Pembimbing II
Marietje Keintjem
ABSTRAKSI
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Komunikasi
Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Tomohon
Selatan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, yakni untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara Variabel Komunikasi
Organisasi (X) terhadap Variabel Kinerja Pegawai (Y), di mana r s atau koefisien
korelasinya sebesar 0,65. Sedangkan r2 atau koefisien determinannya sebesar 42,25%
hal ini berarti bahwa 42,25% Kinerja Pegawai dipengaruhi oleh Komunikasi Organisasi
dan 57,75% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diangkat dalam penelitian ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Kinerja Pegawai pada Kantor Kecamatan Kecamatan
Tomohon Selatan dipengaruhi oleh Komunikasi Organisasi. Atas dasar ini, diharapkan
kepada para pegawai dapat mempraktekkan Komunikasi Organisasi yang efektif agar
meningkatkan Kinerja mereka.
Kata Kunci: Komunikasi Organisasi, Kinerja Pegawai
PENDAHULUAN
Setiap organisasi baik yang bersifat profit oriented maupun non profit oriented
harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini menjadi kebutuhan
yang mendesak. Organisasi akan terus tumbuh dan berkembang jika digerakan oleh
manusia/karyawan yang memiliki sumber daya yang berkualitas.
Gambaran jelas untuk mengukur seberapa berkualitas karyawan yaitu dari
kinerjanya. Kinerja karyawan merupakan suatu tolak ukur dalam keberhasilan suatu
organisasi. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting, karena pencapaian tujuan
suatu organisasi sangat ditentukan oleh kinerja atau prestasi karyawan. Keberhasilan
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya akan tergambar dalam kinerjanya.
Maluyu S.P. Hasibun (2001:34) mengemukakan Kinerja (Prestasi Kerja) adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kinerja karyawan seperti yang
diungkapkan Gibson yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo (2004:124).
a. Faktor Individu
b. Faktor Organisasi
c. Faktor Psikologis
Hal ini semakin menegaskan bahwa kinerja pegawai bukan hanya dipengaruhi
oleh faktor individu dan faktor psikologis saja, tapi kinerja karyawan dipengaruhi juga
oleh faktor organisasi yaitu komunikasi organisasi. Dalam rangka mencapai
optimalisasi kinerja karyawan, organisasi membutuhkan komunikasi organisasi yang
efektif. Interaksi yang tercipta di dalam sebuah organisasi antara pimpinan dan
bawahan, ataupun juga bawahan dengan bawahan harus didukung oleh komunikasi
organisasi yang baik. Komunikasi yang tercipta hendaknya komunikasi timbal balik
two-way communications. Pimpinan punya kewenangan untuk memberikan instruksi
kepada pegawai, tapi juga pegawai diberi kebebasan untuk menyampaikan aspirasinya
kepada atasan. Dan juga bawahan diberi ruang untuk membangun komunikasi dengan
sesama rekan kerja.
Tomohon Selatan adalah sebuah kecamatan di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.
Sebagai perangkat daerah Kota Tomohon, Kecamatan Tomohon Selatan (dalam hal ini
camat dan perangkat kecamatan) memiliki peran dan fungsi yang krusial dalam
meningkatkan taraf hidup guna mensejahterahkan masyarakat di seluruh kecamatan
Tomohon Selatan.
Untuk merealisasikan tugas pokok dan fungsi, tentu saja camat dan pegawaipegawai dalam lingkup kantor Kecamatan Tomohon Selatan harus bekerja berdasarkan
standar kerja yang telah ditetapkan. Standar kerja itu menjadi acuan bagi kinerja
pegawai. Untuk mencapai standar kerja itu, dibutuhkan iklim organisasi yang positif.
Dan iklim organisasi yang positif tentu saja harus didukung oleh komunikasi organisasi
yang efektif. Pada kenyataannya terdapat korelasi yang jelas antara komunikasi
organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi, Mifta Thoha (2008). Itu berarti
komunikasi yang efektif jika berhasil dipraktekkan oleh para pegawai akan mampu
memberikan efek positif terhadap kinerja mereka. Sebab karyawan yang memiliki
informasi yang lebih baik akan menjadi karyawan yang baik pula, Pace & Faules
(2006).
Berdasarkan pengamatan dan interview yang dilakukan penulis didapati bahwa,
kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Tomohon Selatan masih rendah.
Komunikasi ini terjadi antara atasan dan bawahan yang berada dalam
divisi pekerjaan yang berbeda.
3. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Sendjaja (1994) pada bukunya yang berjudul Teori Komunikasi
menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
a. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
b. Fungsi regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif,
yaitu:
- Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi
yang disampaikan. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c. Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak
akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih
besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
d. Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut,
yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b.
Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi
yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
D. Konsep Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005:9) adalah kualitas
kerja dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Definisi
kinerja yang dikemukakan oleh Bambang Kusriyanto yang dikutip oleh Anwar
Prabu Mangkunegara (2005:9) adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan
peran serta tenaga persatuan waktu.
Kemudian, menurut Mahsun (2006:25) Kinerja (performance) adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan. Misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam strategic planning suatu organisasi.
Selanjutnya Melayu S.P Hasibuan (2001:25) mengemukakan kinerja
(Prestasi Kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Sedangkan menurut Veizal Rivai (2004:309) mengemukakan kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
2. Indikator Kinerja Karyawan
Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut
dipengaruhi oleh tingkat kinerja karyawan secara individual maupun secara
kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja karyawan maka mengharapkan
kinerja organisasi akan semakin baik. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
pendekatan untuk mengukur sejauh mana karyawan mencapai suatu kinerja
secara individual, menurut Bernardin yang dikutip oleh Mohammad Mahsun
(2006:72-73).
a. Kualitas
b. Kuantitas
c. Ketepatan Waktu
d. Efektifitas
e. Kemandirian
3. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu
organisasi melalui instrument penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan
proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk
mempertinggi kerja personel dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses
penelusuran kegiatan personel pada masa tertentu yang menilai hasil karya yang
ditampilkan terhadap pencapaian sasaran system manajamen.
Penilaian kinerja merupakan suatau evaluasi terhadap penampilan kerja
personel dengan membandingkan standar baku penampilan. Kegiatan penilaian
kinerja ini membantu dalam pengambilan keputusan oleh manajer dan memberi
umpan balik kepada personel tentang pelaksanaan pekerjaannya. Melalui
penilaian ini manajer akan mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau
belum dengan uraian tugas yang telah disusun sebelumnya. Dengan melakukan
penilaian yang demikian seorang pemimpin akan menggunakan uraian tugas
sebagai tolak ukur. Bila pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan uraian tugas,
berarti pekerjaan itu berhasil dilaksanakan dengan baik, bila di bawah standar
uraian tugas tersebut berarti pelaksanaan pekerjaan tersebut kurang baik.
Pernyataan ini dipertegas oleh pendapat Kuswadi yang menyatakan bahwa ada
variabel yang secara bersama-sama berpengaruh besar terhadap kenerja
karyawan, yaitu kompentensi, kebutuhan tugas atau persyaratan kerja, gaya
manajemen dan iklim organisasi.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah Metode Deskriptif. Pengertian metode deskriptif
menurut Sugiyono (2004:21) adalah sebagai berikut: Metode deskriptif adalah metode
yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel bebas
yaitu variabel yang menjadi timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel
terikat). Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas, Sugioyono (2007:3).
1. Variabel komunikasi organisasi merupakan variabel bebas (X) atau independen
Komunikasi organisasi pada penelitian ini adalah proses komunikasi yang
berlangsung pada pegawai di kantor Kecamatan Tomohon Selatan tersebut.
Indikator-indikatornya menurut Suranto AW (1994:46)
- Pemahaman
- Kesenangan
- Pengaruh pada sikap
- Hubungan yang makin baik
- Tindakan
2. Variabel kinerja karyawan sebagai variabel terikat (Y) atau dependen
Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dalam
kurun waktu tertentu berdasarkan standar kerja yang ditetapkan organisasi. Kinerja
karyawan menurut Bernardin dalam Mohammad Mahsun (2006:72-73) dapat diukur
melalui indikator sebagai berikut :
- Kualitas
- Kuantitas
- Ketepatan Waktu
- Efektifitas
- Kemandirian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf pegawai pada kantor
Kecamatan Tomohon Selatan berjumlah 27 orang. Sedangkan sampel menurut Arikunto
yang dikutip oleh Sinaga (2009:27) apabila populasinya kurang dari 100 orang lebih
baik diambil semuanya sehingga, penelitian ini merupakan penelitan populasi. Ini
berarti jumlah sampel merupakan keseluruhan jumlah pegawai di Kantor Kecamatan
Tomohon Selatan yang berjumlah 27 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
penulis adalah observasi, wawancara, dan kuesioner, dimana kuesioner yang menjadi
instrumen utama.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis koefisien korelasi rank
spearman dengan rumus:
2
2
2
X + Y d 1
rs =
2 X 2 Y 2
(Husein Umar, 2005: 325)
Sangat Setuju
(SS) = 5
Setuju
(S)
=4
Netral
(N)
=3
Tidak Setuju
(TS) = 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
Berdasarkan pedoman di atas dan hasil pengumpulan data, maka diperoleh
faktor koreksi Tx dan Ty adalah:
Tx : 22,5
Tx : 26,5
Sedangkan Rank Varibel X dan Variabel Y seperti dalam tabel berikut ini:
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Jumlah
41
37
40
50
46
50
46
37
45
40
41
41
40
50
46
45
45
45
37
40
46
42
43
39
43
42
39
17
26
20.5
2
5.5
2
5.5
26
9.5
20.5
17
17
20.5
2
5.5
9.5
9.5
9.5
26
20.5
5.5
21.5
12.5
23.5
12.5
21.5
23.5
26.5
26.5
20.5
2
4.5
2
2
24
12
7.5
20.5
24
4.5
12
15.5
12
7.5
7.5
12
17.5
7.5
20.5
17.5
15.5
12
20.5
24
di
di2
-9.5
-0.5
0
0
1
0
3.5
2
-2.5
13
-3.5
-7
16
-10
-10
-2.5
2
2
14
3
-2
1
-5
8
0.5
1
-0.5
90.25
0.25
0
0
1
0
12.25
4
6.25
169
12.25
49
256
100
100
6.25
4
4
196
9
4
1
25
64
0.25
1
0.25
1115
n(n 1)
12
27 27
12
TX
22.5
= 1615.5
n(n 1)
12
27 27
12
TX
26.5
= 1611.5
X + Y d 1
rs =
2 X 2 Y 2
rs =
1615.5+1611.51115
2 1615.51611.5
rs =
2112
1615.51611.5
2
2112
rs = 3226.997521
rs = 0. 654478346
rs = 0. 65
Koefisien Determinasi Kd = r2 x 100%
2
Kd = 0.65 x 100%
Kd = 0.4225 x 100%
Kd = 42,25%
Untuk menguji hipotesis yang dikemukakan, penulis menggunakan rumus
signifikan dari Sugioyono (2007:357), berikut rumus yang dipakai:
n2
t = rs 1r 3
272
t = 0.65 10.652
10
25
t = 0.65 10.652
t = 0.65 (6.565321622)
t = 4.27
11
12