Anda di halaman 1dari 15

TUGAS AGAMA

AKIDAH DALAM ISLAM

NAMA DOSEN :
K.A RAHMAN
NAMA KELOMPOK :
AFRIANI INDRIA PUSPITA
FELLA SUFAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAMBI
2014

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah yang Maha Esa atas Rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan dan mempersembahkan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, Keluarga, dan para sahabatnya.
Makalah ini membahas tentang Aqidah islam sebagai suatu makalah kumpulan kuliah
kandungannya tidak meluas, tetapi terbatas pada asas-asas Aqidah , karena itu diperlukan uraian
tambahan. kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita.
Dan akhirnya seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak penyusun sangat
mengharapkan koreksi para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikian kata pengantar ini, Kami ucapkan terima kasih.

Jambi, 28 Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
2

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
A. Latar Belakang masalah....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan penulisan................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN TEORI................................................................................................. 5
A. Pengertian aqidah.................................................................................................................. 5
B. Sejarah pemikiran umat islam tentang Tuhan....6
C. Ruang lingkup pembahasan aqidah....................................................................................... 6
D. Implementasi keimanan dalam kehidupan 10
E. Sumber Akidah.................................................................................................................10
F. Fungsi Akidah...................................................................................................................... 11
G. Manfaat Mempelajari Akidah..... 11
H. Bahaya Penyimpangan Akidah................................................................ 12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 15

BAB I
3

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT
menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa
tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan
oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau
mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada,
sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta,
Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang
dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar
kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rosulrosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah aqidah itu?
2. Apakah sumber dari aqidah?
3. Apakah manfaat dan fungsi aqidah ?
4. Apa bahaya penyimpangan aqidah?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami apa itu aqidah secara etimologis
dan terminologis, sumber-sumber aqidah, pengertian aqidah yang ditinjau dari ayat-ayat Al
Quran, ruang lingkup pembahasan dan manfaat dari aqidah untuk seorang muslim

BAB II
PEMBAHASAN
4

A. Pengertian Aqidah.
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :
Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam
(pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah
(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya
juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan
perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As Sunah, bukan dari akal atau pikiran
manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung pada kedua
sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
1. Menurut M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab)
ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat
beralih dari padanya.
2. Menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan
terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh
dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan.
Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama
halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya.
3. Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati
membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih
dari kebimbangan dan keragu-raguan.
4. pemaikiran yang di benarkan secara secara pasti oleh hati, sedemikian hingga hati itu terikat
padaNya & memberi pengaruh nyata pada Manusia.
5. Menurut Hafidz Abdurahman, menyatakan bahwa Aqidah secara global sebagai pemikiran
yang menyeluruh mengenai manusia, kehidupan serta hubungan diantara semuanya dengan
apa yang ada sebelum kehidupan (pencipta) dan setelah kehidupan (hari kiamat).
B. Sejarah Pemikiran Umat Islam Tentang Tuhan
a) Mutazilah
5

Golongan yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan


pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam islam
Dalam menganalisis ketuhanan, meraka memakai bantuan ilmu logika, satu system teology
untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham mutazilah yang bercorak
rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam islam
Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep
tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut pembela tauhid
(ahl al-Tauhid).
Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian
bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka
berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak memberi
beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat
mewujudkan keinginannya.
Al-Wad wa al-Waid (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke
dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang
yang berdosa besar ke dalam neraka.
Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah.
Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat dosa besar. Orang jika
melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir.
Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke
neraka selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
Amar Maruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran).

Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang maruf dan menjauhi
yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya kepada
kelompok lain. Orang yang menentang akan dihukum.
b) Qodariyah
Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk pada qadar Allah. Dalam sejarah perkembangan teologi Islam, tidak diketahui secara
pasti kapan aliran ini muncul.
Pendiri aliran ini adalah Mabad al-Juhani dan Gailan ad-Dimasyqi. Aliran ini
mempunyai pendapat bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan baik ataupun jahat.
Selain itu, menurut aliran ini manusia mempunyai kemerdekaan atas tingkah lakunya. Ia
berbuat baik ataupun jahat atas kehendaknya sendiri. Degan demikian, menurut aliran ini
manusia diciptakan Allah mempunyai kebebasan untuk mengatur jalan hidupnyatanpa
campur tangan Allah. Oleh karena itu, jika manusia diberi ganjaran yang baik berupa surga
atau disiksa di neraka, semua itu adalah pilihan mereka sendiri.
c) Jabariyah
Golongan yang berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. menurut alSyahrastani, Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan
menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah.
Dalam sejarah tercatat bahwa orang yang pertama kali mengemukakan paham Jabariyah
di kalangan umat Islam adalh al-Jaad Ibnu Dirham. Pandangan-pandangan Jaad ini,
kemudian disebarluaskan oleh para pngikutnya, seperti Jahm bin Safwan. Manusia menurut
aliran Jabariyah adalah sangat lemah, tidak berdaya, serta terikat dengan kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan. Manusia tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas,
sebagaimana dimiliki soleh paham qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak
boleh lepas dari aturan, scenario, dan kehendak Allah. Segala akibat baik baik dan buruk
yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
Akan tetapi, ada kecendrungan bahwa Tuhan bahwa Tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya
yang mutlak, absolute, dan berbuat sekehenak-Nya. Hal ini dapat menimbulkan paham
seolah-olah Tuhan tidak adil. Misalnya, Tuhan menyiksa orang yang berbuat dosa yang
dilakukan orang itu terjadi atas kehendak-Nya.

Baik aliran Qadariyah maupun Jabariyah tampaknya memperlihatkan paham yang saling
bertentangan sekalipun mereka sama-sama berpegang pada Al-Quran. Hal ini
memperlihatkan betapa terbukanya kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat dalm Islam.
d) Asyariyah dan Maturidiyah
Golongan yang pendapatnya berada diantara qadariyah/mutazilah dan jabariah
Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam
periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran aliran tersebut diatas tidak bertentangan dengan
ajaran dasar islam. Oleh karena itu umat islam yang memilih aliran mana saja diantara aliranaliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam.

C. Ruang lingkup pembahasan Aqidah.


Aqidah sebagai sebuah objek kajian akademik meliputi beberapa agenda pembahasan yaitu :
1. Aspek Ilahiyah.
Meliputi segala yang berkaitan dengan Tuhan seperti Wujud Allah, Sifat sifat Allah,
pebuatan-perbuatan, dan nama-namaNya.
2. Kenabian Nubuwah.
Yang berkaitan dengan Nabi dan Rasul Allah serta kemukjizatannya.
3. Aspek Ruhaniyah.
Membicarakan tentang segala sesuatu yag bersifat transendental atau metafisik seperti Ruh,
Malaikat, Jin, Iblis, & Setan.
4. Aspek Samiyah.
Yang membahas tentang sesuatu yang dalil-dalil Naqli berupa Al-Quran dan Sunah, alam
barzakh, akhirat, azab, dan kubur.
5. Rukun Iman.
1. Iman kepada Allah.
Iman kepada Allah ini meliputi beberapa tauhid, yaitu.
a) Tauhid Rububiyah yaitu: Mengimani Allah sebagai satu-satunya Rabb (Maha mencipta,
Mengelola dan memelihara).
b) Tauhid Mulkiyah yaitu: Mengimani Allah sebagai Satu-satunya Malik (Maha memiliki,
Menguasai, Pemimpin, Dan tujuan segala sesuatu).
c) Tauhid Uluhiyah yaitu : Mengimani Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang di sembah.
d) Tauhid Dzat yaitu : meyakini bahwa Allah dari segi Dzatiyah Esa adanya, Dzat yang
dimiliki oleh Nya sendiri, tidak dimiliki oleh seluruh ciptaannya.
e) Tauhid Sifat yaitu : keyakinan seseorang bahwa Allah Maha yang Esatidak dapat di
serupakan dengan sesuatu apa pun.
8

f) Tauhid Wujud yaitu keyakinan seseorang terhadap eksistensi Allah yang wajib ada. Ia
ada tanpa memerlukan yang mengadakannya. Ia abadi, awal dab akhir dari segala
sesuatu.
g) Tauhid Afal yaitu: meyakini bahwa alam dan segala isinya adalah Ciptaan Allah SWT,
demikian pemeliharannya. Ia penguasa Alam.
h) Tauhid ibadah yaitu: keyakinan seseorang bahwa yang layak untuk di sembah tiada lain
selain Allah SWT. Menyembah selain Allah bearti menyekutukan Allah.
i) Tauhid qashdi yaitu : meyakini dan sepenuh hati bahwa Allah SWT menjadi fokus dari
segala aktivitas yang dilakukan .
j) Tauhid tasyrik yaitu : keyakinan bahwa segala hukum yang di ciptakan Tuhan adalah
Hukum yanng sempurna, yang tidak bisa di bandingkan dengan hukum buatan manusia.
2.

Iman kepada para malaikat-Nya.


Malaikat adalah ciptaan Allah SWT yang bersumber dari cahaya: Ia tidak dapat melihat
juga tidak dapt di indrai dengan panca indra manusia-mahluk gaib. Namun demikian, ia
tetap ada dan melaksanakan tugas-tugas yang memberikan oleh Allah SWT. Malaikat juga
adalah mahluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah melanggar perintah Allah SWT.

3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya.


Allah menurunkan kitab-kitab Nya untk di jadikan pedoman oleh manusia dalam menata
dan mengatur kehidupan demi menyampai mencapai keridhaan Allah sebagai puncak dari
tujuan hidup yang sesungguhnya. Allah telah menurunkan sejumlah kitab allah yang
wajib diimani adalah Zabur, Injil, dan Al-Quran.
4. Iman kepada para Rasul-Nya.
Rasul yang bearti utusan mengandung makna manusia-manusia pilihan yang menerima
wahyu dari Allah dan bertugas untuk menyampaikan isi wahyu (berita gembira dan
pemberi peringatan {basyira wa nadzira }) kepada tia-tiap umatnya. Rasul-rasul yang
diutus Allah SWT memiliki syariat yang berbeda, namun misi profetik diutusnya mereka
sama yaitu memperjuangkan tegaknya akidah yanng menegaskan Allah SWT.
5. Iman kepada Hari akhir.
Yaitu hari pembalasan atas segala amal perbuatan manusia selama hidup di dunai. Pada
hari kiamat juga akan mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya selama di
dunia. Sebaliknyya orang yang menolak perintah Allah dan melanggar laranngan Nya
dilukiskan mendapat siksaan yang pedih (neraka). Orang yang percaya adanya hari akhir
akan menjadikannya sebuah pemandu untuk menyiapkan diri menghadapinya dengan
melakukan hal-hal yang baik, mempertimbangan kan berbagai konsekuensi yang di
timbulkan oleh perbuatannya sebelum Ia menjatuhkan pilihan dalam melakukan sesuatu.
6. Iman kepada Qadha & Qadar.
Qadha biasanya diterjemahkan dengan berbagai arti seperti sebagai kehendak atau
perintah yang telah di tetapkan oleh Allah sebagai terbukti (diketahui sudah terjadi).
9

Sedangkan Qadar bearti batasan, menetapkan ukuran sebuah rancangan seperti besar dan
umur alam semesta, lamanya siang, lamanya siang malam, anatomi dan fisiologi mahluk
hidup.
D. Implementasi keimanan dalam kehidupan
1. Pengucapan dengan lisan
2. Keyakinan dalam hati
3. Pengamalan dengan anggota tubuh
4. Bertambah dengan Amalan Ketaatan
5. Berkurang dengan Mengerjakan Maksiat

E. Sumber Aqidah Islam.


Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan As-Sunah, artinya apa saja yang disampaikan
oleh Allah dan rasulnya wajib di imani dan diyakini atau diamalkan.
akal pikiran tidaklah jadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang
terdapat dalam kedua sumber tersebut. dan akal tidak mampu juga menjangkau suatu yang tidak
terikat dengan ruang dan waktu. tetapi akal hanya perlu membuktikan jujur atau bisakah
kejujuran sipembawa berita tersebut di buktikan secara ilmiah oleh akal dan pikiran itu aja.
Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber Aqidah. Firman Allah:
...dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) sebagai penjelas atas segala sesuatu
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (an-Nahl,16:89)
Apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al Quran dan Oleh Rasulullah dalam Sunnahnya
wajib diimani (diyakini dan diamalkan).
Akal Pikiran tidak menjadi sumber aqidah, tapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang
terdapat dalam kedua sumber tersebut. Akal tidak akan mampu menjangkau hal-hal yang ghaib.
1. Al quran.
sebagai sumber ajaran Aqidah,al Quran mengungkapkan berbagai informasi tentang
kehidupan ghaib yang tidak mungkin diketahui oleh manusia tanpa informasi-informasi
dariNya. kitab suci ini mengungkapkan tentang wujud Alloh serta hubungannya dengan
manusia sebagi ciptaaNya, serta alam raya sebagai karunia-Nya untuk kehidupan mereka.
kemudian Al quran juga mengungkapkan tentang para malaikat dan berbagai
fungsinya,kehidupan akherat berupa surga dan neraka dan proses hisab sebagai langkah
perhitungan amal untuk menentukan posisi kehidupan akherat umat manusia,apakah
menjadi penghuni surga/neraka.
2.

Assunnah (hadist).
fungsi-fungsi assunnah terhadap al Quran adalah:
a. Sebagai penjelasan terhadap ayat-ayat al quran
b. Sebagai penegas terhadap pernyatan-pernyataan al Quran yang perlu memperoleh
penegasan, khususnya untuk ayat-ayat yang mengemukakan norma-norma ajaran yang
10

sangat penting sekali dalam keislaman seseorang seperti ayat-ayat yang mengemukakan
berbagai perintah yang kemudian direkonstruksi oelh rosululloh,sehingga menjadi
rukun islam dan rukun iman.
c. Menetapkan sesuatu yang belum ditetapkan oleh Alloh dalam Al Quran.
d. Ijma'Ulama
Ijma'adalah kesepakatan para 'ulama pada satu masa tertentu setelah Rosululloh
wafat,tentang suatu masalah tertentu.
F. Fungsi Aqidah Islam.
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Seorang yang mamiliki aqidah yang
kuat, pasti akan melakukan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermuamalat
dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan
aqidah. peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain:
Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.
Menopang seluruh prilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya
dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan.
Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian
dan penyerahan dirinya secara utuh kepada Zat yang Maha Besar
Iman memberikan daya dorong utama untuk bergaul dan berbuat baik sesama manusia
tanpa pamrih.
Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan
Allah semata.
Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler).
Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita
tersebut tidak akan diterima.
G. Manfaat Mempelajari Aqidah
Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya
tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak
kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah lslamiyah sebagai poros
dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akhirat. Dan
merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara burni dan langit dan
antara ibadah dan adat serta antara dunia dan akhirat. Faedah yang akan diperoleh orang yang
menguasai Aqidah lslamiyah adalah :

Membebaskan dirinya dari ubudiyah/ penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya
kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka
maupun duka.

11

Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki,
terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia
penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada
Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.

Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara
miskin dan kaya, antara pintar dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan
hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.
H. Bahaya Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh
kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak
berkesudahan di akhirat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan
keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan
oleh sejumlah faktor diantaranya :
1) Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan
perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang
benar.
2) Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar.
Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang
dibawa oleh para Nabi dalar~ Surat AI-Baqarah 170 yang artinya : "Dan apabila dikatakan
kepada mereka, "lkutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang tetah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami. " (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk
3) Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat
sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat,
maka ia ikut tersesat.
4) Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang
sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat
berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengahl
antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan
berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah
dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin.
Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan
penyembahan.
5) Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap peradaban
Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta

12

hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan
mereka.
6) Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak
tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah
memperingatkan yang artinya : "Setiap anak terlahirkan berdasarkan hihrahnya, maka kedua
orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR:
Bukhari).
Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara l
program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
7) Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan
seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama,
itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun
elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besarbesaran.
Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari hal-hal yang
disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang
shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi
kebahagiaan dunia dan akhirat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang
artinya : "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang
yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. "
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal
shaleh baik laki-Jaki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan karrri beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. "

13

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Penulisan dan perbincanggan tentang aqidah islam yang merupakan asaa agama islam
adalah sesuatu yang selalu menarik perhatian karena sering dijadikan rujukan dalam menafsirkan
kelemahan atau kemunduran umat islam dalam kehidupan ini sebagai umat yang menganut dan
memperjuangkan aqidah ini.
Suatu kebenaran ajaran yang tidak dapat di sanggah bahwa apa yang terkandung yang
terkandung dalam akidah memiliki daya dorongan yang sangat kuat bagi umat ini untuk tampil
lebih maju dan lebih berperan dalam dalam kehidupan ini sehingga karena itu di gelari sebagai
umat teladan yang memiliki kemampuan menghadapi tangtangan ilmu dan teknologi bahkan
juga dalam menghadapi antangan budaya globalisasi.
Disamping itu, aqidah islam juga merupakan sumber ketentraman rohani dan pegangan
batin di kala senang dan susah serta landasan yang sangat kukuh bagi pembinaan ahlak yang
luhur. Dan untuk mencapai hal-hal tersebut, umat islam tentunya harus memahami aqidah islam
dengan benar dan mengimaninya serta menghayatinya dengan penuh keyakinan.

14

Daftar Pustaka
Dr. Daudy Ahmad. 1997. Kuliah aqidah ISLAM , Bulan Bintang ; Jakarta.
Mahfud Rois. 2011. Pendidikan Agama Islam, Erlangga ; Jakarta.
Tim MDI LDK Unpar. 2009. Mentoring Agama Islam, Palangkaraya.
Www.gogle.Com.
Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdu! Qadir
Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir
1425HIAgustus 2004M]
Disalin dari kitab AI-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun Syaikh
Muhammad Shalih AI-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit Daru( Haq, Cetakan
Rabi'ul Awwa( 1420HIJuni 1999M]
Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wai Jama'ah Oleh Yazid bin Abdui Qadir
Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir
1425H/Agustus 2004M]

15

Anda mungkin juga menyukai