Prinsip Umum
- Keadilan (equity)
- Kepastian (certainity)
- Kemudahan (convenience)
- Efisiensi (efficiency)
Prinsip Pemungutan
- Didasarkan pada peraturan daerah
- Daerah memiliki potensi penerimaan pajak dan/atau retribusi yang memadai
- Penetapan tarif memperhatikan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan
- Administrasi pemungutan diatur secara efisien dan efektif
- Terdapat kepastian hukum dan pengaturan yang jelas mengenai hak dan kewajiban
pembayar dan pemungut pajak daerah dan retribusi daerah
- Pemungutan tidak dapat diborongkan
- Pemungutan tidak berlaku surut
Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah Otonom (daerah) yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ciri-ciri
- Dipungut oleh Pemda, berdasarkan kekuatan peraturan perundang-undangan.
- Dipungut apabila ada suatu keadaan, peristiwa dan perbuatan yang menurut peraturan
perundang-undangan dapat dikenakan pajak daerah.
- Dapat dipaksakan, yakni apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban pembayaran
pajak daerah, yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi (pidana dan denda).
- Tidak terdapat hubungan langsung antara pembayaran pajak daerah dengan
imbalan/balas jasa secara perseorangan.
- Hasil penerimaan pajak daerah disetor ke kas daerah.
Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam
daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak
daerah yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan
pajak untuk daerah kabupaten/kota
Pajak Provinsi
Pajak Kabupaten/Kota
Retribusi Daerah
Retribusi Daerah atau Retribusi adalah pungutan daerah (otonom) sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Ciri-Ciri
- Dipungut oleh pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan peraturan perundang-
undangan.
- Dapat dipungut apabila ada jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dan dinikmati
oleh orang atau badan.
- Pihak yang membayar retribusi daerah mendapatkan imbalan/balas jasa secara
langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.
- Wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran retribusi daerah dapat
dikenakan sanksi ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi daerah tidak
memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
- Hasil penerimaan retribusi daerah disetor ke kas daerah.
Jenis-Jenis Retribusi
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau Badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6. Retribusi Pelayanan Pasar;
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
13. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Jenis Retribusi di atas dapat tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil dan/atau
atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma.
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
1. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
2. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai
oleh pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
3. Retribusi Tempat Pelelangan;
4. Retribusi Terminal;
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
7. Retribusi Rumah Potong Hewan;
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
10. Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah
Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Kriteria Retribusi
Selain jenis-jenis retribusi di atas, pemerintah pusat dapat berwenang pula menetapkan
jenis retribusi lain melalui Peraturan Pemerintah.
a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi
Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;
b. jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi;
c. jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan
yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani
kepentingan dan kemanfaatan umum;
d. jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang
membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat
yang tidak mampu;
e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya;
f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan
salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan
g. pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi
Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu;
b. jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau
terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum
dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.