Anda di halaman 1dari 7

TEHNIK MULTIPLE SEMILUNAR FLAP PADA PERAWATAN RESESI GUSI

Henry Mandalas*
Ina Hendiani **
*Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia FKG Universitas
Padjadjaran
** Dosen Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Periodonsia FKG Universitas
Padjadjaran
Resesi gusi adalah terbukanya permukaan akar karena pergerakan tepi gusi ke arah
apikal, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit periodontal, kesalahan
menyikat gigi, tarikan frenulum, dehiscence tulang, malposisi gigi, restorasi dan
pembentukan kalkulus subgingiva. Terbukanya permukaan akar karena resesi dapat
menyebabkan hipersensitif, karies servikal dan mengganggu penampilan (estetik). Salah satu
tehnik bedah dalam perawatan resesi gusi adalah tehnik semilunar flap.
Laporan kasus ini melaporkan pasien perempuan berumur 38 tahun dengan resesi gusi
pada gigi 12,11,21,22 sebesar 3 mm ( kelas I Miller ) dengan malposisi gigi, yang telah
dilakukan bedah semilunar flap. Satu minggu setelah dilakukan perawatan reposisi gingiva
dengan metode semilunar flap terlihat gusi masih oedem, warna gusi merah terang dan terjadi
perbaikan resesi gusi, setelah 4 minggu warna gusi merah muda dan tidak ada oedem,
perbaikan resesi gusi gigi 12 2 mm, gigi 21 3 mm, gigi 22 3 mm dan gigi 11 tidak
terdapat perbaikan. Tehnik semilunar flap dapat digunakan untuk memperbaikan resesi gusi
kelas I beberapa gigi anterior rahang atas.

Kata Kunci : Resesi, Perawatan Resesi Gusi, Tehnik Semilunar Flap,

PENDAHULUAN
Resesi gusi merupakan kasus yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi.
Prevalensi dan keparahan resesi gusi meningkat dengan bertambahnya umur dan lebih sering
terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Secara klinis definisi resesi adalah
terbukanya permukaan akar gigi karena pergerakan tepi gusi ke arah apikal.1,2
Resesi dapat terjadi secara lokal dan menyeluruh, juga dapat terjadi secara fisiologis
dan patologis. Resesi yang bersifat fisiologis berhubungan dengan faktor usia sedangkan
resesi gusi yang bersifat patologis berhubungan dengan penyakit periodontal atau malposisi
gigi. Resesi gusi dapat disebabkan oleh trauma mekanis atau fisik akibat gerakan menyikat
gigi yang salah, kesalahan prosedur perawatan gigi seperti tambalan overhang dan gigi tiruan
yang desainnya kurang baik, selain itu dapat disebabkan karena perlekatan frenulum yang
abnormal, periodontitis dan gingivitis, akumulasi plak dan kalkulus, malposisi gigi dan
perawatan bedah periodontal.1,3
Gambaran klinis resesi gusi ditandai dengan bergesernya tepi gusi ke arah apikal
menjauhi cementoenamel junction. Gusi berwarna merah dan terinflamasi atau berwarna
merah muda dengan konsistensi keras tergantung ada tidaknya iritasi lokal. Gusi menjadi
lebih tipis dengan sedikit atau tidak adanya gusi cekat. Resesi gusi menyebabkan akar terbuka
sehingga akar menjadi sensitif terhadap suhu dingin dan makanan manis, selain itu
menimbulkan masalah estetik terutama pada regio anterior dan dapat menyebabkan karies
akar.4,5 Tehnik perawatan resesi gusi yang bertujuan untuk menutup permukaan akar yang
terbuka bermacam-macam, tergantung dari gambaran klinis dan derajat resesi yang terjadi.
Perawatan resesi gusi diantaranya prosedur lateral pedicle graft, coronal positioned
flap, free gingival graft, subepithelial connective tissue autograft, guided tissue regeneration
(GTR) dan semilunar coronally repositioned flap.4,5 Tehnik semilunar flap di perkenalkan
oleh Tarnow pada tahun 1986, tehnik ini diindikasikan untuk penutupan akar dengan resesi
gusi 1-3 mm.4,7 Keuntungan tehnik ini relatif sederhana dengan kerusakan jaringan minimal,
tidak ada pemendekan kedalaman vestibular, tidak mengganggu papila interproksimal dan
tidak memerlukan penjahitan. Kekurangan tehnik ini tidak dapat dilakukan untuk resesi yang
luas dan hanya dapat dilakukan pada rahang atas.

Gambar 1. Gambaran klinis sebelum perawatan, tampak resesi pada gigi 11,12,21,22

LAPORAN KASUS
Pasien seorang perempuan berumur 38 tahun datang ke klinik Periodonsia Rumah
Sakit Gigi Dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD dengan keluhan gigi terasa kasar
dan kotor ingin dibersihkan. Terasa linu jika terkena air dingin, manis, udara (angin) pada
beberapa gigi depan atas dibagian dekat gusinya.
Hasil pemeriksaan intra oral, gusi oedem di seluruh regio rahang atas dan rahang
bawah, warna gusi merah tua, resesi gusi pada permukaan fasial gigi
13,12,11,21,22,23,24,25,26,27,31,32,33,34,36,41,42,43,44,46 Resesi pada permukaan fasial
gigi 12, 11, 21 dan 22 sekitar 3mm (kelas I Miller) (Gambar 1).
Perawatan pendahuluan seperti skeling dan root planing, intruksi kebersihan mulut
dilakukan. Pasien diinstruksikan untuk mengganti sikat gigi dengan sikat gigi yang berbulu
halus dan memperbaiki cara dan tehnik sikat giginya. Pada saat kontrol setelah perawatan
pendahuluan secara umum inflamasi gusi telah berkurang tetapi pada regio anterior rahang
atas masih terlihat resesi dan bentuk gusi terlihat sedikit oedem. Keadaan ini mengganggu
penampilan dan menyebabkan kesulitan dalam prosedur kebersihan mulut pasien karena gusi
yang resesi menjadi tempat retensi plak. Terbukanya permukaan akar pada gigi 12,11,21,22
sebesar 3 mm yang mengganggu penampilan pasien ditanggulangi dengan upaya menutup
permukaan akar dengan tehnik bedah semilunar flap.
Sebelum tindakan bedah pasien menerima informed consent. Tindakan bedah diawali
dengan profilaksis dan antiseptik oral dan intra oral dengan betadine solution 10 %, kemudian
tindakan anestesi lokal dengan infiltrasi pada regio 12,11,21, dan 22. Insisi dengan pisau
bedah no 15 membentuk insisi semilunar mengikuti bentuk tepi gusi, insisi diperluas sampai
mendekati papila interdental (Gambar 2). Insisi kedua pada sulkus gusi dengan partial
thickness flap sampai ke insisi semilunar, dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
robeknya gusi (Gambar 3). Gigi di rootplan kembali dan dioleskan Tetrasiklin HCL. Gusi
yang telah diinsisi ditarik kearah koronal untuk menutupi permukaan akar yang terbuka
(Gambar 4) dan difiksasi selama 5 menit dan dilakukan penjahitan pada interdental 12/11 dan
21/22. Daerah operasi kemudian ditutup dengan pembalut periodontal setelah daerah operasi
dibersihkan dengan NaCl fisiologis.
Pasien dianjurkan untuk menghindari makanan yang merangsang seperti panas, asam,
pedas, keras dan tidak berkumur terlalu keras. Untuk mengurangi rasa sakit dan menghindari
infeksi pasien diberikan resep antibiotik, analgesik dan obat kumur. Pasien diinstruksikan
untuk kontrol 1 minggu dan 4 minggu setelah operasi. Kontrol 1 minggu setelah operasi,
pembalut periodontal masih terpasang, tidak ada keluhan rasa sakit dan perdarahan. Pembalut
periodontal dilepaskan dan terlihat jaringan granulasi dan gusi tampak masih inflamasi pada
daerah operasi, warna gusi merah terang dan bentuk gusi oedem (Gambar 5). Kontrol 4
minggu warna gusi merah muda dan tidak ada oedem, perbaikan resesi gusi gigi 12 2 mm,
gigi 21 3 mm, gigi 22 3 mm dan gigi 11 - tidak terdapat perbaikan. Tehnik semilunar flap
dapat digunakan untuk memperbaikan resesi gusi kelas I beberapa gigi anterior rahang atas.

Gambar 2.Insisi
Semi lunar sampai mendekati daerah interdental

3.A. Partial thickness flap pada sulkus gigi 11-2 B. Diagram Full thickness dengan pisau
Dengan pisau no. 15
no. 15

B. Diagram Reposisi gusi ke koronal

A. Gusi direposisi ke koronal


Gambar 4. Gusi direposisi ke koronal sehingga menutupi
daerah akar yang terbuka

A. Kontrol 1 Minggu

B. Kontrol 2 Minggu

C. Kontrol 1 Bulan
Gambar 5. A,B,C Kontrol 1 Minggu, 2 Minggu, 1 Bulan
PEMBAHASAN
5

Terdapat dua faktor penyebab utama perkembangan resesi gusi yaitu plak sebagai
penyebab inflamasi periodontal dan trauma menyikat gigi. Pembentukan plak dan kalkulus
pada permukaan gigi dapat menyebabkan kehilangan perlekatan jaringan gusi yang lebih
lanjut menyebabkan resesi gusi. Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya resesi gusi
dalam kaitannya dengan menyikat gigi yaitu metode penyikatan gigi, macam bulu sikat gigi,
kekuatan penyikatan gigi dan frekuensi menyikat gigi.1,2
Penelitian Van der Weijen dkk pada tahun 2004 menyatakan bahwa tenaga yang
berlebih pada saat menyikat gigi merupakan asal dari trauma jaringan gusi yang kemudian
seiring dengan waktu menjadi resesi gusi.8 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ahmed
Khocht dkk pada tahun 1993 menyatakan bahwa kelompok yang menggunakan sikat gigi
berbulu keras persentasi permukaan resesi meningkat sejalan dengan meningkatnya frekuensi
menyikat gigi.9 Pada laporan kasus ini pasien mengalami resesi gusi lebih banyak pada regio
anterior dan regio kiri, hal ini mungkin karena gusi anterior lebih tipis dan kekuatan
penyikatan gigi lebih besar pada sisi kiri, pasien menggunakan tangan kanan dalam
penyikatan gigi.
Klasifikasi resesi gusi menurut Miller pada tahun 1985 dibagi menjadi empat kelas,
yaitu: kelas I resesi tidak meliputi papila interproksimal dan tidak sampai mucogingival
junction, kelas II resesi mendekati atau sampai mucogingival junction tetapi papila
interproksimal tidak ikut terlibat, kelas III resesi meliputi mucogingival junction dan papila
interproksimal telah mencapai sebagian akar, kelas IV resesi telah mencapai hampir semua
akar dan papila interproksimal hilang.4 Resesi gusi menyebabkan terbukanya permukaan akar
yang mengganggu estetik terutama apabila terjadi pada gigi anterior, indikasi dari prosedur
penutupan permukaan akar adalah kepentingan estetik dan penampilan, selain itu untuk
menciptakan topografi atau bentuk gusi tepi yang memudahkan kontrol plak karena keadaan
resisi gusi sering menjadi tempat retensi plak.1,4
Perawatan resesi gusi yang berkaitan dengan prosedur penutupan akar telah banyak
dikenal dan terdiri dari berbagai macam tehnik bedah. Pemilihan tehnik dan prosedur bedah
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luasnya resesi, bentuk resesi, besarnya permukaan
akar yang terbuka dan regio yang terkena resesi. Salah satu tehnik penutupan akar karena
resesi gusi adalah tehnik semilunar flap, tehnik ini sederhana dan kerusakan atau invasi
jaringan sangat minimal, tetapi hanya dapat dilakukan pada rahang atas dengan terbukanya
permukaan akar 1-3 mm.4,10 Tehnik ini dapat dijadikan alternatif pilihan karena cukup mudah
dan memerlukan peralatan yang sederhana.
Pemilihan kasus yang tepat dalam arti sesuai indikasinya dan prosedur dilakukan
dengan hati-hati dapat menghasilkan hasil akhir yang baik dengan menggunakan tehnik ini.
Keberhasilan bedah tehnik semilunar flap diperlukan kerja sama antara dokter gigi dan
pasien, diperlukan kontrol secara periodik sehingga dapat memelihara kondisi kesehatan gusi.
KESIMPULAN
Resesi gusi pada gigi anteror mengganggu penampilan estetik, tehnik semilunar flap
dapat dijadikan salah satu pilihan untuk perawatan resesi gusi paada beberapa gigi 12,21,22.
Tehnik semilunar flap dapat memperbaiki resesi gusi pada kasus resesi gusi (kelas I Miller)
anterior rahang atas.

DAFTAR PUSTAKA
6

1. Fiorellini JP, David MK, Satoshi OI. Clinical feature of gingivitis. In: Carranzas Clinical
Periodontology. 11th ed. Philadelphia: WB Saunder Company; 2012.p.76-83
2. Wennstrom J, Giovan PP. Mucogingival therapy. In: Clinical Periodontology and Impalnt
Dentistry. 4th ed. Munkssgaard: Blackwell; 2003.p.592-613
3. Takei H, Robert RA, Thomas JH. Periodontal plastic and esthetic surgery. In: Carranzas
Clinical Periodontology. 10th ed. Philadelphia: WB Saunder Company; 2012.p.595-600
4. Cohen ES. Atlas Cosmetics & Reconstructive Periodontal Surgery. 2th ed. United Sates:
Lea & Febiger; 1994.p.214-27
5. Jahangirnezhad M. Semilunar coronally repositioned flap for the threatment of gingival
recession with and without tissue adhesive. Journal of Dentistry Teheran 2006;3(1):36-9
6. Popova Christina. Two-step surgical procedure for root coverage (free gingival graft and
coronally positioned flap). Journal of IMAB 2007;2:21-4
7. Tarnow DP. Semilunar coronally repositioned flap. J Clin Periodontol 1986;13:182-5
8. Nasr, HF. The Semilunar flap technique for root coverage. (cited June 30,2009) Available
from: www.find-health-articles.com
9. Van der Weijden, MF Timmerman, PA Versteeg, M Piscaer, Van der Velden.High and low
brushing in relation to efficiacy and gingival abration. J Clin Periodontol 2004;31:620-4
10. Ahmed Khocht, Gary Simon, Philip Person, Joseph L.Denepita. Gingival recession in
relation to history of hard toothbrush use. J Periodontol 1993;64:900-5

Anda mungkin juga menyukai