Anda di halaman 1dari 2

Pada percobaan ini dilakukan isolasi kurkumin dari rimpang kunyit.

Proses isolasi ini

meliputi dua tahap pengerjaan yaitu dengan kromatografi kolom dan kromatografi lapis
tipis. Prinsip pemisahan dari metode kromatografi adalah memisahkan campuran senyawa
atas komponen-komponennya berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi masing-masing pada
dua fase, yakni fase diam dan fase gerak. Berdasarkan definisi prinsip kromatografi tersebut,
kromatografi kolom sama dengan KLT, dimana senyawa-senyawa dalam campuran
terpisahkan karena adsorbsi suatu padatan penyerap sebagai fasa diam dan eluennya sebagai
fasa gerak. Perbedaan kecepatan migrasi tiap komponen dapat disebabkan oleh kemampuan
masing-masing komponen untuk teradsorpsi atau perbedaan distribusi diantara dua fase yang
tak saling campur.
Sebelum dilakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan proses preparasi sampel. Kunyit yang
digunakan berbentuk serbuk halus, agar mempermudah pemisahan kurkumin dari kunyit dan
hasil yang akan diperoleh lebih maksimal. Kemudian ditambah diklorometana >iklorometana
digunakan untuk melarutkan kurkumin yang -ersifatnonpolar7 sama dengan diklorometana
yang juga bersifat nonpolar. Kemudian dihomogenkan agar larutan tercampur dengan baik.
Setelah itu direfluks selama 1 jam. Proses refluks dilakukan tujuannya untuk memaksimalkan
proses isolasi. Jadi senyawa yang bersifat nonpolar salah satunya kurkumin kita pisahkan
terlebih dahulu dengan cara disaring. setelah itu filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan
cara evaporasi. Evaporasi yaitu proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan
destilasi oleh putaran dari labu alas bulat. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari
akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul
cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat. Setelah ekstrak dievaporasi
kemudian dilanjutkan proses pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi
kolom.Pada metode ini, kolom diisikan dengan adsorben yang berupa padatan dalam hal ini
adalah silika gel yang sebelumnya telah dilarutkan dengan eluen. Eluennya sendiri
merupakan campuran antara etil asetat yg dicampurkan hingga membentuk bubur silika
(slurry). Slurry dimasukkan dengan hati-hati kedalam kolom kromatografi yang telah diisikan
eluen yang sebelumnya telah disumbat dengan kapas dan kertas saring yang berfungsi
sebagai penahan adsorben agar tidak keluar bersama eluen. Pengisian kolom harus dikerjakan
secara seragam dan sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya gelembung-gelembung
udara. Jika terdapat gelembung-gelembung udara dalam kolom maka akan berpotensi
menyebabkan pecahnya kolom. Hal lain yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pemecahan
kolom adalah dengan menambahkan eluen secara kontinu agar udara tidak masuk kedalam
kolom. Kolom yang padat diindikasikan dengan warna slurry yang semakin memutih dan

kecepatan alir eluen yang semakin lambat. Jika kolom sudah memadat, larutan sampel
kemudian diisikan kedalam kolom . Mekanisme yang terjadi pada kromatografi kolom ialah
sampel akan terelusi oleh eluen melalui fase diam silika gel. Senyawa organik terelusi oleh
eluen proses elusi terjadi karena keseimbangan distribusi zat analit pada fase gerak eluen dan
fase diam selika gel. Elusi terus berlangsung hingga tidak ada lagi yang tinggal dalam kolom.
Proses elusi ini menghasilkan eluat yang diharapkan mengandung banyak kurkumin. Dari
proses ini dihasilkan 4 fraksi eluat yang berbeda warna. Kemudian eluat dilakukan
kromatografi lapis tipis. Kromatografi Lapis Tipis dilakukan dengan cara menotolkan fraksi tersebut
pada plat KLT, dan selanjutnya dielusi dengan eluen yang sudah di jenuhkan. Eluen digunakan
adalah etil asetat dan MeOH dengan perbandingan 8:2.

Cepatnya senyawa-senyawa dibawa

bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini
bergantung

pada

bagaimana

besar

atraksi

antara

molekul-molekul

senyawa

dengan

pelarut. Kurkumin merupakan senyawa yang terkandung dalam ekstrak kunyit yang dapat
membentuk ikatan kimia karakteristik dengan silikon dioksida. Senyawa ini dapat membentuk
ikatan hidrogen maupun ikatan van der walls yang lemah. Senyawa yang dapat membentuk ikatan
hydrogen ini akan melekat pada platlebih kuat dibanding senyawa lainnya. Atau dapat dikatakan
bahwa senyawa Kurkumin ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan
pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Ketika kurkumindijerap pada platuntuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Ini
berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas
lempengan. Senyawa yang terikat pada plat KLT akan terlihat sebagai noda. Letak noda
menunjukkan identitas suatu komponen, sehingga disini dapat dibandingkan nilai Rf yang diperoleh
secara praktek dan secara teori, sehingga senyawa yang terkandung dalam kurkumin dapat dikenali.
Rate of Flow (Rf) merupakan harga perbandingan jarak yang ditempuh zat terlarut dengan jarak
yang ditempuh pelarut adalah dasar untuk mengelompokkan dan mengidentifikasi komponen yang
terdapat dalam ekstrak yang berupa noda-noda yang timbul pada plat KLT. Menurut data pada

literatur, Rf kurkumin berada diantara 0,2-0,4, tergantung fasa gerak dan diam
yang digunakannya. Bila dibandingkan dengan hasil uji KLT preparatif, nilai Rf
kurkumin tidak berada diantara rentang tersebut. Dapat dikatakan bahwa
kurkumin tidak berhasil diisolasi, kemurniannya tidak 100%. Kurkumin berada
pada lapisan warna paling bawah dalam KLT preparatif. Hal ini berarti kurkumin
merupakan senyawa yang paling polar diantara senyawa kurkuminoid lainnya
karena lebih tertahan pada silica gel (fase diam) yang bersifat polar. Senyawa
yang kepolarannya setelah kurkumin adalah demetoksikurkumin dan senyawa
yang paling non-polar diantara ketiganya adalah bis-demetoksikurkumin.

Anda mungkin juga menyukai