TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Metalurgi Las.
Pada umumnya struktur mikro dari baja tergantung dari kecepatan
karena terbentuknya struktur martensit dan bainit bawah pada batas las.
Sebaliknya pada kecepatan pendinginan rendah akan terbentuk struktur bainit atas
yang akan mengurangi ketangguhan dari batas las.
Bila terbentuk struktur bainit atas, maka akan terbentuk butir-butir
martensit karbon tinggi yang sangat getas di antara bainit atas. Kalau hal ini
terjadi ketangguhan batas las akan lebih rendah lagi bila dibandingkan dengan
terbentuknya struktur ferit-perlit. Dalam hal baja kekuatan 80 kg/mm 2, karena
mengandung banyak unsur paduan dengan kadar yang tinggi maka kemungkinan
terbentuknya bainit atas sangat besar sehingga dengan kecepatan pendinginan
yang rendah tingkat kegetasannya lebih tinggi dari pada baja dengan kadar unsur
paduan yang rendah.
2.2
Pengertian Pengelasan.
Menurut
Welding
handbook,
proses
pengelasan
adalah
proses
lasan, daerah pengaruh panas (heat affected zone) atau HAZ dan logam induk
yang tak terpengaruhi. Logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu
pengelasan mencair dan kemudian membeku. Daerah pengaruh panas atau daerah
HAZ adalah logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses
pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat. Logam
induk tak terpangaruhi adalah bagian logam dasar dimana panas dan suhu
pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat.
Di samping ketiga pembagian utama tersebut masih ada satu daerah khusus yang
membatasi antara logam las dan daerah pengaruh panas yang disebut batas las.
Dalam pengelasan cair bermacam-macam cacat terbentuk dalam logam
las, misalnya pemisahan atau segregasi, lubang halus dan retak. Banyaknya dan
macamnya cacat yang terjadi tergantung dari pada kecepatan pembekuan. Semua
kejadian selama proses pendinginan dalam pengelasan hampir sama dengan
pendinginan dalam pengecoran. Perbedaannya adalah :
1.
2.
4.
pembentukan gas sebagai berikut : yang pertama adalah pelepasan gas karena
perbedaan batas kelarutan antaara logam cair dan logam padat pada suhu
pembekuan, yang kedua adalah terbentuknya gas karena adanya reaksi kimia di
dalam logam lasan dan yang ketiga penyusupan gas ke dalam atmosfir busur. Gas
yang terbentuk karena perbedaan batas kelarutan dalam baja adalah gas hidrogen
dan gas nitrogen sedangkan yang terjadi karena reaksi adalah terbentuknya gas
CO dalam logam cair dan yang menyusup adalah gas-gas pelindung atau udara
yang terkurung dalam akar kampuh las.
Proses deoksidasi, sebenarnya hanya sejumlah kecil oksigen yang larut
dalam baja tetapi karena tekanan disosiasi dari kebanyakan oksida sangat rendah
maka pada umumnya aakan terbentuk oksida-oksida yang stabil. Karena
pengukuran yang tepat untuk mengetahui jumlah oksigen yang larut dalam baja
sangat sukar maka untuk melepaskan oksigen dari ;larutan biasanya dilakukan
usaha-usaha seperti menghilangkan oksida. Proses menghilangkan oksida ini
disebut proses deoksidasi.
2.4.
Pengelasan Oksiasetilen
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang
dicampur dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu
tinggi (3000oC) yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya.
Jenis bahan bakar gas yang digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga
cara pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal dengan nama las
karbit.
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen
yang digunakan untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam
induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara.
Oksigen komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen
dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan
14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air.
Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor.
Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :
CaC2
+ 2H2O
kalsium
karbida
air tohor
Ca(OH)2
Kapur
+ C2H2
gas asetilen
10
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen
tidak boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa
dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).
2.4.1. Nyala Oksiasetilen
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung
pada perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala
api dalam las oksi-asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah :
1. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di
antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru
berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan
terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya
ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam
pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam
bahan pengerasan permukaan non-ferrous.
11
12
13
Fluks
Logam Pengisi
Baja Karbon
Netral
Tidak Perlu
Baja Karbon
Rendah
Netral
Oksidasi Rendah
Oksidasi Lemah
Karburasi
Netral atau karburasi
lemah
Netral atau oksidasi lemah
Oksidasi
Perlu
Perlu
Perlu
Tidak Perlu
Tidak Perlu
Tidak Perlu
Perlu
Perlu
Besi Cor
Maliabel
Nikel
Panduan Ni-Cu
Tembaga
Perunggu
Kuningan