Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan
Nasional. Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan
Pembangunan

masyarakat

yang

optimal.

Keberhasilan

Kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan

daya saing sumber daya manusia Indonesia.


Untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan diselenggarakan
berbagai upaya secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dan Puskesmas
merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat
dan perorangan pada jenjang pertama.
Dalam era Globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik di bidang
kesehatan maupun di bidang teknologi. Perubahan-perubahan ini berdampak
terhadap perkembangan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan
bagi dunia kesehatan untuk menghadapi hal tersebut.
Upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif sebagai dasar dari sistem kesehatan harus terus dikembangkan
sehingga derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dapat lebih
ditingkatkan. Diharapkan dengan penanganan yang tepat maka visi dari
Departemen Kesehatan yang disampaikan Menteri Kesehatan yaitu Menuju
Indonesia Sehat 2025 dapat segera tercapai.

26

Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga tidak ketinggalan dalam


mencanangkan visi daerah di bidang kesehatan yaitu Jakarta Sehat untuk
semua. Untuk mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta menetapkan syarat - syarat yang harus dicapai oleh
jajarannya yaitu melalui Standard Pelayanan Minimal (SPM) DKI Jakarta
yang telah dibuat acuan dalam Surat Keputusan Gubernur No. 20 tahun 2014.
Puskesmas Kecamatan Koja sebagai salah satu unit pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan DKI Jakarta memiliki kewajiban untuk melaksanakan SK.
Gubernur tersebut dengan menerapkan pola-pola pelayanan kesehatan baik
secara Individu maupun Kesehatan Masyarakat yang mengacu kepada SPM
tersebut. Melalui Visi dan Misi yang telah dicanangkan oleh Puskesmas
Kecamatan Koja diharapkan pencapaian tersebut dapat dilakukan secara
optimal.
1.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Koja
1.1.1.1.

Keadaan Geografis dan Demografi Kecamatan Koja


Kecamatan Koja Jakarta Utara memiliki luas 1.224,62 Ha, yang
terbagi dalam 6 Kelurahan, 82 RW, 905 RT dengan total jumlah penduduk
323.925 jiwa, dan dengan kepadatan penduduk 27.090 jiwa/km2. Batasan
wilayah Kecamatan Koja adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara:

Laut Jawa / Kecamatan Cilincing dan


Kabupaten Administrasi Pulau Seribu.

b. Sebelah Selatan: Kali Betik / Kecamatan Kelapa Gading.


c. Sebelah Barat:

Jl. Sulawesi/Jl. Yos Sudarso / Kecamatan


Tanjung Priok.

d. Sebelah Timur:

Jl. Kramat Jaya / Kali Cakung Lama,


Kecamatan Cilincing.

27

Rincian luas wilayah RT, RW dan kepadatan penduduk perkelurahan di


Kecamatan Koja tampak pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, RW dan RT di wilayah
Puskesmas Kecamatan Koja tahun 2016.
Jumlah
No

Kelurahan

Luas

RW

RT

Penduduk

Koja

Wilayah
327,50

13

146

(Jiwa)
35.499

Lagoa

157,99

18

222

71.298

Tugu Utara

236,65

19

214

81.736

Tugu Selatan

268,00

95

43.831

Rawa Badak Utara

133,38

14

119

41.833

Rawa Badak Selatan

101,10

11

109

49.728

1.224,62

82

905

323.925

JUMLAH

(sumber: Data Laporan Kependudukan Kelurahan Se-kecamatan Koja Kota


Administrasi Jakarta Utara Januari 2016
1.1.2. Gambaran Umum Puskesmas
1.1.2.1.

Definisi Puskesmas
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.

28

Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam


bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai
misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek
pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut
untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan
dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai
organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga
meliputi: kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di
wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods
atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai
kondisi geografi puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan
pada tiap puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber
daya yang dimiliki, namun puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan
dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif.Tidak terbatas pada aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat
dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan
otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor
kesehatan, yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan
menjadi Paradigma Sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong

29

terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan


kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus padaupaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari
masyarakat.
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee
for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran

pemahaman

tentang

kesehatan

dari

pandangan

konsumtifmenjadi investasi.
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah,
akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra
pemerintah (partnership).
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),
menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
1.1.2.2.

Tujuan Pembangunan Kesehatan Oleh Puskesmas


Tujuan

pembangunan

kesehatan

yang

diselenggarakan

oleh

Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan


Nasional yakni meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2025.

30

1.1.2.3.

Fungsi Puskesmas
Fungsi dari Puskesmas antara lain :

1.

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.


Puskesmas

selalu

berupaya

menggerakkan

dan

memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat


dan

dunia

usaha

di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta

mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu Puskesmas juga aktif


memantau dan melaporkan dampak

kesehatan

dari

penyelenggaraan

setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.


2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya supaya perorangan terutama pemuka
masyarakat,

keluarga

dan

masyarakat

dunia

usaha

memiliki

kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat


untuk hidup sehat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung
jawab puskesmas, meliputi :

31

a. Pelayanan Kesehatan Perorangan.


Pelayanan ini bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utamanya
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Pelayanan

ini

bersifat

publik

(public

goods)yang

bertujuan

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit


tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
3.1.1.1.

Pelayanan Kesehatan Menyeluruh dan Terpadu


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :

1.
2.
3.
4.

Promotif (peningkatan kesehatan).


Preventif (upaya pencegahan).
Kuratif (pengobatan).
Rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak
membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai
meninggal.
Pelayanan kesehatan pada puskesmas juga bersifat terpadu, yaitu
adanya berbagai jenis kegiatan pokok puskesmas yang dilaksanakan bersama
berdasarkan atas team work (kerja tim) dan team approach (pendekatan tim)
di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

3.1.1.2.

Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran
yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.

32

Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan


kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana
kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang
akurat.
3.1.1.3.

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
seluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Promosi kesehatan masyarakat.


Kesehatan lingkungan.
KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak).
KB (Keluarga Berencana).
Perbaikan gizi masyarakat.
P2M (Pengendalian Penyakit Menular).
Pengobatan dasar.

Tabel 1.2 Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas


No

Upaya

Kesehatan Kegiatan

Wajib
Promosi Kesehatan

Indikator

Penyuluhan di dalam Tatanan sehat

33

dan
2

Kesehatan

PHBS
Penyehatan

Lingkungan

pemukiman

Kesejahteraan ibu
dan anak

Keluarga Berencana

Pemberantasan
penyakit menular

Gedung, Perbaikan

perilaku

sehat
Cakupan air bersih
Cakupan
jamban

ANC
Pertolongan persalinan
MTBS
Imunisasi
Pelayanan KB

keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Cakupan K1, K4
Cakupan linakes
Cakupan MTBS
Cakupan imunisasi
Cakupan MKET

Diare
ISPA
Tuberkulosis

Cakupan kasus diare


Cakupan kasus ISPA
Cakupan
penemuan

kasus
Angka penyembuhan
Distribusi vit A / Fe / Cakupan vit A / Fe /

Gizi

luar

Pengobatan dasar

cap yodium
PSG
Medik dasar
USG

cap yodium
% gizi kurang / buruk
Cakupan pelayanan
Jumlah kasus yang

Laboratorium

ditangani
Jumlah pemeriksaan

sederhana
3.1.1.4.

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas


Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan

berdasarkan

permasalahan

kesehatan

yang

ditemukan

di

masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yaitu:


1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olahraga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
34

5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.


6. Upaya Kesehatan Jiwa.
7. Upaya Kesehatan Mata.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh
puskesmas

bersama

dinas

kesehatan

kabupaten/kota

dengan

mempertimbangkan masukan dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan


pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah
terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu
pelayanan telah tercapai.Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan
puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.Dalam keadaan
tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan
sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan

kabupaten/kota

bertanggung

jawab

dan

wajib

menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu


dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan
di Puskesmas Kecamatan Koja adalah sebagai berikut:
1. Upaya Kesehatan Dasar

35

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Upaya Promosi Kesehatan.


Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak.
Upaya Keluarga Berencana.
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
Upaya Kesehatan Lingkungan.
Upaya Pengendalian Penyakit Menular.
Upaya Pengobatan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

3.1.1.5.

Upaya Kesehatan Sekolah.


Upaya Kesehatan Olah Raga.
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Upaya Kesehatan Jiwa.
Upaya Kesehatan Mata.

Azas Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan
harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah

36

Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata

pertama

yang

diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah


kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas pemberdayaan masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program
puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, antara lain:
1. KIA: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Pengobatan: Posyandu, Pos Obat Desa (POD).
3. Perbaikan Gizi: Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi).
4. Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL).
5. UKS: Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren).
37

6. Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda.


7. Kesehatan Kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
8. Kesehatan Jiwa: Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM).
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional: Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).

3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya
hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya

memadukan

penyelengaraan

berbagai

upaya

kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh


keterpaduan lintas program antara lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan
KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS: keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi
kesehatan,

pengobatan,

kesehatan

gigi,

kesehatan

reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.


3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M,
kesehatan jiwa, dan promosi kesehatan.

38

b. Keterpaduan Lintas Sektor


Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas
dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan
lintas sektoral antara lain :
1) UKS: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan
pertanian.
3) KIA: keterpaduan
lurah/kepala

desa,

sektor

kesehatan

organisasi

dengan

profesi,

camat,

organisasi

kemasyarakatan, PKK dan PLKB.


4) Perbaikan Gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian,
koperasi, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan.
5) Kesehatan Kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia
usaha.
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
39

kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara


horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.

Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :


a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan
upaya kesehatan perorangan dibedakan atas:
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan
medis (contoh: operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas
dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di
puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan
bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat
40

dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode dinas


kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan
apabila puskesmas tidak mampu.

Gambar 1.1 Sistem Rujukan Puskesmas


Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas
memerlukan evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan
berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan
fungsi puskesmas:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Fungsi

pusat

penggerak

pembangunan

berwawasan

kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran nonkesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya.
Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks Potensi Tatanan
Sehat (IPTS).Ada tiga tatanan yang bisa diukur:
1. Tatanan sekolah.
2. Tatanan tempat kerja.
3. Tatanan tempat-tempat umum.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
41

Segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna


meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan & melakukan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas
yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh
mayarakat. Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh

kembang,

Upaya

Kesehatan

Berbasis

Masyarakat (UKBM).
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan.
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan
atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau
BPP (Badan Penyantun Puskesmas).
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke
dalam IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari
cakupan dan kualitas program puskesmas.IPMS minimal mencakup
seluruh indikator cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau
mutu pelayanan kesehatan.
3.1.2. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan
Puskesmas Kecamatan Koja yang berlokasi di Jln. Bhayangkara No.
12 RT 001/017 Kelurahan Tugu Utara adalah Puskesmas tingkat Kecamatan
di wilayah Kecamatan Koja yang membawahi 7 Puskesmas Kelurahan yang
berada di wilayah Kecamatan Koja dan memberikan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Koja.
Nama dan alamat Puskesmas-Puskesmas di wilayah Kecamatan Koja
terdapat pada tabel berikut ini :

42

Tabel 1.3 : Nama dan alamat Puskesmas Kelurahan se-Kecamatan Koja.


No
1
2

Nama Puskesmas
Alamat
No. Telp
Puskesmas Kelurahan Koja
Jl. Deli Gg 28 No. 2
021-43908462
Puskesmas Kelurahan Tugu Jl. Kramat Jaya Gg 8 021-4403913

Utara
RT 001/018
Puskesmas Kelurahan Tugu Jl. Bendungan Melayu 021-43908519

Selatan
Selatan RT 001/05
Puskesmas Kelurahan Rawa Jl. Rawa Badak Barat 021-43933827

Badak Utara I
No. 37
Puskesmas Kelurahan Rawa Jl. Rawabinangun I

Badak Utara II
Puskesmas Kelurahan Rawa Plumpang B Jl. K II 021-43936751

Badak Selatan
Puskesmas Kelurahan Lagoa

021-43908520

No. 7 RT.009/005
Jl. Menteng No. I

021-4302114

Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Koja.


1. Koordinator Penunjang dan Kesmas.
Penunjang dan Kesmas yang dilaksanakan di Puskesmas
Kecamatan Koja meliputi kegiatan :
a. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Menular (PM)
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Tidak Menular
(PTM)
c. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyehatan Lingkungan
dan Kesehatan Kerja
d. Pelayanan

Kesehatan

Masyarakat

Gizi

Komunitas

&

Peningkatan Peran Serta Masyarakat (PPSM)


e. Promosi Kesehatan (Promkes)
f. Pelayanan Laboratorium
g. Pelayanan Gizi
h. Pelayanan Farmasi
2. Koordinator Yankes.

43

Pelayanan kesehatan dalam gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas


Kecamatan Koja meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Poli Umum
2. Poli Gigi
3. Poli MTBS
4. Layanan 24 Jam
b. Pelayanan Kesehatan Penunjang Medik
1. Laboratorium
2. USG (Ultra Sono Grafi)
3. ECG (Electro Cardio Gram)
4. Ambulance
5. Klinik Gizi
6. Apotek / Depo Obat
c. Pelayanan Kesehatan Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu dan
Anak
1. Klinik KI dan KA
2. Klinik KB
3. Klinik Imunisasi
d. Pelayanan Kesehatan Rumah Bersalin (RB)
e. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap (Ranap)
f. Pelayanan Kesehatan Lain Lain
1. Pelayanan Kesehatan bagi keluarga miskin (Gakin)
2. Klinik Jiwa dan Napza
3. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

44

g. Pelayanan Kesehatan Gadar Bencana


1. Gadar Banjir
2. Gadar Kebakaran dan Bencana Lain
3. Gadar Hari Besar
3.1.2.1.

Visi Puskesmas Kecamatan Koja


Terwujudnya puskesmas kecamatan koja yang memberikan
pelayanan prima, berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju
masyarakat sehat dan mandiri

3.1.2.2.

Misi Puskesmas Kecamatan Koja


a. Memberikan Pelayanan Kesehatan Prima dan Merata.
b. Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kesehatan Medis dan Non Medis
Puskesmas.
c. Menggalang Kemitraan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas.
d. Mengembangkan Upaya Kemandirian Masyarakat Dalam Bidang
Kesehatan.

3.1.2.3.

Sumber Daya Manusia


Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan
Koja, tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas pelayanan tersebut
merupakan faktor utama yang memegang peranan, karena itu tenaga
kesehatan di Puskesmas Kecamatan Koja dituntut memiliki kemampuan dan
keahlian yang Profesional. Berikut adalah komposisi tenaga kesehatan tahun

45

2016 yang ada di Puskesmas Kecamatan Koja dan di Puskesmas Kelurahan,


yaitu :
Tabel 1.4 : Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Se-Kecamatan Koja tahun 2016.
No

Jenis Tenaga Kesehatan

1
2

Pasca Sarjana
Sarjana Kesehatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
SKM
Apoteker
Keperawatan
Sarjana Umum Ekonomi / Hukum /

3
4

Adm
Paramedis
Bidan D3
Bidan D1
Perawat D3
Perawat (SPK)
Perawat Gigi
Analis
Farmasi (D3)
SMF
Sanitarian (D1)
Sarjana Gizi (S1)
Gizi (D3)
Gizi (D1)
Fisioterapis (D 3)
Akademi Komputer (D3)
Akademi Rekam Medik (D3)
SLTA
Lain lain (Tenaga Keamanan, Juru
Masak RB, Juru Cuci RB, Sopir)

TOTAL
1.2

Jumlah
PNS
3

NON PNS
0

11
3
3
1
2

20
6
0
0
0

12
2
14
3
3
2
1
1
1
0
1
1
0
0
0
5

0
23
25
0
0
7
16
0
0
1
1
0
1
8
1
24

51

70 Orang

186 Orang

Program Keluarga Berencana


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program

46

pemerintah dalam rangka menekan angka pertumbuhan penduduk di


Indonesia.
Program KB di Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada pengaturan
kelahiran

dalam

rangka

pengendalian

penduduk

dan

peningkatan

kesejahteraan ibu dan anak, berkembangnya isu HAM, termasuk hak-hak


reproduksi dan hak-hak perempuan (kesejahteraan gender) mendorong
program KB untuk memberikan penekanan yang sama pada program
kesehatan reproduksi serta peningkatan partisipasi pria. Pemakaian
kontrasepsi mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pengendalian kelahiran
dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi.
Tujuan
Tujuan Keluarga Berencana secara umum adalah menurunkan angka
kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya
akan berkembang Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Sasaran
Sasaran program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) dan Perkiraan Permintaan Masyarakat (KKP). Jumlah pasangan usia
subur yang menjadi sasaran program ditetapkan berdasarkan survei pasangan
usia subur yang dilaksanakan sekali setiap tahun dan pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) di
masing-masing kelurahan atau dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional).
Sasaran program Keluarga Berencana mempunyai tiga sasaran
diantaranya :

47

1. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala
upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan
kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk
masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan
remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran
primer

ini

sejalan

dengan

strategi

pemberdayaan

masyarakat

(empowerment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya.
Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini
akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya.
Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil
pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini
akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social
support).
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat
pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini
akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat
(sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer).
Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini
sejalan dengan strategi advokasi.
Program dan Upaya KB

48

Program dan Upaya KB Nasional antara lain :


1.

Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dan konseling


calon pengantin

2.

Konseling dan pelayanan KB pada WUS/PUS

3.

Promosi KB pasca persalinan

4.

Pelayanan KB pasca persalinan

5. Penerangan dan motivasi


6. Pelembagaan program
7. Pendidikan KB
8. Pendidikan dan pelatihan tenaga program
9. Pelayanan KB
10. Pencapaian peserta KB Baru
11. Pencapaian peserta KB Aktif
12. Prasarana dan Sarana
13. Pelaporan dan Penelitian
Program dan upaya KB nasional tersebut hampir semua terlaksana di
Puskesmas Kecamatan Koja, namun untuk program pendidikan kesehatan
reproduksi pada remaja dan konseling calon pengantin belum terlaksana
dengan baik pada puskesmas kecamatan Koja dikarenakan :
1. Kurangnya sosialisasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja di
sekolah dan masyarakat
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya konseling pra
nikah.
3. Kurangnya Kerjasama antara puskesmas dengan KUA.
Ruang Lingkup
Mengadakan konseling KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat
(pada saat kunjungan, posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa
wisma dan sebagainya). Termasuk dalam kegiatan penyuluhan ini adalah
konseling untuk PUS.

49

Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, meliputi :


1. IUD
2. Pil KB
3. Implant (susuk KB)
4. Suntik
5. Kondom
6. KB Pasca Bersalin
7.KB IUD Lepas Placenta
Untuk peserta KB yang ingin menggunakan metode MOW, Puskesmas
Kecamatan Koja tetap membantu melayani, namun untuk pelaksanaannya
peserta KB tersebut dirujuk ke RS setempat. Kegiatan program KB di
Puskesmas

Kecamatan

Koja

adalah

mengadakan

penyuluhan

KB,

menyediakan alat-alat kontrasepsi dan memberikan pelayanan KB pada usia


subur serta mengadakan pelayanan KB keliling. Akseptor KB terdiri dari
dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah akseptor yang baru
mengikuti program KB pertama kali tetapi belum tentu berdomisili di
Kecamatan Koja. Sedangkan KB aktif adalah akseptor yang mengikuti KB
terus-menerus yang berdomisili di Kecamatan Koja.
Data

Akseptor KB baru, Akseptor KB aktif Puskesmas Kecamatan Koja

periode Januari 2016 Februari 2016


Tabel 1.5 Akseptor KB Baru dan Akseptor KB Aktif di Puskesmas Kecamatan Koja
Periode Januari Februari 2016
Jumlah PUS: 52506
Akseptor

KB Akseptor

baru

IUD
MOW

KB

aktif

Jumlah

Jumlah

56
1

5,12
0,09

2621
43

6,65
0,11

Keterangan:
Akseptor KB Baru:
Akseptor KB Baru Januari 2016 +

50

Akseptor KB Baru Februari 2016


Akseptor KB Aktif:
MOP

21

0,05

Akseptor KB Baru Periode JanuariFebruari 2016 + Akseptor KB Lama

Implan

125

11,44

2471

6,27

Suntik

756

69,17

26431

67,1

Kondom 56

5,12

2839

7,21

Pil

99

9,06

4964

12,6

Total

1093

100%

39390

100%

(Sumber: Status pasien KB, buku kohort KB, LB 3 Kesga Februari 2016 Puskesmas
Kecamatan Koja)
Tabel 1.5 Indikator dan Target Pencapaian Program KB Puskesmas Kecamatan Koja
Program Indikator
KB

Target 12 Bulan Target 2 Bulan


(%)

(%)

70

11,67

b. MOP

70

11,67

c. MOW

70

11,67

d. Implant

70

11,67

e. Suntik

70

11,67

f. Kondom

70

11,67

g. Pil

70

11,67

Cakupan Peserta KB Aktif


Peserta

KB

Aktif

Metode Kontrasepsi :
a.
IUD

Menurut

51

Tabel 1.6 Cakupan Peserta KB Aktif Puskesmas Kecamatan Koja Januari Februari
2016

No.

KELURAHAN

PESERTA

CAKUPAN

TARGET

Jumlah

KB

PESERTA

PUS

AKTIF

KB AKTIF

BULAN

(%)

KOJA

4.807

3.722

77,43

11,67

RAWA BADAK UTARA 1

2.967

2.256

76,04

11,67

RAWA BADAK UTARA 2

3.531

2.654

75,16

11,67

RAWA BADAK SELATAN

8.439

6.323

74,93

11,67

LAGOA

11.572

8.658

74,82

11,67

TUGU UTARA

12.966

9.654

74,46

11,67

TUGU SELATAN

8.224

6.123

74,45

11,67

52.506

39.390

75,02

11,67

JUMLAH

Tabel 1.7 Cakupan Peserta KB Aktif dengan IUD di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Koja Periode Januari - Februari 2016
CAKUPAN
JUMLAH
No.

KELURAHAN

PESERTA

TARGET
IUD

KB AKTIF

2 BULAN
(%)

PESERTA
KB AKTIF
DENGAN
IUD
(%)

KOJA

3.722

388

11,67

10,43

RAWA BADAK UTARA 1

2.256

242

11,67

10,73

RAWA BADAK UTARA 2

2.654

457

11,67

17,22

RAWA BADAK SELATAN

6.323

346

11,67

5,47

LAGOA

8.658

561

11,67

6,48

52

TUGU UTARA

9.654

472

11,67

4,89

TUGU SELATAN

6.123

155

11,67

2,53

39.390

2621

11,67

6,65

JUMLAH

Tabel 1.8 Cakupan Peserta KB Aktif dengan MOW di Wilayah Puskesmas


Kecamatan Koja Periode Januari - Februari 2016
CAKUPAN
JUMLAH
No.

KELURAHAN

PESERTA KB

MOW

AKTIF

TARGET

PESERTA

KB AKTIF

BULAN

DENGAN

(%)

MOW
(%)

1
2
3
4

KOJA
RAWA BADAK
UTARA 1
RAWA BADAK
UTARA 2
RAWA BADAK
SELATAN

3.722

11,67

0,13

2.256

11,67

0,36

2.654

11,67

0,34

6.323

11,67

0,11

53

LAGOA

8.658

11,67

0,05

TUGU UTARA

9.654

11,67

0,06

TUGU SELATAN

6.123

11,67

0,07

39.390

43

11,67

0.11

JUMLAH

Tabel 1.9 Cakupan Peserta KB Aktif dengan Implant di Wilayah Puskesmas


Kecamatan Koja Periode Januari - Februari 2016
TARGE

JUMLAH
No
.

DESA

PESERTA

IMPLA

KB

NT

AKTIF
1
2
3
4
5

KOJA
RAWA BADAK
UTARA 1
RAWA BADAK
UTARA 2
RAWA BADAK
SELATAN
LAGOA

T2
BULA
N
(%)

CAKUPAN
PESERTA KB
AKTIF
DENGAN
IMPLANT
(%)

3.722

573

11,67

15,4

2.256

184

11,67

8,16

2.654

262

11,67

9,87

6.323

224

11,67

3,54

8.658

264

11,67

3,05

54

TUGU UTARA

9.654

690

11,67

7,15

TUGU SELATAN

6.123

274

11,67

4,47

39.390

2.471

11,67

6,27

JUMLAH

Tabel 1.10 Cakupan Peserta KB Aktif dengan Kondom di Wilayah Puskesmas


Kecamatan Koja Periode Januari - Februari 2016
CAKUPA
JUMLAH
No
.

DESA

TARGE

PESERTA

KONDO

T2

KB

BULAN

AKTIF

(%)

N
PESERTA
KB AKTIF
DENGAN
KONDOM
(%)

KOJA

3.722

323

11,67

8,68

RAWA BADAK UTARA 1

2.256

192

11,67

8,51

RAWA BADAK UTARA 2

2.654

156

11,67

5,88

RAWA BADAK SELATAN

6.323

744

11,67

11,77

LAGOA

8.658

494

11,67

5,71

TUGU UTARA

9.654

261

11,67

2,70

TUGU SELATAN

6.123

669

11,67

10,92

55

JUMLAH

39.390

2.839

11,67

7,21

Tabel 1.11 Cakupan Peserta KB Aktif dengan Pil di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Koja Periode Januari - Februari 2016
CAKUPAN
JUMLAH
No.

DESA

PESERTA

PIL

KB AKTIF

TARGET

PESERTA

KB AKTIF

BULAN

DENGAN

(%)

PIL
(%)

KOJA

3.722

853

11,67

22,92

RAWA BADAK UTARA 1

2.256

591

11,67

26,2

RAWA BADAK UTARA 2

2.654

470

11,67

17,71

RAWA BADAK SELATAN

6.323

1.259

11,67

19,91

LAGOA

8.658

1.137

11,67

13,13

TUGU UTARA

9.654

383

11,67

3,967

TUGU SELATAN

6.123

271

11,67

4,426

39.390

4.964

11,67

12,6

JUMLAH

56

1.3.

Identifikasi Masalah
Setelah mengkaji data dari program kesehatan dasar (basic seven) di
Puskesmas Kecamatan Koja periode Januari 2016, terdapat satu program yang
dipilih dalam identifikasi masalah, yaitu Program Keluarga Berencana. Program
ini dipilih karena merupakan salah satu program dengan karakteristik khusus
yaitu, puskesmas dalam hal ini berfungsi sebagai pelaksana, dan fungsi perencana
dan pengawas adalah PLKB yang berada di Kecamatan dan tingkat Suku Dinas.
Sasaran program Keluarga Berencana adalah kelompok-kelompok
masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Koja dan secara khusus adalah
kelompok-kelompok pasangan usia subur. Program ini dilaksanakan secara
terpadu bersamaan dengan program wajib dan pengembangan lainnya termasuk di
dalamnya tokoh masyarakat, masyarakat umum, dan masyarakat sekolah dengan
kegiatan pencapaian program dan target sebagai berikut:
1. Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kecamatan Koja pada periode
Januari Februari 2016 adalah sebesar 75,02%.
2. Cakupan peserta KB aktif dengan IUD di Puskesmas Kecamatan Koja
pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6,65%.
3. Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Puskesmas Kecamatan Koja
pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 0,11%.
4. Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Puskesmas Kecamatan Koja
pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6,27%.
5. Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom di Puskesmas Kecamatan
Koja pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 7,21%.
6. Cakupan peserta KB aktif dengan Pil di Puskesmas Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 12,6%.

1.4.

Rumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah dari program wajib puskesmas di
Kecamatan Koja maka dipilih satu program yang menjadi masalah, dengan cara

57

menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan


(expected) dengan apa yang telah terjadi (observed). Selanjutnya dilakukan
perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah
yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari Program KB di puskesmas
adalah sebagai berikut :
1.

Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Kecamatan Koja pada


periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 75,02% berada di atas
target yaitu 11,67%.

2.

Cakupan peserta KB aktif dengan IUD di Puskesmas Kecamatan


Koja pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6,65% berada
di bawah target yaitu 11,67%.

3.

Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Puskesmas


Kecamatan Koja pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar
0,11% berada di bawah target yaitu 11,67%.

4.

Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Puskesmas


Kecamatan Koja pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar
6,27% berada di bawah target yaitu 11,67%.

5.

Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom di Puskesmas


Kecamatan Koja pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar
7,21% berada di bawah target yaitu 11,67%.

6.

Cakupan peserta KB aktif dengan Pil di Puskesmas Kecamatan


Koja pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 12,6% berada
di atas target yaitu 11,67%.

58

BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1.

Penentuan Prioritas Masalah


Program Keluarga Berencana merupakan program kesehatan dasar yang
berhubungan

dengan

permasalahan

lintas

sektoral.

Diputuskan

untuk

menggunakan metode MCUA dalam penetapan prioritas masalah untuk program


ini karena metode ini memiliki parameter expanding scope, dimana parameter ini
menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain di
luar sektor kesehatan.
Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing
masalah dengan membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap
masalah tersebut diberikan nilai. Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria
penilaian untuk menentukan prioritas masalah pada Puskesmas Kecamatan Koja,
yaitu :

59

1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan
sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang
digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate) jika
masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah
masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa
angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh
permasalahan tersebut.

2. Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak
penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah
kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan
adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest
member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian
suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang
telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang
digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa
banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak
sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah
tersebut.
4. Feasibility

60

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah


seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang
digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding
dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan
yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan
tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan
adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk
menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah
tersebut

serta

apakah

kebijakan

pemerintah

mendukung

terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan


apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap
permasalahan

tersebut,

apakah

ada

lembaga

atau

organisasi

masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta


apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian
masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih
obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot
yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,
dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.

61

Bobot 5: paling penting.


Bobot 4: sangat penting sekali.
Bobot 3: sangat penting.
Bobot 2: penting.
Bobot 1: cukup penting.

2.1.1. Emergency

Emergency menunjukkan besar kerugian yang ditimbulkan oleh


masalah. Ini ditujukan dengan case fatality rate (CFR) masing-masing
penyakit. Sedangkan untuk masalah-masalah yang tidak berhubungan
dengan penyakit digunakan proxy. Nilai proxy didapatkan dari berbagai
sumber, sedangkan sistem scoring proxy CFR ditentukan berdasarkan
hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.

Pada permasalahan ini, pengaruh jangka panjang KB adalah untuk


menurunkan angka kematian ibu (AKI), sehingga kelompok kami
memakai angka kematian ibu sebagai proxy. Angka kematian ibu adalah
359 orang per 100.000 jumlah kelahiran hidup, menjadi 0,359% (sumber:
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2015).

Tabel 2.1 Penentuan Nilai Emergency berdasarkan Proxy AKI

62

Range (%)

Nilai

0 2,6

2,7 5,2

5,3 7,8

7,9 10,4

10,513

Tabel 2.2 Skoring Emergency terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan Koja


Periode Januari Februari 2016
No
1.

Daftar Masalah

Cakup
an

Target

Selisih +

Scor

Proxy

Cakupan peserta KB aktif dengan


IUD di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016

6,65

11,67

4,661

0,11

11,67

11,919

6,27

11,67

5,759

7.21

11,67

4,819

adalah sebesar 6.65%.

2.

Cakupan peserta KB aktif dengan


MOW di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016
adalah sebesar 0.11%.

3.

Cakupan peserta KB aktif dengan


Implant di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016
adalah sebesar 6.27%.

4.

Cakupan peserta KB aktif dengan


Kondom di Kecamatan Koja pada

63

periode Januari Februari 2016


adalah sebesar 7.21%.
5.

Cakupan peserta KB aktif dengan


Pil di Kecamatan Koja pada

12.6

11,67

1,289

periode Januari Februari 2016


adalah sebesar 12.6%.
2.1.2. Greatest Member
Greatest Member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalence. Semakin
besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang
didapatkan.
Tabel 2.3 Penentuan Nilai Greatest Member
Range (%)

Nilai

0 2,69

2,7 5,29

5,3 7,89

7,9 10,49

10,5 13

64

Tabel 2.4 Skoring Greatest Member terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan


Koja Periode Januari Februari 2016
No
1.

Cakupa

Daftar Masalah
Cakupan

peserta

KB

Scor

Target

Selisih

6.65

11,67

5,02

0.11

11,67

11,56

6.27

11,67

5,4

7.21

11,67

4,46

12.6

11,67

0,93

aktif

dengan IUD di Kecamatan


Koja pada periode Januari
Februari 2016 adalah sebesar
2.

6.65%.
Cakupan

peserta

KB

aktif

dengan MOW di Kecamatan


Koja pada periode Januari
Februari 2016 adalah sebesar
3.

0.11%.
Cakupan

peserta

KB

aktif

dengan Implant di Kecamatan


Koja pada periode Januari
Februari 2016 adalah sebesar
4.

6.27%.
Cakupan

peserta

KB

aktif

dengan Kondom di Kecamatan


Koja pada periode Januari
Februari 2016 adalah sebesar
5.

7.21%.
Cakupan

peserta

KB

aktif

65

dengan Pil di Kecamatan Koja


pada periode Januari Februari
2016 adalah sebesar 12.6%.
2.1.3. Expanding Scope
Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu
permasalahan terhadap sektor lain di luar sektor kesehatan. Dinilai melalui
azas keterpaduan puskesmas, yaitu melalui lintas sektor. Adanya keterpaduan
lintas sektor diberikan nilai 2, karena masalah pada suatu program
memungkinkan untuk menimbulkan masalah pada banyak sektor lainnya yang
berhubungan langsung, sedangkan yang tidak ada kaitan dengan sektor lain
diberikan nilai 1.
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope
Nilai
1
2

Lintas Sektor
Tidak ada keterpaduan lintas sektor
Ada keterpaduan lintas sektor

Tabel 2.6 Skoring Expanding Scope terhadap Program KB di Wilayah


Kecamatan Koja Periode Januari Februari 2016
No

Daftar Masalah

Score

Cakupan peserta KB aktif dengan IUD di Kecamatan Koja pada

periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6.65%.


Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Kecamatan Koja

pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 0.11%.


Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Kecamatan Koja

pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6.27%.


Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom di Kecamatan Koja

pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 7.21%.


Cakupan peserta KB aktif dengan Pil di Kecamatan Koja pada

66

periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 12.6%.

2.1.4. Feasibility
Feasibility menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja
yang terdapat di puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan. Untuk menilai hal
tersebut digunakan sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya
manusia, program kerja, material, serta transportasi yang efektif serta efisien
untuk mengatasi masalah tersebut.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu
masalah dapat diselesaikan meliputi:

1. Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber Daya


Manusia/ SDM). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap
jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan
akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan ratio tenaga
kesehatan di puskesmas kecamatan terhadap jumlah penduduk yang
menjadi

sasaran

program

kesehatan

dimasing-masing

wilayah

puskesmas.
Tabel 2.7 Penentuan Nilai Feasibility berdasarkan Rasio Tenaga Kerja
Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk
Range

Nilai

1 : 1 1 : 1000

1 : 1001 1 : 2000

1 : 2001 1 : 3000

67

2. Ketersediaaan fasilitas, nilai ketersediaan fasilitas terhadap setiap


kegiatan Puskesmas penilaiannya dibagi 2, yaitu :tersedia dan tidak
tersedia. Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program
terkait.
Tabel 2.8 Penentuan Nilai Feasibility berdasarkan Ketersediaan Fasilitas
No

Kategori

Ketersediaan

Nilai

Tempat

Tersedia

Tidak tersedia

Tersedia

Tidak tersedia

Alat/obat

Tabel 2.9 Skoring Feasibility terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan Koja


Periode Januari Februari 2016
Tenaga
No

Daftar Masalah

Kerja

Fasilitas
(Tempat +

Puskesmas

Alat/Obat)

Scor
e

Cakupan peserta KB aktif


dengan IUD di Kecamatan
Koja pada periode Januari
Februari

2016

adalah

sebesar 6.65%.
2

Cakupan peserta KB aktif


dengan
Kecamatan

MOW

di

Koja

pada

periode Januari Februari


2016 adalah sebesar 0.11%.

68

Cakupan peserta KB aktif


dengan
Kecamatan

Implant
Koja

di
pada

periode Januari Februari


2016 adalah sebesar 6.27%.
4

Cakupan peserta KB aktif


dengan
Kecamatan

Kondom
Koja

di
pada

periode Januari Februari


5

2016 adalah sebesar 7.21%.


Cakupan peserta KB aktif
dengan Pil di Kecamatan
Koja pada periode Januari
Februari
2016
adalah
sebesar 12.6%.

2.1.5. Policy
Untuk dapat menyelesaikan masalah ini, maka aspek lain yang harus
dipertimbangkan dari suatu masalah tersebut menjadi perhatian masyarakat dan
pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan sebagai hasil
justifikasi ditentukan bahwa untuk mengetahui hal tersebut dilihat dari seberapa
seringnya masalah tersebut dipublikasikan di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling
mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu informasi kesehatan di media
elektronik memiliki jangkauan yang lebih luas. Kebijakan pemerintah berupa
undang-undang yang mengatur jumlah anak juga berperan dalam publikasi
program KB. Publikasi informasi dalam bentuk media cetak dan penyuluhan
pun termasuk dalam penilaian policy. Penjumlahan dari nilai-nilai tersebut
dijadikan score penilaian.

69

Tabel. 2.10 Penentuan Nilai Policy


Parameter

Score

Penyuluhan:
Ada
Tidak ada

1
2

Media Cetak (Poster, Majalah, Koran, Banner,


Leaflet, Pamflet, Bookleat)
Ada
Tidak ada

1
2

Kebijakan pemerintah (undang-undang)


Ada
Tidak ada

1
2

Media Elektronik (TV, radio, internet)


Ada
Tidak ada

1
2

Tabel. 2.11 Skoring Policy terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan Koja


Periode Januari Februari 2016

No

Daftar Masalah

Medi

Kebijaka

Penyuluh

an

Ceta

Pemerint

ah

Media
Elektroni
k

Sco
re

Cakupan peserta KB
aktif dengan IUD di
Kecamatan Koja pada
periode

Januari

Februari 2016 adalah


sebesar 6.65%.
2

Cakupan peserta KB

aktif dengan MOW di


70

Kecamatan Koja pada


periode

Januari

Februari 2016 adalah


sebesar 0.11%.
3

Cakupan peserta KB
aktif dengan Implant di
Kecamatan Koja pada
periode

Januari

Februari 2016 adalah


sebesar 6.27%.
4

Cakupan peserta KB
aktif dengan Kondom
di

Kecamatan

Koja

pada periode Januari


Februari 2016 adalah
sebesar 7.21%.
5

Cakupan peserta KB
aktif

dengan

Pil

di

Kecamatan Koja pada


periode

Januari

Februari 2016 adalah


sebesar 12.6%.

2.1.6. Penetapan Prioritas Masalah


Dari kelima aspek tersebut di atas, hasil nilai kemudian dikalikan
dengan bobot sehingga didapatkan bobot nilai. Hasil perhitungan skor bobot
nilai adalah sebagai berikut:

71

Tabel 2.12. Penentuan Prioritas Masalah Menurut Metode MCUA


di Wilayah Kecamatan Koja Periode Januari Februari Tahun 2016
No Parameter Bobot

MS-1

MS-2

MS-3

MS-4

MS-5

BN

BN

BN

BN

BN

1.

Greatest
Member

10

25

15

10

2.

Emergenc
y

20

12

3.

Feasibility

4.

Policy

10

10

10

10

5.

Expanding
Scope

16

39

22

65

19

49

15

38

13

29

Jumlah

Keterangan :
MS-1 Cakupan peserta KB aktif dengan IUD di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6.65% berada di bawah
target yaitu 11,67%.
MS-2 Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 0.11% berada di bawah
target yaitu 11,67%.
MS-3 Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6.27% berada di bawah
target yaitu 11,67%.
MS-4 Cakupan peserta KB aktif dengan Kondom di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 7.21% berada di bawah

72

target yaitu 11,67%.


MS-5 Cakupan peserta KB aktif dengan Pil di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 12.6% berada di bawah
target yaitu 11,67%.
2.2

Menentukan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada,
selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan
penyelesaian yang ada terlebih dahulu. Pada tahap telah dicoba mencari apa
yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas.
Pada tahap ini digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga diagram
tulang ikan (fishbone diagram/ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan
dan dibantu dengan data yang tersedia dapat disusun berbagai penyebab
masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input,
yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya sistem adalah:
1. Man : jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan, dan motivasi kerja.
2. Money : jumlah dana tersedia.
3. Material : jumlah peralatan medis dan jenis obat.
4. Method : cara penggunaan obat.
Proses adalah kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi
output. Tahapan proses terdiri dari:
1. Planning (perencanaan): sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan unuk
mencapainya.
2.

Organizing (pengorganisasian): rangkaian kegiatan manajemen untuk


menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan

memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.


3. Actuating (pelaksana): proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan
4.

keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling (monitoring): proses untuk mengamati secara terusmenerus
73

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
Pada tahapan proses, input selanjutnya akan diubah menjadi output.
Adapun tahapan proses tersebut terjadi dalam suatu lingkungan (environment),
sehingga keadaan lingkungan pun dapat mempengaruhi suatu sistem.
Masalah prioritas untuk program KB di wilayah Kecamatan Koja yang
akan ditetapkan penyebab masalah dengan menggunakan diagram fishbone
adalah sebagai berikut:
1.MS-2 Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 0.11% berada di bawah
target yaitu 11,67%.
2.MS-3 Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6.27% berada di bawah
target yaitu 11,6.

74

2.3

Mencari Penyebab Masalah Yang Dominan


Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan.
Dari sembilan prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan
metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan),
yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang
terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari
akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang
paling dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan, maka
secara otomatis sebagian besar masalah-masalah yang lainnya dapat
dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan dengan
cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup.
Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program KB
pada puskesmas di wilayah Kecamatan Koja.

2.3.1

Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Kecamatan Koja pada


periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 0.11% berada di
bawah target yaitu 11,67%.
Berdasarkan data yang ditemukan dari Cakupan peserta KB aktif
dengan MOW di Kecamatan Koja pada periode Januari Februari 2016
adalah sebesar 0.11% berada di bawah target yaitu 11,67%. Hal demikian
dapat terjadi karena beberapa hal, seperti:
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah:
1. Kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan pada program KB
(Man).
2. Penggunaan dana dalam program KB tidak sesuai dengan
perkiraan pembiayaan kegiatan program KB (Money).
3. Minat masyarakat terhadap pemilihan alat kontrasepsi tertentu
(Material).
4. Kurangnya sosialisasi tentang cara penggunaan kontrasepsi jangka
panjang (Method).

52

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:


1. Petugas perencanaan menganggap program sebelumnya cukup
baik (Planning).
2. Tidak jelasnya pembagian tugas pengorganisasian program KB
(Organizing).
3. Kurangnya komunikasi antar petugas pelaksana program KB
(Actuating).
4. Koordinasi dalam proses pengawasan masih belum baik
(Controlling).
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan (Environtment)
adalah:
1. Kurangnya penyediaan fasilitas dalam penyampaian informasi
(Environment).
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas, maka ditetapkan
empat akar penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data,
informasi, observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Keempat akar
penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah:
1. Kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan pada program KB
(Man).
2. Penggunaan dana dalam program KB tidak sesuai dengan
perkiraan pembiayaan kegiatan program KB (Money).
3. Minat masyarakat terhadap pemilihan alat kontrasepsi tertentu
(Material).
4. Kurangnya sosialisasi tentang cara penggunaan kontrasepsi jangka
2.3.2

panjang (Method).
Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6.27% berada di
bawah target yaitu 11,67%.
Berdasarkan data yang ditemukan dari Cakupan peserta KB aktif
dengan Implant di Kecamatan Koja pada periode Januari Februari 2016
53

adalah sebesar 6.27% berada di bawah target yaitu 11,67%.Hal demikian


dapat terjadi karena beberapa hal, seperti:
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah:
1. Tidak adanya tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk
program KB (Man).
2. Tidak terpakainya pengalokasian dana untuk program KB
tersebut (Money).
3. Belum tersedianya sarana dan prasarana untuk melakukan
program KB tersebut di puskesmas (Material).
4. Kurangnya sosialisasi mengenai keuntungan jangka panjang dan
dampak positif dari program KB tersebut (Method).
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:
1. Petugas perencanaan menganggap program sebelumnya cukup
baik (Planning).
2. Tidak jelasnya pembagian tugas pengorganisasian program KB
(Organizing).
3. Kurangnya komunikasi antar petugas pelaksana program KB
(Actuating).
4. Koordinasi dalam proses pengawasan masih belum baik
(Controlling).
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan (Environtment)
adalah:
1. Letak Puskesmas cukup jauh dari RS setempat (Environment).
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas, maka ditetapkan
empat akar penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data,
informasi, observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Keempat akar
penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah:
1. Tidak adanya tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk
program KB (Man).
2. Tidak terpakainya pengalokasian dana untuk program KB
54

tersebut (Money).
3. Belum tersedianya sarana dan prasarana untuk melakukan
program KB tersebut di puskesmas (Material).
Kurangnya sosialisasi mengenai keuntungan jangka panjang dan dampak positif
dari program KB tersebut (Method).

BAB III
PENETAPAN ALTERNATIF CARA PEMECAHAN MASALAH
Setelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan, untuk mengurangi
atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang paling dominan
tersebut, maka ditentukan beberapa alternatif pemecahan masalah. Penetapan
alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode MCUA (Multiple
Criteria Utility Assesment), yaitu dengan memberikan skor 13 pada bobot
berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, dan justifikasi kelompok. Parameter
55

diletakkan pada baris, sedangkan alternatif diletakkan pada kolom. Selanjutnya


kepada setiap masalah kemudian diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan sehingga
hasil yang didapatkan merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan skor dari
setiap alternatif masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria
berdasarkan masing-masing alternatif masalah tersebut.
Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah:
1. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna
Diberi nilai 13, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling mungkin
diselesaikan dengan sempurna, dan nilai 1 adalah masalah yang paling sulit
diselesaikan.
2. Mudah dilaksanakan
Diberi nilai 13, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling mudah
dilaksanakan dengan sempurna, dan nilai 1 adalah masalah yang paling sulit
dilaksanakan.
3. Murah biayanya
Diberi nilai 13, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling murah biaya
pelaksanaannya, dan nilai 1 adalah masalah yang paling mahal pelaksanaannya.
4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama
Diberi nilai 13, di mana nilai 3 merupakan masalah yang paling dapat
diselesaikan dengan cepat, dan nilai 1 merupakan masalah yang memerlukan
waktu paling lama dalam penyelesaiannya.
3.1.

Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Kecamatan Koja pada


periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 0,11% berada di bawah
target yaitu 12,44%.

Dari empat akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternatif
pemecahan masalah sebagai berikut:
4. Tidak adanya tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk program
KB (Man).

56

Alternatif pemecahan masalah : Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan


untuk menyediakan tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk program KB
tersebut.
5. Tidak terpakainya pengalokasian dana untuk program KB tersebut
(Money).
Alternatif pemecahan masalah : Mengalokasikan dana dalam bentuk sosialisasi
kepada masyarakat.
6. Belum tersedianya sarana dan prasarana untuk melakukan program
KB tersebut di puskesmas (Material).
Alternatif pemecahan masalah : Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
untuk memfasilitasi pelaksanaan konseling, penyuluhan serta penyediaan sarana
dan prasarana untuk melaksanakan program tersebut di puskesmas tanpa harus
dirujuk ke rumah sakit terdekat.
7. Kurangnya sosialisasi mengenai keuntungan jangka panjang dan
dampak positif dari program KB tersebut (Method).
Alternative pemecahan masalah : Memberikan penyuluhan secara berkala kepada
masyarakat mengenai keuntungan dari program KB tersebut.
Tabel 3.1 Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan Peserta KB Aktif dengan
MOW di Wilayah Kecamatan Koja pada Januari Februari 2016
AL 1 AL 2 AL - 3 AL - 4
Bobot N BN N BN N BN N BN

No Parameter
1
2
3

Mudah dilaksanakan
Murah biayanya
Waktu penerapannya
masalah

terpecahkan

4
3

2
2

8
6

4
4

16
12

1
1

4
3

3
2

12
6

tidak 2

sampai

terlalu lama
Dapat menyelesaikan dengan

sempurna
Jumlah

21

37

13

22

Keterangan:
AL-1 Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk menyediakan tenaga
kesehatan yang sudah terlatih untuk program KB tersebut.

57

AL-2 Mengalokasikan dana dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat.


AL-3 Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memfasilitasi
pelaksanaan konseling, penyuluhan serta penyediaan sarana dan prasarana untuk
melaksanakan program tersebut di puskesmas tanpa harus dirujuk ke rumah sakit
terdekat.
AL-4 Memberikan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat mengenai
keuntungan dari program KB tersebut.
Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode
MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Mengalokasikan dana dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat.
2. Memberikan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat mengenai
keuntungan dari program KB tersebut.
3. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk menyediakan
tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk program KB tersebut.
4. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memfasilitasi
pelaksanaan konseling, penyuluhan serta penyediaan sarana dan
prasarana untuk melaksanakan program tersebut di puskesmas tanpa
harus dirujuk ke rumah sakit terdekat.
3.2. Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Kecamatan Koja pada
periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6.27% berada di bawah
target yaitu 11,67%.
Dari empat akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternatif
pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan pada program KB.
Alternatif pemecahan masalah : Menambah tenaga kesehatan yang terampil dalam
program KB.
2. Penggunaan dana dalam program KB tidak sesuai dengan perkiraan
pembiayaan kegiatan program KB.
Alternatif pemecahan masalah : Menyusun rencana pengalokasian anggaran
puskesmas yang sesuai dengan target dan sasaran

58

3. Minat masyarakat yang tinggi terhadap pemilihan alat kontrasepsi tertentu.


Alternatif pemecahan masalah : Memberikan konseling dengan menjabarkankan
macam-macam alat kontrasepsi yang tersedia dengan jelas.
4. Kurangnya sosialisasi tentang cara penggunaan kontrasepsi jangka
panjang
Alternatif pemecahan masalah : Memberikan penyuluhan tentang cara
penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang dengan lebih jelas untuk menghapus
anggapan yang salah terhadap alat kontrasepsi tersebut.
Tabel 3.2 Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan peserta KB aktif dengan
Implant di Kecamatan Koja pada periode Januari Februari 2016.
AL 1 AL 2 AL - 3 AL - 4
Bobot N BN N BN N BN N BN

No Parameter
1
2
3

Mudah dilaksanakan
Murah biayanya
Waktu penerapannya
masalah

terpecahkan

4
3

1
1

4
3

2
3

8
9

3
3

12
9

2
2

8
6

tidak 2

sampai

terlalu lama
Dapat menyelesaikan dengan

sempurna
Jumlah

11

22

27

23

Keterangan:
AL-1 Menambah tenaga kesehatan yang terampil dalam program KB.
AL-2 Menyusun rencana pengalokasian anggaran puskesmas yang sesuai dengan
target dan sasaran.
AL-3

Memberikan

konseling

dengan

menjabarkan

macam-macam

alat

kontrasepsi yang tersedia dengan jelas.


AL-4 Memberikan penyuluhan tentang cara penggunaan alat kontrasepsi jangka
panjang dengan lebih jelas untuk menghapus anggapan yang salah terhadap alat
kontrasepsi tersebut.
Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode
MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:

59

1. Memberikan konseling dengan menjabarkan macam-macam alat


kontrasepsi yang tersedia dengan jelas.
2. Memberikan penyuluhan tentang cara penggunaan alat kontrasepsi
jangka panjang dengan lebih jelas untuk menghapus anggapan yang
salah terhadap alat kontrasepsi tersebut.
3. Menyusun rencana pengalokasian anggaran puskesmas yang sesuai
dengan target dan sasaran.
4. Menambah tenaga kesehatan yang terampil dalam program KB.

BAB IV
RENCANA DAN PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH

4.1

Penyusunan Rencana Pemecahan Masalah.


Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah, maka sampailah
pada tahap penyusunan rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini,
diharapkan dapat mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan akar
masalah yang dianggap paling dominan. Perencanaan adalah upaya
menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling
penting dan akan dilakukan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

60

4.1.1

Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Kecamatan Koja pada


periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 0,11% berada di
bawah target yaitu 12,44%.

Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari


permasalahan Cakupan Peserta KB Aktif dengan MOW di Wilayah
Kecamatan Koja pada JanuariFebruari 2016 adalah Sebesar 0,11% Berada
di bawah target yaitu 12,44%, yang didapatkan dalam BAB III, maka
dibuatlah rencana usulan kegiatan sebagai berikut :

Tabel 4.1.1 Rencana Pemecahan Masalah untuk Cakupan Peserta KB Aktif


dengan MOW di Wilayah Kecamatan Koja pada Januari Februari 2016
NO

KEPUTUSAN

RENCANA KEGIATAN

TARGET

61

1.

Mengalokasikan 1. Mengadakan rapat untuk


dana dalam

melaksanakan perubahan alokasi

bentuk

dana sesuai dengan target dan

sosialisasi
kepada
masyarakat

2.

sasaran.
2. Menilai dan mengevaluasi

1. Tersedianya dana untuk sosialisasi


kepada masyarakat (PUS/WUS)

2. Tersusunnya anggaran sesuai deng

perencanaan anggaran dana

program yang dilaksanakan oleh

program yang dilakukan

puskesmas (pengalokasian dana se

puskesmas.

kegiatan).

Memberikan

1. Menentukan sasaran untuk

1. Diperolehnya informasi dan jumlah

penyuluhan

diberikan penyuluhan.
2. Mengadakan rapat untuk

sasaran PUS/WUS.
2. Mendapat persetujuan untuk

secara berkala
pada
masyarakat

membahas rencana penyuluhan

mengadakan penyuluhan dan

bagi masyarakat (PUS/WUS).

tersusunnya materi yag akan

disampaikan mengenai keuntungan

mengenai

dari program KB tersebut bagi

keuntungan dari
program KB
tersebut.

3. Menyusun jadwal dan

pengaturan keikutsertaan

masyarakat (PUS/ WUS)


3. Jadwal pembagian petugas kesehat
untuk melaksanakan penyuluhan.

petugas kesehatan dalam


pelaksanaan penyuluhan.
4. Melaksanakan penyuluhan
secara berkala kepada

pengetahuan masyarakat (PUS/WU

PUS/WUS dalam cakupan

mengenai keuntungan dari program

wilayah puskesmas.
5. Melakukan monitoring secara
berkala pelaksanaan penyuluhan
3.

Melakukan

4. Bertambahnya pemahaman dan

kepada PUS/WUS.
1. Mengajukan permohonan

KB tersebut.
5. Tersusunnya laporan hasil
pelaksanaan penyuluhan kepada

PUS/WUS secara berkala.


1. Diperolehnya tenaga kesehatan yan

koordinasi

kepada Kepala Sudinkes untuk

sudah terlatih untuk melaksanakan

dengan Dinas

menyediakan tenaga kesehatan

program KB tersebut di Puskesmas

Kesehatan

yang sudah terlatih untuk

untuk

melaksanakan program KB di

menyediakan

Puskesmas.

tenaga

62

kesehatan yang
sudah terlatih
untuk
melaksanakan
program KB
tersebut.
4.

Melakukan

1. Mengajukan permohonan

2. Mendapat persetujuan untuk

koordinasi

kepada Kepala Sudinkes untuk

mengadakan konseling, penyuluh

dengan Dinas

memfasilitasi pelaksanaan

serta penyediaan sarana dan prasar

Kesehatan

konseling, penyuluhan serta

untuk melaksanakan program KB

untuk

penyediaan sarana dan prasarana

tersebut di Puskesmas.

memfasilitasi

untuk melaksanakan program

pelaksanaan
konseling,
penyuluhan
serta
penyediaan
sarana dan
prasarana untuk
melaksanakan
program KB
tersebut di
puskesmas
tanpa harus
dirujuk ke

KB tersebut di Puskesmas.
2. Mengadakan rapat koordinasi

3. Mendapat persetujuan untuk

dengan DinKes untuk

mengadakan penyuluhan dan

membahas rencana penyuluhan

ketersediaan sarana dan prasarana

bagi masyarakat (PUS/WUS)

untuk pelaksanaan program KB

serta penyediaan sarana dan

tersebut di Puskesmas.

prasarana untuk pelaksanaan


program KB tersebut di
Puskesmas.
3. Menyusun jadwal dan

pengaturan keikutsertaan

4. Jadwal pembagian petugas kesehat

untuk melaksanakan penyuluhan.

petugas kesehatan dalam


pelaksanaan penyuluhan.

rumah sakit
terdekat.
4. Memberikan konseling kepada

5. Bertambahnya pemahaman dan

masyarakat (PUS/WUS)

pengetahuan masyarakat (PUS/WU

mengenai program KB tersebut.

mengenai program KB tersebut.

63

64

4.1.2

Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Kecamatan Koja pada


periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6,27% berada di
bawah target yaitu 11,67%.

Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari


permasalahan Cakupan Peserta KB Aktif dengan Implant di Wilayah
Kecamatan Koja pada JanuariFebruari 2016 adalah Sebesar 6,27% berada
di bawah target yaitu 11,67%, yang didapatkan dalam BAB III, maka
dibuatlah rencana usulan kegiatan sebagai berikut :

Table 4.1.2 Rencana Pemecahan Masalah untuk Cakupan Peserta KB Aktif


dengan Implant di Wilayah Kecamatan Koja pada Januari Februari 2016

NO
1.

KEPUTUSAN
Menyusun rencana

RENCANA KEGIATAN
1. Mengadakan rapat untuk

TARGET

VOL

KEG

1. Terbentuknya

pengalokasian

membuat perencanaan

anggaran program

anggaran puskesmas

anggaran program kerja

kerja puskesmas yang

yang sesuai dengan

yang disesuaikan dengan

sudah disesuaikan

target dan sasaran.

target dan sasaran.

dengan target dan

2x per t

sasaran.
2. Menilai dan mengevaluasi

2. Tersusunnya anggaran

ulang serta

program kerja yang

menyempurnakan

sesuai dengan

perencanaan anggaran dana

program yang

program yang dimiliki

dilaksanakan oleh

puskesmas.
65

puskesmas

2x per t

(pengalokasian dana
sesuai kegiatan).
2.

Menambah tenaga

1. Mengajukan permohonan

1. Tersusun laporan

kesehatan yang

kepada Kepala Sudinkes

mengenai kendala-

terampil dalam

untuk melakukan

kendala yang karena

program KB.

penambahan tenaga

kurangnya tenaga ahli

kesehatan yang ahli untuk

dan usulan

membantu pelaksanaan

pemecahan masalah

program KB di Puskesmas.

serta mendapatkan

1x per t

ijin penambahan
tenaga kesehatan
yang ahli untuk
membantu
pelaksanaan program
KB di Puskesmas.
2. Mengajukan permohonan

2. Memberikan laporan

kepada Kepala Sudinkes

tentang hasil evaluasi

untuk melakukan pelatihan

program, kendala-

berkala bagi tenaga

kendala yang dapat

kesehatan untuk membantu

terjadi dalam

pelaksanaan program KB

pelaksanaan,

di Puskesmas.

pengawasan dan
pencatatan data,
pemberitahuan
pembagian tugas
kepada tiap pihak
yang berperan guna
memperlancar
pelaksaan,
pengawasan agar
dapat melaksanakan
program dengan

66

2x per t

sebaik-baiknya.
3.

Memberikan konseling

1. Mengadakan rapat untuk

1. Mendapat persetujuan

dengan menjabarkan

membahas rencana

untuk mengadakan

macam-macam alat

konseling bagi masyarakat

konseling bagi

kontrasepsi yang

(PUS/WUS) dan pelatihan

masyarakat (PUS/

tersedia dengan jelas.

bagi petugas KB.

WUS) dan pelatihan

2x per t

bagi petugas KB.


1. Pengaturan jadwal

2. Jadwal pembagian

keikutsertaan petugas KB

petugas kesehatan

pada setiap pelatihan.

untuk mengikuti

2x per t

pelatihan penggunaan
alat kontrasepsi
3. Memberikan konseling

lainnya.
2. Bertambahnya

kepada masyarakat

pemahaman dan

(PUS/WUS) mengenai

pengetahuan

jenis alat kontrasepsi

masyarakat

Setiap p

lainnya.

(PUS/WUS) dan

puskesm

petugas KB mengenai
mengenai jenis alat
4.

Memberikan

1. Mengadakan rapat untuk

kontrasepsi lainnya.
1. Mendapat persetujuan

penyuluhan tentang

membahas rencana

untuk mengadakan

cara penggunaan alat

penyuluhan bagi

penyuluhan bagi

kontrasepsi jangka

masyarakat (PUS/WUS)

masyarakat (PUS/

panjang dengan lebih

dan pelatihan bagi petugas

WUS) dan pelatihan

jelas untuk menghapus


anggapan yang salah
terhadap alat
kontrasepsi tersebut.

KB.
2. Perencanaan pembuatan

bagi petugas KB.


2. Proposal diterima

proposal rencana kerja dan

sehingga dapat

anggaran untuk

melaksanakan

penyuluhan bagi

kegiatan penyuluhan

masyarakat (PUS/WUS)

bagi masyarakat

serta pelatihan mengenai

(PUS/WUS) serta

67

2x per t

2x per t

jenis kontrasepsi lain

pelatihan petugas KB

dalam program KB.

mengenai jenis

1. Pengaturan jadwal

kontrasepsi lain.
3. Jadwal pembagian

keikutsertaan petugas KB

petugas kesehatan

pada setiap pelatihan.

untuk mengikuti

2x per t

pelatihan penggunaan
alat kontrasepsi
lainnya.
4. Melaksanakan penyuluhan

2. Bertambahnya

kepada masyarakat

pemahaman dan

(PUS/WUS) dan pelatihan

pengetahuan

perencanaan tenaga KB

masyarakat

mengenai jenis alat

(PUS/WUS) dan

kontrasepsi lainnya.

petugas KB mengenai

2x per t

mengenai jenis alat


1. Menerapkan pengetahuan

kontrasepsi lainnya.
3. Peningkatan mutu

yang telah didapat dari

dalam pelaksanaan

Setiap p

pelatihan untuk

program KB.

puskesm

melaksanakan program
KB.

68

4.2.

Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah

Setelah menyusun rencana pemecahan masalah, maka akan dilakukan


rencana pelaksanaan pemecahan masalah yang disusun berdasarkan rencana
usulan kegiatan. Perencanaan pelaksanaan pemecahan masalah disajikan
dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah Cakupan


Peserta KB Aktif dengan MOW di Wilayah Kecamatan Koja pada Januari
Februari 2016

NO
1

KEGIATAN

BULAN PELAKSANAAN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Mengadakan
rapat untuk
melaksanakan
perubahan
alokasi dana

sesuai dengan
target dan
sasaran.
2

Menilai dan

mengevaluasi
perencanaan
anggaran
dana program
yang
dilakukan
69

puskesmas.
3

Menentukan
sasaran untuk
diberikan

penyuluhan.

Mengadakan
rapat untuk
membahas
rencana
penyuluhan

bagi
masyarakat
(PUS/WUS).
5

Menyusun
jadwal dan
pengaturan
keikutsertaan
petugas

kesehatan
dalam
pelaksanaan
penyuluhan.
6

Melaksanakan

penyuluhan
secara berkala
kepada
PUS/WUS
dalam
cakupan
wilayah
70

puskesmas.
7

Melakukan
monitoring
secara berkala
pelaksanaan

penyuluhan
kepada
PUS/WUS.
8

Mengajukan
permohonan
kepada
Kepala
Sudinkes
untuk
menyediakan
tenaga

kesehatan
yang sudah
terlatih untuk
melaksanakan
program KB
di Puskesmas.
9

Mengajukan

permohonan
kepada
Kepala
Sudinkes
untuk
memfasilitasi
pelaksanaan
konseling,
penyuluhan

71

serta
penyediaan
sarana dan
prasarana
untuk
melaksanakan
program KB
tersebut di
Puskesmas.
10

Mengadakan
rapat
koordinasi
dengan
DinKes untuk
membahas
rencana
penyuluhan
bagi
masyarakat
(PUS/WUS)

serta
penyediaan
sarana dan
prasarana
untuk
pelaksanaan
program KB
tersebut di
Puskesmas.
11

Menyusun

jadwal dan
pengaturan
72

keikutsertaan
petugas
kesehatan
dalam
pelaksanaan
penyuluhan.
12

Memberikan
konseling
kepada
masyarakat

(PUS/WUS)

mengenai
program KB
tersebut.

Tabel 4.4. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah Cakupan


Peserta KB Aktif dengan Implant di Wilayah Kecamatan Koja pada Januari
Februari 2016

NO
1

KEGIATAN
Mengadakan
rapat

BULAN PELAKSANAAN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DE
X

untuk

membuat
perencanaan
anggaran
program

kerja

yang disesuaikan
dengan target dan

73

sasaran.
2

Menilai

dan

mengevaluasi
ulang

serta

menyempurnakan
perencanaan

anggaran

dana

program

yang

dimiliki
puskesmas.
3

Mengajukan
permohonan
kepada

Kepala

Sudinkes

untuk

melakukan
penambahan
tenaga kesehatan

yang ahli untuk


membantu
pelaksanaan
program KB di
Puskesmas.
4

Mengajukan

permohonan
kepada

Kepala

Sudinkes

untuk

melakukan
pelatihan berkala
bagi

tenaga

kesehatan untuk
membantu
pelaksanaan

74

program KB di
Puskesmas.
5

Mengadakan
rapat

untuk

membahas
rencana
konseling

bagi

masyarakat
(PUS/WUS) dan
pelatihan

bagi

petugas KB.
6

Pengaturan
jadwal
keikutsertaan
petugas KB pada
setiap pelatihan.

Memberikan
konseling kepada
masyarakat
(PUS/WUS)
mengenai
alat

jenis

kontrasepsi

lainnya.
8

Mengadakan
rapat

untuk

membahas
rencana
penyuluhan bagi
masyarakat
(PUS/WUS) dan
pelatihan

bagi
75

petugas KB.
9

Perencanaan
pembuatan
proposal rencana
kerja

dan

anggaran

untuk

penyuluhan bagi
masyarakat

(PUS/WUS) serta
pelatihan
mengenai

jenis

kontrasepsi
dalam

lain

program

KB.
10

Pengaturan
jadwal
keikutsertaan
petugas KB pada
setiap pelatihan.

11

Melaksanakan
penyuluhan
kepada
masyarakat
(PUS/WUS) dan
pelatihan

perencanaan
tenaga

KB

mengenai
alat

jenis

kontrasepsi

lainnya.
12

Menerapkan
pengetahuan

X
76

yang

telah

didapat
pelatihan

dari
untuk

melaksanakan
program KB.

77

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan

Setelah melewati berbagai proses, maka didapatkan satu program


kesehatan dasar Kecamatan Koja yang dievaluasi, yaitu program Keluarga
Berencana (KB) dan didapatkan 5 masalah yang teridentifikasi melewati
diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan dua prioritas masalah selama
bulan Januari Februari 2016, yaitu:

MS-2 Cakupan peserta KB aktif dengan MOW di Kecamatan Koja pada


periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 0.11% berada di bawah
target yaitu 12,44%.

MS-3 Cakupan peserta KB aktif dengan Implant di Kecamatan Koja


pada periode Januari Februari 2016 adalah sebesar 6.27% berada di
bawah target yaitu 11,67%.

Selanjutnya prioritas masalah diatas dicari akar penyebab masalah


yang paling dominan dan setelah dilakukan diskusi, argumentasi, dan
justifikasi, maka dapat disimpulkan akar penyebab masalah yang dominan
dari masalah yang diprioritaskan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Akar penyebab masalah dominan dari permasalahan Cakupan peserta


78

KB aktif dengan KB MOW di Kecamatan Koja pada periode Januari


Februari 2016 adalah sebesar 0,11% berada di bawah target yaitu
12,44%.yaitu :
1. Tidak adanya tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk program
KB (Man).
2. Tidak terpakainya pengalokasian dana untuk program KB tersebut
(Money).
3. Belum tersedianya sarana dan prasarana untuk melakukan program
KB tersebut di puskesmas (Material).
4. Kurangnya sosialisasi mengenai keuntungan jangka panjang dan
dampak positif dari program KB tersebut (Method).

b. Akar penyebab masalah dominan dari permasalahan Cakupan peserta KB


aktif dengan KB Implant di Kecamatan Koja pada periode Januari Mei
2015 adalah sebesar 6,27% berada di atas target yaitu 11,67%.yaitu :
1. Kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan pada program KB
(Man).
2. Penggunaan dana dalam program KB tidak sesuai dengan
perkiraan pembiayaan kegiatan program KB (Money).
3. Minat masyarakat yang tinggi terhadap pemilihan alat kontrasepsi
tertentu (Material).
4. Kurangnya sosialisasi tentang cara penggunaan kontrasepsi jangka
panjang (Method).

5.2

Saran
Berdasarkan

permasalahan

program kesehatan

dasar tersebut,

disarankan atau direkomendasikan beberapa hal kepada Kepala Puskesmas


Kecamatan Koja adalah sebagai berikut:

Alternatif pemecahan masalah dari permasalahan Cakupan peserta


KB Aktif dengan KB MOW di Kecamatan Koja pada Januari Februari
2016
79

a. Mengalokasikan dana dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat.


1. Mengadakan rapat untuk melaksanakan perubahan alokasi
dana sesuai dengan target dan sasaran.
2. Menilai dan mengevaluasi perencanaan anggaran dana
program yang dilakukan puskesmas.

b. Memberikan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat mengenai


keuntungan dari program KB tersebut.
1. Menentukan sasaran untuk diberikan penyuluhan.
2. Mengadakan rapat untuk membahas rencana penyuluhan bagi
masyarakat (PUS/WUS).

3. Menyusun jadwal dan pengaturan keikutsertaan

petugas

kesehatan dalam pelaksanaan penyuluhan.


4. Melaksanakan penyuluhan secara berkala kepada PUS/WUS
dalam cakupan wilayah puskesmas.
5. Melakukan monitoring secara berkala pelaksanaan penyuluhan
kepada PUS/WUS.

c. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk menyediakan


tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk program KB tersebut.
1. Mengajukan permohonan kepada Kepala Sudinkes untuk
menyediakan tenaga kesehatan yang sudah terlatih untuk
melaksanakan program KB di Puskesmas.

d. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memfasilitasi


pelaksanaan konseling, penyuluhan serta penyediaan sarana dan
prasarana untuk melaksanakan program tersebut di puskesmas tanpa
harus dirujuk ke rumah sakit terdekat.
1. Mengajukan permohonan kepada Kepala Sudinkes untuk
memfasilitasi pelaksanaan konseling, penyuluhan serta
80

penyediaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan


program KB tersebut di Puskesmas.
2. Mengadakan rapat koordinasi dengan DinKes untuk
membahas rencana penyuluhan bagi masyarakat (PUS/WUS)
serta penyediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
program KB tersebut di Puskesmas.
3. Menyusun jadwal dan pengaturan keikutsertaan petugas
kesehatan dalam pelaksanaan penyuluhan.
4. Memberikan konseling kepada masyarakat (PUS/WUS)
mengenai program KB tersebut.

Alternatif pemecahan masalah dari permasalahan Cakupan peserta KB


Aktif dengan Implant di Kecamatan Koja pada Januari Februari 2016

a. Menyusun rencana pengalokasian anggaran puskesmas yang sesuai


dengan target dan sasaran.
1. Mengadakan rapat untuk membuat perencanaan anggaran
kerja yang disesuaikan dengan target dan sasaran.
2. Menilai dan mengevaluasi ulang serta menyempurnakan
perencanaan
disesuaikan

program
dengan

yang

sudah

terbentuk

anggaran

dana

yang

dimiliki

puskesmas.

b. Menambah tenaga kesehatan yang terampil dalam program KB.

81

dan

1. Mengajukan permohonan kepada Kepala Sudinkes untuk


melakukan penambahan tenaga kesehatan yang ahli untuk
membantu pelaksanaan program KB di Puskesmas.
2. Mengajukan permohonan kepada Kepala Sudinkes untuk
melakukan pelatihan berkala bagi tenaga kesehatan untuk
membantu pelaksanaan program KB di Puskesmas.

c. Memberikan konseling dengan menjabarkan macam-macam alat


kontrasepsi yang tersedia dengan jelas.
1. Mengadakan rapat untuk membahas rencana konseling bagi
masyarakat (PUS/WUS) dan pelatihan bagi petugas KB.
2. Pengaturan jadwal keikutsertaan petugas KB pada setiap
pelatihan.
3. Memberikan

konseling

kepada

masyarakat

(PUS/WUS)

mengenai jenis alat kontrasepsi lainnya.

d. Memberikan penyuluhan tentang cara penggunaan alat kontrasepsi


jangka panjang dengan lebih jelas untuk menghapus anggapan yang
salah terhadap alat kontrasepsi tersebut.

1. Mengadakan rapat untuk membahas rencana penyuluhan bagi


masyarakat (PUS/WUS) dan pelatihan bagi petugas KB.
2. Perencanaan pembuatan proposal rencana kerja dan anggaran
untuk penyuluhan bagi masyarakat (PUS/WUS) serta pelatihan
mengenai jenis kontrasepsi lain dalam program KB.
3. Pengaturan jadwal keikutsertaan petugas KB pada setiap
pelatihan.
4. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat (PUS/WUS) dan
pelatihan perencanaan tenaga KB mengenai jenis alat
kontrasepsi lainnya.
5. Menerapkan pengetahuan yang telah didapat dari pelatihan
untuk melaksanakan program KB.
82

83

Anda mungkin juga menyukai