Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

ANALISA KASUS
Seorang Perempuan, berusia 42 tahun, dibawa oleh keluarganya ke RSUD
Raden Mattaher Jambi atas rujukan RS Abdul Manap dengan keluhan 1 minggu
SMRS sesaat setelah bangun tidur os tiba-tiba mengeluh anggota gerak kirinya
sulit digerakkan. Kaki dan tangan kiri os terasa sangat berat, sehingga os harus
meminta bantuan anaknya agar dapat bangkit dari tempat tidur. Hal ini
menyebabkan os tidak dapat beraktivitas. Oleh keluarganya os hanya dibawa ke
dokter praktek dekat rumahnya, karena awalnya keluarga hanya menganggap
keluhan akan hilang. Setelah 1 minggu dirumah, kelemahan yang dialami os tidak
kunjung membaik, maka keluarga memutuskan untuk membawa os ke RS Abdul
manap, dirawat selama 2 hari dan kemudian os dirujuk ke RSUD Raden Mattaher.
Nyeri kepala (-), bicara pelo (-), mual (-), muntah (-), mulut mencong (-),
gangguan menelan (-), gangguan pendengaran (-), pandangan kabur (-), riwayat
demam (-), riwayat trauma kepala (-), riwayat kejang (-), BAK dan BAB tidak ada
keluhan.
Os mengaku sejak muda hobi mengkonsumsi kopi setiap pagi hari, suka
mengkonsumsi makanan berlemak dan os memiliki riwayat kolesterol tinggi
sejak 1 tahun terakhir, namun tidak rutin mengkonsumsi obat penurun kolesterol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15 (E4M6V5), TD 120/80
mmHg, Nadi 84 x/i, Suhu 36,5 oC, Respirasi 20 x/i. Pemeriksaan nervus kranialis
dalam batas normal. Pada pemeriksaan motorik, pada lengan dan tungkai kiri
pergerakan menurun, kekuatan lengan +4 dan tungkai +2, refleks fisiologis
meningkat pada ekstremitas bawah kiri, kemudian didapatkan refleks patologis
(+) pada ekstremitas atas dan bawah kiri. Pada pemeriksaan sensibilitas dalam
batas normal. Dari anamnesis tersebut sesuai teori, maka dibuat diagnosis klinis
hemiparesis sinistra tipe spastik.
Pada pemeriksaan penunjang, di sarankan untuk pemeriksaan darah rutin,
kimia darah, dan CT-Scan Kepala. Pada penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj

40

Stroke Score (SSS) adalah (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri


kepala) + (0,1 x tekanan diastolic) (3 x petanda ateroma) -12

Catatan : Skor > 1 : stroke hemoragik


Skor < -1 : stroke non hemoragik

Dan penetapan jenis stroke berdasarkan algoritma Stroke Gadjah Mada yaitu :

41

Pada pasien ini, Siriraj Stroke Skor :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kesadaran : 0 x 2,5 = 0
Muntah : 0 x 2 = 0
Nyeri Kepala : 0 x 2 = 0
Tekanan darah : diastolic 80 x 0,1 = 8
Ateroma (DM, Angina pectoris) : 0 x -3 = 0
Konstante : -12

Jumlah : 0 + 0 + 0 + 8 + 0 12 = -3 (-1 s.d 1 infark cerebri)

Algoritme Gadjah Mada


Penurunan

Nyeri kepala

Jenis stroke

kes
42

ad
ara
n
Perdarahan
Perdarahan
Perdarahan
iskemik

Ny.S
Pasien didiagnosis etiologi yaitu, Stroke non Hemoragik, karena dari
anamnesis terjadi secara mendadak dan saat istirahat. Hal ini juga sesuai dengan
Algoritma Stroke Gajah Mada, yaitu:
Penderita Stroke Akut

1
2

Penurunan kesadaran
Sakit kepala
3 Refleks Babinsky

Pada pasien ini : Penurunan kesadaran (-), sakit kepala (-), refleks babinsky (+)
Stroke iskemik akut atau stroke infark.
Kemudian, pasien diterapi dengan pemberian cairan rumatan NaCl 0,9 %
30 tetes permenit, Injeksi ceftriaxone 2x1gr, injeksi Citicoline 2 x 500 mg,
piracetam 3x1gr, inj.Ranitidin 2x1 serta terapi oral berupa aspilet dan simvastatin.
Pada kasus ini diberikan ceftriaxone karena berdasarkan hasil pemeriksaan
darah rutin diketahui bahwa leukosit pasien meningkat. Hal ini mungkin
menandakan adanya suatu infeksi dan merupakan indikasi untuk diberikan
antibiotik. Ceftriaxone sendiri merupakan antibiotik golongan sefalosporin
generasi ketiga. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis mucopeptide di
dinding

sel

bakteri.

carboxypeptidases,

Beta-laktam

endopeptidases,

bagian
dan

dari

Ceftriaxone

transpeptidases

dalam

mengikat
membran

sitoplasma bakteri. Enzim ini terlibat dalam sintesis sel-dinding dan pembelahan
sel. Dengan mengikat enzim ini, Ceftriaxone menghasilkan pembentukan dinding
sel yang rusak dan kematian sel. Spektrum aktivitas mencakup banyak bakteri

43

gram positif aerob, banyak bakteri gram negatif aerob, dan beberapa bakteri
anaerob; aktif terhadap Chlamydia, jamur, dan virus.
Adanya penurunan perfusi pada otak, penurunan kesadaran serta kejang
dapat

menimbulkan

kerusakan

diotak

maka

dari

itu

perlu

diberikan

neuroprotektor. Citicoline adalah bentuk eksogen dari citydine-5-dihoshokoline


yang digunakan pada biosintesis membran, membatasi kematian atau disfungsi
neuron setelah lesi SSP dan mencoba untuk mempertahankan interaksi seluler di
dalam otak sehingga fungsi neuronal tidak terganggu dan meminimalkan lesi
dengan menstabilkan membran dan mengurangi pembentukan radikal bebas.
Piracetam sendiri merupakan merupakan golongan nootropic agents yang
berbentuk bubuk kristal putih dan tidak berbau. Piracetam bekerja dengan cara
meningkatkan efektifitas dari fungsi telensefalon otak melalui peningkatan fungsi
neurotransmiter kolinergik. Telensefalon inilah yang mengatur fungsi kognitif
pada manusia (memori, kesadaran, belajar dan lain). Fungsi lain dari piracetam
adalah menstimulasi glikolisis oksidatif, meningkatkan konsumsi oksigen pada
otak, serta mempengaruhi pengaturan cerebrovaskular dan juga mempunyai efek
antitrombotik.
Kemudian pada pasien diberikan juga ranitidin. Ranitidine merupakan
antagonis reseptor H2 berfungsi untuk mengurangi isi cairan lambung. Obat ini
memblok kemampuan histamine untuk menginduksi sekresi asam gaster dengan
konsentrasi ion hydrogen yang tinggi. Oleh karena itu antagonis reseptor histamin
meningkatkan pH gaster. Antagonisme dari reseptor histamine terjadi dalam cara
yang selektif dan kompetitif. Penting untuk mengingat bahwa obat-obatan ini
tidak dapat diperkirakan tergantung dari volume gaster. Ranitidin lebih poten,
spesifik, dan kerja lebih lama dibanding simetidin dan famotidin. Ranitidin yang
diberikan parenteral, akan menurunkan pH cairan gaster dalam 1 jam. Sama
efektifnya dengan simetidin dalam mengurangi jumlah pasien yang memiliki
resiko aspirasi gaster dan memiliki sedikit efek samping terhadap kardiovaskular
dan SSP. Ranitidine ini juga diberikan dengan maksud untuk mencegah terjadinya
stress ulcer.
Terapi oral yang diberikan pada pasien adalah aspilet dan simvastatin.
Aspilet

merupakan

antitrombotik.

Diberikan

guna

mencegah

terjadinya

44

thrombosis pada pembuluh darah. Obat ini menghambat siklooksigenase, dengan


cara menurunkan sintesis atau mengurangi lepasnya senyawa yang mendorong
adhesi seperti thromboxane A2. Aspilet merupakan obat pilihan untuk pencegahan
stroke.
Sedangkan simvastatin adalah obat yg berfungsi menurunkan kolesterol
total dan kadar LDL pada pasien dengan hiperkolesterolemia. Dari hasil kimia
darah diketahui bahwa pada pasien terjadi peningkatan kadar kolesterol total dan
LDL. Dimana diketahui bahwa LDL merupakan komponen lemak yang mudah
menggumpal dan menempel pada dinding pembuluh darah. Sehingga dapat
membentuk plak dan menyebabkan aterosklerosis serta penyumbatan pembuluh
darah.
Pasien ini memiliki prognosis quo ad vitam dubia ad bonam, qou ad
functionam dubia ad malam.

45

Anda mungkin juga menyukai