Oleh
Kelompok 5
Irfan Permadi
1414051050
Ni Made Yulia S.
1414051073
Ria Apriani
1414051080
Shahelia Hakim
1414051086
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
kebutuhan
masyarakat
terhadap
jahe,
maka
perlu
dibuat
Pembuatan serbuk instan dapat dilakukan dengan cara tradisional ataupun cara
modern. Sebuk instan dengan cara tradisional diperoleh dengan melakukan proses
pengeringan sederhan dengan penjemuran dibawah sinar matahari atau dengan
pemasakan larutan bahan yang disertai dengan pengadukan hingga diperoleh
serbuk kering. Teknik yang sering digunakan pada industri adalah dengan
pengering semprot. Keuntungan dari cara ini adalah waktu pengeringan yang
sangat singkat, dan jika dikerjakan dengan tepat dapat mempertahankan cita rasa,
warna, dan nilai gizi produk pangan yang dikeringkan (Desrosier, 1988). Pada
praktikum kali ini dilakukan pembuatan serbuk instan yang berbahan dasar
rempah berupa jahe dan kencur dengan penambahan beras. Jahe dan kencur yang
diolah menjadi serbuk instan selanjutnya akan dilakukan pengujian organoleptik.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui proses
pembuatan minuman jahe dan kencur instan.
II.
II.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Minuman Kesehatan
Minuman kesehatan adalah minuman yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau
non zat gizi baik dalam bentuk cair, serbuk maupun tablet, dapat diminum dan
memberikan efek atau pengaruh terhadap satu atau sejumlah terbatas fungsi dalam
tubuh tetapi yang bersifat positif, sehingga dapat menyehatkan pada
tubuh. Berbagai produk minuman kesehatan dengan bentuk dan jenisnya yang
berbeda dapat ditemui di pasaran, yaitu jenis produk susu probiotik tradisional
seperti yogurt, kefir dan coumiss, diikuti dengan pemunculan produk baru seperti
produk susu rendah lemak siap konsumsi yang mengandung serat larut. Selain itu
terdapat juga produk minuman kesehatan tanpa lemak (mengandung fat substitue)
yang diperkaya denganmineral yaitu produk nonkolestrol atau kadar kolestrol dan
lemaknya telah diturunkan. Produk minuman kesehatan yang terbuat dari ekstrak
sayuran dan buah-buahan yaitu produk juice buah, juice sayuran, sari kunyit asem,
minuman sari jahe instan, dan sari jahe (Bonio, 1994).
Minuman kesehatan sebagai produk pangan mempunyai kandungan komponen
aktif yang dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan tubuh. Produk ini baik
untuk mengurangi efek negatif racun dan radikal bebas akibat proses metabolisme
tubuh dari berbagai konsumsi pangan yang masuk dalam tubuh. Komponen aktif
yang terdapat dalam suatu bahan pangan nabati maupun hewani, dapat
memberikan efek fisiologis atau efek menyehatkan dan menyegarkan tubuh. Efek
atau pengaruh positip minuman kesehatan yang dapat ditimbulkan dalam tubuh
yaitu dapat memberikan efek farmakologis (pengobatan), efek imunomodulasi
(kekebalan/ketahanan tubuh), efek reparasi dan peremajaan sel, efek vasoproteksi
(perlindungan/ketahanan
jantung),
efekantioksidan,
efek
hepatoproteksi
II.2.
sekitar 6,7 sampai 6,8. Metode kristalisasi merupakan metode tepat guna yang
diterapkan di industri kecil dan menengah yang memiliki modal terbatas
(Ravindran et al., 2005).
Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan utama untuk pembuatan minuman
instan dengan metode kristalisasi antara lain jahe seperti jahe gajah dan jahe
emprit, kencur, kunyit, dan temulawak. Selain menggunakan bahan tersebut,
bahan utama yang digunakan yaitu gula dan air. Gula (sukrosa) adalah sejenis
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis. Jenis gula yang dipakai adalah gula
pasir. Fungsi gula dalam pembuatan minuman instan adalah sebagai bahan
pemanis, penambah rasa, pembentukan gel, dan pengawet alami. Mekanisme gula
sebagai bahan pengawet alami yaitu menghasilkan tekanan osmosis yang tinggi
sehingga cairan sel mikroorganisme terserap keluar, mengahambat sitoplasma
sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan kematian sel (Winarno, 2008). Air
merupakan komponen utama dalam proses pembuatan minuman instan. Air
berfungsi sebagai pelarut gula untuk proses homogenisasi komponen. Selama
proses pemasakan, banyak air yang diuapkan dan kadar air harus ditetapkan
karena akan mempengaruhi tekstur dan umur simpan (shelf life) (Golberg,1994).
II.3.
Jahe Instan
dan
bahan
obat.
Rimpangnya
berbentuk
jemari
yang
untuk mengobati gatal digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar (Shukla,
2007). Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan
dan antikanker. Mengkonsumsi jahe secara rutin sangat baik pengaruhnya bagi
kesehatan dan kebugaran tubuh. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti
gingerol, shogaol dan gingerone memiliki antioksidan di atas Vitamin E. Selain
itu, jahe mampu menaikkan aktivitas salah satu sel darah putih, yaitu sel natural
killer (NK) dalam melisis sel targetnya, yaitu sel tumor dan sel yang terinfeksi
virus. (Zakaria et al., 1999).
II.4.
Kencur
empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat
batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri
didalam rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metil p-metoksi sinamat
yang banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai
obat asma dan anti jamur (Rosita,2007).
Banyaknya manfaat kencur memungkinkan pengembangan pembudidayaannya
dilakukan secara intensif yang disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan.
Produksi, mutu dan kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur ditentukan
oleh varietas yang digunakan, cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya.
Selain itu, karena kualitas mutu simplisia bahan baku industri ditentukan oleh
proses budidaya dan pasca panennya, maka perlu disosialisasikan GAP (Good
Agricultural Practices) dan GMP (Good Manufacture Practices), melalui
penerapan standar prosedur operasional (SPO) budidaya tanaman. Dari rimpang
kencur ini dapat diperoleh berbagai macam keperluan yaitu minyak atsiri,
penyedap makanan minuman dan obat-obatan. Berbagai jenis makanan
mempergunakan sedikit rimpang atau daun kencur sehingga memberikan rasa
sedap dan khas yaitu dalam pembuatan gado-gado, pecal dan urap
(Afrianstini,1990).
Rimpang kencur yang digerus bersama- sama beras kemudian diseduh dengan air
masak dan diberi sedikit gula atau anggur dapat digunakan sebagai minuman.
Minuman ini berguna bagi kesehatan tubuh, jenis minuman ini sudah diperiksa
dipabrik-pabrik berupa minuman beras kencur. Rimpang kencur di pergunakan
untuk meramu obat-obatan tradisional yang sudah banyak di produksi oleh pabrikpabrik jamu maupun dibuat sendiri. Rimpang mempunyai khasiat obat antara lain
untuk menyembuhkan batuk dan keluarnya dahak, mengeluarkan angin dari dalam
perut, bisa juga untuk melindungi pakaian dari serangga perusak, caranya rimpang
kering kencur disimpan diantara lipatan-lipatan kain (Afrianstini,1990).
III.
III.1.
METODOLOGI PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan pada hari Senin, tanggal 9 Mei 2016, pukul 15.00 sampai
dengan pukul 17.00 WIB, di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
proses pemanasan. Setelah campuran bahan dan filtrat tersebut kental, diangkat
wajan/teflon lalu didinginkan. Selama proses pendinginan dilakukan pengadukan
secara terus menerus sampai ekstrak jahe/kencur dan beras mengkristal. Setelah
itu hasil kristalan tersebut dihaluskan dan diayak. Terakhir, dilakukan pengujian
organoleptik terhadap serbuk instan jahe dan kunyit.
IV.
4.1.
Data Pengamatan
Adapun data pengamatan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah sebagai
berikut:
4.1.1. Uji Organoleptik Jahe Instan
Perlakuan Warna
Aroma
40%
Putih
Kecoklatan
Putih
Keabuan
Putih
Kekuningan
Putih
Kecoklatan
50%
Putih Krim
10%
20%
30%
Rasa
Tekstur
Penerimaan
Keseluruhan
Khas Jahe
Agak
Khas Jahe
Khas Jahe
Halus
Biasa
Khas Jahe
Suka
Khas Jahe
Tidak
Khas Jahe
Agak
Khas Jahe
Khas Jahe
Halus
Agak
Kasar
Khas Jahe
Khas Jahe
Halus
Agak
Kasar
Sangat Suka
Suka
Biasa
4.2.
Warna
Putih
Putih
Bersih
40%
Putih
Agak
Putih
50%
Putih
Aroma
Rasa
Tekstur
Agak Khas
Kencur
Agak Khas
Kencur
Khas
Kencur
Khas
Kencur
Agak Khas
Kencur
Agak Khas
Kencur
Agak Khas
Kencur
Agak
Kasar
Agak
Kasar
Khas Kencur
Halus
Agak
Kasar
Sangat Suka
Halus
Biasa
Khas Kencur
Agak Khas
Kencur
Penerimaan
Keseluruhan
Suka
Suka
Suka
Pembahasan
Jahe instan adalah jahe yang berbentuk butiran-butiran/ serbuk dan dalam
penggunaannya mudah melarut dalam air dingin atau air panas. ahe dapat diolah
menjadi berbagai macam jenis produk pangan. Pengolahan jahe instan di industri
menengah ke bawah masih menggunakan cara tradisional. Pengolahan seperti ini
didasarkan pada sifat gula pasir yang bisa kembali mengkristal setelah dicairkan
dalam kondisi yang tidak asam (pH > 6,7). Prinsip cara pembuatannya yaitu: jahe
dicuci bersih, dikupas, dan dipotong-potong. Kemudian jahe dihaluskan dengan
cara ditumbuk, diparut, atau diblender. Jahe yang telah lembut diperas sehingga
menghasilkan sari jaheSari jahe kemudian diuapkan/ dipanaskan hingga
mengental. Lalu ditambahkan gula ke dalamnya dan diaduk terus hingga menjadi
bubuk atau kristal. Jahe instan sudah siap dan segera dikemas agar tidak tercemar
mikrobia kontaminan yang menyebabkan jahe instan rusak. Pada proses
pembuatan dengan cara tradisional tersebut, perbandingan komposisi jahe banding
gula yaitu satu banding dua. Ini artinya jika jahe yang digunakan 1 kg maka gula
yang diperlukan adalah 2 kg (Riana,2012).
Instan kencur dibuat dari bahan simplisia yang berupa serbuk kencur dan bahan
non simplisia yang berupa gula. Instan kencur merupakan salah satu bentuk
sediaan minuman olahan dalam bentuk padat yang dibuat dari serbuk kencur
dengan penambahan gula dan dipadukan dengan rasa lainnya (Anonim, 1985).
Penggunaan gula untuk mengkristalkan jahe atau kencur dapat digantikan dengan
cara yang lebih modern yaitu menggunakan metode spray drying. Teknologi
spray drying merupakan cara yang tepat untuk menggantikannya. Spray drying
merupakan proses perubahan bahan dari bentuk cair menjadi partikel-partikel
kering berupa serbuk atau butiran oleh suatu proses penyemprotan bahan ke dalam
medium kering yang panas (Dziezak, 1980).
Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin adalah minyak dan
damar yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan
sejenis damar sebagai pembawa rasa. Oleoresin jahe mengandung komponen
gingerol, paradol, shogaol, zingerone, resin dan minyak atsiri. Persenyawaan
zingerone tidak dalam bentuk persenyawaan keton bebas, melainkan dalam
bentuk persenyawaan aldehid alifatis jenuh, terutama senyawa n-heptanal
(Ramadhan, 2010). Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai
sifat antioksidan dan antikanker. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti
gingerol, shogaol dan gingerone memiliki antioksidan di atas Vitamin E (Kikuzaki
dan Nakatani, 1993). Selain itu, jahe mampu menaikkan aktivitas salah satu sel
darah putih, yaitu sel natural killer (NK) dalam melisis sel targetnya, yaitu sel
tumor dan sel yang terinfeksi virus. Selain itu jahe juga mempunyai aktivitas
antiemetik dan digunakan untuk mencegah mabuk perjalanan (Zakaria et al.,
1999). Konsumsi ekstrak jahe dalam minuman fungsional dan obat tradisional
dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan mengobati diare. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak jahe dapat meningkatkan daya tahan tubuh yang
direfleksikan dalam sistem kekebalan, yaitu memberikan respons kekebalan inang
terhadap mikroba pangan yang masuk kedalam tubuh ( Radiati et al,2003).
Pada proses pembuatan jahe dan kencur instan ini digunakan bahan tambahan
yaitu beras. Beras yang digunakan terdiri dari beberapa perlakuan. Perlakuan
pertama yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Penambahan beras (beras sangrai
yang dihaluskan) berpengaruh terhadap bubuk jahe instan dan kencur instan yaitu
sebagai bahan yang dapat mempertahankan aroma khas yang timbul dari jahe
ataupun kencur. Dan juga sebagai bahan yang aktif untuk mempertahankan rasa
khas (hangat) dari jahe atau pun kencur yang telah diubah menjadi serbuk/bubuk.
Tidak ada persyaratan mutu yang khusus menjelaskan jahe instan dan kencur
instan tetapi ada SNI yang menjelaskan standar serbuk minuman tradisional
secara umum dan keseluruhan,yaitu sebagai berikut:
SNI 19-0428-1989
tabel syarat mutu
No kriteria uji
1 Keadaan
1.
1
1.
Satuan
Warna
Persyaratan
Normal
normal,khas
2
1.
rempah-rempah
normal,khas
3
2
3
Rasa
air, b/b
abu, b/b
jumlah gula (dihitung sebagai sakarosa),
%
%
rempah-rempah
maks. 3,0
maks. 1,5
4
5
5.
b/b
bahan tambahan makanan
maks. 85,0
pemanis buatan
Sakarin
Siklamat
2
6
6.
pewarna tambahan
cemaran logam
0222-1995
1
6.
timbal (Pb)
mg/kg
maks. 0,2
2
6.
tembaga (cu)
mg/kg
maks. 2,0
3
6.
seng (zn)
mg/kg
maks. 50
4
7
8
8.
timah (Sn)
cemaran arsen (As)
cemaran mikroba
mg/kg
mg/kg
maks. 40,0
maks. 0,1
1
8.
koloni/gr
APM/gr
5.
3 x 103
<3
2
Berdasarkan standar serbuk minuman tersebut, syarat warna baik jahe maupun
kencur ataupun rempah-rempah lain harus normal. Artinya warna serbuk tidak
menyimpang dari warna aslinya. Meskipun berubah namun tidak terlalu jauh
berbeda dengan warna aslinya. Selain itu tidak ada warna asing pada serbuk.
Sedangkan untuk rasa dan bau yaitu aroma khas dari rempah-rempah tersebut.
Jika dalam serbuk tersebut terdapat aroma yang menyimpang, itu artinya serbuk
rempah tersebut tidak memenuhi standar. Biasanya aroma maupun rasa asing pada
serbuk tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti proses pengolahan
yang kurang steril atau bersih yang menyebabkan serbuk terkontaminasi
(Koswara, S. 1995.)
Pada praktikum ini digunakan wajan dan teflon untuk memanaskan ekstrak
jahe/kencur dan ekstrak beras. Ekstrak jahe maupun kencur yang dipanaskan
dengan menggunakan teflon lebih cepat mengkristal dibandingkan dengan
menggunakan wajan biasa. Hal tersebut dikarenakan teflon memiliki sifat
mekanik yang ada pada bahan teflon diantaranya yaitu kekuatan (strength) dan
ketangguhan (toughness). Teflon adalah bahan sintetik yang sangat kuat,
umumnya berwama putih. Teflon tahan terhadap panas sampai kira-kira 250C.Di
atas 250C teflon mulai melunak, di dalam api akan meleleh dan sulit menjadi
arang. Berat jenisnya kira-kira 2,2 g/cmI. Teflon tidak tahan terhadap larutan
alkali hidroksida juga kurang tahan terhadap hidrokarbon yang mengandung
khlor. Teflon juga memiliki titik leleh 342C. Hal tersebutlah yang menyebabkan
pemasakan dengan menggunakan teflon akan menjadi cepat panas, sehingga
ekstrak kencur maupun jahe cepat mengalami pengkristalan (Winarno,1997).
Praktikum kali ini melakukan pembuatan serbuk instan yang berbahan dasar
rempah. Rempah yang digunakan adalah jahe dan kencur. Praktikum dilakukan
dengan mengupas kulit pada bahan terlebih dahulu lalu dilakukan pencucian
dengan air.Pencucian bahan bertujuan untuk menghilangkan tanah atau kotoran
yang menempel pada permukaan bahan sehingga bahan akan bersih dan terbebas
dari kotoran. Bahan ditimbang lalu dipotong-potong. Bahan yang telah dipotong-
Penambahan gula dimaksudkan agar ekstrak bahan dapat terikat oleh gula pasir
pada saat pemasakan dan membentuk butiran-butiran kristal. Pengadukan harus
dilakukan secara terus menerus selama proses pemasakan berlangsung.
Pengadukan ini dilakukan untuk menghindari dan mengontrol keadaan suhu yang
terlalu panas. Butiran-butiran kristal yang terbentuk lalu dihancurkan dengan
menggunakan mortal. Hal ini bertujuan untuk memecah butiran-butiran kristal
yang ukurannya lebih besar. Pengayakan lalu dilakukan dengan menggunakan
pengayak biasa. Pengayakan dilakukan untuk menghasilkan minuman serbuk
instan yang ukurannya seragam (Septiana, 2002).
Bubuk kencur yang dihasilkan memiliki warna putih untuk perlakuan 10%, 20%,
30%, dan 50%. Sedangkan untuk perlakuan pemberian beras 50% warna agak
putih. Untuk aroma serbuk kencur yang dihasilkan yaitu agak khas kencur dan
khas kencur. Aroma ini dihasilkan dari kandungan minyak atsiri pada kencur.
Minyak atsiri kencur terdiri atas miscellaneous compounds (misalnya etil pmetoksisinamat 58,47%, isobutil -2-furilakrilat 30,90%, dan heksil format
organoleptik pada warna serbuk kencur yaitu relatif normal. Warna yang
dihasilkan pada masing-masing perlakuan yaitu agak putih, putih dan bahkan ada
yang putih bersih. Warna putih tersebut juga disebabkan adanya penambahan
ekstrak beras yang juga berwarna putih susu. Pada hasil praktikum kencur instan
ini, tekstur yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan rata-rata masih kasar.
Hal tersebut dikarenakan proses penghalusan serbuk yang kurang merata. Jika
dilihat berdasarkan standar yang ada, kencun instan haruslah memiliki tekstur
yang halus. Oleh karena itu pada proses penghalusan dan pengayakan dilakukan
dengan menggunakan alat yang tepat dan proses yang tepat.
Bubuk jahe yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan memiliki warna putih
kecoklatan, putih keabuan, putih kekuningan, dan putih krim. Warna jahe instan
murni biasanya yaitu berwarna putih kecoklatan. Warna kecoklatan ini terbentuk
karena adannya reaksi pencoklatan (reaksimaillard), menurut Winarno (1997),
reaksi maillard adalah reaksi pencoklatan yang terjadi antara karbohidrat
khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer. Hasil reaksi tersebut
menghasilkan bahan berwarna coklat yang sering tidak dikehendaki atau bahkan
menjadi indikasi penurunan mutu. Namun pada hasil praktikum ini diperoleh
warna putih kecoklatan hanya pada beberapa perlakuan. Artinya pada beberapa
perlakuan reaksi maillard tidak terjasi secara sempurna. Selain itu perbedaan
pemberian konsentrasi ekstrak beras yang berbeda-beda juga menyebabkan warna
jahe instan lebih putih.
Aroma jahe instan yang dihasilkan pada praktikum ini merupakan aroma khas
jahe dan aroma tidak khas jahe pada perlakuan pemberian ekstrak beras 40%.
Aroma pada jahe dihasilkan dari kandungan minyak atsiri di dalamnya. Menurut
Koswara (1995), komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau
harum adalah zingiberen dan zingiberol. Sedangkan untuk jahe instan pada
perlakuan penambahan ekstrak beras 40% yang tidak memiliki aroma khas jahe
disebabkan karena proses pembentukan senyawa volatil yang menyebabkan
aroma wangi khas jahe tidak bereaksi secara sempurna. Hal tersebut mungkin
disebabkan karena proses pemanasan yang tidak tepat. Rasa pada bubuk jahe
adalah manis dan pedas. Rasa manis ini diperoleh dari gula yang ditambahkan,
sedangkan rasa pedas dikarenakan adanya kandungan shogaol dalam jahe.
Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan pada suhu tinggi akan
berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas dibandingkan gingerol dan
merupakan komponen utama jahe kering (Mishra, 2009).
Pada jurnal pertama yaitu Pengaruh Pengecilan Ukuran Jahe dan Rasio Air
Terhadap Sifat Fisik Kimia dan Organoleptik Pada Pembuatan Sari Jahe (Zingiber
officinale). Pada jurnal ini metode yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor I terdiri
dari 2 level yaitu rasio jahe dan air 1:10 dan 1:15 dan faktor II terdiri dari 3 level
yaitu diiris, diparut dan digeprek, sehingga didapatkan 6 kombinasi perlakuan.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan.hasilnya yaitu dari Karakteristik
Kimia Fisik Minuman Sari Jahe,Total fenol Rerata minuman sari jahe berkisar
antara 332.00-394.76 ppm. Bahwa nilai total fenol cenderung tinggi pada
perlakuan jahe merah : air (1:10) dengan metode pengecilan ukuran diparut yaitu
394.76 ppm. Hal ini diduga dengan semakin tinggi air maka kandungan total fenol
yang terekstrak dari jahe merah semakin rendah. Pengenceran dengan air pada
suatu minuman ekstrak dapat mempengaruhi kelarutan senyawa fenolik, dimana
konsentrasinya akan semakin kecil seiring dengan bertambahnya konsentrasi
pelarut (air).
Jahe merah yang diparut menyebabkan permukaan jahe semakin luas dan semakin
banyak senyawa fenolik yang terekstrak sehingga total fenol yang dihasilkan lebih
besar dibanding dengan jahe merah yang diiris dan digeprek. Untuk mendapatkan
senyawa fenolik atau minyak atsiri yang tinggi dapat dilakukan perajangan yang
tipis atau irisan yang membujur. Aktivitas Antioksidan, Aktivitas antioksidan
minuman sari jahe pada berbagai kondisi perlakuan rasio air dan metode
pengecilan ukuran menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan cenderung tinggi
pada rasio jahe : air (1:10) dengan metode pengecilan ukuran diparut yaitu sebesar
66.23 %. Penambahan air yang dilakukan dapat mengurangi aktivitas antioksidan,
karena semakin tinggi rasio air yang digunakan maka kadar senyawa gingerol
pada jahe semakin rendah dan nilai antioksidan yang dihasilkan mengalami
penurunan. Persamaan sifat antara pelarut (polar) dengan senyawa gingerol dan
shogaol (polar) menyebabkan semakin banyak senyawa antioksidan yang
terekstrak dari jahe. Dengan metode reduksi diparut menyebabkan permukaan
jahe merah lebih luas dan senyawa fenolik yang terekstrak lebih banyak sehingga
kadar antioksidan lebih tinggi dibanding dengan metode reduksi diiris dan
digeprek.
Kualitas simplisia yang dihasilkan dari suatu bahan dipengaruhi oleh ukuran
pengecilan bahan tersebut. Total Padatan Terlarut dan Tidak Terlarut, Hasil
analisis menunjukkan bahwa kisaran nilai rerata total padatan terlarut minuman
sari jahe antara 11.46%-11.66%. Rerata total padatan terlarut minuman sari jahe
akibat pengaruh rasio jahe merah : air menunjukkan bahwa total padatan terlarut
minuman sari jahe cenderung meningkat dengan metode pengecilan ukuran
diparut dengan rasio jahe merah : air yaitu 1:10. Semakin tinggi rasio air, maka
semakin rendah total padatan terlarut. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar
air dalam bahan pangan adalah jumlah padatan. Selain itu, sebagian besar pada
minuman sari jahe adalah gula, sehingga adanya perubahan total gula
menyebabkan perubahan TPT . Hal yang berhubungan dengan total padatan
terlarut adalah total padatan tidak terlarut, yaitu banyaknya padatan yang tidak
larut dalam air atau pelarut. Waktu Pengendapan, Berdasarkan hasil analisis,
waktu pengendapan cenderung cepat dengan metode pengecilan ukuran diparut,
artinya secara visual komponen tidak larut air lebih banyak dibanding dengan
metode pengecilan ukuran diiris dan digeprek pada rasio jahe merah dan air 1:10
ataupun 1:15. Semakin tinggi rasio air yang digunakan maka cenderung semakin
lama waktu pengendapan yang dibutuhkan.
Jahe merah yang diparut memiliki komponen tidak larut dalam air lebih banyak
dibanding dengan jahe merah diiris dan digeprek, sehingga menyebabkan
komponen yang tidak larut air lebih cepat mengendap jika didiamkan. Warna,
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai kemerahan cenderung tinggi pada
minuman sari jahe dengan perlakuan metode pengecilan ukuran diparut dan rasio
jahe merah : air yaitu 1:10. Semakin tinggi rasio air yang digunakan maka
menghasilkan minuman sari jahe dengan penampakan semakin terang. Tingginya
kadar air, produk akan tampak lebih terang karena air mempunyai sifat
memantulkan cahaya.
Derajat Keasaman (pH), Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
pH minuman sari jahe berkisar 6.48-6.95. Semakin sedikit rasio air dan dengan
metode pengecilan ukuran diparut dalam pembuatan minuman sari jahe maka nilai
pH yang dihasilkan akan cenderung menurun. Hal ini disababkan karena air yang
digunakan dalam proses pembuatan minuman sari jahe merupakan air minum
yang sesuai dengan standar SNI 01-3553-1996, dimana pH-nya berkisar antara
6.50-8.50. Sehingga, nilai pH yang dihasilkan dari minuman sari jahe cenderung
netral. Selain itu tingginya rasio air dapat mengurangi pH pada minuman sari jahe,
karena penambahan air dapat menurunkan konsentrasi keasaman dari asam yang
terkandung pada medium. Aroma, Rerata nilai kesukaan panelis terhadap aroma
minuman sari jahe berkisar antara 2.90-3.45. Rerata skor kesukaan panelis
terhadap aroma minuman sari jahe menunjukkan bahwa kesukaan panelis
Pada pembuatan jamu jahe instan dengan metode konvensional dan instrumental
memiliki beberapa perbedaan hasil antara lain: pembuatan jamu jahe instan
dengan metode konvensional menghasilkan serbuk jahe berwarna cokelat yang
lebih cerah di banding jamu dengan metode instrumental. Hal ini dikarenakan
pada proses pengeringan metode konvensional dilakukan dibawah sinar matahari
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Aroma yang dihasilkan pada setiap komoditi yaitu jahe dan kencur berbedabeda, hal ini disebabkan oleh kandungan minyak atsirinya.
2. Rasa pada setiap perlakuan berbeda-beda yang disebabkan adanya perbedaan
perlakuan ekstrak beras yang digunakan.
3. Rasa manis pada kencur dan rasa manis serta pedas pada jahe disebabkan
karena adanya kandungan senyawa-senyawa tertentu dalam setiap komoditas
dan adanya penamban gula.
4. Pada uji organoleptik jahe instan, perlakuan pemberian beras 30% lebih sangat
disukai dibandingkan perlakuan lain dan pada uji organoleptik kencur
perlakuan pemberian ekstrak beras 40% yang lebih disukai.
5. Tekstur yang dihasilkan pada uji organoleptik jahe dan kencur instan masih
terdapat tekstur yang kasar yang disebabkan karena proses penghalusan yang
kurang merata.
DAFTAR PUSTAKA
S.,A,.2013.
Proses
Pembuatan
Jamu
Instan
Dengan
Metode
Koswara, S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Matondang,
L.
Pengembagangan
2005.
Zinngiber
officinale
L.
Pusat
Penelitian
dan
Zakaria, F.R. dan T.M. Rajab. 1999. Pengaruh ekstrak jahe terhadap produksi
radikal bebas makrofagmencit sebagai indikator imunostimulansecara in
vitro. Persatuan Ahli PanganIndonesia (PATPI). Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Pangan: 707716.
LAMPIRAN
Ampas Jahe
Jahe Yang
Sedang
Diblender
Penyaringan
Ekstrak Jahe
Filtrat jahe+beras
dan kencur+ beras
Pemanasan
filtrat Jahe +
beras
Penimbangan
Serbuk Jahe
Jahe Yang
Mulai
Mengkristal
Proses
pengadukan
ekstrak
Serbuk Jahe /
Jahe Instan