Beberapa gejala dan faktor risiko yang bisa menunjang penegakkan diagnosis
CAP:
1) Batuk tidak berdahak.
2) Demam sebelum masuk rumah sakit
3) Mual
b. Pemeriksaan fisik
1) Vital sign pada tanggal 29 Januari 2015
a)
b)
c)
d)

Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu

Kesimpulan

: 160/90 mmHg
: 92x/menit
: 29x/menit
: 38,1 oC
: tanda vital tidak normal yaitu terdapat hipertensi

derajat 2, takipneu, dan febris. Namun pada tanggal 1 Februari pasien sudah
tidak hipertensi dan tidak febris, namun masih terdapat takipneu.
c. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan leukositosis (12420 /uL) dan


penignkatan segmen. Hal ini dapat menandakan bahwa terjadi proses infeksi
bakteri dan respon inflamasi di dalam tubuh. Hasil pemeriksaan foto thoraks
didapatkan corakan vaskuler pulmo meningkat kasar dan tampak infiltrate
parakardial et perihiler
Diagnosis pasti pneumonia komuniti (CAP) ditegakkan jika pada foto toraks
terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di
bawah ini (PDPI, 2003):
b. Batuk-batuk bertambah
c. Perubahan karakteristik dahak / purulent
d. Suhu tubuh >38 celsius (aksila) / riwayat demam
e. Pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan
ronki
f. Leukosit >10.000 atau < 4500
B. Penatalaksanaan Asma
Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol).
Tujuan :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma;
2. Mencegah eksaserbasi akut;
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin;
4. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise;
5. Menghindari efek samping obat;
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel;
7. Mencegah kematian karena asma.
8. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi
genetiknya.
Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik antara dokter dan
pasien

sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta apabila adanya

komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia mendengarkan keluhan atau pernyataan
pasien, ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
Terdapat 5 (lima) komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma, yaitu:
1. KIE dan hubungan dokter-pasien
2. Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko;
3. Penilaian, pengobatan dan monitor asma;
4. Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut, dan

5. Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes melitus, dll.


Pada prinsipnya penatalaksanaan asma klasifikasikan menjadi: 1) Penatalaksanaan
asma akut/saat serangan, dan 2) Penatalaksanaan asma jangka panjang.
1. Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)
Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui
oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di rumah (lihat
bagan 1), dan apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Penanganan harus cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan. Penilaian beratnya
serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala, pemeriksaan fisik dan
sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat
dan cepat. Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah :
a. bronkodilator (2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
b. kortikosteroid sistemik
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya 2 agonis kerja cepat yang
sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak memungkinkan dapat diberikan
secara sistemik. Pada dewasa dapat diberikan kombinasi dengan teofilin/aminofilin
oral. Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya)
kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan dalam waktu singkat 3- 5 hari.
Pada serangan sedang diberikan 2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral. Pada
dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi, aminofilin IV (bolus atau
drip). Pada anak belum diberikan ipratropium bromida inhalasi maupun aminofilin IV.
Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian cairan IV
Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan IV, 2
agonis kerja cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan aminofilin IV
(bolus atau drip). Apabila 2 agonis kerja cepat tidak tersedia dapat digantikan dengan
adrenalin subkutan. Pada serangan asma yang mengancam jiwa langsung dirujuk ke
ICU.
Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi
menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat
bantu (spacer). Untuk lebih jelasnya lihat pada algoritma (bagan 1, bagan 2).
2. Penatalaksanaan asma jangka panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan
mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan klasifikasi
beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi: 1) Edukasi; 2) Obat
asma (pengontrol dan pelega); dan Menjaga kebugaran.
a. Edukasi
Edukasi yang diberikan mencakup :

1) Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan


2) Mengenali gejala serangan asma secara dini
3) Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
4) Mengenali dan menghindari faktor pencetus
5) Kontrol teratur
c. Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan
pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan
serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus. Untuk
mengontrol asma digunakan anti inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak,
kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis
diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah terkontrol. Obat asma yang
digunakan sebagai pengontrol antara lain:
1) Inhalasi kortikosteroid
2) 2 agonis kerja panjang
3) antileukotrien
4) teofilin lepas lambat

Tabel 1. Jenis Obat Asma

IDT

: Inhalasi dosis terukur = Metered dose inhaler/MDI, dapat digunakan bersama

dengan spacer

Solution: Larutan untuk penggunaan nebulisasi dengan nebuliser

Oral

Injeksi : Dapat untuk penggunaan subkutan, im dan iv

: Dapat berbentuk sirup, tablet

RENCANA PENGOBATAN SERANGAN ASMA BERDASARKAN BERAT


SERANGAN DAN TEMPAT PENGOBATAN

III. KESIMPULAN
1. Pasien kasus kali ini didiagnosis dengan Asma akut ringan pada asma
intermiten
2. Penegakan diagnosis penyakit TB berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
3. Pengobatan serangan akut pada pasien ini menggunakan ventolin dan flexotide
4. Penatalaksanaan asma bronkial mencakup penatalaksanaan non medikamentosa dan

medikamentos berupa,edukasi, identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus asma,


menilai dan memonitor berat asma secara berkala, merencanakan dan memberikan
pengobatan jangka panjang, menetapkan pengobatan pada serangan akut, kontrol teratur
dan pola hidup sehat.
1.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin A. 2010. Management of Community Acquired Pneumonia. Dalam :Naskah lengkap
11Annual Scientific meeting Internal Medicine 2010.Semarang. Badan penerbit USU
press; 132-42
Dahlan Z. 2009.. Pneumonia. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,Simadibrata M,
SetiatiS(editors).BukuAjarIlmuPenyakitDalam:InternaPublishing;2196206
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pneumonia Komunitas, pedoman diagnosis &
penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. Asma Pedoman dan penatalaksanaan di
Indonesia Jakarta: PDPI.

Anda mungkin juga menyukai