Anda di halaman 1dari 16

DI SUSUN OLEH:

Intan Sri Nancy


Juwita Ayu Mayasari
Noviarta Rafiqah Putri
Putri Liani Pasaribu
Siti Kholilah Hsb
KELAS KIMIA DIK C 2012
Dosen Pengampu
Dra. Rosmaini, M.Pd.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAHASA PENGEMBANG KEPRIBADIAN


I.

Pengertian Bahasa
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan

bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi
kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling
mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat
memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan
dengan baik apa yang dikatakan.
Berbagai pengertian bahasa menurut para ahli dan sumber lainnya yaitu :

Harimurti Kridalaksana berpengertian bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi
arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.


Wojowarsito berpengertian bahwa bahasa adalah alat manusia mengungkapkan pikiran,

perasaan, pengalaman yang terdiri dari lambang-lambang bahasa.


Bahasa adalah lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang berkembang baik berdasarkan suatu sistem, yaitu

seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya.


Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota

masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau
memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk
membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai
untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari
kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa,

tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.


Panggabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan

dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.


Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting

dalam hidup bersama.


Menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu bahasa dapat
didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk

menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi


simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.
Berdasarkan beberapa pengertian bahasa tersebut maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian bahasa adalah sistem yang teratur berupa lambang-lambang bunyi yang
digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran.
Dalam arti dari pengertian bahasa tersebut, hal ini menonjolkan beberapa segi sebagai
berikut:
1. Bahasa adalah sistem. Maksudnya bahasa itu tunduk kepada kaidah-kaidah tertentu baik
fonetik, fonemik, dan gramatik. Dengan kata lain bahasa itu tidak bebas tetapi terikat
kepada kaidah-kaidah tertentu.
2. Sistem bahasa itu sukarela (arbitary). Sistem berlaku secara umum, dan bahasa
merupakan peraturan yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa bahasa yang
memulai kalimat dengan kata benda seperti Bahasa Inggris, dan ada bahasa yang
mengawali kalimatnya dengan kata kerja. Dan seseorang tidak dapat menolak aturanaturan tersebut baik yang pertama maupun yang kedua. Jadi tidak tunduk kepada satu
dialek tertentu.
3. Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi, dan manusia sudah menggunakan bahasa lisan
sebelum bahasa lisan seperti halnya anak belajar berbicara sebelum belajar menulis. Di
dunia banyak orang yang bisa berbahasa lisan, tetapi tidak dapat menuliskannya. Jadi
bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan (berbicara), adapun menulis adalah bentuk
bahasa kedua. Dengan kata lain bahasa itu adalah ucapan dan tulisan itu merupakan
lambang bahasa.
4. Bahasa itu simbol. Bahasa itu merupakan simbol-simbol tertentu. Misalnya kata rumah
menggambarkan hakikat sebuah rumah. Jadi bahasa itu adalah lambang-lambang tertentu.
Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut
secara proporsional.
5. Fungsi bahasa adalah mengekspresikan pikiran dan perasaan. Jadi tidak hanya
mengekspresikan pikiran saja. Peranan bahasa terlihat jelas dalam mengekpresikan
estetika, rasa sedih senang dalam interaksi sosial. Dalam hal ini mereka mengekspresikan
perasaan dan bukan pikiran. Karena itu bahasa itu mempunyai peranan sosial, emosional
disamping berperan untuk mengemukakan ide.
II.

Klasifikasi Bahasa

Bahasa-bahasa di dunia sangat banyak dan para penuturnya juga terdiri dari bangsa, suku
bangsa, atau etnis yang berbeda-beda. Ada begitu banyak ciri yang bisa digunakan, sehingga
hasil klasifikasi juga dapat bermacam-macam. Menurut Greenberg (1957:66) suatu klasifikasi
yang baik harus memenuhi persyaratan nonarbitrer, ekshaustik, dan unik.yang dimaksud dengan
nonarbitrer adalah bahwa kriteria klasifikasi itu tidak boleh semaunya, hanya harus ada satu
kriteria. Tidak boleh ada kriteria lainnya. Dengan kriteria yang satu ini, yang nonarbitrer, maka
hasilnya akan ekshaustik. Artinya, setelah klasifikasi dilakukan tidak ada lagi sisanya; semua
bahasa yang ada dapat masuk ke dalam salah satu kelompok. Selain itu, hasil klasifikasi juga
harus bersifat unik. Maksudnya, kalau suatu bahasa sudah masuk ke dalam salah satu kelompok;
dia tidak bisa masuk lagi ke dalam kelompok yang lain. Kalau sebuah bahasa bisa masuk ke
dalam dua kelompok atau lebih, maka berarti hasil klasifikasi itu tidak unik.
Di dalam praktek membuat klasifikasi itu, ternyata tiga persyaratan yang diajukan
Greenberg tidak dapat dilaksanakan, sebab banyak sekali ciri-ciri bahasa yang dapat digunakan
untuk membuat klasifikasi tidak hanya satu, tetapi banyak. Oleh karena itu dilakukan pendekatan
untuk membuat klasifikasi yaitu:
o Pendekatan genetis hanya melihat garis keturunan bahasa itu, hasilnya disebut klasifikasi
genetis atau geneologis.
o Pendekatan tipologis menggunakan kesamaan kesamaan tipologi (fonologi, morfologi,
maupun sintaksis), hasilnya disebut klasifikasi tipologis.
o Pendekatan areal menggunakan pengaruh timbal balik antara suatu bahasa dengan bahasa
yang lain, hasilnya disebut klasifikasi areal.
o Pendekatan sosiolinguistik membuat klasifikasi berdasarkan hubungan bahasa dengan
keadaan masyarakat, hasilnya disebut klasifikasi sosiolinguistik.
A. Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis, disebut juga klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan garis
keturunan bahasa-bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang
lebih tua. Menurut teori klasifikasi genetis ini, suatu bahasa proto (bahasa tua, bahasa semula)
akan pecah dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih. Lalu, bahasa pecahan ini akan
menurunkan pula bahasa-bahasa lain. Kemudian bahasa-bahasa lain itu akan menurunkan lagi
bahasa-bahasa pecahan berikutnya.
Keadaan dari sebuah bahasa menjadi sejumlah bahasa lain dengan cabang-cabang dan
ranting-rantingnya memberi gambaran seperti batang pohon yang berbalik. Karena itulah
penemu teori ini,

yaitu A.Schleicher, menamakannya

teori batang pohon (bahasa

Jerman:Stammbaumtheorie). Teori ini yang dikemukakan pada tahun 1866, kemudian dilengkapi
oleh J. Schmidt dalam tahun 1872 dengan teori gelombang (bahasa Jerman:Wellentheorie).
Maksud teori gelombang ini adalah bahwa perkembangan atau perpecahan bahasa itu dapat
diumpamakan seperti gelombang yang disebabkan oleh sebuah batu yang dijatuhkan ke tengah
kolam. Di dekat jatuhnya batu tadi akan tampak gelombang yang lebih tinggi, semakin jauh dari
tempat jatuhnya batu itu gelombangnya semakin kecil atau semakin rendah dan akhirnya
menghilang. Bahasa berkembang dengan cara seperti itu. Bahasa yang tersebar dekat dengan
pusat penyebaran akan mempunyai ciri-ciri yang tampak jelas dengan bahasa induknya, tetapi
yang lebih jauh ciri-cirinya akan lebih sedikit, dan yang paling jauh mungkin akan sangat sedikit;
atau mungkin juga sukar dilihat.
Penyebaran bahasa biasanya terjadi karena penuturnya menyebar atau berpindah tempat
sebagai akibat adanya peperangan atau bencana alam. Kemudian karena tidak ada kontak lagi
dengan tempat asalnya, maka sedikit demi sedikit bahasanya menjadi berubah. Klasifikasi
genetis ini menunujukkan bahwa perkembangan bahasa bahasa di dunia bersifat divergensif,
yakni memecah dan menyebar menjadi banyak.
B. Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat
pada sejumlah bahasa. tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang-ulang dalam
suatu bahasa. Unsur yang berulang ini dapat mengenai bunyi, morfem, kata, frase, kalimat, dan
sebagainya. Oleh karena itu, klasifikasi tipologi dapat dilakukan pada semua tataran bahasa.
Klasifikasi tipologi ini telah banyak dilakukan orang, dan hasilnya pun tidak sedikit salah
satunya adalah klasifikasi pada tataran morfologi yang telah dilakukan pada abad XIX secara
garis besar dapat dibagi tiga kelompok, yaitu:
Kelompok pertama, adalah yang semata-mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar
klasifikasi. Yang mula-mula mengusulkan klasifikasi morfologi ini adalah Fredrich Von
Schlegel. Dia membagi bahasa-bahasa di dunia ini pada tahun 1808 menjadi dua
kelompok, yaitu (1) kelompok bahasa berafiks, dan (2) kelompok bahasa berfleksi.
Pembagian ini kemudian diperluas oleh kakaknya, August Von Schlegel, pada tahun 1818
menjadi (1) bahasa tanpa struktur gramatikal (seperti bahasa Cina); (2) bahasa berafiks
(seperti bahasa Turki), dan (3) bahasa berfleksi (seperti bahasa Sansekerta dan bahasa
Latin). Klasifikasi yang dibuat oleh August Von Schlegel ini kemudian dijadikan model

oleh sarjana-sarjana sesudahnya, seperti Wilhelm Von Humbol (dan diikuti oleh A.F. Pott)
yang membuat klasifikasi baru menjadi (1) bahasa isolatif (sama dengan bahasa tanpa
struktur); (2) bahasa aglutunatif (sama dengan bahasa berafiks); (3) bahasa fleksi aau
sintetis; dan (4) bahasa polisintetis atau bahasa inkorporasi. Yang terakhir ini sebenarnya
merupakan perincian dari bahasa aglutunatif, yang karena begitu kompleksnya perlu
diberi status sendiri. Misalnya bahasa Eskimo dan beberapa bahasa Indian.
Kelompok kedua, adalah yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi.
Tokohnya, antara lain, Franz Bopp, yang membagi bahasa-bahasa di dunia ini atas bahasa
yang mempunyai (1) akar kata yang monosilabis, misalnya bahasa Cina; (2) akar kata
yang mampu mengadakan komposisi, misalnya bahasa-bahasa Indo Eropa dan bahasa
Austronesia; dan (3) akar kata yang disilabis dengan tiga konsonan, seperti bahasa Arab
dan Ibrani. Max Muller, yang juga menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi
membagi bahasa-bahasa di dunia menjadi (1) bahasa akar, seperti bahasa Cina; (2) bahasa
Internasional, seperti bahasa Turki dan bahasa Austronesia, dan (3) bahasa infleksional,
seperti bahasa Arab dan bahasa-bahasa Indo Eropa.
Kelompok ketiga, adalah yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi.
Pakarnya, antara lain, H. Steinthal yang membagi bahasa-bahasa di dunia atas (1) bahasabahasa yang berbentuk, dan (2) bahasa-bahasa yang tidak berbentuk. Yang dimaksud
bahasa yang berbentuk adalah bahasa yang di dalam kalimatnya terdapat relasi antar kata.
Bahasa yang berbentuk ini dibagi lagi menjadi (a) bahasa kolokatif, misalnya bahasa
Cina; (b) bahasa derivatif dengan Jukstaposisi, misalnya bahasa Koptis; (c) bahasa
derivatif dengan perubahan akar kata, misalnya bahasa Semit; (d) bahasa derivatif dengan
sufiks sebenarnya, misalnya bahasa Sansekerta. Kemudian bahasa-bahasa yang tidak
berbentuk dibagi lagi menjadi (a) bahasa kolokatif, misalnya bahasa Indo China; (b)
bahasa derivatif dengan reduplikasi dan prefix, misalnya bahasa Austronesia; (c) bahasa
derivatif dengan sufiks, misalnya bahasa Turki; dan (d) bahasa inkorporasi, yaitu bahasabahasa Indian Amerika. Franz Misteli mengikuti jejak Steinthal dengan sistematik yang
agak berbeda. Bahasa berbentuk hanya dibagi satu kelompok yaitu bahasa dengan kata
yang sesungguhnya (infleksi). Bahasa tidak berbentuk dibagi atas (a) bahasa dengan kata
yang berbentuk kalimat, misalnya bahasa Indian Amerika; (b) bahasa isolatif akar,
misalnya bahasa Cina; (c) bahasa isolatif dasar, misalnya bahasa Melayu; (d) bahasa

jukstaposisi, misalnya bahasa Koptis; (e) bahasa dengan kata yang jelas, misalnya bahasa
Turki.
Pada abad XX ada juga dibuat pakar klasifikasi morfologi dengan prinsip yang berbeda,
misalnya yang dibuat Sapir (1921) dan J. Greenberg (1954). Edward Sapir menggunakan tiga
parameter untuk mengklasifikasikan bahasa-bahasa yang ada di dunia ini. Ketiga parameter itu
adalah:
(1)Konsep-konsep gramatikal yang dibedakan adanya bahasa relasional murni sederhana, dan
bahasa relasional murni kompleks, bahasa relasional campuran sederhana, dan bahasa relasional
campuran kompleks.
(2)Proses-proses gramatikal, ada bahasa isolatif, aglutunatif, fusional, dan simbolik.
(3)Tingkat penggabungan morfem dalam kata, ada bahasa analisis, sintetis, dan polisintetis.
J.Greenberg menegmbangkan gagasan Sapir dalam suatu klasifikasi yang lebih bersifat
kuantitatif dengan mengajukan lima parameter. Parameter pertama menyangkut jumlah morfem
yang ada dalam sebuah kalimat; parameter kedua menyangkut jumlah sendi (juncture) yang
terdapat dalam sebuah konstruksi; parameter ketiga menyangkut kelas-kelas morfem yang
membentuk sebuah kata (akar, derivasi, infleksi); parameter keempat mempersoalkan jumlah
afiks yang ada dalam sebuah konstruksi; dan parameter kelima mempersoalkan hubungan kata
dengan kata di dalam kalimat.
C. Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal-balik antara bahasa
yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan
apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Yang terpenting adanya data pinjammeminjam yang meliputi pinjaman bentuk dan arti; atau pinjaman bentuk saja, atau juga
pinjaman arti saja. Pinjam meminjam ini karena kontak sejarah, bersifat historis dan
konvergensif.
D. Klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik dilakukan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang
berlaku dalam masyarakat; tepatnya, berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan
masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi sosiolinguistik ini pernah dilakukan oleh William A.
Stuart pada tahun 1962 dalam artikelnya An Outline of Linguistic Typology for Describing
Multilingualism. Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan empat ciri atau kriteria, yaitu historisitas,
standardisasi, vitalitas, dan homogenesitas.

Historisitas berkenaan dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian


bahasa itu. Kriteria historisitas ini akan menjadi positif kalau bahasa itu mempunyai sejarah
perkembangan atau sejarah pemakaiannya. Kriteria standardisasi berkenaan dengan statusnya
sebagai bahasa baku atau tidak baku, atau statusnya dalam pemakaian formal atau tidak formal.
Vitalitas berkenaan dengan apakah bahasa itu mempunyai mempunyai penutur yang
menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari secara aktif, atau tidak. Sedangkan homogenesitas
berkenaan dengan apakah leksikon dan tata bahasa dari bahasa itu diturunkan.
III.

Pengertian Kepribadian dan Pengembangan Kepribadian


A. Pengertian Kepribadian dan Pengembangan Kepribadian
Makin meningkatnya persaingan profesinalisme dalam bisnis modern, maka guna untuk

menunjang keberhasilan dalam pekerjaan. Selain itu kemampuan untuk berinteraksi antara
individu secara efektif dan berkomunikasi dengan baik juga akan membuat seseorang menonjol
diantara yang lain.
Kepribadian itu memiliki banyak arti, boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari
kepribadian banyak sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses
sosialisasi. Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan
tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun
perbuatan.
B. Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng
yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian
menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu
lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya
menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini
bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena

sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak
dapat dinilai baik atau buruk karena bersifat netral.
C. Kepribadian Menurut Psikologi
Teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari
individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport
merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing
dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih detail tentang
definisi kepribadian menurut Allport kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari
sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa
dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan
istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki
kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua
orang yang berperilaku sama.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga
sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil
dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut. Dari sebagian besar teori
kepribadian diatas, dapat kita ambil kesamaan:
1. Sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau organisasi
hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh
kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai organisasi yang menjadi
penentu atau pengarah tingkah laku kita.
2. Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual.
Dengan istilah kepribadian, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui studi
tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan
individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian
memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik dan atau khas pada diri setiap orang.
3. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut sejarah
hidup,

perkembangan,

dan

perspektif.

Kepribadian,

menurut

teoris

kepribadian,

merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan
eksternal yang mencakup factor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan
perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu
dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan.
Definisi

kepribadian

menurut

beberapa

ahli

antara

lain

sebagai

berikut

Yinger, Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system

kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.


M.A.W Bouwer, Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak

kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.


Cuber, Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat

dilihat oleh seseorang.


Theodore R. Newcombe, Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki

seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.


Crisholm, bahwa Usaha untuk membantu individu agar memahami dirinya sendiri, yaitu
minat-minatnya, kemampuan-kemampuannya, hasrat-hasrtanya dan rencana-rencananya

dalam menghadapi masa depan.


Kepribadian menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawin (2006) dalam
Sidabutar dan Hallimatussakdiah (2013) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang
yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karekteristik dari struktur struktur,
pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang;

segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi
dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Ada 3 faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian :
Faktor bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan genetik yang menetukan diri fisik primer (warna, mata, kulit) selain
itu juga kecenderungan-kecenderungan dasar misalnya kepekaan, penesuaian diri.
Faktor lingkungan

Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/ budaya seperti teman, guru dll. Dapat
mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
Interaksi bawaan serta lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan serta lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan
AKU/DIRIKU dalam diri seseorang.
D. Hubungan Bahasa dengan Pengembangan Kepribadian
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan
Sumpah pemuda 28 Oktober 1982 menyatakan Kami Putra dan Putri Indonesia
mengaku bertanah air satu tanah air Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia berbangsa satu
bangsa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia . Sumpah ini membuktikan bahwa pengakuan bertanah air satu, berbangsa satu
Indonesia dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia, memiliki fungsi yang luar
biasa dalam mengembangkan kepribadian bangsa. Fungsi tersebut menegaskan bahwa setiap
warga negara Indonesia senantiasa berkepribadian, perilaku, dan berbudi bahasa khas Indonesia.
Kini bahasa Indonesia berfungsi efektif sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Pengalaman berbahasa dalam mengembangkan kepribadian bangsa Indonesia ini
kemudian dikukuhkan kedudukannya dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Penegasan ini menunjukkan kedudukan dan
fungsi yang bersifat formal dalam kegiatan kenegaraan. Selain itu bahasa Indonesia juga
digunakan sebagai bahasa nasional dalam berbagai komunikasi yang bersifat nasional,
kedinasan, dan kegiatan nasional dalam lembaga pemerintahan maupun nonpemerintah.
Pengembangan selanjutnya membuktikan secara meyakinkan bahwa sejak proklamasi setiap
komunikasi nonformal, masyarakat dan bangsa Indonesia senantiasa menggunakan bahasa
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian bahasa Indonesia telah berakar pada seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Fungsi ini menjadi simbol nasional, negara, semangat untuk
bersatu dan berkepribadian.
Sebagai mata kuliah pengembang kepribadian bahasa Indonesia bertujuan agar
mahasiswa dapat memahami konsep penulisan ilmiah dan mampu menerapkannya dalam

penulisan karya ilmiah. Untuk itu mahasiswa dibekali berbagai keterampilan kognitif, afektif dan
psikomotorik yang terkait dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang
sekaligus dapat mengembangkan kecerdasan, karakter dan kepribadiannya. Kecerdasan yang
didukung oleh kepribadian dan moral yang tinggi memungkinkan setiap orang senantiasa
menggali potensi yang ada di sekitarnya dan mengembangkannya menjadi kreativitas yang baru.
Untuk mewujudkan kecerdasan dan kepribadian tersebut, mahasiswa dibekali
keterampilan yang secara alami diawali dengan pemahaman fungsi bahasa sebagai sarana
komunikasi dalam berbagai ragam kebahasaan. Selanjutnya, mahasiswa dibekali keterampilan
bagaimana mendapatkan ide ilmiah, mengorganisasikannya dengan kerangka karangan sebagai
kerangka berpikir dan mengekspresikannya dengan ejaan yang benar, pilihan kata yang tepat,
kalimat yang efektif dan paragraf yang benar dan sebuah karangan.
Sejak didengungkannya globalisasi informasi awal 2000-an, yang di dukung berbagai
peralatan komunikasi mutakhir yang sangat efektif dalam berbagai aktivitas masyarakat dunia,
fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pengembangan kepribadian mulai menghadapi tantangan
dari berbagai bahasa dunia terutama bahasa internasional yang digunakan oleh berbagai bangsa.
Tantangan ini harus dihadapi dengan membenahi sistem pengajaran bahasa Indonesia, baik
tingkat kedalaman maupun tingkat keluasannya.
Kepribadian yang Baik dan Cerdas
Kepribadian yang baik dapat diartikan bahwa perilakunya dapat diterima oleh orang lain.
Semakin luas lingkungan masyarakat yang menerima kebaikannya dapat diartikan bahwa
kebaikan pribadinya

semakin sempurna. Kepribadian yang cerdas

senantiasa dapat

memanfaatkan berbagai situasi untuk menghasilkan kreativitas.


Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Pengembang Kepribadian
Berdasarkan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pembangunan kepribadian,
mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan, karakter, dan kepribadian. Mahasiswa
yang berkompetensi berbahasa Indonesia secara aktif dan pasif akan mampu mengekspresikan
pemahaman dan kemampuan dirinya secara runtut, logis, dan lugas. Hal ini menandakan
kemampuan mengorganisasi karakter dirinya terkait dengan potensi daya pikir, emosi, dan
harapannya. Kemudian diekspresikan dalam berbagai bentuk karya ilmiah, seperti artikel ilmiah,
makalah ilmiah, proposal, penulisan skripsi dan laporan ilmiah.

Pranowo dalam Sidabutar dan Hallimatussakdiah (2013) mengungkapkan bahwa


berbahasa secara baik, benar dan santun dapat menjadi kebiasaan yang membentuk pribadi
seseorang menjadi lebih baik.
Selain itu, mahasiswa yang berkompetensi berbahasa Indonesia baku dengan baik dan
benar akan mampu memahami konsep-konsep pemikiran dan pendapat orang lain. Kompetensi
ini akan dapat mengembangkan karakter dan kepribadian melalui berpikir sinergis, yaitu
kemampuan mneghasilkan konsep baru berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki bersamaan
dengan pengalaman baru. Mahasiswa demikian akan menjadi lebih cerdas dan kreatif dalam
memanfaatkan situasi, stimulus, dan pengalaman baru yang diperolehnya.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembang kepribadian diarahkan kepada
kompetensi berbahasa baku dengan baik dan benar secara lisan dan tulisan. Fungsi ini mencakup
berbagai aspek sebagai berikut.
a. Mengembangkan kemampuan/kompetensi berkomunikasi ilmiah.
b. Mengembangkan kemampuan akademis.
c. Mengembangkan berbagai sikap, seperti sikap ilmiah, sikap paradigmatis dalam
mengembangkan pola-pola berpikir sikap terpelajar.
d. Mengembangkan kecerdasan berbahasa.
e. Mengembangkan kepribadian terutama dalam menciptakan kreativitas baru yang terkait
dengan pengalaman, pengetahuan, dan situasi baru yang dihadapi serta kemampuan
mengekspresikannya.
f. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi

antar pribadi sehingga

perkembangan pribadi.
g. Mengembangkan kemampuan sebagai lambang bangsa dan negara.

memantapkan

PENUTUP
Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi utama, dan dengan bahasa manusia mengungkapkan
pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Bahasa Indonesia adalah bahasa perhubungan yang
berabad-abad tumbuh berlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan yang setelah
bangkitnya pergerakan pembangunan rakyat Indonesia pada permulaan abad ke-20 dan dijunjung
sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (a) bahasa resmi kenegaraan, (b)
bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, (c) bahasa resmi didalam perhubungan
dalam tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintahan, (d) bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi modern.
Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi
perasaan, pemikiran, dan perilaku. kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Perkembangan kepribadian sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor baik heriditas ( pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, psikis,
kebudayaan, spiritual, dan lain-lain). Berdasarkan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
pembangunan kepribadian, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan, karakter,
dan kepribadian. Selain itu, mahasiswa yang berkompetensi berbahasa Indonesia baku dengan
baik dan benar akan mampu memahami konsep-konsep pemikiran dan pendapat orang lain.
Kompetensi ini akan dapat mengembangkan karakter dan kepribadian melalui berpikir sinergis,
yaitu kemampuan mneghasilkan konsep baru berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki
bersamaan dengan pengalaman baru.
Saran
Hendaknya kita menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dan lebih
mengedepankan penggunaan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa asing.Dengan lebih
mengedepankan penggunaan bahasa Indonesia daripada bahasa asing diharapkan kita bisa
memperbaiki karakter bangsa yang sudah mulai luntur.

DAFTAR PUSTAKA
Barus, Sanggup. Dkk. 2014. Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan: Unimed Press.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Muslich, M. 2010. Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sidabutar, Hudson dan Hallimatussakdiah. 2013. Prosiding Hasil Workshop Peningkatan
Kemampuan Mahasiswa dalam Mendesain Melaksanakan dan Melaporkan Karya Ilmiah
Pendidikan Karakter (Character Building) BAHASA INDONESIA SEBAGAI
PENGEMBANG KEPRIBADIAN. Medan : Unimed Press.

Anda mungkin juga menyukai