About
Contact
BAB II
PEMBAHASAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1.
a.
b.
c.
Dari beberapa pendapat tersebut, pengertian filsafat dapat dirangkum menjadi seperti
berikut:
Filsafat adalah hasil yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis
Filsafat adalah hasil fikiran manusia yang paling dalam
Filsafat adalah refleksi lebih lanjut dari pada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih
lanjut ilmu pengetahuan
Filsafat adalah hasil analisia dan abstraksi
Filsafat adalah pandangan hidup
Filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar, dan
memyeluruh. 2[2]
Struktur Filsafat
Hasil berfikir tentang yang ada dan mungkin ada itu tadi telah berkumpul banyak
sekali, dalam buku tepal maupun tipis. Setelah disusun secara sistematis, itulah yang
disebut sistematika filsafat. Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu: ontoligi,
epistemologi, dan aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan:
Ontologi, membicarakan hakikat ( segala sesuatu ) ini berupa pengetahuan tentang
hakikat segala sesuatu
Epistemologi cara memperoleh pengetahuan itu
Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Antologi mencakupi banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini,
misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat
Pendidikan, Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya mencakup satu bidang
saja yang disebut Epistemologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan
filsafat. Ini berlaku bagi setiap cabang filsafat yaitu Aksiologi yang membicarakan guna
pengetahuan filsafat. Ini pun berlaku bagi semua cabang filsafat. Inilah kerangka
struktur filsafat.3[3]
B. Karakteristik Berfikir Filsafati: Sifat Menyeluruh, Sifat Mendasar Dan Sifat Spekulatif
1. Berfilsafat
Sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong
manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian,
dan kesadaran atas keterbatasan. Plato mengatakan:maka kita memberi pengamatanm
bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita
untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat.
Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau kesangsian.
Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya
yang sedang heran? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk
memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berfikir secara mendalam,
menyeluruh, dan kritis inilah yang kemudian disebut berfilsafat.
Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada
diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa
dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam.
2[2] Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP, Dr. Ir. SDm Rita Hanarief, Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2007, hlmn., 52
3[3][3] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Op.cit, hlmn., 68
Apabila seseoarang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu
mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadran akan
keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar
manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan
kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu.
Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan. Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang
seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk
beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau.
2. Sifat Menyeluruh Berfikir Filsafati
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak
dibumi sedang tengadah kebintang-bintang, atau seseorang yang berdiri di puncak
tinggi, memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya, masing-masing ingin
mengetahui hakikat dirinya atau menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam
yang ditatapnya.
Seorang ilmuan tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang
ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya.
Apa kaitan ilmu dengan moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa
kwbahagiaan pada dirinya.
3. Sifat Mendasar Berfikir Filsafati
Selain tengadah kebintang, orang yang berfilir filsafati juga membongkar tempat
berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar.
Mengapa ilmu dapat disrbut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria
tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah
lingkaran, yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal
sekaligus sebagai akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar?
4. Sikap Spekulatif Berfikir Filsafati
Tidakkah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan,
bahkan manusia pun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang
mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang harus
dimulai dari sebuah titik, bagaimana pun spekulasinya. Yang penting, dalam prosesnya
nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan
spekulasi mana yang paling dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan
dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut
benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup
ini ada tujuan?
Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian
spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik
awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang
disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar
kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara
tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek, tidak mungkin
berbicara tentang kesenian.4[4]
4[4] Prof. Dr. Ir. Soeratim, MP, Dr.ir. SRDm Rita Hanafie, MP, Op.cit, hlm., 53
C. Epistemologi Filsafat
Epistemologi membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat ( yaitu yang difikirkan ),
cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran ( pengetahuan ) filsafat.
1. Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang
terdalam. Jika hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah yang kita sebut
sistematika filsafat. Sistematika atau struktur filsafat dalam garis besar terdiri atas
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti ( dipikirkan)-nya.
Jika ia memikirkan pendidikan maka jadilah Filsafat Pendidikan. Jiak yang difikirkannya
hukum maka hasilnya tentulah Filsafat Hukum, dan seterusnya. Seberapa luas yang
mungkin dapat dif\ikirkan? Luas sekali. Yaitu semua yang ada dan mungkin ada. Inilah
objek filsafat. Jika ia memikirkan pengetahuan jadilah ia Flisafat Ilmu, jika memikirkan
etika jadilah Filsafat Etika, dan seterusnya.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya meneliti
objek yang ada dan mungkin ada. Sebenarnya masih ada objek lain yang disebut objek
formal yang menjelaskan sifat kemendalaman penelitian filsafat. Ini dibicarakan pada
epistemologi filsafat.
Perlu juga ditegaskan bahwa sain meneliti objek-objek yang ada dan empiris,
yang ada tetapi abstrak ( tidak empiris ) tidak dapat diteliti oleh sain. Sedangkan filsafat
meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah jelas abstrak,
itu pun jika ada.
2. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Pertama-tama filosof harus membicarakan ( mempertanggung jawabkan ) cara
mereka memperoleh pengetahuan filsafat. Yang menyebabkan kita hormat kepada para
filosof antara lain ialah karena ketelitian mereka, sebelum mencari pengetahuan
mereka membicarakan lebih dahulu ( dan mempertanggung jawabkan cara
memperoleh pengetahuan tersebut.
Berfislafat ialah berfikir. Berfikir itu tentu menggunakan akal. Menjadi persoalan,
apa sebenarnya akal itu. John Locke ( Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, 11, 1973:111)
mempersoalkan hal ini. Ia melihat, pada zamannya akal telah digunakan secara terlalu
bebas, telah digunakan sampai diluar batas kemampuan akal. Hasilnya adalah
kekacauan pikiran pada masa itu. Bagaimana manusia memperoleh pengetahuan
filsafat? Dengan berfikir secara mendalam, tentang sesuatu yang abstrak. Mungkin juga
objek pemikirannya sesuatu yang konkret, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian
dibelakang objek konkret itu.
Secara mendalam artinya ia hendak mengetahui bagian yang abstrak sesuatu itu,
ia mengetahui sedalam-dalamnya. Kapan pengetahuannya itu dikatakan mendalam?
Dikatakan mendalam tatkala ia sudah berhenti sampai tanda tanya. Dia tidak dapat
maju lagi, disitulah orang berhenti, dan ia telah mengetahui sesuatu itu secara
mendalam. Jadi jelas, mendalam bagi seseorang belum tentu mendalam bagi orang lain.
Seperti telah disebut dimuka, sain mengetahui sebatas fakta empiris. Ini tidak
mendalam. Filsafat ingin mengetahui dibelakang sesuatu yang empiris itu. Ini lah yang
disebut mendalam. Tetapi itu pun mempunyai rentangan. Sejauh mana hal abstrak
dibelakang fakta empiris itu dapat diketahui oleh seseorang, akan banyak tergantung
pada kemampuan berfikir seseorang. Saya misalnya mengetahui bahwa gula rasanya
manis ( ini pengetahuan empirik ) dibelakangnya saya mengetahui bahwa itu
3.
4.
1.
2.
3.
disebabkan oleh adanya hukum yang mengatur demikian. Ini pengetahuan filsafat,
abstrak, tetapi baru satu langkahorang lain dapat mengetahui bahwa hukum itu dibuat
yang maha pintar. Ini sudah langkah kedua, lebih mendalam dari pada sekedar
mengetahui adanya hukum. Orang lain masih dapat melangkah kelangkah ketiga,
misalnya ia mengetahui sebagian hakikat tuhan. Demikianlah pengetahuan dibelakang
fakta empiris itu dapat bertingkat-tingkat, dan itu menjelaskan kemendalaman
pengetahuan filsafat seseorang. Untuk mudahnya mungkin dapat dikatakan begini:
berfikir mendalam ialah berfikir tanpa bukti empirik.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini
menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahan itu.
Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis atau
tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan teori itu.
Fungsi argumen dalam filsafat sangatlah penting, sama dengan fungsi data pada
pengetahaun sain. Aegumen itu menjadi satu kesatuan dengan konklusi, konklusi itulah
yang disebut teori filsafat. Bobot teori filsafat justru terletak pada kekuatan argumen,
bukan pada kehebatan konklusi. Karena argumenitu menjadi kesatuan dengan
konklusi, maka boleh juga diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu
argumen. Kebenaran konklusi ditentukan 100% oleh argumennya. 5[5]
Persoalan Filsafat
Ada enam persoalan yang selalu menjadi perhatian para filsuf, yaitu ada,
pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Keenam persoalan
tersebut memerlukan jawaban secara radikal dan tiap-tiap persoalan menjadi salah
satu cabang filsafat.
Persoalan Ada
Persoalan tentang ada (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti
dibalik dan physika berarti benda-benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika
yaitu kajian tentang sifat paling dalam dalam dan radiakal dari kenyataan. Dalam kajian
ini para filusuf tidak mengacu kepada ciri-ciri khsus dari benda-benda tertentu, akan
tetapi mengacu kepadaciri-ciri universal dari semua benda. Metafisika sebagai salah
satu cabang filsafat mencakup persoalan ontologis, kosmologis, dan antropologis.
Ketiga hal tersebut memiliki titik sentral kajian tersendiri. Ontologis merupakan teori
tentang sifat dasar dari kenyataan yang radikal dan sedalam-dalamnya. Kosmologi
merupakan teori tentang perkembangan kosmos ( alam semesta ) sebagai suatu sistem
yang teratur.
Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge )
Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang filsafat
epistemologi, yaitu filsafat pengetahuan. Istilah epistemologi berasal dari akar kata
episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Dalam rumusan yang
lebih rinci disebutkan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang fislsafat yang
mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur,
metode, dan validitas pengetahuan.
Persoalan tentang metode
Persoalan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi. Istilah ini berasal
dari metos dengan unsur meta yang berarti cara, perjalanan, sesudah, dan hodos yang
5[5] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Op.cit, hlm., 80-88
berarti cara perjalanan, arah. Pengertian metodologi secara umum ialah kajian atau
telaah penyusunan secara sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis dan
percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah, atau
sebagai penysusun struktur ilmu-ilmu fak.
4. Persoalan tentang penyimpulan
Persoalan tentang penyimpulan menghasilkan cabang filsafat logika ( logis ). Logika
berasal dari kata logos ang berarti uraian, nalar. Secara umum, pengertian logika adalah
telaah mengenai aturan-aturan penalaran yang benar. Logika adalah ilmu pengetahuan
dan kecakapan untuk berfikir tepat dan benar. Berfikir adalah kegiatan pikiran atau akal
budi manusia. Dengan berfikir manusia telah mengerjakan pengolahan pengetahuan
yang telah didapat. Dengan mengerjakan, mengelola pengetahuan yang telah didapat
maka ia dapat memperoleh kebenaran. Apabila seseorang mengelola, mengerjakan,
berarti ia telah mempertimbangkan, membandingkan, menguraikan, serta
menghubungkan pengertian yang satu dengan lainya. Logika dapat dibagi menjadi
logika ilmiah dan logika kodrati. Logika merupakan suatu upaya untuk menjawab
pertanyaan.
5. Persoalan tentang moralitas ( morality )
Persoalan tentang moralitas menghasilkan cabang filsafat etika ( ethics ). Istilah etika
berasal dari kata ethos yang berati adat kebiasaan. Etika sebagai salah satu cabang
filsafat menghendaki adanya ukuran yang bersifat universal. Dalam hal ini berarti
berlaku untuk semua orang dan setiap saat. Jadi tidak dibatasi dengan ruang dan waktu.
6. Persoalan tentang keindahan
Persoalan tentang keindahan menghasilkan cabang filsafat estetika ( aesthetics ).
Estetika berasal dari kata aesthetikos yang maknanya berhubungan dengan pecerapan
indra. Estetika merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan ketidak indahan.
Faham pengertian yang lebih luas, estetika merupakan cabang filsafat yang menyangkut
bidang keindahan atau sesuatu yang indah terutama dalam masalah seni dan rasa,
norma-norma nilai dalam seni. 6[6]
D. Aksiologi Pengetahuan Filsafat
1. Kegunaan Pengtahuan Filsafat
Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya denmgan melihat
filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat
sebagai metode pemecahan masalah, ketiga filsafat sebagai pandangan hidup
( philosophy of life ). Dan yang paling pentimg adalah filsafat sebagai methodology,
yaitu cara memecahkan masalah yang dihadapi. Disini filsafat digunakan sebagai suatu
cara atau model pemecahan masalah secara mendalam dan universal. Filsafat selalu
mencari sebab terakhir dan dari sudut pandang seluas-luasnya.
Berikut ini uraian yang membahas kegunaan filsafat dalam menentukan
philosophy of life. Banyak memiliki pandanagn hidup, banyak orang menganggap
philosophy of life itu sangat penting dalam menjalani kehidupan. 7[7]
6[6]Prof. Dr. Ir. Soeratim, MP, Dr.ir. SRDm Rita Hanafie, MP, Op.cit, hlm., 58
7[7] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Op.cit, hlm.88
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu. PT Remaja Rosdakarya. Bnadung. 2004
Soetriono, Hanarief, Rita. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. CV Andi
Offset.
Yogyakarta. 2007
Blog Archive
2013 (10)
o Juni (1)
o Mei (9)
Sumber Belajar
Andy Suhendy
Kompetensi Guru
www.facebook.comwww.google.co.id detik.com
Makalah Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung Jurusan MPI | All Rights Reserved
Designed ByImuzcorner | Powered ByBlogger | FCB Blogger Template ByFree Blogger Template
ShareThis Copy and Paste
Related Searches:
?
Berjaya Redang Beach Resort
PHP Language
PHP Programmers
Ini File
PHP Programming
PHP Editor
PHP Tutorials