Anda di halaman 1dari 10

Achmad Fadillah

1506791964

M. Fajar Nandra Cahya

1506792046

Mohammad Soko Marhendi 1506702990


Prabowo Tri Puryanto

1506792071

Latar Belakang Kesejahteraan dan Sejarah Kerja Pelayanan Komunitas di Australia dan
Inggris
Industri pelayanan sosial dan komunitas muncul dari pendekatan kesejahteraan tradisional yang
membawa isu kemiskinan dan ketimpangan. Sejarah umum dar kesejahteraan menunjukkan
elemen ketulusan akan rasa iba terhadap masyarakat miskin serta secara sadar berusaha untuk
menggabungkan mereka. Menurut Kennedy (1982) bahwa secara historis ada perbedaan antara
charity dan philantrophy. Charity menurutnya merujuk pada cinta Kristen, tetapi pada abat
pertengahan ini menjadi sedekah untuk mnyelamatkan jiwa seseorang.

Sedangkan konsep

philantrophy berdasaran cinta kemanusian. Ide dari kesejahteraan merupakan membantu


masyarakat miskin mungkin bermaksud baik, tetapi ini mengadopsi pendekatan yang
merendahkan dan menguasia kepada mereka yang mengalami kerugian dalam masyarakat.
Menuurut Scott (1981) istilah pengembangan komuntas pertama kali digunakan saat konfrensi
di Oxford yang mendeskripsikan aktivitas pengembangan local di Afrika yang berbasis pada
prinsip membantu diri sendiri dan memobilisasi sumberdaya lokal.
Di Inggris lebih dulu memperkenalkan konsep pekerja komunitas lebih awal. Masa
keemasan bagi pekerjaan komunitas di Inggris terjadi pada tahun 1968 sampai pertengahan
hingga akhir tahun 1970-an. Itulah saat pekerjaan komunitas tumbuh sebagai kegiatan dalam
sektor undang-undang dan kesukarelaan, sebagaimana negara menjadi semakin terlibat dalam
tugas menyampaikan perubahan sosial, politik dan ekonomi. Dua inovasi jangka panjang yang
berpengaruh dalam pengembangan pekerjaan komunitas di Inggris yang berevolusi bersamaan
dengan Program Urban, didirikan pada tahun 1968, dan Proyek Pengembangan Komunitas,
diluncurkan pada tahun 1969 sebagai sebuah elemen dari Program Urban. Program urban
muncul sebagai sebuah respon oelh pemerintahan buruh terhadap pidato Sungai Darah oleh
Enoch Powell, yang memprediksikan ketegangan rasial di kota-kota di Inggris serupa dengan

yang dialami di Amerika Serikat, dan perhatian pemerintah terlihat untuk bertindak atas
meningkatnya kepanikan masyarakat terhadap imigrasi dan hubungan antar ras.
Hal lain yang utama dukungan negara pada pengembangan community work selama akhir
tahun 1960-an adalah The Community Devlopment project. ini berkembang dari filosofi
konsensus sosial-demokratis yang memperdebatkan bahwa populasi minoritas adalah korban dari
beberapa permasalahan yang saling berkaitan. proyek ini mendukung model patologi masyarakat
miskin yang membantah bahwa masyarakat berada dalam komunitas yang tidak menguntungkan
yang gagal bersaing di pasar dikarenakan permasalahan internal komunitas atau perorangan
dibandingkan dalam hal ketidaksetaraan secara struktural. Proyek ini untuk membimbing
masyarakat untuk menggunakan layanan sosial lebih konstruktif dan untuk mengurangi
ketergantungan dalam layanan ini dengan menstimulasi perubahan dalam komunitas (Mayo,
1980).
Akhir tahun 1960-an, terdapat beberapa untaian hal yang memberikan masukkan dalam
perkembangan pekerjaan komunitas. Pada tahun 1965 sebagai hasil peninjauan kembali atas
gejala kemiskinan, dibentuk kegiatan ekstra-anggota parlemen. Selama tahun 1970-an, negara
terus menjadi donor utama atas pekerjaan komunitas baik melalui sektor publik dan bantuan
hibah untuk sektor sukarelawan. Salah satu yang paling signifikan membuat hibah-trust di luar
negara adalah Yayasan Calouste Gulbenkian, dimana diantara tahun 1970 dan 1979
menghibahkan hampir 2 juta kepada pekerjaan komunitas dan realsi-relasi komunitas.
Aksi komunitas mulai terlihat disini, salah satunya gerakan pembebasan perempuan yang
meloloskan Pay Act Equal pada tahun 1975, serta Undang-Undang Diskriminasi Sex disahkan.
Juga The Experimental Comprehensive Community Program, yang diluncurkan pada tahun 1974
yang bertujuan untuk menganalisis dan memenuhi kebutuhan wilayah yang kekurangan, dan
pelaksaanan studi di lakukan oleh konsultan antara tahun 1972 dan 1977 yang bekerja sama
dengan Negara. Pada tahun 1974 Housing Act memperkenalkan housing action areas dan
dimaksudkan untuk memperbaiki wilayah tertentu "wilayah yang mengalami perampasan". Efek
dari undang-undang ini adalah untuk memberikan impuls lewat kampanye " stop the bulldozer ",
dengan kemungkinan community worker menyatukan departemen pemerintah daerah untuk
merencanakan housing action areas atas dasar kebutuhan, bukan politik.
Pada pertengahan 1970-an Inggris, bersama dengan negara-negara lain, mulai mengalami
resesi ekonomi, terutama karena setelah perang Arab-Israel Oktober 1973 yang dipimpin

produsen minyak Arab untuk mengurangi pasokan dan meningkatkan harga minyak diekspor.
Dalam beberapa bulan tagihan impor minyak Inggris telah empat kali lipat, yang sangat
melemahkan neraca perdagangan yang sudah miskin. Kejadian luar biasa ini merupakan awal
penurunan konsensus demokrasi sosial pasca perang dan untuk menciptakan dasar bagi
munculnya Kanan Baru dalam Partai Konservatif yang di bawah kepemimpinan Margaret
Thatcher. Pada tahun 1979 Partai Konservatif di bawah kepemimpinan Margaret Thatcher
memenangkan pemilihan umum, pada saat berkampanye partai Konservativ mengekploitasi isu
ketidaksetujuan pendanaan yang digunakan untuk kesejahteraan, kesehatan, pendidikan dan
perumahan yang menghabiskan anggaan Negara sehingga mengakibatkan Inggris terperosok
dalam resesi ekonomi saat itu. Prinsip utama yang diemban pemerintah saat itu disebut
Thatcherisme dimana menyerahkan kesejahteraan dan regulasi distribusi pada mekanisme pasar.
Dan memaksudkan bahwa individulah yang memenuhi kebutuhan tersebut bukannya pilihan
publik. Sedangkan untuk masalah redistribusi dilakukan dengan memanfaatkan trickle down
effect. Meskipun semasa pemerintahan Thatcher sangat anti terhadap Negara kesejahteraan dan
kolektivitas, pada awal pemerintahannya Thatcher sempat mendorong pertumbuhan asuransi
kesehatan swasta, rumah sakit swasta, dan sekolah swasta melalui Housing Act pada tahun 1980.
Yang menjadi catatan penting adalah antara tahun 1979 sampai 1986 pengangguran perempuan
naik sebesar 189% dan pengangguran pria naik 143% (Equal Oppotunitis Commition, 1986).
Pada musim semi 1990 isu final mengenai Aksi Komunitas diterbitkan. Pada waktu yang
hampir bersamaan, untuk mengurangi jumlah pengangguran pemerintah mengadakan Pelatihan
Pekerja dan pelatihan Pemuda. Pada tataran yang lebih luas Council of Europe (1989)
mempromosikan

pentingnya

pengembangan

komunitas

dan

European

Foundation

mempublikasikan Peningkatan kondisi hidup dan kerja.


Tahun 1980an yang diharapan menjadi decade keajaiban ekonomi, tetapi realitanya 10
tahun kesalahan managenen ekonomi dan penipuan diri sendiri. Inggris mengalami over
konsumsi dan minim produksi pada tingkat yang menajubkan dan keadaan keuangan baik sector
privat, publik, maupun eksternal menjadi kacau dan perlu waktu selam 1990-an untuk
memperbaikinya.

Berbeda dengan Inggris, Australia baru memperkenalkan istilah pengembangan


komunitas pada tahun 1970-an yang diidentifikasikan sebagai strategi untuk perubahan sosial
dan cara untuk masalah sosial dan ekonomi dengan melibatkan pihak yang terkena dampak dari
masalah tersebut dalam pembuatan keputusan. Pengembangan komunitas mendapatkan
momentum pada tahun 1970an. Ini juga dipahai sebagai pendekatan filosofis dan olitis terhadap
dunia. Dimulai pada 1970 dimana the Brotherhood of St Laurence, sebuah organisasi gereja di
Melbourne yang melakukan program kesejahteraaan. Pada tahun 1973 didirikan Australian
Assistance Plan (AAP) yang bereksperiman pada perkebangan sosial.
Selanjutnya pengembangan masyarakat pada konteks aktvitas politik atau perjuangan
politik yang mempertimbangkan hubungan terhadap kela, patriarki, Negara, dan geakan sosial
baru. Ketika pengembangan masyarakat melakukan ekspresi politik di Australia itu dikaitkan
dengan perjuangan melawan Negara. Melalui gerakan feminisme, pengembangan komunitas
memperoleh banyak pemahaman mengenai kekuatan politik, pada paruh kedua abad ke 20
terjadi banyak pengembangan signifikan dari aksi politik dalam bentuk gerakan sosial baru yang
terbentuk pada aksi kolektif yang bertujuan pada reorganisosial dan/atau perubahan sosial.
Gerakan ini di bentuk berdasarkan kepedulian sosial, kultural, dan lingkungan yang menjadi isu
utama pada kehidupan politis kontemporer.
Konsep globalisasi kemudian diperkenalkan dengan tiga prinsip utama yaitu pertama,
esensi dari neo liberalisme bisa mengglobal. Kedua, manifestasi hegemoni ekonomi dan politik
dari amerika. Ketiga, berlantutnya koloniaisasi barat. Neo-liberalisme sendiri mula muncul di
Australia pada 1980-an dengan membawa filosofi industri, yang membawa dampak langsung
terhadap bentuk Negara kesejahteraan. Neo-liberal mencabut tanggung jawab Negara dalam
memenuhi fasilitas kesehatan, perumahan, pendidikan dan kesejahteraan. Kesemuanya itu
dibebankan kepada individu dan komunitas masing-masing. Prinsip tersebut sangat bertentangan
dengan pengembangan komunitas. Karena pendekatang pengembangan komunitas lebih kearah
kolektif daripada individual. Serta sangat menjunjung tinggi penentuan nasib sendiri yang
melibatkan komunitas dalam mencapai tujuan mereka dan mendukung perkembangan Negara
kesejahteraan yang memfasilitasi kerja keras yang kolektif. Neo-liberalisme juga membawa
kultur enterprise yang meliputi privatisasi dan individualisasi.
Globalisasi juga membawa dampak positif bagi pengembangan komunitas dengan munculnya
NGO Internasional dan meningkatknya jaringan NGO. Secara keseluruhan globalisasi

menawarkan kesempatan dan juga bahaya, semuanya tergantung pada teori dan sudut pandang
mana yang akan kita pilih.
Krisis di Dalam Pelayanan Kemanusiaan dan Kebutuhan untuk Komunitas
Ada kebingungan yang sama tentang gagasan pelayanan manusia berbasis masyarakat.
Komunitas berbasis istilah digunakan dalam berbagai konteks, dan sering memiliki sedikit
makna substantif luar indikasi jelas bahwa layanan bersangkutan agak dihapus dari modus
birokrasi konvensional. Titik awal untuk eksplorasi ini akan menjadi krisis di negara
kesejahteraan kontemporer dan munculnya neoliberalisme, di samping kepentingan berulang
dalam mengembangkan beberapa bentuk alternatif "berbasis masyarakat". Hal ini dari
memeriksa kekurangan banyak usaha untuk pindah ke model berbasis masyarakat, dan
identifikasi apa yang hilang dari upaya ini, bahwa visi alternatif yang lebih layak dapat mulai
muncul.
Pekerjaan masyarakat kontemporer harus dilihat dalam konteks krisis di negara
kesejahteraan, dan erosi pemerintah dan dukungan rakyat untuk pertumbuhan lanjutan dalam
ketentuan negara kesejahteraan. Krisis di negara kesejahteraan menjadi jelas pada tahun 1980,
sebagai "hak baru" ideologi dan teori ekonomi Ronald Reagan dan Margaret Thatcher mulai
mempengaruhi kebijakan pemerintah dan opini publik. Ini adalah awal dari era neo-liberalisme,
dan ideolog yang memiliki asal-usul dalam filsafat Friedrich Hayek dan teori ekonomi milton
friedman, menekankan keutamaan kebebasan individu dan keunggulan pasar swasta sebagai cara
terbaik untuk mengalokasikan kekayaan dan sumber daya. Dalam sebuah pandangan dunia,
masyarakat, atau negara, penyediaan memainkan peran sekunder, dan memang harus dikurangi
seminimal mungkin. Kepercayaan pada keunggulan pasar yang tidak diatur dan inisiatif pribadi
meninggalkan sedikit ruang untuk negara.
Pandangan ini ditantang oleh neo-liberalisme, yang menekankan pentingnya tanggung
jawab individu daripada penyediaan negara, dan melihat peran pemerintah untuk mendukung
pasar dan untuk 'keluar dari kehidupan masyarakat'. Di bawah neo-liberalisme, negara jangka
pengasuh menjadi julukan populer bagi kritik dari ide negara kesejahteraan, dan pengeluaran
pemerintah pindah dari yang dilihat sebagai positif, meningkatkan kesejahteraan umum, untuk
dilihat dari segi negatif sebagai saluran pada ekonomi produktif, pemerintah terpilih pada janji

untuk melakukan kurang daripada lebih, dan untuk mengurangi pajak bukan untuk memperluas
layanan.
Sejak kedatangan neoliberalisme sebagai ideologi mainstream, telah menjadi jelas tidak
hanya bahwa negara kesejahteraan tidak dapat memenuhi sepenuhnya kebutuhan warga tetapi
juga bahwa ada kepercayaan kuat di antara banyak pemimpin politik dan opini yang seharusnya
tidak upaya untuk melakukannya, karena hal ini akan mengurangi insentif dan mendorong
"depedency". tapi neo-liberalisme tidak sendirian dalam kritik atas negara kesejahteraan. Saat ini
sudah ada kesepakatan hampir lengkap tentang tidak mampu, ketidakstabilan dan ketidakpastian
dari negara kesejahteraan kontemporer dan ketidakmampuan melanjutkan jelas untuk memenuhi
berbagai kebutuhan manusia.
Salah satu karakteristik penting dari neo-liberalisme adalah bahwa kemunculannya
bertepatan dengan, dan memeluk, globalisasi. ini menjadi mungkin awalnya karena peningkatan
ketersediaan perjalanan global dan kemudian dengan datangnya era komputer dan kemungkinan
komunikasi instan pada skala yang tidak terbayangkan sebelumnya, yang memungkinkan
jaringan global yang baru kekuasaan (Castells 1996, 1997, 1998). Oleh karena neo-liberalisme
menjadi kekuatan global, dan pasar menjadi global, dan dengan demikian melampaui kapasitas
pemerintah nasional untuk mengatur, bahkan jika mereka ingin. pemerintah harus mencatat
dengan cermat persyaratan dan preferensi pasar global, jika mereka tidak ingin menghadapi
penarikan tiba-tiba dan dramatis modal dan sesuai keruntuhan ekonomi. Apa yang dikenal
sebagai "globalisasi" secara efektif globalisasi ekonomi dan pasar, bersama-sama dengan bentuk
"globalisasi budaya" sehingga pilihan pembelian konsumen menjadi seperti mirip mungkin
(misalnya dalam pakaian, hiburan, makanan, mobil, dll); lebih mudah untuk memproduksi untuk
pasar jika semua orang ingin membeli kurang lebih hal yang sama. Kami tidak melihat
globalisasi yang sesuai dari keprihatinan sosial atau lingkungan. Perbedaan ini terlihat dalam
relatif kurangnya mobilitas tenaga kerja yang bertentangan dengan mobilitas instan modal, dan
kekuatan dan kekuatan mekanisme-mekanisme internasional yang didirikan untuk melayani
ekonomi global (misalnya bank dunia, dunia organisasi perdagangan), dibandingkan dengan
kelemahan struktur internasional (melalui bangsa bersatu atau LSM internasional) untuk
mencapai keadilan sosial atau keberlanjutan enviromental di tingkat global.
Efek dari krisis di negara kesejahteraan dan kebangkitan neo-liberalisme yang jelas
terlihat pada tingkat pelayanan. Melanjutkan penghematan dalam pelayanan publik, penurunan

kualitas layanan sebagai pekerja terbebani didesak untuk "berbuat lebih banyak dengan lebih
sedikit", lagi daftar tunggu dan menunggu waktu, kurangnya akses ke perawatan kesehatan,
kerusakan sistem pendidikan publik, staf miskin moral , dan kurangnya kepercayaan dalam
kapasitas sistem publik untuk mengatasi, semua tema familiar di banyak masyarakat barat.
Respon kebijakan cenderung mencerminkan ortodoksi neo-liberal, melalui privatisasi,
penciptaan quasi-pasar (dalam perawatan kesehatan dengan "provider" yang berbeda bersaing
satu sama lain), peran pemerintah sebagai pembeli layanan bukan sebagai penyedia, dan
mendorong sektor swasta untuk terlibat baik melalui public / "kemitraan" atau melalui privatisasi
total dan prinsip "pengguna membayar". Pilihan kebijakan lainnya, membutuhkan peningkatan
perpajakan dan belanja, yang hanya dapat diterima dalam dunia neo-liberal.
Perspektif neoliberal tidak selalu mudah diterima oleh masyarakat, seperti yang dapat
dilihat pada reaksi orang-orang di wilayah Eropa dengan "langkah-langkah penghematan" yang
dikenakan pada mereka oleh ortodoksi neoliberal menyusul krisis keuangan global.
Situasi ini memang suram, dengan pelayanan manusia yang tidak memadai,
meningkatnya ketidaksetaraan dan basis sumber daya menurun, diperparah oleh ketidakstabilan
ekonomi sekarang mempengaruhi atau mengancam sebagian besar negara di "dikembangkan"
barat. Berbagai alternatif telah diusulkan oleh mereka yang peduli untuk keadilan sosial,
makhluk tiga yang paling umum: 1. Mencari untuk membela dan membangun kembali negara
kesejahteraan, 2. Pindah ke arah "korporatis" negara yang lebih, di mana konsensus dicari antara
berbagai kepentingan seperti modal dan tenaga kerja, dan, 3. alternatif sosialis yang lebih radikal
dengan kebutuhan manusia diberi prioritas tertinggi, didukung oleh negara regulasi yang kuat.
Masing-masing memiliki beberapa keuntungan, tetapi mereka juga memiliki kelemahan yang
signifikan dan tampaknya memiliki sedikit kemungkinan keberhasilan dalam konteks sosial,
ekonomi dan politik saat ini
Solusi Kedepan
Di atas masalah yang sangat kompleks layak perawatan yang lebih menyeluruh daripada yang
bisa dibahas di sini. Tujuan dari ini cepat - dan pasti dangkal - diskusi hanya untuk menyorot
beberapa keberatan spesifik untuk masing-masing tiga tanggapan konvensional krisis di negara
kesejahteraan dan munculnya neoliberalisme. untuk tujuan buku ini adalah penting untuk

berkonsentrasi pada satu keberatan utama untuk semua tanggapan atas krisis; yang dapat
diringkas sebagai berikut:
Krisis di negara kesejahteraan, dan tragedi neo-liberalisme, adalah hasil dari krisis yang lebih luas dari
sistem sosial, ekonomi dan politik yang tidak berkelanjutan, yang telah mencapai titik krisis ekologi, dan
yang hanya diperparah oleh agenda neo -liberal. Setiap respon konvensional krisis di negara kesejahteraan
dan munculnya neo-liberalisme itu sendiri didasarkan pada tidak berkelanjutan, asumsi pertumbuhan
berorientasi sama, dan karena itu sendiri tidak berkelanjutan.

Keberatan ini dengan respon kebijakan tradisional untuk krisis di negara kesejahteraan
dan munculnya neo-liberalisme adalah dasar untuk sisa buku, yang bertujuan untuk
mengembangkan pendekatan alternatif kebijakan pelayanan manusia dan praktek yang lebih
konsisten dengan masyarakat benar-benar berkelanjutan. oleh karena itu tepat untuk
mempertimbangkan objek ini secara lebih rinci.
Sebagai penulis marxis telah menunjukkan sejak 1970-an, negara kesejahteraan telah
tumbuh bersama kapitalisme industri, dan harus dilihat sebagai bagian integral dari tatanan yang
ada sosial, ekonomi dan politik. Penyediaan kondisi pelayanan publik seperti kesehatan,
pendidikan, perumahan dan kesejahteraan belum hanya hasil dari pandangan altruistik
pemerintah jinak dan peduli tetapi telah diperlukan agar kapitalisme industri untuk tumbuh dan
berkembang, dan sebagai sarana untuk membangun dan mempertahankan kontrol sosial. Analisis
marxis telah sangat signifikan dalam menunjukkan ini, dan melihat negara kesejahteraan sebagai
dalam hubungan simbiosis dengan kapitalisme lanjut. Jadi kapitalisme modern tidak akan
mungkin tanpa beberapa bentuk negara kesejahteraan untuk memenuhi kebutuhan manusia,
untuk menjaga stabilitas dan keamanan merupakan untuk menjaga tenaga kerja yang sehat,
bahagia dan "tepat" berpendidikan sehingga proses kunci dari produksi dan reproduksi dapat
dipertahankan. Kapitalisme, dalam bentuknya yang sekarang, tidak dapat bertahan hidup tanpa
beberapa bentuk negara kesejahteraan, wajar adalah bahwa negara kesejahteraan dalam bentuk
yang sekarang tidak bisa hidup tanpa tatanan ekonomi kapitalis industrial yang dimana telah
dikembangkan.
Layanan berbasis masyarakat sebagai alternatif
Sepanjang sejarah, telah ada lembaga dan mekanisme yang berbeda untuk pertemuan
kebutuhan manusia. Pada waktu yang berbeda dan dalam konteks yang berbeda dengan keluarga,
suku, desa, gereja, pasar dan negara semuanya telah dilihat sebagai memainkan peran penting
dalam proses ini, sering dalam kombinasi. Setiap lembaga memiliki peran dominan dalam

pertemuan kebutuhan, namun sebagai masyarakat telah berubah setiap telah terbukti dengan
sendirinya tidak memadai untuk kebutuhan orde baru, meskipun masing-masing tetap memiliki
peran yang lebih rendah di masa berikutnya. Krisis di negara kesejahteraan hanya satu dari ini
transisi sejarah, di mana negara bangsa; untuk seseorang yakni harapan yang begitu besar
diadakan, adalah menunjukkan ketidakmampuan sebagai munculnya bentuk-bentuk baru dari
struktur sosial, ekonomi dan politik.
Dari perspektif ini adalah tidak pantas untuk menempatkan terlalu banyak energi ke
dalam membela atau memperkuat negara kesejahteraan. Sebuah arah yang lebih berguna adalah
untuk meminta apa yang mungkin menjadi alternatif bentuk penyediaan sosial yang akan
konsisten dengan tatanan sosial dan ekonomi yang baru muncul. Banyak resep biara yang
menikmati popularitas kontemporer merupakan upaya untuk mengembalikan beberapa bentuk
awal dari pertemuan kebutuhan, terutama melalui pasar dan keluarga. Secara historis,
keterbatasan kedua ini telah menjadi jelas, dan bahkan lebih jelas dalam sistem sosial dan
ekonomi kontemporer. di mana pasar lagi membuktikan ketidakmampuan untuk memenuhi
manusia perlu adil, dan di mana keluarga berada di bawah tekanan terus dan semakin
terfragmentasi (jamrozik & sweeney 1996); ada krisis di institusi keluarga kontemporer yang
menjadikan itu benar-benar tidak mampu memenuhi tuntutan kepedulian sosial dengan yang
beberapa berusaha untuk beban itu.
Dalam konteks ini, ada peningkatan minat dalam program berbasis masyarakat sebagai
alternatif untuk pengiriman layanan manusia dan pertemuan kebutuhan manusia (Wheatley 2009,
Wheatley dan Frieze 2011, Bola 2011, Bauman 2001, Block 2009, De Muda & Princen 2012,
clark & Teachout 2012). Setelah keluarga, gereja, pasar dan negara, mungkin sekarang menjadi
giliran 'masyarakat' untuk membawa tanggung jawab besar untuk penyediaan layanan di bidangbidang seperti kesehatan, pendidikan, perumahan, dan kesejahteraan. Gagasan masyarakat
merupakan tema sentral dalam banyak literatur Green. dan pada pandangan pertama mungkin
tampak bahwa pendekatan berbasis masyarakat untuk pelayanan manusia konsisten dengan
gagasan 'post-kesejahteraan negara sistem berdasarkan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Ideal negara kesejahteraan demokratis sosial diasumsikan superioritas kebutuhan, karena
beberapa alasan. Dikatakan bahwa ini akan memastikan standar minimum yang memadai untuk
semua; bahwa hal itu akan membantu untuk menghasilkan masyarakat yang berdasarkan
keadilan sosial; bahwa akan memihak dan bekerja "tanpa rasa takut atau mendukung"; bahwa hal

itu akan menjamin kerahasiaan sehingga konsumen dapat yakin rahasia mereka disimpan; bahwa
itu akan memastikan anonimitas layanan, sehingga mencegah stigma; dan bahwa hal itu akan
memastikan akuntabilitas yang tepat melalui proses publik parlemen dan birokrasi.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang ada, salah satunya
adalah memformulasikan bentuk politik yang diambil untuk kedepannya. Karena mengingat
bahwa baik sosialis maupun neo-liberalisme dirasa kurang bisa mengakomodasi aspirasi rakyat.
Beberapa waktu yang lalu dicanangkan system politik egaliter dan berpusat pada masyarakat.
Cara lain adalah penguatan hak asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai