Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

UNIT OPRERASI BIOPROSES 2


TRAY DRYING

Disusun Oleh
KELOMPOK 6
Adithya Fernando Sitorus
Fakhri Rafiki
Sonia Limoes
Ulina Ayu Pangesti

1306447764
1306447751
1306412142
1306447726

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan
tentang laporan percobaan pada praktikum Tray Drying pada mata kuliah
Praktikum Unit Operasi Bioproses. Percobaan ini dilakukan di Laboratorium
Proses, Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen kami yang kami hormati Eny
Kusrini selaku pembimbing mata kuliah Praktikum Unit Operasi Bioproses yang
telah membimbing kami selama pembuatan makalah ini; asisten laboratorium dan
teman-teman Departemen Teknik Kimia khususnya angkatan 2013 yang selalu
mendukung dan membantu proses penyelesaian makalah ini; dan semua pihak
yang terlibat dalam pembuatan makalah yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu di sini.
Semua ide dan isi dari karya ini terinspirasi dari keadaan masyarakat
Indonesia dan kami bermaksud untuk meningkatkan kualitas lingkungan di
Indonesia. Semoga makalah ini akan

bermanfaat bagi warga Universitas

Indonesia pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya disamping


sebagai salah satu tugas mata kuliah Pencegahan Pencemaran

Depok,

April 2016
Penulis,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I - PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat......................................................................................................... 2
BAB II - TEORI DASAR .................................................................................. 3
2.1 Definisi dan Mekanisme Pengeringan ......................................................... 3
2.2 Tray Drying .................................................................................................. 4
2.3 Persamaan Tray Drying................................................................................. 6
2.4 Kurva Pengeringan........................................................................................ 7
BAB III - PERCOBAAN ................................................................................... 8
3.1. Alat dan Bahan ............................................................................................ 8
3.2 Variabel-Variabel dalam Percobaan ............................................................. 8
3.3 Prosedur Percobaan ...................................................................................... 9
BAB IV - DATA DAN PENGOLAHAN DATA ................................................ 11
4.1 Pengaruh ukuran partikel terhadap pengeringan .......................................... 11
4.2 Pengaruh kecepatan udara terhadap pengeringan ........................................ 18
4.3 Pengaruh Perubahan suhu terhadap Pengeringan ....................................... 25
BAB V ANALISIS........................................................................................... 32
5.1 Analisis pengaruh ukuran partikel terhadap laju pengeringan...................... 32
5.2 Analisis pengaruh kecepatan udara terhadap laju pengeringan..................... 37
5.3 Analisis pengaruh suhu terhadap laju pengeringan....................................... 40
BAB VI - KESIMPULAN ................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Percobaan ini berkaitan dengan teknik pengeringan dengan judul Tray
Drying. Pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatil
yang terdapat dalam padatan dengan cara evaporasi. Di Industri kimia proses
pengeringan adalah salah satu proses yang penting. Proses pengeringan ini
dilakukan biasanya sebagai tahap akhir sebelum dilakukan pengepakan suatu
produk ataupun proses pendahuluan agar proses selanjutnya lebih mudah,
mengurangi biaya pengemasan dan transportasi suatu produk dan dapat
menambah nilai guna dari suatu bahan. Dalam industri makanan, proses
pengeringan

ini

digunakan

untuk

pengawetan

suatu

produk

makanan.

Mikroorganisme yang dapat mengakibatkan pembusukan makanan tidak dapat


dapat tumbuh pada bahan yang tidak mengandung air, maka dari itu untuk
mempertahankan aroma dan nutrisi dari makanan agar dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama, kandungan air dalam bahan makanan itu harus dikurangi
dengan cara pengeringan. Contoh industri yang mengaplikasikan proses ini, yaitu
industri semen, farmasi, dan susu. Pada proses ini terjadi perpindahan massa
(mass transfer) dan perpindahan kalor (heat transfer) antara udara pengering
dengan bahan padat yang akan dikeringkan.
Konsep perpindahan massa dapat diterapkan dalam pengeringan (drying).
Dalam percobaan ini pengeringan akan dilakukan untuk mengeringkan suatu
umpan solid/butiran padat berupa pasir dengan berbagai ukuran menggunakan
unit operasi yang dinamakan tray dryer. Tray dryer adalah alat pengering yang
dirancang untuk pengeringan bahan yang membutuhkan wadah. Pada alat ini
terdapat tray yang digunakan sebagai tempat umpan yang dikeringkan. Proses
pengeringan dilakukan pada tray kedua dari atas. Pengeringan dilakukan dengan
mengalirkan udara yang dipanaskan dengan heater dan kemudian mengalir ke
arah tray-tray umpan. Udara panas inilah yang akan menguapkan air yang
terkandung dalam umpan yang berupa pasir hingga kering.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai studi
karakteristik laju pangeringan partikel pasir basah. Pada percobaan ini akan dilihat
pengaruh ukuran partikel, variasi temperatur, dan variasi laju alir terhadap laju
pengeringan.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
praktikum Unit Operasi Bioproses.
Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah:
1

Menentukan kondisi variabel-variabel proses operasi pengeringan yang


diperlukan untuk melakukan operasi pengeringan optimum pada proses

2
3

pengeringan menggunakan tray dryer.


Mahasiswa mampu menggunakan Psychrometric Chart.
Mahasiswa mampu memprediksi laju pengeringan suatu padatan basah dalam

suatu persamaan empiris.


Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel, variasi temperatur, dan variasi
laju alir udara terhadap laju pengeringan.

1.4 Manfaat penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mendalami pemahaman
terhadap proses pengeringan menggunakan tray dryer. Selain itu penulisan ini
juga bisa memberikan informasi mengenai pengaruh ukuran partikel, variasi
temperatur, dan variasi laju alir udara terhadap laju pengeringan pada tray dryer.

BAB 2
TEORI DASAR
2.1 Teori Pengeringan
Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang
terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas
kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber
panas dan penerima uap cairan (Sumber: Treybal, 1980) . Dasar proses
pengeringan adalah terjadi penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan
uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan yaitu faktor yang berhubungan
dengan udara pengering seperti suhu, kecepatan udara, kelembapan, dimana
makin tinggi udara pengering makin cepat pula proses pengeringan berlangsung
dan faktor yang berhubungan dengan bahan yang dikeringkan seperti ukuran
bahan, kadar air awal bahan. Pengeringan secara mekanis dapat dilakukan dengan
2 metode yaitu:
1. Continuous drying
Suatu pengeringan bahan dimana pemasukan dan pengeluaran bahan
dilakukan terus menerus.
2. Batch drying
Suatu pengeringan dimana bahan masuk ke alat pengering sampai pengeluaran
hasil kering, kemudian baru dimasukkan bahan yang berikutnya.
Menurut system proses pengeringan dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Direct drying
Pada system ini bahan dikeringkan dengan cara mengalirkan udara pengering
melewati bahan sehingga panas yang diserap diperoleh dari sentuhan langsung
antara bahan dengan udara pengering, biasanya disebut dengan pengeringan
konveksi.
2. Indirect drying
Pada system ini panas pengeringan di dapat dari dinding pemanas yang
bersentuhan dengan bahan yang dikeringkan secara konduksi.
Pengeringan biasanya merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi
dan hasil pengeringan biasanya siap dikemas. Kandungan zat cair dalam bahan

yang dikeringkan berbeda dari satu bahan ke bahan lain. Ada bahan yang tidak
mempunyai kandungan zat cair sama sekali (bone dry). Pada umumnya zat padat
selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai air terikat. Zat padat yang akan
dikeringkan biasanya terdapat dalam bentuk serpih,

bijian, kristal, serbuk,

lempeng, atau lembaran sinambung dengan sifat-sifat yang berbeda satu sama
lain. Zat cair yang akan diuapkan bisa terdapat pada permukaan zat padat seperti
pada kristal, dapat pula seluruh zat cair terdapat di dalam zat padat seperti pada
pemisahan pelarut dari lembaran polimer, atau dapat pula sebagian zat cair di luar
dan sebagian di dalam. Jika ditarik garis besarnya, tujuan pengeringan antara lain:
1.
2.
3.
4.

Agar produk dapat disimpan lebih lama.


Mempertahankan daya fisiologik bahan
Mendapatkan kualitas yang lebih baik,
Menghemat biaya pengangkutan.
Laju pengeringan dipengaruhi oleh kondisi udara pengering, bentuk dan

ukuran partikel yang dikeringkan. Perpindahan massa terjadi bila terdapat kontak
antara solid dan udara pengering. Prosesnya adalah terjadi perpindahan massa dari
permukaan pertikel kedalam aliran udara pengering.
2.2 Tray Drying
Dalam percobaan ini pengeringan akan dilakukan untuk mengeringkan
suatu umpan solid/butiran padat berupa pasir dengan berbagai ukuran
menggunakan unit operasi yang dinamakan tray dryer. Tray dryer adalah alat
pengering yang dirancang untuk pengeringan bahan yang membutuhkan
wadah/pan. Pada alat ini terdapat tray-tray yang digunakan sebagai tempat umpan
yang dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan pada tray kedua dari atas.
Pengeringan dilakukan dengan mengalirkan udara yang dipanaskan dengan heater
dan kemudian mengalir ke arah tray-tray umpan. Udara panas inilah yang akan
menguapkan air yang terkandung dalam umpan hingga kering.
Alat pengering tipe rak (tray dryer) mempunyai bentuk persegi dan di
dalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Pada umumnya rak tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat pengering
jenis itu rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat

pengering. Ikan-ikan diletakkan di atas rak yang terbuat dari logam dengan alas
yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang tersebut untuk mengalirkan udara
panas dan uap air.
Alat tersebut juga digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian berupa
biji-bijian. Bahan diletakkan pada suatu bak yang dasarnya berlubang-lubang
untuk melewatkan udara panas. Bentuk bak yang digunakan ada yang persegi
panjang dan ada juga yang bulat. Bak yang bulat biasanya digunakan apabila alat
pengering menggunakan pengaduk, karena pengaduk berputar mengelilingi bak.
Kecepatan pengadukan berputar disesuaikan dengan bentuk bahan yang
dikeringkan, ketebalan bahan, serta suhu pengeringan. Biasanya putaran pengaduk
sangat lambat karena hanya berfungsi untuk menyeragamkan pengeringan.
Keuntungan dari alat pengering jenis tray ini adalah : laju pengeringan lebih cepat,
kemungkinan terjadinya over drying lebih kecil, dan tekanan udara pengering
yang rendah dapat melalui lapisan bahan yang dikeringkan.

Gambar 2.1 Tray Drier yang digunakan di laboratorium


Departemen Teknik Kimia UI

Alat pengering tipe bak terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut :
1. Bak pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak
pengering dengan ruang tempat penyebaran udara panas (plenum chamber).
2. Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke
plenum chamber dan melewati tumpukan bahan di atasnya.
5

3. Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar


kelembapan nisbi udara pengering menjadi turun sedangkan suhunya naik.
2.3 Persamaan Tray Drying
Persamaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

Menghitung kandungan air:

(1)
dengan
Xi

= kandungan air dalam pasir (gram air/gr padatan kering)

Wst = berat pasir kering dengan tray (g)


Wi

= berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)

Ws

= padatan kering (g)

Menghitung laju pengeringan air:

(2)
dengan,

R = laju pengeringan (g H2O/menit.cm2)


A = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (menit)

A = 20,3 cm x 30 cm =609 cm2

Menghitung laju penguapan


(3)

dengan,

m = laju penguapan (g/s)


vi = kecepatan rata-rata udara pengering (cm/s)
= densitas udara (g/cm3)

A = luas permukaan (cm2)


H= selisih kelembaban downstream upstream

Menghitung nilai densitas udara

Densitas udara dicari dengan menggunakan persamaan gas ideal:


(4)

(5)
2.4 Kurva Pengeringan
Karakteristik proses pengeringan suatu bahan bergantung pada waktu yang
diperlukan, sehingga kurva kandungan air bahan terhadap waktu yang diperlukan
untuk mengeluarkan air dari bahan tersebut dapat digambarkan seperti dalam
Gambar 2, yang dinamakan kurva pengeringan. Pada proses pengeringan berlaku
dua proses, yaitu pada permulaan proses air dipermukaan bahan akan diuapkan,
seperti yang digambarkan pada kurva pengeringan yang berkemiringan rendah,
kemudian barulah berlaku proses pemindahan air dari bahagian dalam bahan ke
permukaaannya. Semakin lama semakin sedikit air yang diuapkan. Proses ini
berlangsung sampai air yang terikat saja yang tinggal di dalam bahan tersebut,
seperti digambarkan oleh kurva asimptot di sebelah kanan grafik.

Gambar 2.2 Kurva Pengeringan

BAB 3
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

Mesin tray Drier


Tray
Timbangan
Psychrometer
Anemometer
Stopwatch

3.1.2 Bahan

Pasir dengan 3 ukuran (0.3 mm, 0.5 mm, dan 0.7 mm)
Air

3.2 Variabel-Variabel dalam Percobaan

Diameter Partikel (pasir)


Temperatur
Laju alir udara
Waktu

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Prosedur Percobaan Pengaruh ukuran partikel
1. Menyediakan pasir dengan 2 ukuran partikel yang berbeda, 0.3 mm, dan 0.5
mm sesuai screen analysis.
2. Menimbang tray yang masih kosong dan mengukur luas permukaan tray.
3. Mengisi tray (satu) dengan pasir berukuran 0.3 mm (bahan non porous
granular solid), dan mengukur ketebalan pasir, kemudian menimbangnya.
4. Membasahi pasir kering yang telah ditimbang dengan menyemprotkan air ke
seluruh permukaan tray, catat jumlah semprotan, lalu menimbang kembali tray
yang terdapat pasir basah tersebut.
5. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada level 5 dan pemanas
pada level 6.
6. Mencatat berat pasir, kecepatan udara dan temperatur wet dan dry pada
upstream dan downstream pada tiap interval waktu 3, 6, 9, 12, 15 selama
operasi pengeringan.

7. Mengulangi tahap-tahap percobaan seperti prosedur 2-6 untuk pasir berukuran


0.5 mm.
8. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.
3.3.2 Prosedur Percobaan Pengaruh Kecepatan Udara
1. Menyediakan pasir dengan ukuran partikel 0.5 mm sesuai screen analysis.
2. Menimbang tray yang masih kosong dan mengukur luas permukaan tray.
3. Mengisi tray (satu) dengan pasir berukuran 0.5 mm (bahan non porous
granular solid), dan mengukur ketebalan pasir, kemudian menimbangnya.
4. Membasahi pasir kering yang telah ditimbang dengan menyemprotkan air ke
seluruh permukaan tray, catat jumlah semprotan, lalu menimbang kembali tray
yang terdapat pasir basah tersebut.
5. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada level 5 dan pemanas
pada level 5.
6. Mencatat berat pasir, kecepatan udara dan temperatur wet dan dry pada
upstream dan downstream pada tiap interval waktu 3, 6, 9, 12, 15 selama
operasi pengeringan.
7. Mengulangi tahap-tahap percobaan seperti prosedur 2-6 untuk kecepatan
udara pengering pada level 5 dan pemanas pada level 8.
8. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.
3.3.3 Prosedur Percobaan Pengaruh Suhu Pemanas
1. Menyediakan pasir dengan ukuran partikel 0.5 mm sesuai screen analysis.
2. Menimbang tray yang masih kosong dan mengukur luas permukaan tray.
3. Mengisi tray (satu) dengan pasir berukuran 0.5 mm (bahan non porous
granular solid), dan mengukur ketebalan pasir, kemudian menimbangnya.
4. Membasahi pasir kering yang telah ditimbang dengan menyemprotkan air ke
seluruh permukaan tray, catat jumlah semprotan, lalu menimbang kembali
tray yang terdapat pasir basah tersebut.
5. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada level 5 dan pemanas
pada level 5.
6. Mencatat berat pasir, kecepatan udara dan temperatur wet dan dry pada
upstream dan downstream pada tiap interval waktu 3, 6, 9, 12, 15 selama
operasi pengeringan.
7. Mengulangi tahap-tahap percobaan seperti prosedur 2-6 untuk kecepatan
udara pengering pada level 5 dan pemanas pada level 8.
8. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.

10

BAB 4
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data dan Pengolahan Pengaruh Diameter Partikel terhadap Laju
Pengeringan
Tujuan Percobaan
Mengamati pengaruh ukuran partikel terhadap laju pengeringan.
Data Percobaan
a. Luas Tray (AT)
Panjang

: 30 cm

Lebar

: 16 cm
2

A T =30 16=480 cm =0.048 m

b. Variasi Ukuran Partikel 0.3 mm


Kecepatan udara: level 5
Pemanas
: level 6
i)
Tebal Pasir
ii)
Jumlah Semprotan Air
iii)
Berat Tray Kosong (Wt)
iv)
Berat Tray dan Pasir Kering (Wst)
v)
Berat Tray dan Pasir Basah (Wswt)
vi)
Berat Air (Ww)
vii)

Berat Pasir Kering (Ws)

= 7 mm
= 20
= 152 gr
= 464 gr
= 478 gr
= 14 gr
= W st W t =312 gr

Tabel 4.1. Tabel Data Pengamatan Percobaan Variasi Diameter (0,3 mm)
Waktu

Berat

(menit)

(gram)

3
6
9
12
15

476
475
474
473
472

Suhu (oC)
Upstream
Downstream
Kering Basah Kering Basah
33.0
27.0
36.0
27.0
36.0
27.5
36.0
27.5
36.5
28.0
37.0
28.0
36.5
28.5
36.5
28.0
37.0
28.0
37.0
28.0

c. Variasi Ukuran Partikel 0.5 mm


Kecepatan udara: level 5
Pemanas
: level 6
i)
Tebal Pasir

Laju Udara (m/s)


1
2.2
2.6
2.3
2.2
2.2

= 7 mm
11

2
2.6
2.7
3.0
2.8
2.4

3
2.7
2.8
2.6
2.8
2.6

4
2.1
1.8
2.0
1.9
1.8

5
2.3
2.4
2.1
2.2
2.2

ii)
iii)
iv)
v)
vi)

Jumlah Semprotan Air


Berat Tray Kosong (Wt)
Berat Tray dan Pasir Kering (Wst)
Berat Tray dan Pasir Basah (Wswt)
Berat Air (Ww)

vii)

Berat Pasir Kering (Ws)

= 20
= 152 gr
= 488 gr
= 501 gr
= 13 gr
= W st W t =336 gr

Tabel 4.2. Tabel Data Pengamatan Percobaan Variasi Diameter (0,5 mm)
Suhu (oC)
Upstream
Downstream
(gram) Kering Basah Kering Basah
Berat

Waktu
(menit)

499

36.0

28.5

36.0

28.5

498

36.0

28.0

37.0

28.0

497

36.5

28.0

36.5

28.0

12

496

37.0

28.5

36.5

28.0

15

496

37.5

28.5

36.5

28.0

Laju Udara
1
2.

2
2.

3
2.

4
1.

4
2.

5
2.

5
2.

8
1.

3
2.

7
3.

7
2.

9
2.

2
2.

0
3.

9
2.

0
1.

4
2.

0
3.

6
2.

9
1.

5
2.1
2.2
2.2
2.2
2.1

Pengolahan Data dan Grafik


a. Perhitungan Kandungan Air terhadap Waktu
Kandungan air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
W W st
X i= i
Ws
Dimana:

= kandungan air dalam pasir (kg air/kg padatan kering).


= berat pasir kering dengan tray (kg).

= berat pasir dalam tray selama pengamatan (kg).


= berat padatan kering (kg).
Melalui rumus tersebut, dapat diperoleh data untuk masing-masing
variasi ukuran partikel:
Tabel 4.3. Tabel Hasil Perhitungan Kandungan Air
t
(menit)

Ukuran Partikel (d) = 0.3 mm


Wi (g) Wst (g) Ws (g)

12

Ukuran Partikel (d) = 0.5 mm


Wi
Wst (g) Ws (g)

3
6
9
12
15

476
475
474
473
472

464
464
464
464
464

312
312
312
312
312

(g)
499
498
497
496
496

0.0385
0.0353
0.0321
0.0288
0.0256

488
488
488
488
488

336
336
336
336
336

0.0327
0.0298
0.0268
0.0238
0.0238

Data yang diperoleh kemudian di plot kedalam grafik Kurva


Kandungan Air () Terhadap Waktu (Menit).
Tabel 4.4. Tabel Hasil Perhitungan Kandungan Air Untuk di Plot ke Grafik

t (menit)
3
6
9
12
15

d = 0.3 mm

d = 0.5 mm

0.0385
0.0353
0.0321
0.0288
0.0256

0.0327
0.0298
0.0268
0.0238
0.0238

Kurva Kandungan Air () Terhadap Waktu (Menit)


0.04
0.04

0.03
0.03
0.02

10

11

12

13

14

15

16

t (menit)
Xi d = 0.3 mm

Xi d = 0.5 mm

Gambar 4.1 Kurva Kandungan Air () Terhadap Waktu (Menit)


b. Perhitungan Laju Pengeringan terhadap Kandungan Air
Laju pengeringan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
W 1 |W iW i1| 1
Ri=
. =
.
t As
|t iti 1| A s
Dimana:

13


= laju pengeringan (kg air/menit.cm2).

= luas permukaan penguapan (cm2).

= waktu pengamatan (menit).


Melalui rumus tersebut, dapat diperoleh data untuk masing-masing
variasi ukuran partikel:
Tabel 4.5. Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Pengeringan
t
(menit
)
3
6
9
12
15

Ukuran Partikel (d) = 0.3 mm


t
(menit)
3
3
3
3
3

Ukuran Partikel (d) = 0.5 mm

Wi

As

(kg

Wi

As

(kg

(g)

(g)

(cm2)

H2O/menit.cm2)

(g)

(g)

(cm2)

H2O/menit.cm2)

476
475
474
473
472

2
1
1
1
1

480
480
480
480
480

0.00139
0.00069
0.00069
0.00069
0.00069

499
498
497
496
496

2
1
1
1
0

480
480
480
480
480

0.00139
0.00069
0.00069
0.00069
0

Data yang diperoleh kemudian di plot bersama hasil perhitungan kedalam


grafik Kurva Laju Pengeringan () Terhadap Kandungan Air ().
Tabel 4.6. Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Pengeringan Untuk Grafik
(kg H2O/menit.cm2)

d = 0.3 mm

d = 0.5 mm

d = 0.3 mm

d = 0.5 mm

0.0385
0.0353
0.0321
0.0288
0.0256

0.0327
0.0298
0.0268
0.0238
0.0238

0.00139
0.00069
0.00069
0.00069
0.00069

0.00139
0.00069
0.00069
0.00069
0

14

Kurva Laju Pengeringan ()


Terhadap Kandungan Air ()
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0.02

0.02

0.02

0.03

0.03

0.03

0.03

0.03

0.04

0.04

0.04

Gambar 4.2 Kurva Laju Pengeringan (R) Terhadap Kandungan air (Xi)
c. Laju Penguapan terhadap Kandungan Air
Laju penguapan () dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
mi=V i . . A .( H )
Dimana:

= laju penguapan (gr/s).

= kecepatan udara pengering (cm/s).

= densitas udara (gr/cm3).


(1 atm ) .(28.8 gmol1 )
P.M
g
=
=
=0.00117 3
3
1
1
R . T (82.5 cm . atm. gmol . K )(300 K)
cm

= luas permukaan penguapan (cm2).

= selisih kelembaban antara downstream dan upstream.


Kelembaban pada downstream dan upstream airflow dihitung dengan
persamaan:
. cp . T
H=
Vi
Dimana:
c p = specific heat capacity udara (1000 kJ/kg.oC untuk suhu ruangan).

15

= Selisih suhu kering dan basah pada airflow.

Melalui rumus tersebut, dapat diperoleh data untuk masing-masing variasi


ukuran partikel:
Tabel 4.7. Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Penguapan
Ukuran Partikel (d) = 0.3 mm
t

v rata-

v rata-

(menit

rata

rata

(m/s)

(cm/s)

2.38

238

2.46

(g/cm3)

As

Suhu Upstream (C)

(cm2
)

Kering

Basah

0.00117

480

33

27

246

0.00117

480

36

2.4

240

0.00117

480

12

2.38

238

0.00117

15

2.24

224

0.00117

H Upstream

Suhu Downstream (C)

H Downstream

mi (g/s)

Kering

Basah

0.0295

36

27

0.0442

-0.01

-1.971

27.5

0.0404

36

27.5

0.0404

36.5

28

0.0414

37

28

0.0439

-0

-0.329

480

36.5

28.5

0.0393

36.5

28

0.0418

-0

-0.329

480

37

28

0.047

37

28

0.047

mi (g/s)

Ukuran Partikel (d) = 0.5 mm


t

v rata-

v rata-

(menit

rata

rata

(m/s)

(cm/s)

2.26

226

2.36

(g/cm3)

As

Suhu Upstream (C)

(cm2
)

Kering

Basah

0.00117

480

36

28.5

236

0.00117

480

36

2.46

246

0.00117

480

12

2.42

242

0.00117

15

2.4

240

0.00117

H Upstream

Suhu Downstream (C)

H Downstream

Kering

Basah

0.0388

36

28.5

0.0388

28

0.0397

37

28

0.0446

-0

-0.657

36.5

28

0.0404

36.5

28

0.0404

480

37

28.5

0.0411

36.5

28

0.0411

480

37.5

28.5

0.0439

36.5

28

0.0414

0.002

0.3285

Data yang diperoleh kemudian di plot bersama hasil perhitungan kedalam


grafik Kurva Laju Penguapan () Terhadap Kandungan Air ().
Tabel 4.8. Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Pengeringan Untuk di Grafik

(g/s)

d = 0.3 mm

d = 0.5 mm

d = 0.3 mm

d = 0.5 mm

0.0385
0.0353
0.0321
0.0288
0.0256

0.0327
0.0298
0.0268
0.0238
0.0238

-1.971
0
-0.329
-0.329
0

0
-0.657
0
0
0.329

16

Kurva Laju Penguapan () Terhadap Kandungan Air ()


0.5
0
0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04
-0.5

(g/s)

-1
-1.5
-2
-2.5

d = 0.3 mm

d = 0.5 mm

Gambar 4.3 Kurva Laju Penguapan (m) Terhadap kandugan air (Xi)

17

4.2 Data dan Pengolahan Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Pengeringan


Tujuan Percobaan
Mengamati

pengaruh

kecepatan

udara

pengering

terhadap

laju

pengeringan.
Data Percobaan
a. Luas Tray (AT)
Panjang
: 30 cm
Lebar
: 16 cm
2
2
A T =30 16=480 cm =0.048 m
b. Variasi Kecepatan level 6
Tabel 4.9. Tabel Data Pengamatan Percobaan Variasi Kecepatan (level 6)
Ukuran Partikel
Laju Udara
Variasi 1 (level 6)
Pemanas
Jumlah Semprotan
Suhu ('C)
Waktu Berat
Upstream
Downstream
Basa
(menit) (gr)
Kering
Kering
h
3
511
36
28.5
36
6
509
36
28
36
9
508
36.5
28
36
12
507
37
29
36.5
15
506
36.5
29
36.5

0.5
lv. 6
lv. 6
20

Tray Kosong
Tray + Pasir Kering
Tray + Pasir Basah
Tebal pasir

152
498
512
0.8

Gr
Gr
Gr
Cm

Laju Udara (m/s)


Basah

28
28
28
28.5
28.5

2.7
2.6
3
3.7
3.1

3.3
3.1
3.1
3.2
3.2

3.2
3.1
3.3
3.3
3.4

2.5
2.3
2.6
2.4
2.7

2.8
2.6
2.7
2.6
2.7

c. Variasi Kecepatan level 8


Tabel 4.9. Tabel Data Pengamatan Percobaan Variasi Kecepatan (level 8)
Ukuran Partikel
Laju Udara
Variasi 2 (level 8)
Pemanas
Jumlah Semprotan
Suhu ('C)
Waktu Berat
Upstream
Downstream
Basa
(menit) (gr)
Kering
Kering
h
3
516
35
28.5
34
6
514
35
28
34
9
513
35.5
28.5
34
12
512
35
28.5
34

0.5
lv. 8
lv. 6
20

Tray Kosong
Tray + Pasir Kering
Tray + Pasir Basah
Tebal pasir

152
503
518
0.8

Gr
Gr
Gr
Cm

Laju Udara (m/s)


Basah

28
28
28
28

4.1
4.1
3.7
3.7

5.1
4.8
4.4
4.2

4.2
4.2
4.3
4.2

3.1
3.2
3.7
3.3

3.6
3.9
3.6
3.7

18

15

507

36

28

34

28

3.5

4.3

3.9

3.5

3.8

Pengolahan Data dan Grafik


a. Kandungan Air
Kandungan air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
W W st
X i= i
Ws
Dimana:

= kandungan air dalam pasir (kg air/kg padatan kering).


= berat pasir kering dengan tray (kg).

= berat pasir dalam tray selama pengamatan (kg).


= berat padatan kering (kg).
Melalui rumus tersebut, dapat diperoleh data untuk masing-masing
variasi ukuran partikel:
Tabel 4.10. Tabel Hasil Perhitungan Kandungan Air
t

Laju Udara = lv.6


(menit) Wi (g) Wst (g) Ws (g)
3

511

498

346

509

498

346

508

498

346

12

507

498

346

15

506

498

346

Xi
0.0375
7
0.0317
9
0.0289
0.0260
1
0.0231
2

Laju Udara = lv.8


Wi (g) Wst (g) Ws (g)

Xi

516

503

351

0.03704

514

503

351

0.03134

513

503

351

0.02849

512

503

351

0.02564

507

503

351

0.0114

Data yang diperoleh kemudian diplot ke dalam grafik Kandungan Air


() Terhadap Waktu (Menit).

Tabel 4.11. Tabel Hasil Perhitungan Kandungan Air untuk Grafik


t (menit)

Xi
v = lv.6

19

v = lv. 8

3
6
9
12
15

0.03757
0.03179
0.0289
0.02601
0.02312

0.03704
0.03134
0.02849
0.02564
0.0114

Kandungan Air (Xi) terhadap Waktu (t)


0.04
0.03

Xi 0.02
0.01
0

10

12

14

16

t (menit)
v = lv.6

v = lv. 8

Gambar 4.4 Kurva Kandungan Air () Terhadap Waktu (Menit)


b. Laju Pengeringan
Laju pengeringan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
W 1 |W iW i1| 1
Ri=
. =
.
t As
|t iti 1| A s
Dimana:

= laju pengeringan (kg air/menit.cm2).

= luas permukaan penguapan (cm2).

= waktu pengamatan (menit).


Melalui rumus tersebut, dapat diperoleh data untuk masing-masing
variasi ukuran partikel:
Tabel 4.12. Tabel Hasil Perhitungan Laju Pengeringan
t
(menit
)

Laju Udara = lv.6


t
(menit)

Wi

W As

(g)

(g)

Laju Udara = lv.8


Ri

(kg Wi

(cm2) H2O/menit.cm2) (g)

20

W As
(g)

Ri

(kg

(cm2) H2O/menit.cm2)

0
3
6
9
12
15

3
3
3
3
3
3

512
511
509
508
507
506

0
1
2
1
1
1

480
480
480
480
480
480

0
0.00069
0.00139
0.00069
0.00069
0.00069

518

0
2
2
1
1
5

516
514
513
512
507

480
480
480
480
480
480

0
0.00139
0.00139
0.00069
0.00069
0.00347

Data yang diperoleh kemudian di plot bersama hasil perhitungan kedalam


grafik Laju Pengeringan () Terhadap Kandungan Air ().
Tabel 4.13. Tabel Hasil Perhitungan Laju Pengeringan untuk Grafik
t
(menit
)

Xi

Ri
v = lv.

v = lv.6

0.03757

0.03179

0.0289

12

0.02601

15

8
0.0370
4
0.0313
4
0.0284
9
0.0256

4
0.02312 0.0114

v = lv.6

v = lv.
8

0.00069 0.00139
0.00139 0.00139
0.00069 0.00069
0.00069 0.00069
0.00069 0.00347

Laju Pengeringan (Ri) terhadap Kandungan Air (Xi)


0
0

Ri (kg H2O/menit.cm2) 0
0
0
0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04

Xi
Ri v = lv.6

21

Ri v = lv. 8

Gambar 4.5 Kurva Laju Pengeringan (R) Terhadap Kandungan air (Xi)

c. Laju Penguapan
Laju penguapan () dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
mi=V i . . A .( H )
Dimana:

= laju penguapan (gr/s).

= kecepatan udara pengering (cm/s).

= densitas udara (gr/cm3).


(1 atm ) .(28.8 gmol1 )
P.M
g
=
=
=0.00117 3
3
1
1
R . T (82.5 cm . atm. gmol . K )(300 K)
cm

= luas permukaan penguapan (cm2).


= selisih kelembaban antara downstream dan upstream.

Kelembaban pada downstream dan upstream airflow dihitung dengan persamaan:


H=

. cp . T
Vi

Dimana:
c p = specific heat capacity udara (1000 kJ/kg.oC untuk suhu ruangan).
T

= Selisih suhu kering dan basah pada airflow.

Melalui rumus tersebut, dapat diperoleh data untuk masing-masing variasi


ukuran partikel:
Tabel 4.12. Tabel Hasil Perhitungan Laju Penguapan
Laju Udara = lv.6
t
(menit
)

v
ratarata
(m/s)

v
ratarata
(cm/s
)
290
274
294
304
302

(g/cm3)

As
(cm2
)

Suhu

Downstream

Down-

(C)
Kerin

stream
Basa

0.03026
0.03416
0.03383
0.03079
0.02906

g
36
36
36
36.5
36.5

h
28
28
28
28.5
28.5

Suhu Upstream
(C)
Kering

H UpBasa
h
28.5
28
28
29
29

stream

mi (g/s)

0.03228
0.03416
0.03184
0.03079
0.03099

-0.002
0
0.00199
0
-0.0019

-0.3285
0
0.32854
0
-0.3285

mi (g/s)

3
2.9
6
2.74
9
2.94
12
3.04
15
3.02
Laju Udara = lv.8
t
v
v

0.00117
0.00117
0.00117
0.00117
0.00117

480
480
480
480
480

36
36
36.5
37
36.5

As

Suhu Upstream

H Up-

Suhu

(menit

(g/cm3)

(cm2

(C)

stream

Downstream

Down-

rata-

rata-

22

)
3
6
9
12
15

rata
(m/s)
4.02
4.04
3.94
3.82
3.8

rata
(cm/s
)
402
404
394
382
380

)
0.00117
0.00117
0.00117
0.00117
0.00117

480
480
480
480
480

Kering
35
35
35.5
35
36

Basa

(C)
Kerin

Basa

h
28.5
28
28.5
28.5
28

g
34
34
34
34
34

h
28
28
28
28
28

0.01892
0.02027
0.02079
0.01991
0.02463

stream

0.01746
0.01738
0.01782
0.01838
0.01847

0.00146
0.0029
0.00297
0.00153
0.00616

Data yang diperoleh kemudian di plot bersama hasil perhitungan kedalam


grafik Kurva Laju Penguapan () Terhadap Kandungan Air ().

23

0.32854
0.65707
0.65707
0.32854
1.31414

Tabel 4.13. Tabel Hasil Perhitungan Laju Penguapan untuk Grafik


t

Xi

(menit
)

mi (g/s)

v = lv.6

0.03757

0.03179

0.0289

12

0.02601

15

v = lv.
8
0.0370
4
0.0313
4
0.0284
9
0.0256

4
0.02312 0.0114

v = lv.6

v = lv.
8

-0.3285

0.32854

0.65707

0.32854 0.65707
0

0.32854

-0.3285

1.31414

Laju Penguapan (mi) terhadap Kandungan Air (Xi)


1.5
1

mi (g/s)

0.5
0
0.01

0.02

0.02

0.03

0.03

0.04

0.04

-0.5

Xi
v = lv.6

v = lv. 8

Gambar 4.6 Kurva Laju Pengeringan (R) Terhadap Kandungan air (Xi)

24

4.3 Data dan Pengolahan Pengaruh Suhu terhadap Laju Pengeringan


Tujuan Percobaan
Mengamati pegaruh perubahan suhu terhadap laju pengeringan
Data Percobaan
a. Luas Tray (AT)
Panjang

: 30 cm

Lebar
: 16 cm
A T =30 16=480 cm 2=0.048 m2
b. Variasi Suhu Pemanas Level 5
Kecepatan udara: level 5
Ukuran Partikel 0,5 mm
i)
Tebal Pasir
ii)
Jumlah Semprotan Air
iii)
Berat Tray Kosong (Wt)
iv)
Berat Tray dan Pasir Kering (Wst)
v)
Berat Tray dan Pasir Basah (Wswt)
vi)
Berat Air (Ww)
vii)

Berat Pasir Kering (Ws)

= 4 mm
= 10
= 152 gr
= 387 gr
= 395 gr
= 8 gr
= W st W t =237 gr

Tabel 4.14 Tabel Data Pengamatan Percobaan Variasi Suhu (Level 5)


Wakt
u
(men
it)
3
6
9
12
15

Berat
(gra
m)
393
392
391
391
391

Suhu (oC)
Upstream
Downstream
Kerin

Bas

Kerin

Basa

g
33
33
33
33
33

ah
28
27.5
28
28
28

g
33
33
33
33
33

h
27.5
27.5
27.5
27.5
27

Laju Udara (m/s)

1
2.8
2.8
2.9
3
2.6

2
3.3
3.3
3.6
3.6
3.3

c. Variasi Suhu Pemanas Level 8


Kecepatan udara: level 5
Ukuran Partikel 0,5 mm
i)
Tebal Pasir
ii)
Jumlah Semprotan Air
iii)
Berat Tray Kosong (Wt)

= 4 mm
= 10
= 152 gr

25

3
3.3
3.2
3.5
3.4
3.1

4
2.4
2.2
2.5
2.4
3

5
2.8
2.6
2.7
2.7
2.7

iv)
v)
vi)
vii)

Berat Tray dan Pasir Kering (Wst)


= 311 gr
Berat Tray dan Pasir Basah (Wswt)
= 317 gr
Berat Air (Ww)
= 6 gr
Berat Pasir Kering (W )
= W st W t =159 gr
s

Tabel 4.15 Tabel Data Pengamatan Percobaan Variasi Suhu (Level 8)

Wakt
u

Suhu
Downstrea
Berat

Upstream
Kerin Basa

Laju Udara

m
Kerin Basa

1
2.

2
3.

3
3.

4
2.

5
2.

315

39

28.5

40

29

8
2.

2
3.

1
3.

6
2.

8
2.

314

40.5

30

41

30

2
3.

5
3.

4
2.

5
2.

313

41

30.5

42

30.5

3
2.

1
3.

3
3.

6
3.

7
2.

12

312

41

30.5

40

30.5

8
2.

1
3.

3
3.

2
2.

7
2.

15

311

41

30.5

42

30.5

Pengolahan Data dan Grafik


a. Perhitungan Kandungan Air terhadap Waktu
Kandungan air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
W W st
X i= i
Ws
Dimana:

= kandungan air dalam pasir (kg air/kg padatan kering).


= berat pasir kering dengan tray (kg).

= berat pasir dalam tray selama pengamatan (kg).


= berat padatan kering (kg).
Melalui rumus tersebut, dapat diperoleh data untuk masing-masing variasi
ukuran partikel:
Tabel 4.16 Tabel Data Hasil Perhitungan Variasi Suhu
Wakt

Pemanas Level 5

Pemanas Level 8

26

u
(men
it)
3
6
9
12
15

Wi

Ws

Wst

(g)

(g)

(g)

393
392
391
391
391

235
235
235
235
235

387
387
387
387
387

Xi (gr air/gr
padatan
kering)

0.026
0.021
0.017
0.017
0.017

Wi

Ws

Wst

(g)

(g)

(g)

315
314
313
312
311

159
159
159
159
159

311
311
311
311
311

Xi (gr air/gr

Data yang diperoleh kemudian di plot kedalam grafik Kurva Kandungan Air
() Terhadap Waktu (Menit).
Tabel 4.17 Tabel Data Pengamatan Percobaan Variasi Suhu untuk Grafik

t (menit)

Pemanas

Pemanas

3
6
9
12
15

Level 5
0.026
0.021
0.017
0.017
0.017

Level 8
0.025
0.019
0.013
0.006
0.000

Kurva Kandungan Air () Terhadap Waktu (Menit)


0.03
0.03
0.02
Kandungan Air (gr air/gr padatan)

0.02
0.01

Lv 5
Lv 8

0.01
0

10
0 20

waktu (menit)

Gambar 4.7 Kurva Kandungan Air () Terhadap Waktu (Menit)


b. Perhitungan Laju Pengeringan terhadap Kandungan Air
27

padatan
kering)

0.025
0.019
0.013
0.006
0.000

Laju pengeringan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:


Ri=

W 1 |W iW i1| 1
. =
.
t As
|t iti 1| A s

Dimana:

= laju pengeringan (kg air/menit.cm2).

= luas permukaan penguapan (cm2) = 480 cm2

= waktu pengamatan (menit).


Melalui rumus tersebut, dapat diperoleh data untuk masing-masing
variasi ukuran partikel:
Tabel 4.18 Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Pengeringan
t

(men

(men

it)

it)

3
6
9
12
15

3
3
3
3
3

Suhu Level 5
Rt (g
Wi
H2O/menit
(g)
cm2)
393
0.00139
392
0.00069
391
0.00069
391
0.00000
391
0.00000

Wi

Suhu Level 8
Rt (g

(g)
315
314
313
312
311

H2O/menit
cm2)
0.00139
0.00069
0.00069
0.00069
0.00069

Data yang diperoleh kemudian di plot bersama hasil perhitungan kedalam


grafik Kurva Laju Pengeringan () Terhadap Kandungan Air ().
Tabel 4.19 Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Pengeringan unutk Grafik

Pemanas

Pemanas

(kg H2O/menit.cm2)
Pemanas
Pemanas

Level 5
0.026
0.021
0.017
0.017
0.017

Level 8
0.025
0.019
0.013
0.006
0

Level 5
0.00139
0.00069
0.00069
0
0

28

Level 8
0.00139
0.00069
0.00069
0.00069
0.00069

Kurva Kandungan Air () Terhadap Laju Pengeringan (Ri)


0.00160
0.00140
0.00120
0.00100
0.00080
Ri (g H2O/menit cm2)
0.00060
0.00040
0.00020
0.00000

0.000

0.010

0.020

0.030

Xi (gr air/gr padatan)


Lv 5

Lv 8

Gambar 4.8 Kurva Kandungan Air () Terhadap Laju Pengeringan(Ri)

c. Laju Penguapan terhadap Kandungan Air


Laju penguapan () dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
mi=V i . . A .( H )
Dimana:

= laju penguapan (gr/s).

= kecepatan udara pengering (cm/s).

= densitas udara (gr/cm3).


(1 atm ) .(28.8 gmol1 )
P.M
g
=
=
=0.00117 3
R . T (82.5 cm 3 . atm. gmol1 . K 1 )(300 K)
cm

= luas permukaan penguapan (cm2).


= selisih kelembaban antara downstream dan upstream.

Kelembaban pada downstream dan upstream airflow dihitung dengan persamaan:


H=

. cp . T
Vi

Dimana:

29

cp

= specific heat capacity udara (1000 kJ/kg.oC untuk suhu ruangan).

= Selisih suhu kering dan basah pada airflow.

Melalui rumus tersebut, diperoleh data untuk masing-masing ukuran partikel.


Tabel 4.20 Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Penguapan Pemanas level 5
Wakt
u
(meni
t)

Upstream

Laju

(cm/

(g/cm3

Kerin

Basa

upstre

Kerin

Basa

Downs

s)

am

tream

33

28

68.3

33

27.5

65.4

2.9

4.7506

33

27.5

65.4

33

27.5

65.4

33

28

68.3

33

27.5

65.4

2.9

4.8161

33

28

68.3

33

27.5

65.4

2.9

4.9472

33

28

68.3

33

27

62.7

5.6

9.5532

2.9

2.86

2.94

12

3.02

15

3.02

0.0011
77
0.0011
77
0.0011
77
0.0011
77
0.0011
77

Downstream

Vt

H
H

Pengua
pan, m
(g/s)

Tabel 4.21 Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Penguapan Pemanas level 8
Wakt
u
(men
it)

Downstrea

Vt

(cm/

(g/cm3

upstre

s)

am

2.9

2.86

2.94

12

3.02

15

3.02

0.0011
77
0.0011
77
0.0011
77
0.0011
77
0.0011
77

Upstream

Keri

Bas

ng

ah

39

28.5

40.5

Laju

H
Downstre

am

Penguap
an, m
(g/s)

Keri

Bas

ng

ah

45.3

40

29

44

1.3

2.1296

30

46.4

41

30

44.8

1.6

2.5849

41

30.5

46.8

42

30.5

43.5

3.3

5.4804

41

30.5

46.8

40

30.5

50.3

3.5

5.9707

41

30.5

46.8

42

30.5

43.5

3.3

5.6296

30

Data yang diperoleh kemudian di plot bersama hasil perhitungan kedalam


grafik Kurva Laju Penguapan () Terhadap Kandungan Air ().
Tabel 4.22 Tabel Data Hasil Perhitungan Laju Penguapan untuk Grafik

m (g/cm2)
Pemanas Level

Pemanas Level

Pemanas

Pemanas

5
0.026
0.021
0.017
0.017
0.017

Level 8
0.026
0.021
0.017
0.017
0.017

Level 5

4.7506
0
4.8161
4.9472
9.5532

2.1296
2.5849
5.4804
5.9707
5.6296

Grafik Kandungan Air vs Laju Penguapan


12
10
8
Laju Penguapan air, m (gr/s)

6
4

Lv 5
Lv 8

2
0
0.000 0.020 0.040
Kandungan Air (gr air/gr padatan)

Gambar 4.9 Kurva Kandungan Air () Laju Pengeringan (Ri)

31

BAB 5
ANALISIS
5.1 Analisis Percobaan Pengaruh Diameter Partikel terhadap Pengeringan
5.1.1 Analisis Percobaan
Percobaan Tray Drying dengan variasi ukuran partikel bertujuan untuk
mempelajari operasi pengeringan dengan menggunakan tray drier dan
menentukan kondisi suatu variabel untuk melakukan operasi pengeringan secara
optimum. Pada percobaan ini, variabel yang diamati dalam pengaruhnya terhadap
proses pengeringan adalah ukuran partikel yang dikeringkan dan airflow. Pada
percobaan pertama digunakan 2 (dua) jenis ukuran partikel (pasir) yaitu 0,3 mm
dan 0,5 mm.
Berbagai pengukuran awal dilakukan untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam pengolahan data agar pengamatan dan analisis dapat
berlangsung. Data yang diukur antara lain berat tray kosong yang ditimbang untuk
membantu pengukuran berat pasir kering dan berat kandungan air dan diukur luas
dari tray sebagai luas permukaan pengeringan atau area penguapan (As), kemudian
tray yang diisi pasir kering ditimbang untuk mendapatkan berat dari pasir kering
yang digunakan, dan ditimbang kembali setelah dilakukan penyemprotkan air
untuk

memperoleh

berat

kandungan

air

sebelum

proses

pengeringan.

Penyemprotkan air dilakukan dengan menggunakan sprayer agar kandungan air


merata di seluruh permukaan pasir sehingga proses pengeringan dapat terjadi
secara merata pula.
Sebelum proses pengeringan di dalam tray drier berlangsung, terlebih
dahulu dilakukan pengaturan level suhu dan aliran air dengan mengatur
pengontrol kecepatan airflow pada skala level 5 dan suhu pengeringan pada skala
level 6. Proses ini dilakukan selama 15 menit secara kontinyu untuk masingmasing kuran partikel, dan selama proses berlangsung dilakukan pengambilan
beberapa data setiap 3 menit tanpa pemberhentian alat pada interval pengambilan
data. Pengambilan ke-lima data tersebut bertujan agar perubahan kandungan air
dan keadaan airflow serta suhu selama proses berlangsung dapat diamati dengan
baik dan dapat memberikan gambaran mengenai perubahan yang terjadi secara
progresif.

32

Data yang diambil pada setiap pengukuran adalah suhu aliran, baik dry
maupun wet pada upstream dan downstream, serta laju udara pengering diukur
pada 5 (lima) titik. Pengukuran laju udara dilakukan pada titik-titik dengan skema
yang digambarkan pada gambar XX, karena diperlukan suatu pengambilan ratarata sebagai suatu asumsi laju udara pengering seragam disemua titik, sehingga
tidak bisa dilakukan pengukuran laju di satu atau dua titik saja. Suhu dry maupun
wet diukur untuk memperoleh nilai kelembaban aliran udara dan perbedaan
kelembaban udara pada upstream dan downstream.

Gambar 5.1 Skema pengambilan data aliran udara


Proses pengeringan ini dilakukan secara kontinyu dan tidak ada
pemberhentian aliran untuk pengambilan data agar udara kering terus dialirkan
sehingga gradien konsentrasi tetap terjadi dan proses pengeringan dapat terus
berlangsung. Jika udara kering dibiarkan diam maka lama kelamaan akan dicapai
kesetimbangan konsentrasi air pada pasir dan udara. Proses perpindahan massa
akan berhenti setelah kesetimbangan (baik suhu maupun konsentrasi) telah
tercapai. Proses pengeringan juga dilakukan satu persatu untuk tiap variasi agar
data aliran dan kandungan air yang berpindah lebih distinctive antar variasi
sehingga pengamatan lebih mudah dilakukan.
5.1.2

Analisis Pengolahan Data dan Grafik


Pengolahan data untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel terhadap

optimasi proses pengeringan menggunakan tray drier terbagi menjadi 3 (tiga),


yaitu perhitungan kandungan air seiring waktu pengeringan, perhitungan laju
pengeringan dibandingkan dengan kandungan air, dan laju penguapan yang juga
dibandingkan dengan kandungan air, sehingga pada analisis pengolahan data akan
dijabarkan dalam tiga sub-part dibawah ini.
Perhitungan Kandungan Air terhadap Waktu Pengeringan

33

Dalam percobaan ini, pertama-tama ingin diamati pengaruh ukuran


partikel terhadap kandungan air selama proses pengeringan sehingga digunakan 2
(dua) jenis ukuran partikel sebagai variabel bebasnya yaitu partikel berukuran 0.3
mm dan 0.5 mm. Analisis percobaan ini dilakukan dengan mengabaikan
perbedaan kandungan air pada kedua variasi sejumlah 1 gr, sehingga diterapkan
asumsi kandungan air awal berjumlah sama, agar dapat dibandingkan bagaimana
pengaruh ukuran partikel terhadap proses pengeringan yang dilakukan dengan
indikator kandungan air dalam partikel tersebut diiringi dengan perbandingan pola
pengeringan kedua ukuran partikel berbeda dalam proses pengeringan.
Berdasarkan grafik yang dihasilkan dari perhitungan kandungan air seiring waktu
pengeringan dapat dilihat bahwa tren yang dihasilkan oleh kedua kurva dapat
dikatakan sama, dimana keduanya menunjukkan penurunan kandungan air seiring
berlangsungnya proses pengeringan. Hal ini membuktikan bahwa dalam
percobaan terjadi perpindahan massa air dari pasir ke aliran udara kering yang
mengakibatkan

kandungan

air

dalam

partikel

terus

berkurang

seiring

berlangsungnya proses pengeringan. Perpindahan massa yang terjadi disebabkan


oleh peristiwa perpindahan panas, yaitu peristiwa perpindahan energi dari udara
ke dalam bahan yang dapat menyebabkan berpindahnya sejumlah massa, dimana
massa tersebut dalam proses pengeringan ini berupa kandungan air.
Air dalam pasir yang mengalami proses tray drying berada pada dua
keadaan, yaitu unbounded water dan bounded water. Unbounded water ialah
sejumlah air yang berada di sela-sela padatan karena adanya tegangan permukaan,
dan memiliki tekanan uap dan panas laten penguapan yang sama dengan air
murni. Sebaliknya, bounded water ialah air yang berada dalam bahan padat dan
mempunyai interaksi dengan zat padat tersebut, yang memiliki tekanan uap lebih
rendah dibandingkan air murni. Pada proses pengeringan, yang menguap pertama
kali adalah unbounded water meskipun tekanan uap dari bounded water lebih
kecil daripada tekanan uap air murni sehingga seharusnya energi untuk
menguapkannya lebih rendah dibandingkan dengan unbounded water. Namun,
akibat dari letak dari bounded water yang tertutup oleh unbounded water, serta
adanya gaya adhesi antara bounded water dan partikel pasir, bounded water
memerlukan energi lebih besar untuk mengalami penguapan.

34

Pada grafik yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa penurunan kandungan air
benar-benar mengalami perubahan yang sama hingga pada menit ke 15 dimana
perununan secara konstan tetap terjadi seperti pada menit-menit sebelumnya untuk
partikel berukuran 0.3 mm, namun pada partikel berukuran 0.5 mm tidak terjadi
penurunan air yang diindikasikan nilai Xi yang sama dengan menit ke-12-nya.
Perbedaan ini menunjukan bahwa semakin kecil ukuran partikel, maka nilai
kandungan air dalam partikel pasir juga semakin kecil dalam interval waktu
proses pengeringan. Nilai penurunan kandungan air yang lebih konstan tersebut
menunjukkan banyaknya kandungan air yang teruapkan selama proses
pengeringan dan mengalami perpindahan massa ke udara, dengan perbandingan
5:4 untuk partikel berukuran 0.3 mm dan 0.5 mm. Hal ini disebabkan oleh ukuran
partikel yang lebih kecil memiliki kandungan bounded water lebih sedikit
daripada partikel dengan ukuran lebih besar sehingga akan lebih cepat
menguapkan kandungan airnya. Selain itu, partikel halus memiliki luas
permukaan kontak yang lebih besar dibandingkan dengan partikel sedang dan
besar sehingga kontak antara air yang ada dalam partikel dan udara panas yang
dialirkan pun akan semakin banyak. Hal ini tentunya dapat mempercepat proses
pengeringan yang dilakukan.
Perhitungan Laju Pengeringan terhadap Kandungan Air
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa trend yang diperoleh untuk kedua
ukuran partikel kembali menunjukkan pola yang sama. Pada data pun terlihat
adanya penurunan konstan untuk kedua variasi ukuran partikel. Namun, pada
ukuran 0.5 mm yang mengandung air 1 gram lebih sedikit dari variasi ukuran
partikel 0.3 mm, pada akhir proses pengeringan mengalami penurunan laju
pengeringan (Ri) hingga bernilai 0. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil
kandungan air dalam pasir maka semakin kecil juga laju pengeringannya. Hal ini
disebabkan karena semakin sedikitnya partikel air yang terkandung dalam pasir
maka udara akan semakin sulit mengambil partikel air di dalam pasir. Turunnya
laju pengeringan dapat disebabkan karena semakin kecilnya jumlah kandungan air
dalam partikel sehingga jumlah air yang dapat diuapkan oleh udara panas yang
dialirkan pun menjadi semakin kecil.

35

Namun, saat menerapkan pengabaian perbedaan 1 gram kandungan air


awal seperti halnya pada asumsi dalam pengamatan parameter kandungan air,
tercapainya nilai Ri 0 pada partikel berukuran 0.5 mm saat partikel berukuran 0.3
mm tidak mencapai nilai tersebut, menunjukkan bahwa partikel yang berukuran
lebih besar mencapai batas pengeringan terlebih dahulu dibandingkan yang lebih
kecil. Berdasarkan perbedaan ukuran partikel yang dtunjukkan dalam grafik diatas
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran partikel, laju pengeringannya semakin
besar pula sehingga mencapai batas pengeringan terlebih dahulu. Hal ini
disebabkan ukuran partikel besar memiliki porositas yang lebih besar pula,
sehingga kandungan unbounded water semakin besar, dalam proses penguapan
yang menguap pertama kali adalah unbounded water, dan sebagian bounded
water.
Laju Penguapan terhadap Kandungan Air
Grafik dengan plot antara laju penguapan dan kandungan air menunjukkan
bahwa secara umum untuk partikel berukuran 0.3 mm dan 0.5 mm, laju
penguapan mengalami fluktuasi dengan pola yang sama sekali berbeda.
Peningkatan laju penguapan yang terjadi pada beberapa bagian proses
pengeringan dapat dikarenakan pada bagian proses pengeringan tersebut jumlah
air yang dapat diuapkan atau terekspos oleh aliran udara berjumlah lebih banyak
sehingga molekul air yang terbawa oleh aliran lebih banyak dan laju penguapan
pun naik seiring dengan berkurangnya kandungan air dalam partikel berukuran
0.3 mm dan 0.5 mm. Sedangkan, saat laju penguapan mengalami penurunan pada
beberapa bagian proses, maka kandungan air yang terekspos oleh aliran udara
juga lebih sedikit. Yang seharusnya terjadi seiring proses pengeringan adalah
penurunan laju dari nilai yang awalnya relatif tinggi karena pada awal proses
terdapat banyak air yang teruapkan, kemudian seiring waktu laju penguapan pun
turun seiring dengan berkurangnya kandungan air dalam partikel, sesuai dengan
jumlah air yang terbawa aliran udara semakin lama semakin sedikit.
5.1.3

Analisis Kesalahan
Pada percobaan ini, perhitungan laju penguapan menggunakan metode

kelembaban sehingga menggunakan pengukuran suhu (dry dan wet) untuk


36

upstream dan downstream. Seharusnya, suhu upstream akan selalu lebih tinggi
dibandingkan suhu downstream. Hal ini dikarenakan udara kering yang melewati
tray akan menyerap air dari partikel pasir sehingga suhu udara yang mengalir ke
downstream akan mengalami penurunan. Akan tetapi, pada percobaan ini, suhu
upstream yang didapat tidak selalu lebih tinggi dibandingkan downstream. Hal ini
yang mungkin menyebabkan grafik laju penguapan yang didapat mengalami
fluktuasi sehingga kurang tepat dan kurang valid. Pengukuran suhu dilakukan
dengan thermometer alkohol. Kondisi ruangan praktikum dengan kondisi suhu
upstream maupun downstream berbeda beberapa derajat Celcius sehingga pada
saat pengukuran suhu diperlukan waktu yang cukup lama sampai suhu yang
ditunjukan thermometer konstan
5.2 Analisis Percobaan Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Pengeringan
5.2.1 Analisis Percobaan
Percobaan dengan variasi laju udara bertujuan untuk menentukan kurva
pengeringan berdasarkan laju pengeringan. Pada percobaan ini, variabel yang
divariasikan adalah laju udara sedangkan variabel lainnya dibiarkan sama yaitu
pemanas pada level 6, ukuran partikel 0.5 mm dan jumlah semprotan sebanyak 20
sehingga nanti akan didapatkan pengaruhnya terhadap proses pengeringan dalam
tray dryer. Laju udara yang digunakan adalah dengan level 6 dan level 8 yang
dapat diatur pada tray ryer.
Terdapat beberapa data yang diambil sebelum percobaan dilakukan seperti
luas permukaan tray, berat tray, berat tray dan pasir kering serta berat tray dan
pasir yang sudah dibasahi dengan semprotan air yang merata pada setiap bagian
tray. Data-data ini akan membantu pengolahan data terutama saat melakukan
perhitungan kandungan air, laju pengeringan maupun laju penguapan.
Setelah mengatur semua variabel pada alat, percobaan dilakukan selama
15 menit dengan pengambilan data, seperti suhu aliran pada upstream maupun
downstream, berat tray, dan laju udara pada 5 titik, setiap 3 menit tanpa
menghentikan kerja alat agar perubahan dapat terus terjadi sebelum terjadi
kesetimbangan antara udara dan air dalam pasir. Data yang dihasilkan adalah 5
data dalam sekali percobaan. Setiap data akan menunjukkan perubahan yang
terjadi setiap jangka waktunya.
37

5.2.2

Analisis Pengolahan Data dan Grafik


Data yang didapatkan dari percobaan kemudian diolah dengan perhitungan

kandungan air, laju pengeringan dan laju penguapan untuk mencapai suatu
kesimpulan bagaimana laju udara berpengaruh pada proses pengeringan dalam
tray dryer. Secara umum, dari data yang didapatkan dari percobaan ini berat tray
dan pasir terus berkurang dengan bertambahnya waktu menunjukkan massa air
yang hilang selama proses pengeringan. Suhu upstream dan downstream baik
suhu kering dan basah hanya memiliki perbedaan yang sangat kecil dan secara
umum menunjukkan suhu upstream lebih tinggi dibanding suhu downstream
karena suhu upstream menunjukkan suhu yang lebih dekat dari sumber pemanas
dan juga belum dilalui suatu penghalang yang dapat menurunkan suhunya seperti
yang terjadi pada suhu downstream. Perubahan suhu upstream dan downstream
juga lebih terlihat pada laju udara level 8 dikarenakan kemampuan udara yang
lebih cepat dapat lebih baik memindahkan massa air ke udara sehingga suhu udara
berubah menjadi lebih basah.
Perhitungan kandungan air bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju alir
udara pengering terhadap kandungan air pada pasir dalam tray. Untuk perhitungan
kandungan air, dapat dilihat dari data tabel dan grafik pada kedua level laju udara
bahwa kandungan air secara umum menurun terhadap waktu pada kedua variabel
laju udara. Perubahan kandungan air pada level 8 sampai pada menit ke 15
menunjukkan perubahan yang lebih besar dibanding pada level 6 dikarenakan
jumlah massa air yang berpindah terbawa oleh udara lebih besar terjadi pada laju
udara level 8 sehingga kandungan air pada pasir menjadi lebih kecil. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa pada suhu pemanas yang sama, aliran udara dengan
laju yang lebih besar akan membawa massa air lebih banyak dari aliran udara
dengan laju yang lebih rendah.
Grafik menunjukkan penurunan kandungan air pada kedua laju udara.
Berdasarkan teori, laju udara yang lebih tinggi seharusnya menunjukkan gradien
penurunan kandungan air lebih besar daripada laju udara yang lebih lambat.
Grafik hasil percobaan menunjukkan gradien yang hampir sama mulai dari menit
3 sampai 9, hanya saja pada laju level 8 dimulai dari menit 12 gradiennya menjadi

38

lebih besar dibanding dengan pada laju level 6 menunjukkan hal yang sesuai
dengan teori.
Perhitungan laju pengeringan bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju
udara terhadap laju pengeringan. Berdasarkan teori, laju udara yang lebih tinggi
menghasilkan laju pengeringan yang lebih tinggi juga karena banyaknya massa air
yang terbawa oleh udara.
Ri=

W 1 |W iW i1| 1
. =
.
t As
|t iti 1| A s
Berdasarkan hasil percobaan dan grafik, dapat dilihat bahwa kedua laju

udara tidak menunjukkan gradien yang begitu jelas. Namun, laju pengeringan
pada laju udara level 8 berada di atas laju udara level 6 menunjukkan laju
pengeringan yang lebih besar dan sesuai dengan teori.
Perhitungan laju penguapan bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju
udara terhadap laju penguapan. Berdasarkan teori, laju alir udara berbanding lurus
dengan laju penguapan sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi laju alir
udara maka semakin tinggi juga laju penguapan yang dihasilkan karena udara
yang membantu mempercepat proses penguapan air.
mi=V i . . A .( H )
Berdasarkan hasil percobaan dan grafik, laju penguapan laju alir udara
level 8 berada di atas laju penguapan pada laju udara level 6 menunjukkan laju
penguapan yang lebih besar pada laju udara yang lebih tinggi yaitu laju udara
level 8 sesuai dengan teori.
5.2.3

Analisis Kesalahan
Terdapat beberapa kesalahan yang mungkin terjadi selama percobaan

sehingga hasil percobaan yang dihasilkan juga tidak begitu akurat. Adapun
kesalahan yang mungkin terjadi adalah ketidakakuratan dan pembacaan skala
(paralaks error) suhu pada termometer oleh praktikan, pengambilan data yang
tidak begitu tepat pada setiap 3 menit percobaan dikarenakan harus menunggu
perubahan suhu pada termometer sampai titik yang sesuai.

39

5.3 Analisis Percobaan Pengaruh Diameter Partikel terhadap Pengeringan


5.3.1 Analisis Percobaan
Percobaan Tray Drying dengan variasi suhu pemanas bertujuan untuk
mempelajari operasi pengeringan dengan menggunakan tray drier dan mengamati
pengaruh suhu pemanas pada proses pengeringan. Pada percobaan ini, variabel
yang diamati dalam pengaruhnya terhadap proses pengeringan adalah suhu
pemanas, dengan variasi suhu pemanas level 5 dan level 8 variabel lainnya seperti
kecepatan udara dan ukuran partikel dibuat tetap. Tujuan dilakukannya variasi
suhu pemanas adalah untuk menentukan suhu pemanas yang paling optimum
untuk proses pengeringan partikel.
5.2.2 Analisis Pengolahan Data dan Grafik
Hubungan Kandungan Air terhadap Waktu Pengeringan
Berdasarkan data yang diperoleh dan yang sudah diplot ke dalam Grafik 1,
dapat dilihat bahwa untuk setiap level suhu pemanas, kandungan air dalam tray pasir
akan semakin berkurang seiring lamanya waktu. Hal ini disebabkan karena
terjadinya perpindahan massa dari air dalam pasir ke aliran udara melalui proses
penguapan. Perpindahan massa ini dapat terjadi karena adanya perpindahan energi
panas dari udara pemanas ke pasir, sehingga menyebabkan penguapan air menjadi
udara.
Dalam percobaan variasi suhu pemanas, data menunjukkan bahwa suhu level
8 lebih baik dalam mengurangi kandungan air dalam pasir, ditunjukkan dengan
kandungan air yang terus menurun seiring waktu. Lain halnya dengan suhu pemanas
level 5, suhu level 5 hanya mampu untuk mengurangi kandungan air pada menit 3,
6, dan 9. Setelah lewat dari 9 menit, kandungan air dalam pasir tidak mengalami
penurunan lagi, ditunjukkan dengan stagnasi pada Grafik 1. Tidak berkurangnya
kandungan air pada menit ke 12 dan 15 dengan suhu pemanas level 5 dapat
disebabkan karena suhu pasir dan suhu udara pemanas sudah seragam, sehingga
tidak memungkinkan terjadinya perpindahan panas lagi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin besar suhu udara yang diberikan, waktu pengeringan
akan semakin cepat. Hal ini sesuai dengan teori Kurva Pengeringan pada Bab II.
40

Hubungan Laju Pengeringan terhadap Kandungan Air


Dari Grafik Kandungan Air vs Laju Pengeringan, dapat dilihat bahwa laju
pengeringan akan berkurang seiring berkurangnya kandungan air dalam pasir. Dari
grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa suhu pemanas level 8 memberikan laju
pengeringan yang lebih baik dari pada suhu pemanas level 5. Pada suhu pemanas
level 5, proses pengeringan berhenti pada menit ke 12 dan 15, ditandai dengan besar
laju pengeringan 0 g H2O/menit.cm2, padahal kandungan air dalam pasir belum
sepenuhnya hilang. Hal ini dapat terjadi karena pada menit ke 12 dan 15 sudah
terjadi kesetimbangan antara uap air yang dikandung oleh pasir dengan medium
udara, ditandai dengan laju pengeringan menjadi nol.
Pada suhu udara pemanas level 8, terjadi pengurangan kandungan air secara
terus menerus seiring waktu pengamatan, sehingga akhirnya kandungan air dalam
pasir sudah tidak ada lagi. Hal ini menunjukkan proses pengeringan berlangsung
dengan baik, dan suhu level 8 lebih baik dalam melakukan pengeringan
dibandingkan suhu level 5.
Hubungan Laju Penguapan terhadap Kandungan Air
Pada Grafik Laju Penguapan vs Kandungan Air terlihat bahwa suhu level 8
memberikan pengeringan yang lebih besar dari suhu level 5. Semakin besar suhu
yang diberikan, maka laju penguapan akan semakin cepat. Suhu yang besar
membawa kalor yang besar pula, sehingga laju penguapan menjadi lebih besar
karena kandungan air yang teruapkan akan lebih banyak.

Saat suhu udara

meningkat, kelembaban relative akan berkurang, dan hal ini adalah driving force
dari proses penguapan air. Penguapan yang terjadi pada permukaan pasir
dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan pasir ke lingkundan melalui
lapisan film tipis udara. Proses difusi dapat terjadi karena kandungan air pada pasir
berada di bawah titik jenuh atmosferik dan pasir dengan air di dalam sistem berifat
mutually soluble, sehingga dapat terpisah.

41

BAB 6
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Partikel dengan ukuran lebih kecil membutuhkan waktu pengeringan lebih
sebentar. Semakin besar ukuran partikel, laju pengeringannya semakin
cepat mencapai batas pengeringan. Pada perhitungan, partikel ukuran 0,5
mm memang memiliki laju pengeringan yang lebih besar dibandingkan
dengan 0,3 mm, namun perbedaannya tidak begitu kentara, sehingga bisa
dikatakan laju pengeringan pada partikel 0,3 mm dan 0,5 mm perobaan ini
relatif sama.
2. Pengaruh perubahan laju alir menghasilkan kenaikan laju pengeringan.
Semakin besar laju alir maka semakin besar laju pengeringan. Pada hasil
percobaan didapatkan laju pengeringan terbesar pada skala laju alir level 8.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya kontak yang lebih baik pada laju alir
yang lebih besar dan juga besar kalor yang terpindahkan semakin besar
3.

karena gesekan yang terjadi pada kecepatan fluida yang besar.


Pengaruh perubahan temperatur udara pengering menghasilkan kenaikan
laju pengeringan. Semakin tinggi temperatur udara pengering akan
menghasilkan laju pengeringan yang semakin besar. Pada percobaan, Suhu
udara level 8 memberikan hasil pengeringan yang lebih baik dibandingkan
suhu udara level 5.

42

DAFTAR PUSTAKA
Tindaon, Westryan. "Teknik Kimia: Pengeringan". Westryantindaon.blogspot.
co.id. N.p., 2013. Web. 12 Apr. 2016.
Dwiyanti, Kristina, and Nia Maulia. PENGARUH UKURAN PARTIKEL
TERHADAP LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DI DALAM TRAY DRYER. 1st
ed. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, 2016. Web. 12
Apr. 2016.
Tim Penulis. Modul Praktikum Unit Operasi Biproses II. Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Geankoplis, J. 1983. Mass Transfer Operation 2nd Edition. Tokyo: Allyn and
Bacon Inc.

43

Anda mungkin juga menyukai