Anda di halaman 1dari 29

UNIVERSITAS INDONESIA

Mata Kuliah Teori dan Teknik Pengembangan Masyarakat

Disusun Oleh:
Achmad Fadillah

NPM: 1506791964

Membuat bagian Ife

4,9

M. Fajar Nandra Caya

NPM: 1506792046

Membuat bagian Kenny

4,8

M. Soko Marhendi

NPM: 1506702990

Membuat bagian Ife & compile

4,9

Prabowo Tripuryanto

NPM: 1506792071

Membuat bagian Kenny

4,8

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


MAGISTER KESEJAHTERAAN SOSIAL

Chapter 7

The Process of Community Development


Jim Ife
Pendekatan Bottom-up atau Change from Below merupakan prinsip yang fundamental
dalam community development. Terdapat satu lagi prinsip fundamental dari community
development yaitu pentingnya dan integritas dari proses.
Process dan Outcome
Perjalanan lebih penting dari pada sampai ditujuan. Oleh karena itu community development itu
sendiri merupakan sebuah proses yang menuju sebuah outcome yang tidak tertentu. Hubungan
penting dala proses dan outcome ditentukan oleh pemahaman hubungan antara upaya dan
tujuan. Pada pandangan tradisional melihat upaya dan tujuan sebagai sesuatu yang terpisah,
untuk mencari tujuan tertentu, dilakukan pemilihan upaya terbaik untuk dapat mencapainya.
Pandangan alternative menolakpemisahan antara upaya dan tujuan dikarenakan tiga sebab.
Petama, tujuan dapat menjadi upaya, dan upaya dapat menjadi tujuan sehingga pemisahan
identitas tidak dapat dilakukan. Kedua, pilihan upaya belum tentu bersifat teknis, keputusan
bebas nilai. Ketiga, argument bahwa tujuan dan upaya secara moral terkait. Perspektif dari buku
ini didasari pada posisi yang terakhir dimana menolak pemisahan antara upaya dan tujuan. Ini
harus dicatat bahwa tidak semua pendekatan community work mengunakan pandangan ini.
Proses Integrasi
Gagasan proses integrasi muncul akibat diskusi diatas. Upaya dan tujuan tidak bisa dipisahkan,
dan harus menerima apabila upaya rusak maka tujuan dapat rusak juga, sehingga proses
community development memiliki lebih dari semata-mata nilai instrumental. Merupakan hal
yang penting tidak hanya upaya untuk mencaai sesuatu tetapi lebih kepada atas haknya sendiri.
Oleh karena itu penting untuk memastikan bahwa proses tersebutmemilii integritas dan tidak
bertentangan dengan prinsip ekologi dan keadilan sosial. Itu tidak cukup hanya untuk mencari
tujuan berkelanjutan dan keadilan sosial; itu sama pentingnya bahwa proses merefleksikan
prinsip-prinsip tersebut.

Banyak godaan untuk mengambil jalan pintas mengenai proses. Untuk melaksanakan proses
yang baik kadang sering makan waktu lama, dan itu menggoda untuk mencoba membawa proses
menjadi akhir. Terkadang community worker tidak memiliki pilihan karena deadline yang sudah
ditetapkan dan melaksanakan partisipasi yangluas membutuhkan waktu yang lama.
Aspek paling peting dalam proses integrasi adalah proses harus dilakukan oleh komunitas itu
sendiri. Proses community development tidak bisa memaksakan dari luar, dan tidak dapat didikte
oleh community worker, dewan lokal, atau departemen pemerintah. Ini harus berproses oleh
komunitas itu sendiri dimana dimiliki, dikontrol, dan berkelanjutan oleh masyarakat komunitas
itu sendiri.
Consciousness-raising
Gagasan mengenai peningkatan kesadaran sangat penting bagi community development dan juga
sangat penting bagi proses. Gagasan sederhana dari peningkatan kesadaran muncul karena
seringnya legitimasi dipertanyakan oleh struktur yang menindas dan diskursus, orang harus
menerima penindasan yang bagaimanapun itu normal atau tak bisa dihindari, dan dan sering kali
tidak mengakui atau melabeli penindasan mereka sendiri, pengalaman penindasan itu
mengakbatkan ketidak sadaran. Oleh karena itu dibutuhkan peniggkatan tingkat kesadaran, untuk
memberikan masyarakat kesepatan untuk mengeksplore situasi mereka sendiri dan struktur
penindas dan diskursus yang membingkai kehidupan mereka, dengan cara tersebut mereka dapat
bertindak dan membawa perubahan.
Kita dapat mengidentifikasi empat aspek peningkatan kesadaran, meskipun ini dibutuhkan untuk
menegaskan bahwa proses peningkatan kesadaran akan terjadi pada saat yang sama, tetapi
progresnya tidak linier. Pertama menghubungkan personal dengan politik. Kedua, aspek
peningkatan kesadaran dibentuk melalu hubungan dialog. Ketiga, aspek peningkatan kesadaran
saling membagi pengalaman ditindas. Keempat, aspek peningkatan kesadaran bahwa harus
membuka segala kemungkinan untuk tindakan.
Proses peningkatan kesadaran dapat terjadi dengan berbagai cara dan tidak bersifat linier, dan
tidak harus formal, kegiatan berlabel. Juga harus mewakili cara kerja yang meliputi apa yang
telah dilakukan oleh community development worker.
Demokrasi partisipasi

Demokrasi pada dasarnya berarti aturan rakyat tetapi definisi tersebut menimbulkan berbagai
pertanyaan. Konsep mengenai siapa rakyat disini berbeda, dan jarang jika memang berarti
semua rakyat. Isu lain yang dipertanyakan adalah keputusan yang diambil oleh rakyat, dan apa
yang akan diserahkan kepada individu, keluarga, atau kelompok informal. Membuat tekad yang
seperti itu biasanya membutuhkan berbagai bentuk definisi yang disebut kebaikan
bersamakepentingan nasionalkepentingan bersama dan berbagai bentukdefinisi mengenai
hak asasi manusia dan kebebasan.
Isu paling penting dari aturan rakyat adalah bagaimana aturan tersebut akan dijalankan. Pada
semua tetapi pada masyarakat yang terkecil dan tersederhana yang tidak praktis untuk
mengharapkan semua masyarakat terliat aktif dalam penetapan semua keputusan yang akan
dibuat sementara tetap mempertahankan demokrasi ideal dan mengarah ke gagasan demokrasi
perwakilan.
Bentuk demokrasi perwakilan merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan dari besar,
kompleks, masyarakat yang tersentralistis seperti masyarakat barat dan telah menyebabkan
diterimanya bentuk demkrasi dan jarang mempertanyakan. Masalah signifikan dari demokrasi
perwakilan adalah terlibatnya transfer kekuasaan yang efektif kepada elit dan berakibat pada
ketidakberdayaan masyarakat yang tertarik pada demokrasi yang harusnya terlibat. Ini juga
mendorong strategi korporasi, dimana keputusan diambil oleh pemimpin dari pada melalu hasil
proses demokrasi. Pengawasan pada penyalahgunaan kekuasaan, dalam keadaan seperti itu
kekuasaan efektif individu warga Negara sangat dibatasi, dan terlalu dibatasinya seringkali hanya
sebatas symbol gesture berupa voting tiap tahunnya.
Untuk merubah trend ini, mengarah kepada model demokrasi yang lebih partisipatifyang menjadi
komponen utama dalam strategy community development. Terdapat empat karakteristik penting
dalam demokrasi partisipatif antara lain:
1. Decentralisasi
Demokrasi partisipatif memerlukan struktur pembuatan keputusan yang terdesentralisasi,
desentralisasi sendiri adalah komponen utama dari pandangan alternative yang berdasar
pada prinsip perubahan dari bawah. Prinsip yang terlibat adalah bahwa tidak ada
keputusan atau fungsi yang terjadi pada tingkat yang lebih terpusat daripada yang
diperlukan. Ini menjadikan desentralisasi menjadi norma bukan pengecualian. Masalah

dari desentralisasi adalah cederung dihubungkan dengan isu keadilan dan pemeliharaan
standar. Isu ini bisa ditangani dengan jaringan yang efektif, komunikasi, dan koordinasi.
2. Accountability
Akuntabilitas merupakan ide utama dari demokrasi partisipasi, dan tidak hanya terlibat
dalam pembuatan keputusan masyarakat juga perlu bertanggung jawab memastikan
keputusan tersebut dilaksanakan.
3. Pendidikan
Untuk memastikan masyarakat dapat membuat keputusan diperlukan kesadaran dan
pendidikan yang lebih tinggi daripada pemahaman umum yang dibutuhkan untuk
berpartisipasi pada demokrasi partisipatif yang ada. Jika tidak, upaya demokrasi
partisipatif dapat menjadi forum yang hanya membuat prasangka kolektif, pengkambing
hitaman, stereotype, dan ketidakpedulian, yang dapat terjadi dalam kasus dengan
referendum yang dlakukan masyarakat.
4. Kewajiban
Hak dan kewajiban saling terkait, dan demokrasi partisipasi dapat dianggap sebagai salah
satu contoh dari hak, hak seseorang untuk menentukan nasib sendiri dengan pelaksanaan
hak juga terkait kewajiban yang sesuai dengan partisipasi dan mendapat informasi
mengenai isu yang relevan, kewajiban merupakan komponen kunci dari demokrasi
partisipatif. Salah satu cara untuk memastikan partisipasi masyarakat itu murni bukan
sebagai token, karena sifat tokenistic dari banyak partisipasi atau konsultasi program
pemerintah mengasingkan anggota komunitas.
Demokrasi deliberative
Salah satu cara untuk menguatkan demokrasi partisipatif adalah dengan gagasan
demokrasi deliberative. Dalam demokrasi kita dapat bereaksi terhadap keputusan pemerintah,
dan mencari cara untuk membujuk pemerintah agar merubah pemikirannya.terkadang
pemerintah akan bertanya ke komunitas untuk memberikan masukan terhadap proposal atau
rencana tertentu, mungkin dengan mengundang submisi atau melalui referendum.
Demokrasi deliberative membentuk mekanisme dimana masyarakat dapat berpartisipasi
dalam proses deliberative. Jadi masyarakat dapat berperan nyata dalam pembentukan rencana
dan pengembangan proposal. Layaknya community development demokrasi deliberative
menghargai keahlian komunitas, yang mencari peran untuk komunitas dalam mendefinisikan
parameter sebuah isu, dan tidak menempatkan pemerintah dalam posisi yang lebih ahli dengan

pengetahuan superior dan kebijaksanaan. Program demokrasi deliberative terkait dengan


pendidikan komunitas; ini perlu untuk membekali masyarakat dengan sumber daya dan
pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan berbagi dengan pemerintah untuk menghadapi
isu yang kompleks dan kontradiksi serta masalah masyarakat kontemporer. Ini juga diperlukan
pemerintah untuk mengkui bahwa mereka tidak memiliki semua jawaban dan harus bersiap
untuk mencari kebijaksanaan masyarakat. Agenda demokrasi deliberative mirip dengan
community development; yaitu memerlukan lebih banyak engagement pada tingka komunitas
dengan isu dan masalah yang dihadapi masyarakat, serta partisipasi aktif dan berpengetahuan
oleh masyarakat.
Problem participation
Pastisipasi itu konsep yang bermasalah. Ini sebagian karena partisipasi bertentangan
dengan individualis yang dominan, konsumen berbasis pada masyarakat, dan bertentangan
dengan sosialisasi banyak orang. Untuk mengatasi sosialisasi bagi peran konsumen yang pasif
merupakan tantangan yang berat untuk community development, oleh karena itu peningkatan
kesadaran menjadi aspek yang kritis dalam pendekatan partisipasi.
Masalah lain dengan partisipasi adalah masalah tokenisme. Banyak cara semu untuk
mendorong partisipasi komunitas dengan jumlah tingkatan yang bervariasi dalam tokenisme,
dimana masyarakat diajak berunding atau diinformasikan mengenai keputusan tetapi masyarakat
hanya memiliki sedikit power atau bahkan sama sekali tidak punya power untuk mempengaruhi
kebijakan tersebut. Masalah yang lain dari partisipasi adalah kooptasi. Partisipan dalam proses
dapat dikooptasi oleh kekuasan lain dan menjadi bagian struktur kekuasan yang pada awalnya
mereka musuhi. Penting bagi perspektif yang berdasar pada komunitas untuk menekankan pada
hak dan kewajiban dengan seimbang. Kecuali keduanya antara hak dan kewajibandari anggota
komunitas diakui, komunitas tidak akan mampu bertahan dalam bentuk yang layak. Oleh karena
itu program community development harus mendorong pengakuan dan dukungan terhadap hak
dan kewajiban untuk berpartisipasi.
Mendorong Partisipasi
Meskipun sulit utuk mencapai partisipasi murni, terdapat beberapa cara untuk mendorong
partisipasi. Pertama, masyarakat akan berpartisipasi jika mereka pikir isu atau aktivitas tersebut

penting untuk mereka. Ini adalah cara paling efektif untuk mencapai partisipasi jika masyarakat
sendiri mampu menentukan isu atau tindakan dan memutuskan urgensinya dari pada mereka
diberi tahu oleh orang luar apa yang harus mereka lakukan. Kedua, masyarakat harus merasa
bahwa tindakan yang mereka lakukan akan membawa perubahan. Diperlukan untuk
membuktikan bahwa komunitas dapat mencapai sesuatu yang akan membawa perubahan dan
akan menghasilkan perubahan yang bermakna. Ketiga, bentuk lain dari partisipasi harus dinilai
dan diakui. Masyarakat harus merasabahwa tindakan mereka akan membawa perubahan pada
tingkat indvidu. Seseorang mungkin percaya isu yang penting dan aksi komunitas dapat
mencapainya, tapi mungkin percaya bahwa anggota komunitas lain mampu mencapainya dan dia
tidak memiliki kontribusi apapun. Keempat, masyarakat harus diaktifkan untuk berpartisipasi
dan didukung dalam partisipasi mereka. Kelima, dalam strktur dan proses partisipasi tidak
bersifat mengasingkan. Prosedur dan teknik pertemuan tradisional untuk pembuatan keputusan
seringkali mengasingkan bagi banyak orang, khususnya yang tidak mampu bicara didepan
umum, tidak ingin memotong pendapat orang lain, dan kurang percaya diri atau kemampuan
verbal.
Cooperation
Dominasi kompetisi dalam masyarakat modern menuntun pada pandangan umum yaitu
natural dan diinginkan, tetapi pandangan kerja sama setidaknya sama natural untuk kompetisi
manusia. Menantang etika kompetitif dan struktur berdasarkan sosial dan ekonomi dalam prinsip
kerja sama, penting untuk komponen community development. Kerja sama merupakan cara
mendaasar dalam mengorganisir masyarakat untuk keuntungan ekonomi bersama, melalui
penyatuan produksi dan/atau konsumsi.banyak kerja sama dibentuk dalam konteks sosial, politik,
ekonomi, dan kultural. Bentuk akhir dari kerja sama adalah komune, dimana masyarakat saling
berbagi segala aspek kehidupan dalam dasar kerja sama. Kerja sama bukanlah tanpa masalah,
menjaga etos kerja sama ditengah-tengah masyarakat yang kompetitif tidaklah mudah, dan
banyak kerja samayang tidak mampu bertahan dalam waktu yang lama. Beberapa kerja sama
tumbuh besar sehingga mereka kehilangan kontrol demokrasi, dan menjadi sedikit seperti
korporasi konvensional atau agensi publik yang menggunakan label kerja sama. Meski dengan
kesulitan-kesulitan ini, pelajaran dari gerakan kerja sama adalah struktur kerjasama memang
layak, dalam setting masyarakat yang lebih luas baik sosial, ekonomi, politik, dan kultural.

Alternative berdasar komunitas kemungkinan besar akan menggabungkan beberapa aspek


gerakan kerjasama, dan ini akan lebih konsisten dengan prisip ecological, social justice, postEnlightment daripada desentralisasi dari kompetisi.
The Pace of Development
Dalam community development salah satu aspek yang penting untuk dilakukan adalah
dengan melakukan proses-proses tersebut tidak dengan terburu-buru. Untuk membuat proses
community development menjadi community development yang baik ada

kalanya untuk

membuat kecepatan perkembangannya sealami mungkin. Untuk mengembangkan community


development secara alami, kita dapat menganalogikan perkembangan sebuah komunitas
sebagaimana perkembangan sebuah tanaman. Meskipun bisa diberikan nutrisi agar tanaman
tersebut dapat tumbuh lebih cepat, namun pada faktanya ada kondisi-kondisi yang tidak dapat
dikendalikan. Hal tersebut sama halnya dengan perkembangan sebuah komunitas, meskipun
community worker memberikan stimulus-stimulus yang dapat membuat perkembangan sebuah
komunitas menjadi lebih cepat namun faktanya perkembangan tersebut akan berjalan tidak baik
dan cenderung rapuh. Community development yang akan menjadi berhasil jika dilaksanakan
dengan waktu yang panjang dan organik (alamiah) dan tidak dilakukan percepatan-percepatan.
Membuat perkembangan community development dengan proses alamiah seperti demikian
tentunya bukan perkara mudah, sebagai seorang community worker akan dihadapkan pada
tantangan-tantangan administratif seperti efisiensi, tenggat waktu, dan tujuan program yang
harus memiiliki batasan-batasan tertentu. Meski memiliki tantangan-tantangan seperti demikian,
namun seorang community worker harus dapat menegosiasikan dan mengkompromikan antara
proses dengan hal-hal yang eksternal tersebut. Dalam menegosiasikan dan mengkompromikan
hal tersebut seorang community worker dapat memiliki motto lakukan dan selesaikan apa yang
dapat diselesaikan yang artinya meskipun memiliki beberapa outcome kegiatan, otucome
tersebut dapat ditunda sementara waktu melihat dan mempertimbangkan kondisi dari komunitas.
Peace and Non-Violance
Kedamaian merupakan hal yang utama yang secara universal diinginkan terjadi baik
secara lokal maupun global. Meski demikian dalam realitasnya terjadi berbagai peperangan dan
kekerasan yang melibatkan bukan hanya antar individu melainkan juga yang melibatkan struktur
dan institusi yang ada. Dalam melawan kekerasan dan opresi yang dilakukan, tentunya sudah

muncul berbagai bentuk perlawanan dalam berbagai bentuk ideologi dan strategi. Meski
demikian, salah satu metode yang menarik yang secara konvensional memberikan tawaran akan
perlawanan terhadap opresi struktur tersebut adalah dengan menggunakan perspektif anti
kekerasan. Dalam perspektif anti kekerasan, menawarkan sebuah analisis hubungan antara
makna dan tujuan, dan kritik antara kompetisi dan kompetisi antar struktur. Salah satu contoh
paling nyata dari perpektif anti kekerasan ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mohandas
Ghandhi pada abad sembilan belas. Gandhi menggunakan metode tanpa kekerasan dimana
metode tersebut menekankan pada membangun konsensus dan tidak melakukan polarisasi pada
sebuah komunitas. Dalam filosofinya, Gandhi menyerang ide dan struktur, namun tidak
menyerang pada individunya. Dalam filosofi Gandhi, menekankan pada inklusifitas dan orietasi
konsensus. Pada tingkatan yang lebih lanjut, perspektif tanpa kekerasan merupakan metode yang
sangat memiliki kekuatan dan radikal, dan tergantung (menggantungkan diri) pada pertanyaan
mendasarnya terhadap struktur dan praxis yang ada.
Consensus
Pendekatan konflik dan konsensus merupakan dua pendekatan yang berbeda dalam
community development. Dalam kehidupan meskipun konflik merupakan hal yang tidak dapat
dihindarkan dalam kehidupan namun perpektif konsensus lebih konsisten dapat diterapkan dalam
community development. Pendekatan konflik pada community development menekankan pada
pihak mana yang menang dan diuntungkan. Pada pendekatan konflik, lebih banyak juga
digunakan diskursus militer dalam pelaksanaannya misalnya campaign, teknik, dan strategi,
sebagai representasi dari gagasan model konflik. Masalah terbesar dalam penggunaan
pendekatan konflik pada proses community development adalah mengenai keberadaan pihakpihak yang kalah dan menang. Pihak yang kalah tentunya dalam pendekatan ini akan mengalami
marginalisasi dan alienasi. Berbeda dengan pendekatan konflik, dalam pendekatan konsensus
bergerak berdasarkan sebuah pemahaman dan tujuan bersama untuk mendapatkan sebuah solusi
masalah dalam sebuah komunitas. Dalam pendekatan konsensus, tidak semudah mengambil
keputusan terbanyak namun mencari solusi terbaik yang dapat memberikan kenyamanan pada
semua pihak.

Pendekatan konsensus juga tidak dapat dilakukan dengan cepat dan dalam

pendekatan ini community worker perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan komunitas. Secara


mendasar pada akhirnya konsensus juga merupakan proses bekerja berdasarkan isu, hingga
tercipta kenyamanan pada tujuan bersama yang ingin dicapai.

Community Building
Dalam semua proses community development harus memiliki tujuan dalam membangun
sebuah komunitas. Membangun komunitas termasuk mengembangkan sosial kapital,
menguatkan interaksi sosial dalam komunitas, membuat aksi sosial. Selain itu community
building juga harus mengurangi fragmentasi dalam komunitas, mengurangi isolasi dan
individualisme dalam komunitas. Pada prosesnya community building perlu untuk dilakukan
secara berkelanjutan dan membutuhkan juga kenyamanan dari semua anggota komunitas.
Community building juga dalam praktiknya tidak semudah hanya dengan berkerja secara
bersama-sama. Community building melibatkan pembangunan struktur secara bersama, yang
mana berarti warga komunitas dapat lebih mandiri satu sama lainnya.
Conclusion
Community development mendasarkan pembentukan dan implementasinya pada proses.
Dalam melakukan evaluasi pada proyek community development diperlukan pemahaman
terhadap proses dibandingkan terhadap outcome. Dalam proses community development yang
baik akan menghasilkan outcome yang baik pula, namun menspesifikasi outcome tidak
menjadikan community development tersebut menjadi community development yang baik.

Chapter 8

The Global and The Local


Jim Ife
Globalisasi
Perkembangan globalisasi saat ini didorong oleh perkembangan teknologi baik teknologi
trasnportasi maupun teknologi komunikasi. Globalisasi menciptakan intekoneksi antar berbagai
aspek baik di bidang bisnis, pemerintahan , tataran individu dan komunitas. Meski menimbulkan
berbagai interkoneksi dalam berbagai aspek, namun dalam praktiknya globalisasi juga
memberikan keuntungan dan kerugian tersendiri bagi berbagai pihak. Bagi pihak yang
mengalami kerugian, globalisasi dianggap memberikan dampak negatif dan menimbulkan
serangkaian aksi protes. Meski demikian, globalisasi dalam beberapa bentuk tidak dapat ditolak

keberadaannya. Misalnya saja globalisasi dalam teknologi informasi. Sangat naif jika seorang
community worker menolak perkembangan teknologi informasi.
Dalam memahami globalisasi perlu dipahami secara multidimensi dan tidak secara
monolitik atau parsial. Globalisasi merupakan fenomena multidimensional yakni dalam dimensi
ekonomi, politik, sosial, dan lingkungan. Menjadi masalah saat ini adalah, globalisasi hanya
berkembang dan menguat dalam beberapa aspek saja khususnya aspek ekonomi. Aspek-aspek
lain seperti HAM, keadilan sosial, lingkungan , pendidikan, kurang berkembang dibandingkan
dengan aspek ekonomi yang sangat berkembang karena didorong oleh prinsip-prinsip pasar
bebas (neoliberalisme). Prinsip neoliberlaisme dalam globalisasi inilah yang kemudian
memungkinkan kapital dapat serta merta berpindah kemanapun dan kapanpun tanpa
mempertimbangkan aspek kesejahteraan, keadilan sosial, dan lingkungan. Dalam pemahaman
yang lebih mendalam, konsep yang sangat berguna dalam memahami globalisasi dan kaitannya
dengan community development adalah konsep kebangkitan jaringan yang melampaui batasbatas negara, baik secara politis maupun geografis. Pada perkembangnnya, globalisasi ekonomi
juga harus diimbangi dengan globalisasi pada aspek lain seperti globalisasi kewarganegaraan,
HAM, keadilan sosial dan ekologis.
Localitation
Sebagai respon dari aspek negatif dari globalisasi, lokalisasi muncul khususnya dalam aspek
ekonomi. Lokalisasi seperti munculnya bank-bank lokal, mata uang lokal, program ekonomi
mikro dsb. Gerakan-geraakan lokalisasi pada satu sisi memberikan manfat dan pada sisi lain juga
menimbulkan bahwa. Bahaya yang muncul dari gerakan lokalisasi adalah munculnya
eksklusifitas serta fundamentalisme yang secara radikal mendasarkan diri pada perlawanan
terhadap wacana-wacana globalisasi. Meski memiliki bahaya jika dilakukan secara berlebihan,
namun lokalisasi memiliki potensi yang positif. Lokalisasi dapat menimbulkan kesempatan bagi
komunitas untuk menumbuhkan kemandirian dirinya sebagaimana yang telah dibahas pada
pembahasan-pembahasan sebelumnya. Berbagai reaksi dari kemunculan lokalisasi sebagai
perlawanan dari globalisasi secara tidak langsung juga memunculkan community development di
berbagai aspek dan tempat.
Protest

Sebagai bentuk perlawanan terhadap globalisasi muncul serangkaian gerakan protest yang terjadi
di berbgai tempat dan waktu yang meningkat semenjak tahun 1960-an. Gerakan-gerakan protest
ini seringkali muncul dalam berbagai kesempatan khususnya ketika pelaksanaan pertemuanpertemuan elite dalam membahas ekonomi dan politik dunia. Salah satu bentuk dari protest yang
cukup familiar dalam rangka melawan globalisasi adalah gerakan pendudukan (Occupy) yang
dilakukan di berbagai tempat dan salah satu peristiwa yang cukup terkenal adalah peristiwa
occupy wallstreet. Gerakan occupy, pada dasarnya merupakan gerakan protest yang secara
simbolis menduduki simbol-simbol struktur globalisasi. Gerakan-gerakan occupy pada dasarnya
juga melahirkan banyak gerakan community development karena banyak dari gerakan aktivisme
tersebut juga melahirkan para community worker. Ide-ide gerakan aktivisme tersebut pula yang
kemudian banyak mendasari gerakan community development kedepannya.
Global and Local Practice
Dorongan globalisasi dan rekasi dari lokalisasi menunjukan bahwa yang lokal dan yang global
merepresentasikan hal yang penting untuk perubahan dan tindakan Banyak dari berbagai aspek
kehidupan komunitas dibuat pada tataran global dalam bursa saham, rumah investasi, ekonomi
global forum. Sebagaimana kita lihat bahwa pemerintah lokal hanya memiliki sedikit kuasa
terhadap aspek-asek yang berubungan dengan orang banyak. Bukan bermaksud untuk
mengecilkan kekuatan dari pemerintah lokal, namun pemerintah lokal akan terus dibayangi dari
berbagai masalah dari dunia yang modern ini. Dari globalisasi dan lokalisasi, lokasi yang paling
efektif dalam membuat perubahan berpindah pada tatran lokal dan global, dan pada dua tataran
tersebutlah merupakan fokus dari aksi perubahan. Community development merupakan sebuah
strategi dalam membuat perubahan pada level lokal dan memberikan pengaruh pada tataran yang
lebih luas.
Meski demikian, pada era globalisasi seperti saat ini menekankan perubahan pada level
lokal tidaklah cukup. Kuncinya dengan cara mengambil alih pada tataran global dan melakukan
program-program community development dalam bidang keberlanjutan ekologi dan keadilan
sosial sehingga dapat menciptakan keterhubungan antara apa yang global dengan yang lokal.
Motto berfikir global bertindak lokal tidaklah cukup. Hal tersebut seharusnya dapat diubah
menjadi berfikir global dan bertindak global serta befikir lokal dan bertindak loka.. Berbagai
analisis dan aksi harus memberikan tempat pada dua level tersebut . Dalam rangka untuk
menciptakan keterhubungan antara global dan lokal salah satu ide yang muncul pada tahun 1990-

an adalah mengenai globalisasi dari bawah. Konsep ini didasarkan pada pemhaman bahwa
globalisasi dapat dilakukan, dialami, dan dibentuk karakternya dari bawah.
Universal adn Contextual Issues
Pada tataran yang umum, ada beberapa prinsip dalam community development yang dapat
diterapkan secara universal apapun latar belakang budaya, sosial, dan konteks politik antara lain:
1. Ide dan pengalaman pada komunitas menjadi penting bagi orang-orang untuk
mendapatkan aspek humanis yang menyeluruh.
2. Prinsip

keberlanjutan

ekologis,

keberagaman,

holisme,

keseimbangan,

salaing

ketergantungan dan lainnya.


3. Prinsip keadilan sosial dan hak azasi manusia, termasuk pada analisis bentuk opresi yang
dilakukan.
4. Prinsip perubahan dari bahwah, bottom-up development, menghargai pengetahuan lokal
dan kemampuan lokal.
5. Prinsip

bahwa

penting

untuk

menghargai

proses,

membangkitkan

kesadaran,

pemberdayaan, partisipasi, dan kerjasama.


Prinsip-prinsip tersebut dapat diaplikasikan pada semua bentuk community development, apapun
konteknsya. Meski demikian harus tetap mempertimbangkan latar belakang budaya
masyakatnya. Hal penting lain yang harus diapahami oleh community worker adalah memahami
yang lokal dan yang global serta mendasarkan analisis pada level menengah antara level makro
dan mikro. Pada levil makro harus mengetahui apa yang salah pada dunia dan bagaimana untuk
mengubahnya sedangkan pada level mikro tentang bagaimana melaksanakan community
development tersebut.

BAB 4

The Role of the State


Susan Kenny
Community Development dan Negara
Institusi pemerintahan Australia beroperasi pada tiga level, yaitu: level federal (mencakup
seluruh bagian Australia), level negara bagian dan teritori, dan level pemerintahan lokal/daerah.
Pekerja community development bekerja di ketiga level di atas. Setiap level di atas saling
berkaitan satu sama lain dalam beberapa macam cara, yaitu:
Sebagai pekerja community development bayaran atau dapat disebut dengan organisasi
privat di mana bekerja dalam program di suatu lembaga
Melalui pendanaan. Pekerja community development yang bekerja dalam organisasi
sosial dan pelayanan komunitas yang dibayar oleh pemerintah, baik langsung maupun
melalui pendanaan dari pemerintah melalui organisasi mereka sendiri. Intinya, bagaimana
negara menyediakan pelayanan.
Memprotes kebijakan pemerintah. Pekerja community development dibayar untuk
membuat gerakan memprotes kebijakan pemerintah demi keinginan adanya suatu
perubahan. Pendekatan yang digunakan yaitu aksi sosial
Memenuhi kebutuhan laporan dan akuntabilitas.
Teori Negara
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi perdebatan yang intens mengenai negara, yang
berfokus pada bidang-bidang seperti identifikasi dan derivasi dari negara, fungsi negara, efisiensi
kekuasaan negara dan implikasi strategis dari teori yang berbeda dari negara. Penting untuk
membedakan antara negara sebagai objek konkret (institusi) dan negara sebagai objek teoritis
(bagaimana negara berfungsi pada institusi yang ada). Pendekatan konvensional untuk negara
mengacu pada ilmu pengetahuan klasik dan negara kontras dengan masyarakat sipil. Sebagai
objek konkret, negara modern terdiri dari peradilan, legislatif, aparat administrasi birokrasi,
polisi dan angkatan bersenjata. lembaga bentuk negara ini yang tidak dimiliki dan dikendalikan
dan lembaga-lembaga publik non-sukarela.

1. Negara Independen

Gagasan utama dari Negara model ini adalah meminimalisir peran Negara dalam aktifitas
sosial dan politik di Negara tersebut. Dengan berpegang dengan prinsip laissez-faire
(membiarkan segalanya berjalan tanpa campur tangan). Negara independent laissez-faire
mendorong self-help (menolong diri sendiri). Fokusnya, setiap individu harus berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
2. Negara Instrumental

Pada pandangan instrumental melihat bahwa negara sebagai alat atau instrumen bagi kelas
yang berkuasa. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa dalam negara instrumental, bisnis
mendominasi atau mempengaruhi kebijakan pemerintah. Hal tersebut terjadi karena
seolah-olah yang menguasai industri atau media adalah dominasi dari laki-laki atau
budaya patriarki. Dalam hal ini, kebijakan yang keluar atau dibuat seolah-olah dari
pemerintah, padahal sebenarnya kebijakan tersebut berasal dari bisnis.

3. Negara yang saling bergantung

Pada pandangan ini, kekuatan ekonomi dan kekuatan politik menjadi satu. Dalam kasus
kaum Marxis dikenal sebagai teori Stamocap (dari kapitalisme monopoli negara),
perusahaan-perusahaan industri raksasa dalam tahap monopoli kapitalisme menyatu
dengan negara borjuis sehingga eksploitasi ekonomi dan dominasi politik digabung.
Pemerintah menjadi nyaman karena adanya dukungan dari masyarakat dan bisnis.
4. Negara sebagai medan yang diperebutkan

Dalam pandangan ini, terjadi pertentangan antara negara, bisnis dan masyarakat. Hal
tersebut dapat terjadi karena ketiganya tidak puas pada kondisi yang ada dan mencoba
untuk saling menguasai. Pada akhirnya yang terjadi adalah disharmoni antara ketiganya.
Dalam pandangan ini, fokus dari community development dilakukan oleh pemerintah
lokal, bukan oleh negara.

5. Negara Kontrak

Dapat dikatakan dalam pandangan ini merupakan bagian dari neoliberal, di mana terjadi
pembuatan kontrak untuk layanan antara negara dan bisnis, serta negara dan masyarakat.
Negara kontrak dibangun dari pandangan bahwa pemerintah harus menarik diri sejauh
mungkin dari pemenuhan kebutuhan pelayanan publik dan berperan hanya sebagai
pengambil kebijakan serta pengarah Negara. Pemerintah menyerahkan bidang pelayanan
publik kepada sector swasta. Hal ini dilakukan berdasarkan kepercayaan bahwa sector
publik akan selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Mereka
selalu memperbaiki kemampuan dan servis mereka agar program yang telah diberikan
oleh pemerintah tidak diputus. Dengan kata lain, layanan yang diberikan negara adalah
kompetisi dari bisnis dan masyarakat sipil.
6. Negara Pengawasan

Negara pengawasan berperan sebagai pengawas dan pengelola. Negara dalam kedua
kontrol atau peran tadi peduli pada warganya dalam dua cara. Pertama, negara

menerapkan berbagai macam peraturan yang bertujuan untuk memastikan kepatuhan


dengan kebijakan, akuntabilitas (biasanya untuk pemerintah) dan transparansi. Kedua, di
konteks dari peperangan dan teror, negara mengontrol dan melindungi telah dihidupkan
kembali, khususnya di beberapa negara yang berbahasa Inggris.
7. Negara Berpartner

Salah satu cara untuk memahami bagaimana masyarakat bekerja dan peran community
development dalam masyarakat adalah dengan membagi masyarakat ke dalam bidang atau
sektor. Secara umum, bidang atau sektor tersebut dibagi menjadi empat, meliputi: sektor
negara, sektor ekonomi, pasar dan bisnis, sektor masyarakat, dan sektor hubungan yang
intim atau mendalam, seperti keluarga. Organisasi masyarakat dan community
development berada dalam lingkup masyarakat sipil.
Lalu datang pandangan baru bahwa cara pengorganisasian pembangunan sosial
adalah untuk memanfaatkan atribut masyarakat sipil bersama satu atau lebih dari bola
lainnya. istilah umum digunakan untuk menggambarkan proses membawa organisasi
masyarakat sipil bersama-sama dengan organisasi negara atau pasar dalam pengembangan
program kemitraan komunitas. Terdapat diskusi pro dan kontra dari pengaturan kemitraan.
Seperti pada kontrak negara, penilaian dari negara kemitraan bervariasi. Dari sudut
pandang mana negara dipandang independen, kemitraan antara departemen pemerintah
dan pemerintah daerah mempertemukan dua lembaga otonom. Dari perspektif pandangan
instrumental dan interlocking, organisasi masyarakat masuk ke dalam kemitraan dan
negara hanya menambahkan elemen lain.

Kemitraan antara organisasi masyarakat dan negara


Ide-ide organisasi masyarakat kemitraan negara memiliki dua dimensi penting.

pertama, dalam arti luas, pengaturan kemitraan dapat didasarkan pada komitmen yang tulus
untuk berbagi pengetahuan dan sudut pandang, serta pembentukan struktur dan proses yang
dapat memfasilitasi pengambilan keputusan bersama. Dimensi kedua berfokus pada
mengamankan kesepakatan tentang bagaimana harus memperlakukan dua sektor satu sama
lain dan bekerja sama.
Berbagai pendekatan terhadap kemitraan dapat dipraktikan dalam cara yang berbeda.
Sebagai contoh, manejemen kemitraan yang sederhana dapat melibatkan kesepakatan untuk
berbagi informasi dan menghargai ruang lingkup pengaruh satu dengan yang lain. Sebagai
alternatif, majamenen kemitraan dapat berdasarkan pada hal-hal seputar fiskal dan
permintaan sumber daya, dimana pemerintah menyediakan uang untuk program komunitas,
pemerintah mewakilkan dan organisasi komunitas mengembangkan rencana bisnis dan
rencana srategis, dan komite bekerja sama sehingga manajemen terbentuk.
Satu kritik terhadap pengaturan kemitraan adalah bahwa pemerintah memegang
kekuasaan kunci, sehingga kemitraan tidak lebih dari sekedar token berbagi informasi atau
konsultasi. Meskipun dalam beberapa hal terdapat kekuasaan yang seimbang dalam
pembuatan keputusan, yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. Oleh sebab itu, akan
berguna untuk mengindentifikasikan berbagai ide tentang kemitraan sebagai berikut :
Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Sektor

berkonsultasi

berkonsultasi

dan Komunitas

dan Komunitas

Komunitas

Pemerintah

Pemerintah

memberitahu

menetapkan hal- komunitas

apa yang harus hal

Pemerintah dan Pemerintah dan Komunitas

namun sepakat

komunitas

menetapkan

dalam bersama-sama

parameter

dan

dilakukan oleh mendengarkan

parameter,

menetapkan

memberitahu

komunitas dan komunitas,

namun

parameter,

pemerintah apa
yang diinginkan

komunitas

dengan beberapa pemerintah

termasuk

merespon

parameter

masih

agenda,

negosiasi

mengontrol

dan

dana dan

berharap

projek pemerintah

kemitraan

aktual

merespon

Dari perspektif peran organisasi komunitas, daya tarik kemitraan antara organisasi komunitas
dan negara terdapat dalam beberapa hal:
1. Pengaturan kemitraan mengakui pusat peran organisasi komunitas dalam pengembangan
masyarakat.
2. Kemitraan komunitas-negara memberikan harapan dalam menguatkan akuntabilitas
diantara partner, khususnya akuntabilitas negara terhadap komunitas.
3. Mereka memberikan harapan terhadap perbaikan pada hubungan satu sisi dimana negara
mempertahankan kontrol terhadap program komunitas secara sepihak untuk membentuk
kebijakan, menentukan dana dan memantau kepatuhan dengan permintaan birokrasi.
4. Kemitraan komunitas-negara dapat memberdayakan komunitas ketika mereka membuka
ruang baru untuk dialog antara pemerintah dan organisasi pemerintah.
5. Sepanjang pengaturan kemitraan berorientasi pada apa yang disebut Giddens politik
generatif dan kesejahteraan positif yang membuat sesuatu terjadi, untuk menciptakan
kondisi dimana orang menjadi penduduk aktif, mereka memberikan peran kunci kepada
negara sebagai fasilitasi, bukan sebagai pengawas.
6. Pengaturan kemitraan meningkatkan kekuasaan kolaboratif dan mutual, yang merusak
prinsip neo-liberalisme mengenai sikap bersaing sebagai dasar untuk menciptakan
masyarakat yang lebih baik dan menguatkan nilai kepercayaan dan hubungan timbal
balik untuk membangun kapital sosial.
Cara Ketiga dan Negara
Pendukung politik cara-ketiga beragumen mengenai peran negara dalam memfasilitasi
inisiatif penduduk dan menjamin penduduk dan negara mendapat hak dan kewajibannya. Seperti
yang dikatakan Giddens (1998) bahwa negara harus selalu didukung oleh demokrasi yang
disebutny sebagai investasi sosial negara dan berfokus pada pengembangan kewirausahaan.
Namun, terdapat kritik terhadap pandangan ini. Fairclough (2000) mengemukakan bahwa
pandangan ini mempertahankan semua elemen dalam agenda neo liberal yang mendukung
pengurangan anggaran untuk kesejahteraan dan perluasan modal global. Hal tersebut sangan
berbahaya dalam menumbuhkan ketidaksetaraan dan meneruskan ekslusi sosial, yang
bersembunyi dalam agenda keadilan sosial.

Dari perspektif community development khususnya bagi praktisi pengembangan


masyarakat, adalah merupakan kewajiban untuk menyaring prinsip yang mendukung politik cara
ketiga dan untuk mensortir cara kerja mereka melalui praktik retorikanya. Kebanyakan kisaran
potensinya adalah seputar perluasan kekuasaan dari negara kepada masyarakat dan apakah
politik cara ketiga sebenarnya membalikkan ketidaksetaraan masyarakat bahkan dunia.
Bekerja dengan Pemerintah Lokal
Terdapat beberapa bentuk hubungan antara komunitas dan badan pemerintah lokal dalam
tahapan pengembangan projek, sebagai berikut (Sumber : Wates, 2000 : 10):
Keterlibatan
Kontrol

Inisiasi
Komunitas

Rencana
Komunitas

Implementasi
Komunitas

Pemeliharaan
Komunitas

Evaluasi
Komunitas

komunitas :

memulai

merencanaka

mengimplem

memelihara

mengevaluasi

komunitas

tindakan

n sendiri

entasikan

sendiri

sendiri

memiliki

sendiri

Pemerintah

Pemerintah

sendiri

proses dan
pengembanga
n projek
Kemitraan :

Pemerintah

Berbagi dalam lokal

Pemerintah

dan lokal

Pemerintah

dan lokal

dan lokal

dan lokal

pembuatan

komunitas

komunitas

komunitas

komunitas

komunitas

keputusan,

bersama-

bersama-

bersama-

bersama-

bersama-

sama

sama

sama

sama

kegiatan

dan sama

dan

tanggung

memulai

merencanaka

mengimplem

memelihara

mengevaluasi

jawab
Konsultasi :

tindakan
Pemerintah

n
Pemerintah

entasikan
Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

lokal

lokal

lokal

lokal

lokal

lokal

memulai

merencanaka

mengimplem

memelihara

mengevaluasi

menentukan

setelah

setelah

setelah

setelah entasikan

kerangka kerja mengidentifik berkonsultasi

setelah

berkonsultasi

berkonsultasi

dan

dengan

berkonsultasi

dengan

dengan

komunitas

dengan

komunitas

komunitas

meminta asikan

pandangan

kebutuhan,

komunitas

menentukan
objektif

dan

komunitas

berkonsultasi
dengan
Pemberi

komunitas
Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Informasi

lokal

lokal

lokal

lokal

lokal

Top-Down :

mengidentifik merencanaka

mengimplem

memelihara

mengevaluasi

Pemerintah

asikan

entasikan

sendiri

kan sendiri

lokal

kebutuhan,

menginformas

menentukan

ikan

rencana

komunitas

memulai

n sendiri

sendiri

dan

tindakan
sendiri
Pandangan Feminis
Kaum wanita dikaitkan dengan Negara dalam beberapa cara: sebagai pekerja Negara
mereka sering dianggap sebagai yang memiliki status rendah dan pekerjaan yang dibayar rendah,
dan kebijakan dan undang-undang Negara menindas kehidupan mereka dalam berbagai cara.
Beberapa feminis melihat bahwa Negara sebagai arbiter netral potensial yang dapat bekerja
untuk memperbaiki permasalah kaum wanita. Tetapi sebagian besar feminis lainnya berpendapat
bahwa Negara merupakan instrumen yang mempertahankan masyarakat patriarki. Negara
memainkan peran penting dalam kehidupan kaum wanita dengan mengontrol sumber daya,
menekan dan mengeksplotasi mereka sebagai pekerja yang tidak dibayar atau berupah rendah.
Sehingga bagi sebagian feminis, penting untuk mengidentifikasi tempat dimana Negara
secara disiplin intervensi dalam kehidupan wanita, seperti dengan adanya kantor jaminan sosial
dan pengadilan keluarga. Feminis juga memperhatikan feminisasi kemiskinan, dimana kaum
wanita sering dianggap sebagai kaum miskin dan sering dieksplotasi Negara daripada pria.
Dengan berbagai tanggapan yang ada, feminis berargumen bahwa wanita harus bekerja
(melawan) institusi Negara untuk mengarahkan legislatif dan kebijakan yang dapat mengubah
kehidupan wanita menjadi lebih baik.
Pengembangan komunitas dan Negara

Oleh karena hubungan antara Negara dan masyarakat dianggap hanya teori, pengembangan
komunitas tidak melihat hubungan antara kekuasaan Negara dan kelompok dominan dalam
masyarakt sebagai hubungan yang abadi karena akan ada kemungkinan perubahan hubungan
kekuasaan yang ada dan stuktur sosial. Pengembangan komunitas selalu menjadi prospek dari
Negara sebagai fasilitator untuk mengontrol variasi aktualisasi dan kemungkinan untuk
perjuangan dan keberadaannya. Dari pengalaman, pekerja pengembangan komunitas biasanya
melihat Negara sebagai elemen yang dapat mendukung atau menentang pengembangan
masyarakat.
Negara Kesejahteraan
Sejak pertengah tahun 1970an terdapat peningkatan pengawasan terhadap peran dan keberhasilan
dari Negara kesejateraan. Akan tetapi masih terdapat konteks perdebatan mengenai definisi dan
sifat dari Negara kesejateraan.
Ide tentang Negara kesejahteraan
Konsep Negara kesejahteraan berdasarkan pandangan bahwa tanggung jawab atas kesejahteraan
penduduk bukanlah dan tidak seharusnya berada pada individu, pengusaha swasta atau korporasi,
keluarga, atau organisasi filantropi dan organisasi komunitas. Negara memiliki tanggung jawab
penuh untuk menjamin kesejahteraan dan kemakmuran penduduk dengan membentuk struktur
yang protektif, proses dan institusi, seperti skema asuransi kesehatan universal. Strategi dan
proses dimana pemerintah menjamin kesejahteraan penduduknya diartikulasikan dalam
kebijakan sosial.
Janji yang gagal?
Negara kesejahteraan terpuruk pada pertengahan tahun 1980an dimana konsep tersebut gagal
untuk memenuhi janji untuk menjamin kesejahteraan penduduk. Keane (1988) berpendapat
bahwa Negara kesejahteraan diasumsikan bahwa kekuasaan Negara bisa menjadi caretaker dan
modernizer bagi eksistensi sosial dalam menjadi kesejahteraan semuanya tetapi hal itu tidak
dapat terpenuhi.
Kritik teoritis
Menurut gagasan neo-liberalisme, Negara kesejahteraan dianggap tidak efisien, boros,
dan membatasi kebebasan manusia. Seseorang akan dipaksa untuk membayar pajak atas
ketidakpuasan layanan yang diberikan oleh Negara, mereka tidak memiliki kontrol terhadap apa
yang mereka pilih. Banyak dari Marxists dan feminis menganggap bahwa sudut pandang

instrumentalis dari Negara kesejahteraan diartikan sebagai fungsional dari bergabungnya kelas
orang miskin dan pekerja untuk bertanggung jawab terhadap feminisasi kemiskinan. Seabrook
(1982), ketika sistem kesejahteraan dalam masyarakat kapitalis menyediakan cukup layanan bagi
orang miskin, hal tersebut dilakukan untuk memperdalam subordibasi kelas pekerja.
Namun

ketika

intervensi

negara

dalam

bentuk

negara

kesejahteraan

dapat

menyembunyikan sifat eksploitasi kapitalis dan meringankan kelas pekerja, hal tersebut menjadi
masalah bagi ekonomi kapitalis. OConnor (1973) mengemukakan bahwa fungsi utama negara
adalah untuk menjamin akumulasi kapitalis dan legitimasi negara, dimana kedua ini sering
bertentangan. Negara harus mencoba menciptakan atau mempertahankan kondisi dimana
akumulasi keuntungan modal terjadi, dan pada saat yang sama menciptakan dan
mempertahankan harmoni sosial.
Bentuk krisis
Dalam buku Legitimation Crisis (1976), Habermas mendiskusikan tendensi krisis pada akhir
kapitalisme. Terdapat 4 tipe krisis, yaitu:

Krisis ekonomi : kurangnya kuantitas yang diperlukan dalam nilai konsumsi

Krisis rasionalitas : kurangnya kuantitas yang diperlukan dalam keputusan rasional

Krisis legitimasi : kurangnya kuantitas yang diperlukan dalam motivasi umum

Krisis motivation : kurangnya kuantitas yang diperlukan dalam tindakam memotivasi

Pandangan neo-liberal
Lee dan Raban (1988:220) mengidentifikasikan adanya enam elemen mengenai posisi neoliberal terhadap kesejahteraan:
1. Kompetisi akan melepaskan energi kewirausahaan yang cukup untuk meningkatkan
produktivitas dan pekerjaan yang dapat menguntungkan semua orang, dan hal ini akan
membantu kaum miskin melalui apa yang disebut sebagai trickledown effect
2. Gagasan bahwa hak terhadap kesejahteraan adalah berbahaya, karena hal tersebut
mengarah kepada harapan yang terus meningkat dan adanya tuntutan terhadap sumber
daya yang terbatas. Ketika harapan dan tuntutan tersebut tidak terpenuhi, akan
menimbulkan rasa frustasi, kemarahan dan gangguan sosial.
3. Tuntutan untuk kesejahteraan digerakkan oleh para profesional di bidang kesejahteraan,
mereka adalah parasit dalam sistem dan pihak-pihak yang sesungguhnya diuntungkan
dalam welfare state.

4. Welfare state tidak efisien dalam istilahnya sendiri; welfare state tidak men-distribusikan
kembali kekayaan kepada si miskin.
5. Welfare state merendahkan keadilan sosial dengan sifat koersif-nya; hanya pasar yang
dapat mengamankan kebebasan dan keadilan
6. Menurunkan pajak, karena hal tersebut mendorong insentif personal, lebih akan
menguntungkan si miskin daripada perencanaan yang terpusat dan welfare state.
Proses privatisasi dan marketisasi
Ide bahwa sektor swasta adalah tempat terbaik untuk pembangunan sumber daya
masyarakat telah dikembangkan melalui dua proses. Pertama, adalah devolusi (pembagian)
tanggung jawab dari sektor publik ke sektor swasta. Kedua, adalah proses marketisasi. Devolusi
tanggung jawab jelas terlihat dalam pemanfaatan publik seperti kekuasaan dan air. Privatisasi
dapat dikatakan sebagai situasi dimana isu sosial merupakan tanggung jawab komunitas atau
keluarga sehingga bukan bagian dari tanggung jawab Negara.
Komitmen marketisasi didasarkan pada pandangan bahwa sektor swasta lebih diharapkan
daripada sektor publik untuk menjalankan program, karena mekanisme pasar yang dijalankan di
dalam sektor swasta memastikan lingkungan kerja kompetitif, tenaga kerja lebih fleksibel dan
responsif dan fokus pada efisiensi. Resolusi New Right dari krisis Negara kesejahteraan
memindahkan fungsi koordinasi dalam masyarakat dari pemerintah dan birokrasi ke dua arah:
pertama, kepada keluarga dan komunitas dan, kedua, kepada ekonomi dan pasar (yang efisien).
Rasionalis ekonomi berargumen bahwa institusi kesejahteraan harus dijalankan dalam garis yang
sama dengan perusahaan swasta untuk menyediakan organisasi yang efisien dengan sedikit
sumber daya dari pemerintah.

Efek dari neo-liberalisme


Efek dari kebijakan neo-liberal adalah terlihat bahwa reformasi dari neoliberalisme tersebut
gagal dalam meningkatkan pilihan bagi sebagian besar orang atau memenuhi prinsip utilitarian.
Mereka jelas gagal untuk mendistribusikan pendapatan secara merata. Sebaliknya secara
signifikan redistribusi pendapatan tidak merata, yang kaya menjadi semakin kaya. Keane
(1988:9) berpendapat: Disamping kondisi ekologis yang semakin memburuk, strategi untuk
menghidupkan kembali kekuatan pasar dan mendorong bisnis dengan harga apapun didasarkan

pada premis palsu. Premis ini berasumsi bahwa perusahaan kapitalis swasta akan bergegas
untuk menduduki teritori pasar yang tersedia dengan menanamkan investasi baru dan
mempekerjakan orang-orang baru, yang kemudian akan memulihkan pertumbuhan ekonomi,
full employment dan stabilitas harga. Namun hal ini menyebabkan ketidakpastian di antara
investor kapitalis. Kapitalisme pasar bebas dapat bersifat melumpuhkan karena cenderung
untuk meningkatkan keengganan investor untuk berinvestasi dalan pertumbuhan dan strategi
bisnis yang berorientasi kepada kepegawaian.
Model untuk Masa Depan
Hubungan organisasi komunitas dan negara seperti apa yang dapat kita bayangkan selama
beberapa dekade ke depan? Empat model utama dapat diidentifikasikan, yaitu:
1. Kurang lebih sama
Dalam model yang pertama, situasi yang telah ada berlanjut, dengan campuran dari
intervensi negara, pasar dan kekuatan global menetapkan batas-batas hubungan antara
negara dan masyarakat. Dalam hubungannya dengan pembiayaan program komunitas,
akan terus ada campuran dari pendanaan pemerintah secara langsung, proses tender untuk
kontrak dan penjualan program-program seluruhnya ke pengusaha swasta. Konfigurasi
dari kekuatan dan batasan intervensi negara bervariasi dari waktu ke waktu. Bentuk dan
tingkatan dari intervensi negara-melalui kebijakan ekonomi, regulasi industri dan
penyediaan kesejahteraan, sebagai contoh-bergeser atas dasar persaingan kekuasaan dan
ideologi.
2. Neo-authoritarian state
Dalam model yang kedua, tendensi authoritarian dalam negara diperkuat, baik dari sisi
ideologi maupun pelaksaannya. Sementara kepercayaan kepada negara, secara khusus
kepada negara kesejahteraan, telah kehilangan legitimasinya selama hampir 20 tahun
belakangan, hal ini tidak menutup kemungkinan akan bangkitnya bentuk negara yang
lebih kuat. Negara berintervensi pada semua level civil society, mereka diberikan
kekuasaan sebagai penjaga untuk menghadapi musuh dari dalam dan dari luar (lihat
Keane, 1998). Negara baru yang kuat ini menggunakan retorika pemikiran nasionalisme
sayap kanan, daripada gagasan mengenai redistribusi sumber daya dan keadilan sosial
sayap kiri. Negara neo-authoritarian dapat menjadi respon yang logis terhadap kebutuhan

akan keamanan dan kepastian dalam masyarakat pluralis yang ter-fragmentasi, dan juga
terhadap tuntutan populer akan hukum serta keteraturan.
3. Neo-liberal state
Model yang ketiga melanjutkan dan memperluas neo-liberalisme. Privatisasi memerlukan
reorganisasi dari pelayanan sosial dan komunitas untuk membuat mereka lebih sesuai
dengan logika kapitalisme. Sumber daya dialokasikan melalui pasar. Tidak ada lagi
negara kesejahteraan. Institusi kesejahteraan digantikan oleh organisasi amal, keagamaan
dan perusahaan swasta, sebagaimana keluarga juga bertanggung jawab untuk
mempertahankan

kesejahteraan

kerabat

mereka.

Terdapat

peningkatan

yang

mengandalkan tenaga kerja sukarela. Orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan dan
para pensiunan diharapkan dapat berintegrasi ke dalam masyarakat dengan berpartisipasi
dalam organisasi komunitas dan aktivitas yang tidak dibayar. Akan ada peningkatan
permintaan akan dana yang dapat diamalkan dan sponsorship dari korporat agar program
tetap berjalan.
4. Decentralised state
Model yang terakhir memikirkan kembali konsep dari negara netral. Model ini juga
melihat negara menyerahkan sebagian kekuasaannya, mendesentralisasikan dan
mengurangi birokrasi dari aktivitas-aktivitasnya (lihat Hirst, 1994). Di dalam skenario
ini, negara tidak meminimalisir pendanaan program-program kesejahteraan, ataupun
meletakkan lingkup politis dalam layanan sistem ekonomi kapitalis. Negara tetap
mempertahankan beberapa fungsi koordinasi sentral: menjamin kemanan lingkungan
alami dan memastikan redistribusi kekayaan dan sumber daya yang adil (Camilleri et al.,
1989). Selain itu negara juga memastikan hak-hak warganya dipertahankan dan
diperkuat. Marshall (1981) mendefinisikan tiga macam hak warga negara: hak sipil dalam
sistem legal; hak politik yang memastikan hak untuk memilih; dan hak sosial yang
menjamin akses kepada sumber daya di masyarakat.
Memperluas demokrasi
Memperluas demokrasi adalah elemen kunci dari negara desentralisasi ini. Keane (1988:
12-15) menjelaskan tentang mengapa tujuan kesetaraan dari paham Kiri harus
dipertahankan. Bermacam-macam mekanisme untuk produksi dan distribusi dari barangbarang harus ditetapkan, jadi barang-barang yang berbeda dapat didistribusikan kepada

orang yang berbeda, dalam cara yang berbeda, untuk tujuan yang berbeda. Untuk
meningkatkan kebebasan dan memperluas pilihan, warga negara harus diberikan
kesempatan maksimum di dalam serta di antara civil society dan negara yang dicapai
dengan cara menetapkan suatu lingkup otonomi.

Anda mungkin juga menyukai