Anda di halaman 1dari 3

1.

5 Tahap Kelima: Penangguhan (Adjourning)


Setelah berhasil menyelesaikan tugas atau tujuan, kelompok dapat bubar secara permanen
atau sementara. Tugas pada tahap ini adalah untuk mengendurkan ikatan kelompok untuk
kemudian menindaklanjuti tugas-tugasnya.
Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peranan pada tahap akhir ini adalah
mendorong anggota kelompok untuk mendiskusikan proyek atau tugas, dengan membahas
pelajaran yang dapat diperoleh dari hasil pekerjaan mereka dan menyampaikan kepada kelompok
baru cara pemecahan masalah apabila berhadapan dengan masalah yang serupa. Tahap ini juga
bermanfaat sebagai upaya mengakui kelompok. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk pengakuan
publik (uraian atas prestasi kelompok dalam newsletter bulanan), hadiah (imbalan organisasi
berupa persentase dari pendapatan tabungan diwujudkan sebagai hasil dari kerja kelompok), atau
manfaat lainnya (seperti mengajak kelompok untuk makan siang di luar kampus). Dengan
memberikan dorongan dan mengakui prestasi, kerja keras, dan upaya, berarti membantu untuk
melanjutkan momentum dan membangun motivasi.
Pekerjaan dalam kelompok mungkin tetap berlangsung terus dengan tujuan baru
sekalipun proyek tertentu selesai maka dari itu anggota kelompok juga dapat memilih untuk
berdiskusi di taman atau kantin, mengevaluasi proses mereka dan melakukan upaya komunikasi
untuk memastikan mereka untuk menjaga alur kerja dan bekerja seproduktif mungkin, di tahap
ini diharapkan anggota kelompok dapat membahas ilmu yang diperoleh dan mengaplikasikannya
agar apabila terdapat kesalahan yang sama kita dapat memperoleh pemecahan masalah karena
sudah pernah menghadapi masalah yang sama.
Sebagaimana halnya dengan hubungan, kelompok juga memiliki siklus perkembangan.
Kelompok yang sudah mau bergerak mengikuti semua atau beberapa tahap ini, karena mereka
ingin berkembang menjadi sebuah kelompok kerja sangatlah bagus. Namun, tidak semua
kelompok dapat berkembang melalui semua tahap, bahkan beberapa kelompok berkembang
dengan langkah yang berbeda. Akan tetapi, dalam perkembangan kelompok tersebut
pemahaman anggota atau pemimpinlah yang dibutuhkan dalam menjalani semua tahap tersebut,
karena dengan hal tersebut kelompok dapat mengembangkan strategi untuk menjadi kelompok
yang efektif disetiap langkah perjalanan mereka.

2. Kelompok Formal dan Kelompok Informal


Kelompok formal merupakan kelompok yang dibentuk dengan struktur organisasi dan
peraturan tegas. Peraturan sengaja dibuat oleh para anggota untuk mengatur hubungan antar
anggota. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencapai apa diharapkan di dalam
kelompok. Contoh dari kelompok informal, antara lain sekolah, perusahaan, universitas
Kelompok Informal merupakan kelompok yang dibentuk dengan tidak adanya struktur
dan organisasi. Terbentuknya suatu kelompok informal dapat ditimbulkan oleh banyak faktor,
diantaranya: adanya rasa kebersamaan, identifikasi diri, perhatian dari sesama anggota
kelompok.
Kelompok Informal dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Horizontal Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada
tingkatan manajemen sama dan bekerja dalam bidang yang sama.contoh, dokter sesame dokter
b) Vertical Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada
tingkatan manajemen yang berbeda-beda, akan tetapi dalam suatu bidang yang sama.dokter dan
perawat
c) Random Cliques
Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berasal dari
berbagai tingkatan manajemen dan yang berasal dari berbagai bidang.di perusahaan contohnya.
Terdapat kaitan antara kelompok formal dan kelompok informal. Setelah seseorang
menjadi anggota organisasi formal seperti sekolah ,universitas, atau perusahaan biasanya ia
mulai menjalin hubungan persahabatan dengan anggota lain dalam organisasi formal tersebut
sehingga tampak dalam organisasi formal akan terbentuk kelompok informal.

Dalam organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat
searah, berbeda atau bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal.
Apabila kelompok persahabatan memiliki nilai dan norma yang searah dengan tujuan kelompok
formal, belajar bersama untuk mendapatkan nilai A, tujuan belajar akan mendukung tujuan
perguruan tinggi sebagai kelompok/organisasi formal. Bila di kalangan siswa dan mahasiswa
tujuan kesetiakawanan bertentangan dengan aturan organisasi, seperti melakukan pelangaran
disiplin dalam melengkapi daftar hadir, tentunya akan mempersulit tercapainya tujuan institusi
pendidikan sebagai organisasi formal.
Kesimpulannya di dalam kelompok formal biasanya akan terbentuk kelompok informal.
Hal tersebut dapat terjadi antar anggota akibat dari kesamaan tujuan. Tujuan kelompok formal
akan semakin mudah tercapai apabila kelompok informal yang terbentuk, contohnya
persahabatan yang misalnya memiliki tujuan yang searah dengan kelompok formal. Namun
apabila tujuannya bertentangan, maka dapat menimbulkan hambatan lain dan tidak tercapainya
suatu tujuan dalam kelompok formal.

Anda mungkin juga menyukai