Anda di halaman 1dari 43

TUGAS

SISTEM ENDOKRIN
GANGGUAN PADA SISTEM HEPATIK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I :
ANDRI PURWO A (010830346B)
ERIK IRHAM L (010830419B)
HALIMATUS ZAHRA (010830415B)
JAJUK RETNOWATI (010830353B)
NURUL ROSIDAH (010830429B)
SEA TANDU LANGI (010830359B)

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


SURABAYA
2009

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus-virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta
seluler yang khas. Sampai saat ini sudah teri
dentifikasi tujuh tipe hepatitis virus yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E, F dan G.
hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur fekal-oral) sedangkan
hepatitis B, C, dan D memiliki banyak kareteristik yang sama. Kemudian hepatitis F
mirip hepatitis A dan E dan hepatitis G mirip hepatitis B dan C. Pedoman terminology
yang berkaitan dengan hepatitis virus diberikan.
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit tersebut penting Karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas
yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama.
Enam puluh sampai 90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung
tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali
kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab
pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang-lebih 50% orang
dewasa di Amerika Serikat telah memilki antibody terhadap virus hepatitis A, banyak
orang tidak dapat mengingat kembali kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala
hepatitis.
Implikasi keperawatan adalah perawat terutama dapat merawat penderita hepatitis,
memberikan pendidikan kesehatan tentang sanitasi rumah dan komunitas yang baik.
Kesadaran yang terus-menerus akan hygiene perorangan, praktik yang aman dalam
menyiapkan dan membagikan makanan, penyeliaan kesehatan yang efektif di sekolah,
asrama, fasilitas perawatan yang diperluas, barak-barak dan kamp-kamp, program
2

pendidikan kesehatan yang berkelanjutan, pelaporan setiap kasus hepatitis virus kepada
Departemen Kesehatan setempat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah macam-macam penyakit, etiologi, tanda dan gejala, perjalanan penyakit,
penatalaksana Hepatitis?
2. Apakah macam-macam penyakit, etiologi, tanda dan gejala, perjalanan penyakit,
penatalaksanaan Sirosis?
3. Apakah Hepatoma dan bagaimana terjadinya?
4. Apakah Koma Hepatik dan bagaimana terjadinya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui berbagai macam kelainan pada fungsi hati
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui

macam-macam penyakit, etiologi, tanda dan gejala, perjalanan

penyakit, penatalaksanaan Hepatitis


2. Mengetahui macam-macam penyakit, etiologi, tanda dan gejala, perjalanan
penyakit, penatalaksana Sirosis
3. Mengetahui Hepatoma itu dan bagaimana terjadinya
4. Mengetahui Koma Hepatik itu dan bagaimana terjadinya

1.4 Manfaat
Melalui pembelajaran ini, kita dapat mengetahui berbagai macam penyakit yang
berhubungan dengan hati dan fungsinya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Sampai saat ini sudah teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti ; hepatitis A, B,
C, D, E, F dan G serta hepatitis toksik dan hepatitis karena obat. Kemudian akibat dari
hepatitis adalah sirosis hepatis, hepatoma, dan koma hepatic.

2.1.1
-

Hepatitis A
Nama sebelumnya Hepatitis infeksiosa
Penyebabnya adalah virus hepatits A (HAV)
Cara penularannya melalui jalur fekal-oral, sanitasi yang jelek, kontak antar-manusia,

dibawa oleh air dan makanan


- Inkubasinya adalah 15 49 hari, rata-rata 30 hari
- Imunitas secara homologus
- Tanda dan gejala adalah dapat terjadi dengan atau tanpa gejala : sakit mirip flu. Fase
praikterik adalah sakit kepala, malaise, fatigue, anoreksia, febris. Fase ikterik adalah
urine yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sklera dan kulit, nyeri tekan pada hati.
Biasanya ringan dengan pemulihan. Angka fatalitas : kurang 1 %. Tidak terdapat
status karier atau meningkatnya resiko hepatitis kronis, sirosis atau kanker hati.
- Penatalaksanaan tirah baring selama stadium akut dan diet yang bergizi. Selama
periode anoreksia pasien makan sedikit tapi sering disertai dengan impuls glukosa.
Jumlah makanan dan cairan yang optimal diperlukan untuk menghadapi penurunan
berat badan dan kesembuhan yang lambat. Ambulasi bertahap namun progresif akan
mempercepat pemulihan bila pasien istirahat sesudah melakukan aktifitas dan tidak
turut serta dalam aktifitas yang menimbulkan kelelahan.
- Prognosis. Penderita hepatitis tipe A biasanya akan pulih kembali. Hepatitis A akan
menimbulkan imunitas terhadap penyakit itu sendiri; namun demikian orang yang
kebal terhadap hepatitis A dapat terjangkit bentuk hepatitis yang lain. Angka
mortalitas hepatitis A 0,5 %. Status karier tidak terdapat, tidak ditemukan hepatitis
kronis yang berkaitan dengan hepatitis A.
- Penyuluhan pasien :
Higiene perorangan yang baik dengan menekankan kebiasaan mencuci tangan

dengan cermat (sesudah buang air besar dan sebelum makan).


Sanitasi lingkungan makanan dan suplai air yang aman disamping

pembuangan limbah yang baik.


- Pencegahan :
Vaksin hepatitis A dianjurkan untuk diberikan pada :
1. Pengunjung daerah yang mengalami peningkatan penderita hepatitis A.
2. Anak-anak yang tinggal di daerah endemik hepatitis A.
3. Penderita penyakit hati kronik
4. Penderita gangguan sistem pembekuan darah, misalnya hemophili
5

5. Pecandu narkotik
6. Golongan homoseksual
Pemberian preparat imun globulin
Pemberian ini akan meningkatkan produksi antibodi itu sendiri dan
memberikan imunitas pasif selama 6-8 minggu. Dan dapat menekan gejala
nyata penyakit tersebut

2.1.2
-

Hepatitis B
Nama sebelumnya hepatitis serum
Penyebabnya adalah virus hepatitis B (HBV)
Cara penularannya melalui parenteral atau lewat kontak dengan karier atau penderita
infeksi akut, kontak seksual dan oral, penularan perinatal dari ibu kepada bayinya,

ancaman kesehatan kerja yang penting bagi petugas kesehatan.


- Inkubasinya adalah 28-160 hari,rata-rata 70-80 hari.
- Imunitas secara homologus
- Tanda dan gejala dapat terjadi tanpa gejala, dapat timbul artralgia, ruam. Angka
fatalitas : 1-10 %. Status karier mungkin terjadi. Meningkatnya resiko hepatitis
kronis, sirosis dan kanker hati.
- Penatalaksanaan :
Tirah baring
Nutrisi yang adekuat
Masa pemulihan kadang-kadang membutuhkan waktu 3-4 bulan
Pertimbangan psikososial, keluarga diikutsertakan dalam perencanaan untuk
mengurangi rasa takut dan cemas dalam diri pasien tentang penularan
penyakit tersebut
- Prognosisnya mortalitas sekitar 10 %, sepuluh persen penderita hepatitis B akan
mengalami hepatitis kronis. Hepatitis B menjadi penyebab utama sirosis dan
karsinoma hepatoseluler di seluruh dunia.
- Penyuluhan :
Cukup istirahat dan mendapat nutrisi yang baik
Bagi keluarga atau rekan pasien diinformasikan untuk mendapat vaksin
hepatitis B atau preparat imun globulin hepatitis B
- Pencegahan :
Imunisasi aktif : Vaksin hepatitis B, proteksi yang dihasilkan oleh vaksin
hepatitis B dapat berlangsung selama 5-7 tahun, pemeriksaan kadar anti
HBs untuk menentukan apakah diperlukan imunisasi ulang atau boster.
6

Imunitas pasif : imun globulin hepatitis B, indikasi pemberian preparat ini


untuk orang yang telah terpajan HBV tetapi belum pernah menderita hepatitis

B dan belum pernah mendapatkan vaksin hepatitis B.


2.1.3 Hepatitis C
- Nama sebelumnya hepatitis non-A, non-B.
- Penyebabnya adalah virus hepatitis C
- Cara penularannya melalui transfusi darah dan produk darah, terkena darah yang
terkontaminasi lewat peralatan atau parafenalia obat
- Masa inkubasinya adalah 15-160 hari, rata-rata 50 hari
- Imunitas, serangan kedua dapat homologus menunjukan imunitas yang rendah atau
infeksi oleh agens lain.
- Tanda dan gejala serupa dengan HBV, tidak begitu berat dan anikterik. Sering terjadi
status karier yang kronis dan penyakit hati yang kronis.meningkatnya resiko kanker
hati.
- Terapinya adalah preparat interferon dengan ribavirin, suatu analog nukleosida dan
pemeriksaan skrining hepatitis C untuk transfusi telah mengurangi jumlah kasus
hepatitis yang berkaitan dengan transfusi.
2.1.4 Hepatitis D
- Penyebabnya adalah virus hepatitis D (HDV).
- Cara penularannya adalah sama seperti HBV. Antigen permukaan HBV diperlukan
untuk replikasi, pola penularan serupa dengan pola penularan hepatitis B.
- Inkubasinya adalah 21-140 hari, rata-rata : 35 hari.
- Imunitasnya secara homologus.
- Tanda dan gejala serupa dengan HBV. Serupa dengan HBV, tetapi kemungkinan status
karier, hepatitis aktif yang kronis dan sirosis lebih besar.
- Terapinya sama seperti yang lain, meskipun penggunaan interferon obat khusus
hepatitis D perlu diselidiki.
2.1.5 Hepatitis E
- Penyebabnya adalah virus hepatitis E (HEV).
- Cara penularannya melalui jalur fekal-oral, kontak antarmanusia dimungkinkan
-

meskipun risikonya rendah.


Inkubasinya adalah 15-65 hari, rata-rata 42 hari.
Imunitasnya tidak diketahui.
Tanda dan gejala adalah serupa dengan HAV, sangat berat pada wanita yang hamil.
Pencegahannya adalah menghindari kontak dengan virus melalui higiene perorangan
yang baik dan kebiasaan mencuci tangan.

- Terapinya adalah preparat imun globulin dalam memberikan perlindungan terhadap


virus hepatitis E belum diketahui.
2.1.6 Hepatitis F (HFV)
- Penyebab dari hepatitis F ini idiopatik (belum diketahui)
- Gejala/Tanda:
jarang ditemukan pada manusia. Bila ada, mirip HAV/HEV.
- Penyebaran hepatitis F melalui mulut (oral), dan kotoran/tinja (fekal).
- Dalam hal ini ada hal yang perlu diperhatikandari HFV yaitu:
1. HFV merupakan particles mirip Togavirus berukuran 6070 nm.
2. HFV terjadi di India, Italia, United Kingdom, dan USA.
3. HFV merupakan penyebab sporadic water-borne non A non B hepatitis (NANBH)
2.1.7

di Perancis, dan juga penyebab hepatitis pada Indian rhesus monkey.


Hepatitis G
- Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan.
- Penyebab: Disebabkan oleh hepatitis G virus (HGV), yang mirip dengan virus
hepatitis

C.

Kontak

dengan

darah

yang

terinfeksi

HGV

virus hepatitis G, termasuk famili Flaviviridae yang terdiri dari molekul RNA untai
tunggal (single stranded).
- Gejala/Tanda sering asimtomatik (tanpa gejala), tak enak badan (malaise), nyeri otot
dan kepala, gangguan pencernaan (dyspepsia), kulit/mata kekuningan (jaundice),
serum aminotransferase meningkat.
- Diagnosa metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat komplek
untuk mengetahui adanya antibodi HGV. Once antibody is present, however,
the virus itself generally has disappeared, making the test too late to be of use.
- Pengobatan tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini.
Penderita harus banyak istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan
bergizi.
- Pencegahan hepatitis G ditularkan melalui darah. Pencegahannya dengan
menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan gunakan jarum
suntik atau peralatan lain secara bersamaan.
2.1.8 Hepatitis Toksik
8

- Hepatitis toksik adalah zat-zat kimia tertentu memiliki efek toksik pada hati dan
diberikan per oral atau parentral dapat menimbulkan nekrosis sel hati yang akut.
- Zat yang paling sering terlibat dalan kelainan ini adalah karbon tetraklorida, fosfor,
kloroform dan senyawa emas. Banyak obat menimbulkan hepatitis meskipun lebih
bersifat sensitasi ketimbang toksik. Akibatnya adalah hepatitis yang ditimbulkan oleh
obat serupa hepatitis virus yang akut, meskipun demikian, kerusakan parenkim hati
cenderung lebih luas. Contoh obatnya adalah isoniazid, halaton, asetaminofen dan
antibiotik tertentu, antimetabolit dan obat-obat anetesi.
- Manisfestasi klinik adalah anoreksia, mual dan muntah paling sering ditemukan,
ikterus, dan hepatomegali. Jika parah, maka akan panas bertambah, lemah, muntah,
hematemesis, kelainan pembekuan darah berlangsung hebat sehingga tampak
perdarahan

di bawah kulit, kolaps vaskuler, delirium, koma, kejang, bahkan

meninggal.
- Penatalaksanaannya adalah memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit, dan penggantian darah.
2.2 Hepatitis yang ditimbulkan oleh obat
- Penyebabnya adalah obat anastesi seperti Halothan ( Fluothan) menimbulkan
kerusakan hati yang serius dan kadang-kadang gatal, obat rematik, obat anti depresan,
obat psikotropik, ontikonvulsan, dan antituberkulosis.
- Manifestasi klinik adalah biasanya awitan hepatitis ini adalah panas, ruam, pruritus,
artralgia, anoreksia, dan mual, kemudian timbul ikterus, urin gelap, hati yang
membesar dan nyeri tekan.
- Penatalaksanaannya adalah apabila obat yang menyebabkan hepatitis ini dihentikan
pemakaiannya, gejala dapat mereda secara berangsur-angsur. Tetapi ada reaksi obat
yang hebat dan fatal meskipun obat telah dihentikan. Sebelum diberikan obat yang
membuat kontaindikasi maka pasien yang diketahui menderita penyakit hati, kasus
yang berulang misalkan, panas yang tidak diketahui penyebabnya setelah diberikan
obat Halothan untuk pertama kalinya, pasien dengan bukti riwayat sensitasi.
2.3 Sirosis Hepatitis
9

2.3.1 Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
- Sirosis portal laennec (alkoholik, nutrisional),dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebabkan alkoholisme kronis
dan paling sering di negara barat.
- Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibatlanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
- Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis),
insidennya lebih rendah daripada insiden sirosis Laennec dan poscanekrotik.

2.3.2 Manifestasi klinik :


- Pembesaran hati atau hepatoma.
Pada awal perjalanan penyakit sirosis, hati cenderung membesar dan sel-selnya
diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan
pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Kemudian ukuran hati akan berkurang
setelah jaringan parut menyebabakan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat
dipalpasi, permukaan hati akan teraba berbenjol-benjol.
- Hipertensi portal
Tekanan portal normal berkisar antara 5-10 mmHg. Hipertensi portal timbul apabila
terdapat kenaikan tekanan dalam system portal yang sifatnya menetap di atas harga
normal. Disebut hipertensi portal bila tekanan portal lebih dari 20 cm air atau 15
mmHg.
Dalam keadaan normal, rangsangan fisiologis waktu makan maupun latihan, dapat
mempengaruhi aliran darah splanknik, dan aliran darh portal. Dalam mekanisme
homeostatic ini, factor-faktor neurohormonal dapat menyeimbangkan setiap
perubahan aliran darah portal, untuk mempertahankan tekanan darah portal yang
normal (dibawah 8 mmHg), dengan cara mempengaruhi tahanan pembuluh portal.

10

Hipertensi portal timbul bila mekanisme kompensasi ini tidak serasi lagi akibat
meningkatnya secara patologis, baik aliran darah portal ke hati maupan tahanannya.
Akibatnya timbul kolateral porto-sistemik secara spontan, sebagai usaha untuk
menurunkan tekanan system portal maupaun vena portalnya. Namun meskipun
pintasan porto-sistemik timbul secara spontan, tekanan portal tetap bertahan tinggi,
akibat terjadinya keadaan sirkulasi yang hiperdinamik ini dipengaruhi oleh
meningkatnya kadar vasodilator endogen dalam darah dan menurunnya kepekaan
terhadap vasokonstriktor.
- Asites.
Manifestasi selanjutnya adalah kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi
oleh obstuksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan
berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak
memungkinkan pelintasan darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongestif
pasif yang kronis, artinya kedua orga ini akan dipenuhi oleh darah dan tidak bekerja
dengan baik, ini mengakibatkan dispepsia kronis, konstipasi atau diare. Berat badan
pasien berangsur-angsur turun. Cairan yang kaya protein akan menumpuk di rongga
peritoneal akan menyebabkan asites, ditunjukkan melalui perfusi akan adanya
shiffting dullness atau gelombang cairan. Spenomegali juga terjadi. Jaring-jaring
telangiektasis atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna kemerahan,
dapat diinspeksi pada wajah dan keseluruhan tubuh.
- Varises Gastrointestinal
Paling sedikit dibutuhkan tekanan portal sebesar 12 mmHg untuk dapat menimbulkan
varises esophagus. Progresivitas dilatasi varises selanjutnya tergantung aliran darah
portal dan factor-faktor anatomi local. Beberapa factor yang saat ini dianggap
bertanggung jawab terhadap terjadinya varises esophagus, antara lain : peningkatan

11

tahanan pembuluh darah portal, vasodilatasi splanknik dan sistemik serta perubahan
anatomi vena esophagus bagian bawah.
Meskipun pathogenesis terjadinya robekan esophagus sampai saat ini tetap belum
jelas, ada beberapa factor yang diduga dapat menjadi factor predisposisi maupun
pencetus terjadinya perdarahan varises esophagus, yaitu antara lain :
1. Membesarnya ukuran varises dan perubahan bentuk anatomi vena esophagus.
2. Meningkatnya tekanan intravarises dan tekanan portal.
3. Meningkatnya tekanan pada dinding varises yang ditandai dengan timbulnya bula
kemerahan pada pemeriksaan endoskopi, terutama pada varises yang besar.
4. Faal hati yang jelek.
Tekanan portal yang tinggi sesaat setelah terjadinya perdarahan, saat ini dianggap
sebagai factor prediktif untuk timbulnya perdarahan ulang. Erosi peptic varises
sebelumnya banyak diduga sebagai pencetus perdarahan varises. Tetapi ini ternyata
sulit dibuktikan.

- Defisiensi vitamin dan anemia


Karena pembentukan, penggunaan, dan penyimpanan vitamin tertentu yang tidak
memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin
tersebut sering dijumpai, dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan
fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dangangguan
fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala
anemia dan status nutrisi serta mengakibatkan kelelahan hebat yang menganggu
kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
- Edema

12

Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadi


edema. Produksi aldosteron berlebihan akn mengakibatkan retensi natrium, air dan
dan ekskresi kalium .
- Koma Hepatik
Adalah suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan adanya perubahan
kesadaran, punurunan intelektual dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan
parenkim hati. Patogenesisnya adalah koma hepatic merupakan kelainan yang
dipengaruhi oleh berbagai factor. Dapat disebabkan oleh interaksi secara sinergis
beberapa factor otak seperrti kelebihan ammonia,asam lemak berantai pendek maupun
panjang, merkapatan, gangguan keseimbangan asam amino dan neurotransmitter atau
mungkin oleh karena kekurangan factor-faktor vital yang melindungi otak. Pada koma
portosisitemik bermacam-macam zat perusak dan gangguan fisiologik seperti
azetomia, infeksi dan alkalosis dan hipokalemik dapat bekerjasama dengan toksintoksin yang diduga, sebagai pencetus terjadinya koma hepatic. Di samping itu pada
koma portosistemik sensitivitas otak dapat meningkat terhadap berbagai bahan toksin
antara lain seperti infeksi dan obat-obat sedative. Pada penggunaan obat sedative,
karena metabolism obat yang menurun akibat kerusakan sel-sel hati, terjadi
penimbunan obat dan selanjutnya dapat meningkatkan influx obat ke dalam otak
karena menurunnya ikatan obat dengan plasma protein, serta peningkatan sensitivitas
reseptor otak terhadap obat, yang secara keseluruhan menyebabkan kepekaan
timbulnya koma hepatic.
Faktor portosistemik koma adalah :
Sensitivitas yang berlebihan pada perubahan fisiologis pasien sirosis hati,
misalnya stupor dapat tercetus oleh infeksi atau pemberian obat sedatif
sedangkan pada pasien tanpa penyakit hati hal ini tidak terjadi.
Toksin serebral tertimbun secara pelan-pelan dan bila disertai faktor pencetus
koma hepatik.

13

Akibat kerusakan sel-sel parenkim hati, bahan-bahan pelindung yang dibuat


dihati dan dilepas secara normal seperti albumin dan glukosa akan menurun.
Pada koma hepatik fulminan, influks bahan toksik secara tiba-tiba ke dalam
otak, menghilangkannya bahan pelindung, perubahan sawar darah otak dan
edema serebri.
Sesuai dengan perjalanan penyakit hati maka Koma Hepatik dapat dibedakan :
Koma hepatik (fulminant hepatic failure = FHF) yang dapat dilihat pada
pasien

hepatitis

virus,

hepatitis

toksik

karena

obat-obatan

(asetaminofen),perlemakan hati akut pada kehamilan.Ini karena kerusakan sel


parenkim hati yang fulminan dan tidak disertaifaktor presipitasi. Tandatandanya delirium, kejang-kejang dan sering terjadi edema otak. Dengan
perawatan yamg intensif angka kematian sekitar 80 %.
Koma portosistemik, perjalanannya tidak progresif sehingga gejala-gejala
neuropsikiatrik.
- Penurunan metabolism estrogen
Penurunan metabolism estrogen oleh hati yang rusak dapat menimbulkan
ginekomastia, atrofi testis, kerontokan rambut pubis pada laki-laki dan ketidakaturan
haid pada wanita di samping gejala spider nevi (angiomata seperti laba-laba) dan
eritema palmarum.
2.3.3 Pemerikasaan Diagnostik
Pemeriksaan enzim menunjukkan kerusakan sel hati, yaitu kadar alkali
fosfatase, AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat dan kadar kolinestrase
serum dapat menurun.
Esofagoskopi : dapat menunjukkan adanya varises esophagus.
Pemeriksaan bilurubin dilakukan untuk mengukur ekskresi empedu atau

retensi empedu.
Albumin serum : menurun karena penekanan sintesis.
Globulin (Ig A dan Ig B): peningkatan sintesis.
Darah lengkap : Hb/Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan.
Masa protrombin/PTT : memanjang (penurunan sintesis protrombin).

14

Amonia serum : meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah dari


ammonia menjadi urea.
Glukosa serum : hipoglikemia diduga menggangu glikogenesis.
Elektrolit : hipokalemia menunjukkan peningkatan aldosteron, meskipun
ketidakseimbangan dapat terjadi.
Laparaskopi untuk biopsi memungkinkan hati secara langsung.
USG untuk mengukur perbedaan densitas antara sel-sel perenkim hati dan
jaringan parut.
CT (computed tomography), MRI dan radioisotop hati memberikan informasi
tentang besar hati dan aliran darah hepatik serta obstruksi aliran
Analisis gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan
ventilasi-perfusi dan hipoksia pada sirosis hepatis.
2.3.4 Penatalaksanaan
Antasid untuk mengurangi distress lambung dan meminimalkan perdarahan
gastrointestinal.
Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada
sel-sel hati rusak dan memperbaiki status gizi pasien.
Preparat diuretik untuk mempertahankan kalium (spironolakton) mengurangi
asites dan meminimalkan perubahan cairan dan elektrolit.
Colchicine merupakan preparat anti-inflamasi untuk mengobati gejala gout
dan memperpanjang kelangsungan hidup penderita sirosis ringan hingga
sedang.
Interferon merupakan protein selular yang akan diproduksi sebagai respon
terhadap infeksi virus.
Kortikosteriod akan meningkatkan replikasi virus dan akan timbul respon
imunologis.
Asiklovir pemberian secara intravena selama 7 hari,menurunkan kadar
polymerase DNA dan DNA VHB.
Levamisol merupakan imunostimulan yang kuat. Obat ini menimbulkan
serokonversi HBeAg menjadi anti-HBedan DNA VHB menjadi negative.
2.9

ASUHAN KEPERAWATAN

2.9.1 Pengkajian

15

Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise.
Tanda : Letargi, penurunan massa otot/tonus.

Sirkulasi
Gejala : Disrimia, bunyi jantung ekstra (S3, S4)
Tanda: Bradikardi, ikterik pada skelera, kulit, membrane mukosa.
Eliminasi
Gejala : Flatus, urine gelap, diare/konstipasi.
Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali,asites), penurunan bising,
feses warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.
Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat (edema), mual, muntah,
Tanda : Penurunan berat badan, asites, kulit kering, turgor buruk, ikterik, napas

berbau, perdarahan gusi.


Neurosensori
Gejala : penurunan mental,
Tanda : Peka rangsang, binggung, halusinasi, bicara tidak jelas, cenderung tidur,

letargi, dan koma.


Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran atas, artralgia, sakit kepala, gatal

(pruritus).
Tanda : Otot tegang, gelisah, distraksi, focus pada diri sendiri.
Pernapasan
Gejala : Tidak minat/enggan merokok (perokok), dispnea.
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, hipoksia, ekspansi paru

terbatas.
Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda : Demam, urtikaria, ikterik, eritema tak beraturan-aturan, petekie,
splenomegali.
Seksualitas
Gejala : Perilaku meningkat risiko terpajan, gannguan menstruasi, impoten.
Tanda : Atrofi testis, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis).

2.9.2 Diagnosa dan Rencana Keperawatan


Hepatitis
1. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan mengalami keterbatasan aktivitas, penurunan
kekuatan.

16

Hasil yang diharapkan : menyatakan pemahaman situasi, menunjukkan prilaku

melakukan aktivitas, dan peningkatan aktivitas.


Intervensi dan rasional :
- Berikan lingkungan yang tenang
R/ menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
- Ubah posisi dengan sering
R/ meningkatakn fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
- Bantu latihan gerak pasif/aktif
R/ tirah baring lama menurunkan kemampuan yang dapat mengganggu istirahat.
- Ajarkan teknik relaksasi
R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan koping.
- Kolaborasi : pemberian obat antiansietas.
R/ membantu dalam manajemen tidur.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung dengan hipermetabolik, gangguan

absorbsi dan metabolisme pencernaan.


Hasil yang diharapkan : meningkatkan/ mempertahankan berat badan
Intervensi dan rasional :
Beri makan sedikit tapi sering
R/ makan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia.
Berikan perawatan mulut yang sering
R/ menghilangkan rasa tidak enak yang dapat meningkatkan nafsu makan.
Anjurkan makan pada posisi tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan meningkatkan nafsu makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien.
R/ untuk memenuhi kebutuhan diet klien.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetik, vitamin dan antasida
R/ menurunkan mual, meningkatkan toleransi pada makanan, menurunkan
iritasi/resiko perdarahan, dan memperbaiki kekurangan dan membantu proses
penyembuhan.

3. Resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan cairan ke area peritoneal,
ganngguan proses pembekuan.
Hasil yang diharapkan: mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tandatanda vital stabil, turgor kulit baik, nadi perifer kuat, dan haluaran urine individu
sesuai.
Intervensi dan rasional :
- Ukur intake dan output setiap harinya.
R/ mengetahui jumlah cairan dan memberi informasi tentang penggantian efek terapi.
17

- Ukur tanda-tanda vital, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
R/ indikator volume sirkulasi
- Ukur lingkar abdomen dan pembentukan edema sesuai indikasi.
R/ menurunkan kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan
- Gunakan spon dalam pembersihan mulut dan silat gigi
R/ menghindari trauma dan perdarahan gusi
- Observasi tanda perdarahan
R/ kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi memanjang bila absorsi vitamin K
terganggu pada traktus GI dan sintesisprotrombin menurun karena mempengaruhi
hati.
- Kolaborasi dengan dokter dan petugas laboratorium untuk pengambilan dan
pemberian Hb/Ht, Na+ albumin, dan waktu dalam pembekuan
R/ menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang
dapat menimbulkan pembentukan edema.
- Kolaborasi dengan dokter dalam cairan IV dan pemberian elektrolit
R/ memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
4. Potensial komplikasi : infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen.
Hasil yang diharapkan : menyatakan pemahaman penyebab penyakit/faktor resiko
Intervensi dan rasional :
- Lakukan teknik isolasi untuk infeksi
R/ mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
- Batasi pengunjung
R/ potensial resiko komplikasi sekunder
- Jelaskan prosedur isolasi pada pasien dan orang terdekat
R/ pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat
mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
- Berikan informasi mengenai vaksin hepatitis
R/ efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang terpajan.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antivirus, interferon, dan antibiotik.
R/ pengobatan hepatitis akibat kronis, pengobatan hepatitis bakterial, dan mencegah/
membatasi infeksi sekunder.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan perbaikan jaringan/kulit, penurunan
pruritus.
Intervensi dan rasional :
- Anjurkan mandi air dingin, batasi sabun sewaktu mandi dan lotion
R/ mencegah kulit kering berlebihan
- Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
R/ menurunkan potensial cedera kulit.
18

- Hindari komentar tentang penampilan pasien


R/ meminimalkan stres psikolgis sehubungan dengan perubahan kulit
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antihistamin dan antilipemik.
R/ menghilangkan gatal dan mencegah absorpsi dan penggunaan pada usus.
6. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Hasil yang diharapkan : suhu tubuh 376-37 0C, akral dingin,tidak mengeluh badan
panas, badan tidak keringatan
Intervensi dan rasional :
- Ukur suhu tubuh setiap 4 jam
R/ membantu dalam diagnosis
- Observasi suhu lingkungan klien
R/ agar suhu mendekati normal
- Beri pakaian yang tipis
R/ membantu evaporasi suhu
- Beri kompres air hangat di hipotalamus
R/ hipotalamus pusat regulasi panas, sehingga segera turun panas klien bila
dikompres di hipotalamus.
- Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R/ obat untuk menurunkan panas dimana dia bekerja di hipotalamus sebagai pusat
regulasi panas
7. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis
Hasil yang diharapkan : klien mengatakan nyeri hilang, skala nyeri 1-3,
menunjukkan wajah tidak meringis.
Intervensi dan rasional :
- Observasi dan catat lokasi, skala 1-10, dan karakter nyeri
R/ membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang
perbaikan penyakit
- Catat respon terhadap obat nyeri dan laporkan pada dokter
R/ nyeri berat tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya
komplikasi
- Beri posisi semi fowler
R/ menurunkan tekanan intraabdomen
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti : bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan napas
dalam
R/ meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dan meningkatkan
koping
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan sedative
R/ menghilangkan reflex spasme dan meningkatkan istirahat dan merilekskan otot
halus,menghilangkan nyeri.
8. Gangguan eliminasi urine dan fekal berhubungan dengan konsentrasi bilurubin
serum dan urobilinogen urin meninggi
19

Hasil yang diharapkan : konsentrasi bilurubin serum dan urobilinogen urin

menurun, haluaran urin yang adekuat.


Intervensi dan rasional :
Observasi aliran urine dan fekal
R/ mengetahui aliran urine adekuat
Observasi dan catat warna urine
R/ untuk menentukan diagnosis dan intervensi yang tepat
Anjurkan klien banyak minum sebanyak 2-3 liter
R/ mempertahankan hidrasi dan aliran urine yang adekuat
Ukur tanda-tanda vital sesuai indikasi
R/ menunjukkan tingkat hidrasi dan keefektifan terapi penggantian cairan
Kolaborasi dalam pemberian cairan IV sesuai indikasi
R/ mempertahankan sirkulasi volume adekuat dan aliran urine
Kolaborasi dalam pengambilan elekrolit, GDA, kalsium
R/ mempengaruhi aliran urine dan integritas jaringan

Sirosis hepatis
1. Perubahan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gannguan
mekanisme regulasi dan kelebihan natrium/masukan cairan.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal,

dan tidak edema.


Intervensi dan rasional :
Ukur intake dan output setiap harinya.
R/ mengetahui jumlah cairan dan memberi informasi tentang penggantian efek terapi.
Ukur tanda-tanda vital, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
R/ indikator volume sirkulasi
Ukur lingkar abdomen dan pembentukan edema sesuai indikasi.
R/ menurunkan kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan
Auskultasi paru, catat adanya bunyi napas tambahan
R/ gangguan pertukaran gas, dan komplikasinya.
Bantu tirah baring
R/ meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis
Kolaborasi dengan dokter dan petugas labotarorium dalam pengambilan dan
penggunaan albumin serum dan elektrolit
R/ penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,

mengakibatkan pembentukan edema.


- Kolaborasi dengan dokter dan petugas radiologi untuk foto dada
R/ melihat kongesti vaskuler, edema paru, dan efusi pleura.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pembatasan natrium dan cairan
R/ meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler dan memperbaiki
/mencegah pengenceran hiponatremia
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian albumin bebas garam/ekspander
20

R/ albumin untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam kompartemen


vaskuler, sehingga meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan asites.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diuretik, kalium, inotropik positif
dan vasodilatasi arterial
R/ menghabat efek aldosteron, meningkatkan ekskresi air menghemat kalium, kalium
serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati sesuai dengan kehilangan
urine, meningkatkan curah jantung/perbaikan aliran darah ginjal dan fungsinya,
sehingga menurunkan kelebihan cairan.
2. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan mengalami keterbatasan aktivitas, penurunan
kekuatan.
Hasil yang diharapkan : menyatakan pemahaman situasi, menunjukkan prilaku
melakukan aktivitas, dan peningkatan aktivitas.
Intervensi dan rasional :
- Berikan lingkungan yang tenang
R/ menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
- Ubah posisi dengan sering
R/ meningkatakn fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
3.

untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.


Bantu latihan gerak pasif/aktif
R/ tirah baring lama menurunkan kemampuan yang dapat mengganggu istirahat.
Ajarkan teknik relaksasi
R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan koping.
Kolaborasi : pemberian obat antiansietas.
R/ membantu dalam manajemen tidur.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan isolasi, sakit lama, dan proses
penyembuhan.
Hasil yang diharapkan : mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping
terhadap persepsi diri negatif, menyatakan penerimaan diri, mengakui diri sebagai

orang yang berguna,dan bertanggung jawab pada diri sendiri.


Intervensi dan rasional :
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
R/ mengekpresikan perasaan pasien untuk mengontrol situasi
- Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup
R/ penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
- Diskusikan efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat
R/ masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran pasien pada
keluarga/penyembuhan lama.
- Anjurkan pasien memakai pakaian yang berwarna merah terang, biru/hitam
21

R/ meningkatkan penampilan
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolik, gangguan

absorbsi dan metabolisme pencernaan.


Hasil yang diharapkan : meningkatkan/ mempertahankan berat badan
Intervensi dan rasional :
Beri makan sedikit tapi sering
R/ makan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia.
Berikan perawatan mulut yang sering
R/ menghilangkan rasa tidak enak yang dapat meningkatkan nafsu makan.
Anjurkan makan pada posisi tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan meningkatkan nafsu makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien.
R/ untuk memenuhi kebutuhan diet klien.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetik, vitamin dan antasida
R/ menurunkan mual, meningkatkan toleransi pada makanan, menurunkan
iritasi/resiko perdarahan, dan memperbaiki kekurangan dan membantu proses
penyembuhan.

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam


jaringan.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan perbaikan jaringan/kulit, penurunan

6.

pruritus.
Intervensi dan rasional :
Anjurkan mandi air dingin, batasi sabun sewaktu mandi dan lotion
R/ mencegah kulit kering berlebihan
Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
R/ menurunkan potensial cedera kulit.
Hindari komentar tentang penampilan pasien
R/ meminimalkan stres psikolgis sehubungan dengan perubahan kulit
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antihistamin dan antilipemik.
R/ menghilangkan gatal dan mencegah absorpsi dan penggunaan pada usus
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra abdomen,
penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret, kelemahan, dan penurunan energi.
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola napas efektif, bebas dispnea dan

sianosis, dengan nilai GDA


Intervensi dan rasional :
- Ukur frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
R/ pernapasan dangkal cepat/dispnea sehubungan dengan hipoksia dan akumulasi
cairan dalam abdomen.
- Mencatat bunyi napas
R/ mengetahui apakah ada komplikasi dan resiko infeksi
22

- Observasi tingkat kesadaran


R/ perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia, gagal napas, dan koma hepatik.
- Beri posisi tempat tidur yang tinggi dengan kepala miring
R/ memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan
-

meminimalkan aspirasi sekret.


Ubah posisi dengan sering; ajarkan napas dalam, dan latihan batuk
R/ membantu ekspansi paru dan mobilisasi sekret
Ukur suhu sesuai indikasi
R/ mengetahui adanya infeksi
Kolaborasi dengan dokter dan petugas labotarorium dalam pengambilan GDA
R/ menyatakan perubahan status pernapasan
Kolaborasi dengan dokter dan petugas radiologi
R/ menyatakan perubahan status pernapasan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R/ mengobati/mencegah hipoksia.
Kolaborasi dengan dokter dalam penggunaan alat bantu napas, contot spirometri

insentif, tiup balon


R/ menurunkan atelektasis .
7. Potensial komplikasi : perdarahan berhubungan dengan profil darah abnormal :
gangguan faktor pembekuan (penurunan produksi protrombin, fibrinogen, dan
faktorVIII, IX, X; gangguan absorpsi vitamin K; dan pengeluran tromboplastin),
hipertensi portal.
Hasil yang diharapkan : mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan
dan menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan.
Intervensi dan rasional :
- Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala perdarahan GI
R/ traktus GI (esofagus dan rektum) merupakan sumber perdarahan karena mukosa
yang mudah rusak dan gangguan dalam hemostasis karena sirosis.
- Ukur tanda-tanda vital sesuai indikasi
R/ peningkatan nadi dan penurunan tensi menunjukkan kehilangan volume darah
sirkulasi
- Observasi tingkat kesadaran
R/ perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder
terhadap hipovolemia, hipoksemia.
- Anjurkan memakai sikat gigi halus, pencukur elektrik, hindari mengejan saat
defakasi,menghirup udara dengan kuat
R/ adanya gangguan faktor pembekuan

sehingga meminimalkan

penyebab

perdarahan mukosa
- Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan tekan lebih lama pada bagian bekas suntikan
23

R/ meminimalkan kerusakan jaringan, menurunkan resiko perdarahan


- Hindarkan menggunakan aspirin
R/ koagulasi memanjang, berpotensi resiko perdarahan
- Kolaborasi dengan dokter dan petugas laboratorium dalam pengambilan Hb/Ht dan
faktor pembekuan
R/ indikator anemia, perdarahan aktif
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin (K, D, C) dan pelunak feses
R/ meningkatkan sintesis protrombin dan koagulasi bila hati berfungsi, kekurangan
vitamin C meningkatkan kerentanan sistem GI untuk iritasi/perdarahan dan mencegah
mengejan yang akhirnya meningkatkan tekanan intra abdomen dan resiko robekan
vaskular/perdarahan
Hepatoma
1. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan mengalami keterbatasan aktivitas, penurunan
kekuatan.
Hasil yang diharapkan : menyatakan pemahaman situasi, menunjukkan prilaku
melakukan aktivitas, dan peningkatan aktivitas.
Intervensi dan rasional :
- Berikan lingkungan yang tenang
R/ menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
- Ubah posisi dengan sering
R/ meningkatakn fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
- Bantu latihan gerak pasif/aktif
R/ tirah baring lama menurunkan kemampuan yang dapat mengganggu istirahat.
- Ajarkan teknik relaksasi
R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan koping.
- Kolaborasi : pemberian obat antiansietas.
R/ membantu dalam manajemen tidur.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolik, gangguan

absorbsi dan metabolisme pencernaan.


Hasil yang diharapkan : meningkatkan/ mempertahankan berat badan
Intervensi dan rasional :
Beri makan sedikit tapi sering
R/ makan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia.
Berikan perawatan mulut yang sering
R/ menghilangkan rasa tidak enak yang dapat meningkatkan nafsu makan.
Anjurkan makan pada posisi tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan meningkatkan nafsu makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien.
24

R/ untuk memenuhi kebutuhan diet klien.


- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetik, vitamin dan antasida
R/ menurunkan mual, meningkatkan toleransi pada makanan, menurunkan
iritasi/resiko perdarahan, dan memperbaiki kekurangan dan membantu proses
penyembuhan.
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan penampilan fisik
Hasil yang diharapkan : menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan
diri pada situasi yang ada, mengenal perasaan dan metode koping yang positif
Intervensi dan rasional :
- Dorong pernyataan rasa takut, jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit
R/ pasien sangat positif terhadap perubahan tubuh dan mengalami perasaan bersalah
bila penyebabnya adalah alcohol
- Beri prilaku yang bersahabat ke klien
R/ pemberi perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan untuk
mempengaruhi perawatan klien
- Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan
R/ memberikan dukangan dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan rasa
kontrol
- Kolaborasi dengan psikiatrik dalam pelayanan psikis
R/ peningkatan masalah sehubungan dengan penyakit ini memerlukan sumber
profesional
Asites
1. Perubahan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gannguan
mekanisme regulasi dan kelebihan natrium/masukan cairan.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal,

dan tidak edema.


Intervensi dan rasional :
Ukur intake dan output setiap harinya.
R/ mengetahui jumlah cairan dan memberi informasi tentang penggantian efek terapi.
Ukur tanda-tanda vital, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
R/ indikator volume sirkulasi
Ukur lingkar abdomen dan pembentukan edema sesuai indikasi.
R/ menurunkan kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan
Auskultasi paru, catat adanya bunyi napas tambahan
R/ gangguan pertukaran gas, dan komplikasinya.
Bantu tirah baring
R/ meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis

25

Kolaborasi dengan dokter dan petugas labotarorium dalam pengambilan dan


penggunaan albumin serum dan elektrolit
R/ penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,

mengakibatkan pembentukan edema.


- Kolaborasi dengan dokter dan petugas radiologi untuk foto dada
R/ melihat kongesti vaskuler, edema paru, dan efusi pleura.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pembatasan natrium dan cairan
R/ meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler dan memperbaiki
/mencegah pengenceran hiponatremia
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian albumin bebas garam/ekspander
R/ albumin untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam kompartemen
vaskuler, sehingga meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan asites.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diuretik, kalium, inotropik positif
dan vasodilatasi arterial
R/ menghabat efek aldosteron, meningkatkan ekskresi air menghemat kalium, kalium
serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati sesuai dengan kehilangan
urine, meningkatkan curah jantung/perbaikan aliran darah ginjal dan fungsinya,
sehingga menurunkan kelebihan cairan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan perbaikan jaringan/kulit, penurunan

3.

pruritus.
Intervensi dan rasional :
Anjurkan mandi air dingin, batasi sabun sewaktu mandi dan lotion
R/ mencegah kulit kering berlebihan
Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
R/ menurunkan potensial cedera kulit.
Hindari komentar tentang penampilan pasien
R/ meminimalkan stres psikolgis sehubungan dengan perubahan kulit
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antihistamin dan antilipemik.
R/ menghilangkan gatal dan mencegah absorpsi dan penggunaan pada usus
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra abdomen,
penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret, kelemahan, dan penurunan energi.
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola napas efektif, bebas dispnea dan

sianosis, dengan nilai GDA


Intervensi dan rasional :
- Ukur frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan

26

R/ pernapasan dangkal cepat/dispnea sehubungan dengan hipoksia dan akumulasi


cairan dalam abdomen.
- Mencatat bunyi napas
R/ mengetahui apakah ada komplikasi dan resiko infeksi
- Observasi tingkat kesadaran
R/ perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia, gagal napas, dan koma hepatik.
- Beri posisi tempat tidur yang tinggi dengan kepala miring
R/ memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan
meminimalkan aspirasi sekret.
- Ubah posisi dengan sering; ajarkan napas dalam, dan latihan batuk
R/ membantu ekspansi paru dan mobilisasi sekret
- Ukur suhu sesuai indikasi
R/ mengetahui adanya infeksi
- Kolaborasi dengan dokter dan petugas labotarorium dalam pengambilan GDA
R/ menyatakan perubahan status pernapasan
- Kolaborasi dengan dokter dan petugas radiologi
R/ menyatakan perubahan status pernapasan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R/ mengobati/mencegah hipoksia.
- Kolaborasi dengan dokter dalam penggunaan alat bantu napas, contot spirometri
insentif, tiup balon
R/ menurunkan atelektasis .
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan penampilan fisik
Hasil yang diharapkan : menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan
diri pada situasi yang ada, mengenal perasaan dan metode koping yang positif
Intervensi dan rasional :
- Dorong pernyataan rasa takut, jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit
R/ pasien sangat positif terhadap perubahan tubuh dan mengalami perasaan bersalah
bila penyebabnya adalah alcohol
- Beri prilaku yang bersahabat ke klien
R/ pemberi perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan untuk
mempengaruhi perawatan klien
- Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan
R/ memberikan dukangan dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan rasa
kontrol
- Kolaborasi dengan psikiatrik dalam pelayanan psikis
R/ peningkatan masalah sehubungan dengan penyakit ini memerlukan sumber
profesional
Anemia

27

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolik, gangguan

absorbsi dan metabolisme pencernaan.


Hasil yang diharapkan : meningkatkan/ mempertahankan berat badan
Intervensi dan rasional :
Beri makan sedikit tapi sering
R/ makan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia.
Berikan perawatan mulut yang sering
R/ menghilangkan rasa tidak enak yang dapat meningkatkan nafsu makan.
Anjurkan makan pada posisi tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan meningkatkan nafsu makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien.
R/ untuk memenuhi kebutuhan diet klien.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetik, vitamin dan antasida
R/ menurunkan mual, meningkatkan toleransi pada makanan, menurunkan
iritasi/resiko perdarahan, dan memperbaiki kekurangan dan membantu proses
penyembuhan.

Edema
1. Perubahan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gannguan
mekanisme regulasi dan kelebihan natrium/masukan cairan.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal,

dan tidak edema.


Intervensi dan rasional :
Ukur intake dan output setiap harinya.
R/ mengetahui jumlah cairan dan memberi informasi tentang penggantian efek terapi.
Ukur tanda-tanda vital, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
R/ indikator volume sirkulasi
Ukur lingkar abdomen dan pembentukan edema sesuai indikasi.
R/ menurunkan kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan
Auskultasi paru, catat adanya bunyi napas tambahan
R/ gangguan pertukaran gas, dan komplikasinya.
Bantu tirah baring
R/ meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis
Kolaborasi dengan dokter dan petugas labotarorium dalam pengambilan dan
penggunaan albumin serum dan elektrolit
R/ penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,

mengakibatkan pembentukan edema.


- Kolaborasi dengan dokter dan petugas radiologi untuk foto dada
R/ melihat kongesti vaskuler, edema paru, dan efusi pleura.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pembatasan natrium dan cairan

28

R/ meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler dan memperbaiki


/mencegah pengenceran hiponatremia
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian albumin bebas garam/ekspander
R/ albumin untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam kompartemen
vaskuler, sehingga meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan asites.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diuretik, kalium, inotropik positif
dan vasodilatasi arterial
R/ menghabat efek aldosteron, meningkatkan ekskresi air menghemat kalium, kalium
serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati sesuai dengan kehilangan
urine, meningkatkan curah jantung/perbaikan aliran darah ginjal dan fungsinya,
sehingga menurunkan kelebihan cairan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan perbaikan jaringan/kulit, penurunan

pruritus.
Intervensi dan rasional :
Anjurkan mandi air dingin, batasi sabun sewaktu mandi dan lotion
R/ mencegah kulit kering berlebihan
Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
R/ menurunkan potensial cedera kulit.
Hindari komentar tentang penampilan pasien
R/ meminimalkan stres psikolgis sehubungan dengan perubahan kulit
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antihistamin dan antilipemik.
R/ menghilangkan gatal dan mencegah absorpsi dan penggunaan pada usus

Koma Hepatic
1. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan perubahan fisiologis : peningkatan
kadar amonia serum, ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim/obat tertentu
Hasil yang diharapkan : mempunyaiorientasi yang nyata, menunjukkan pola hidup

untuk mencegah perubahan kesadaran.


Intervensi dan rasional:
Observasi tingkat kesadaran
R/ mengetahui tingkat kesadaran klien
Konsul pada orang terdekat tentang perilaku umum dan mental klien
R/ memberikan dasar untuk mperbandingan dengan status saat ini
Anjurkan pasien menulis nama
R/ tes neurologis sederhana dan koordinasi otot
Orientasikan waktu, tempat, orang terdekat
R/ mempertahankan orientasi kenyataan
Beri lingkungan yang nyaman dan tenang
29

R/ menurunkan rangsangan berlebihan, meningatkan relaksasi, dan mempertahankan


koping.
- Anjurkan pasien tirah baring selama perawatan
R/ menurunkan kebutuhan metabolik hati, mencegah kelelahan
- Pasang pengaman tempat tidur dan beri bantalan
R/ menurunkan resiko cedera
- Ukur tanda-tanda vital
R/ infeksi dapat mencetuskan ensefalopati hepatik terhadap katabolisme jaringan dan
mengeluarkan nitrogen
- Hindari penggunaan narkotik, tranquilizer, dan batasi penggunaan obat yang
dimetabolisme hati
R/ karena bersifat toksik pada hati, sementara sirosis menyebabkan efek akumulasi
yang mempengaruhi mental, tanda terjadinya ensefalopati, atau mencetuskan koma.
- Kolaborasi dengan dokter dan petugas laboratorium dalam pengambilan laboratorium,
seperti amonia, elektolit, pH, BUN, glukosa, darah lengkap
R/ peningkatan kadar amonia, hipokalemia, alkalosis metabolik, hipoglikemia,
anemia, dan infeksi mencetuskan terjadinya koma hepatik
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pembatasan diet klien
R/ amoniamenyebabkan ensefalopati hepatik, konstipasi dapat meningkatkan kerja
bakteri dan pembentukan amonia, protein nabati lebih baik daripada protein hewani
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian elektrolit, pelembut feses, pembersih
kolon (contoh: magnesium sulfat), dan agen baketrisidal
R/ memperbaiki ketidakseimbangandan memperbaiki fungsi serebral/metabolisme
amonia, pengasaman usus menyebabkan diaredan penurunan produksi substansi
nitrogen, menurunkan ensefalopati
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R/ mental dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan penggunaannya oleh otak
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kelebihan amonia, gangguan
keseimbangan asam amino dan neorotransmiter, infeksi dan alkalosis hipokalemik.
Hasil yang diharapkan : mempertahankan tingkat kesadaran.
Internensu dan rasional :
- Observasi factor-faktor yang menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak.
R/ menentukan untuk dilakukan perawatan intensif.
- Ukur status neurologis secara teratur.
R/ mengetahui tingkat kesadaran.
- Ukur tanda-tanda vital
R/ mempertahankan aliran darah ke otak, perubahan ritme menunjukkan adanya
trauma pada batang otak.
30

- Observasi danya refleks-refleks tertentu


R/ penurunan reflex menandakan adanya kerusakan pada tingkat otak tengah atau
batang otak dan berperan terhadap keamanan klien.
- Hindari dari kebisingan
R/ memberikan efek ketenangan dan meningkatkan istirahat.
- Anjurkan orang terdekat untuk berbicara kepada pasien
R/ ungkaoan kelarga yang menyenangkan mempunyai efek relaksasi.
- Tinggikan kepala pasien 15-450 atau yang dapat ditoleransi
R/ meningkatakn aliran balik vena dari kepala sehingga mengurangi kongesti edema.
- Berikan oksigen sesuai toleransi
R/ menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningkatkan vasodilatasidan volume
darah serebral
- Kolaborasi dengan dokter dalam pembatasan cairan
R/ menurunkan edema serebral dan meminimalkan fluktasi aliran darah vaskuler
- Ukur GDA
R/ mementukan kecukupan pernapasan.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diuretik, steroid, sedative,
antipiretik, antikonvulsan.
R/ menurunkan air dari sel otak dan edema, inflamasi, menendalikan kegelisahan,
mengendalikan demam, mencegah terjadinya kejang.
Penurunan metabolism estrogen
1. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan penampilan fisik
Hasil yang diharapkan : menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan
diri pada situasi yang ada, mengenal perasaan dan metode koping yang positif
Intervensi dan rasional :
- Dorong pernyataan rasa takut, jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit
R/ pasien sangat positif terhadap perubahan tubuh dan mengalami perasaan bersalah
bila penyebabnya adalah alcohol
- Beri prilaku yang bersahabat ke klien
R/ pemberi perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan untuk
mempengaruhi perawatan klien
- Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan
R/ memberikan dukangan dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan rasa
kontrol
- Kolaborasi dengan psikiatrik dalam pelayanan psikis
R/ peningkatan masalah sehubungan dengan penyakit ini memerlukan sumber
professional
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HEPAR
31

TRIGGER CASE
1. PENGKAJIAN
Biodata
Nama
: Tn. M
Umur
: 28 tahun
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Sepanjang sidoarjo
Pekerjaan
: jurnalis (wartawan)
MRS mulai tgl: 18 maret 2009
Pengkajian tgl : 19 maret 2009
Dx medis
: Suspect hepatitis akut
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan utama :
Klien mengatakan masih lemas
Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengatakan 2 minggu terakhir badan lemas, nafsu makan menurun,
beberapa hari terakhir makan-minum tidak teratur, badan terasa panas waktu malam
hari.
3.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Klien sebelumnya tidak punya penyakit seperti gastritis, DM,
hipertensi, TBC, dan klien tidak pernah menderita hepatitis sebelumnya
dan belum mendapat imunisasi hepatitis.

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit seperti ini.
5. PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSERVASI
Tanda-tanda fisik
1. B1 (Breating)
Gejala: klien mengatakan tidak ada sesak, merokok satu bungkus/hari
Tanda: auskultasi suara nafas broncovesikuler di daerah bronkus,
S: 390 C, Nadi : 100x/menit, RR:23x/menit, T: 120/80 mmHg.
2. B2 (Blood)
Gejala: klien mengatakan badan saya lemas dan panas.
Tanda: Badan klien teraba hangat, terlihat lemah, S: 39 0 C, Nadi :
100x/menit, RR:23x/menit, T: 120/80 mmHg
3. B3 (Brain) & Integumen
Gejala: klien mengatakan sering pusing, badan saya kuning semua dan
inginnya tidur terus.
32

Tanda: GCS 4-5-6, kesadaran : Compos mentis, sklera mata dan kulit
terlihat ikterus.
4. B4 (Bladder)
Gejala: klien mengatakan minum 8 gelas/hari, urinenya berwarna agak
gelap, berbau, frekuensi BAK 5x/hari, BAK 1 gelas/hari.
Tanda: urine berwarna gelap dan pekat, minum air putih 1800 ml/24 jam,
jumlah urine 1000 ml/24 jam.
5. B5 (Bowel)
Gejala: klien mengatakan nafsu makan menurun, ada mual dan tidak ada
muntah, makan tidak habis 1 piring dan saya sering makan di pinggir
jalan.
Tanda: palpasi hepar : hepatomegali ringan 2 cm dibawah arkus kosta
kanan, konsistensi keras, ada nyeri tekan, perkusi tympani, tidak ada
shifting dullnus, tidak ada ascites, makan setengah porsi, tidak
6.

terlihat muntah, peristaltic usus : 12 x/menit.


B6 (Bone)
Gejala: klien mengatakan badan lemas
Tanda: klien terlihat lemah, tidak ada kelemahan otot, bisa melakukan
aktifitas tanpa bantuan
kekuatan otot :
5
5

5
5

7. Sosial dan interaksi


Gejala : klien memgatakan badan saya terlihat kuning semua dan saya
malu ketemu dengan teman-teman kerja dan keluarga saya.
Tanda : klien terlihat jarang berkomunikasi dengan klien yang lain, jarang
keluar kamar, dan terlihat selalu memakai pakaian tertutup
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
- Darah :
- Nilai normal :
WBC : 11500
4,0-10x103 /uL
Eritrosit : 4.500
4,7-6,1x106 /uL
Hb : 11,7
Lk :13,5-17,5 & Pr : 11,5-13,5 g/dl
Trombosit : 242.000
150-400x103/uL
SGOT : 14,26
Lk : < 38 & Pr : < 32 U/L
SGPT : 13,86
Lk : < 41 & Pr : < 31 U/L
Bilurubin direct : 1,23
< 0,25 mg/dL
33

Bilurubin indirect : 1,52


0,5 mg/dL
Bilurubun total : 2,75
< 1,1 mg/dL
Albumin : 2,8
3,8-4,4 g/dL
Ureum : 31,9
10-50 mg/dL
BUN : 20
5-23 mg/dL
- Analisa gas darah
- Nilai normal :
PCO2 : 40
35-45 mmHg
PO2 : 85
80-100 mmHg
HCO3 : 22,3
19-25 mmol/L
SaO2 : 98 %
- Urine :
- Nilai normal :
Glukosa +1
(-)
Bilirubin +3
(-)
pH 6,0
(7,37-7,43)
Protein +3
(-)
Nitrogen +1
(-)
Leukosit (-)
(-)
Rontgen
Thorak PA : bronchitis, corakan pembuluh darah meningkat,

jantung dalam batas normal, CTR 55%.


9. TERAPI
Infus RD 1500 ml/24jam
Multivitamin 2x1 tablet/hari
Ranitidin 3x1 tablet/hari
Terapi diit jenis H1 2100 kal (TKTP)
Istirahat total
10. ANALISA DATA

34

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

S : klien mengatakan nafsu makan Kegagalan masukan untuk Gangguan nutrisi kurang
menurun, ada mual dan tidak ada memenuhi

kebutuhan dari kebutuhan tubuh

muntah, makan tidak habis 1 piring metabolic


dan saya sering makan di pinggir
jalan.
O:
Palpasi hepar: hepatomegali
ringan , ada nyeri tekan, batas 2
cm bawah arkus kosta kanan,
- Perkusi abdomen : tympani,
-

sifting dulness (-)


Makan habis setengah porsi
Minum 1800cc/hari
Peristaltik usus 10 x/menit
Terdapat sklera dan kulit ikterus
Albumin : 2,8
g/dL

PO2:85 mmHg
PCO2 :40 mmHg
HCO3:22,3

mmHg
SaO2 :98%
Hb:11,7g/L
- BUN : 20 mg/dL
S : klien mengatakan badan terasa Kelemahan tubuh
lemas
O:
- Klien terlihat lemah
- Tidak ada kelemahan otot
- Bisa melakukan aktifitas tanpa
bantuan
- Kekuatan otot :
5
5

5
5

35

Intoleransi aktifitas

S : klien mengatakan minum 8

Konsentrasi bilurubin

gelas/hari, urinenya berwarna agak

serum dan urobilinogen

Gangguan keseimbangan
urine dan fekal

gelap, berbau, frekuensi BAK


urin meninggi

5x/hari, BAK 1 gelas/hari.


O:
- berwarna gelap dan pekat.
minum air putih 1800 ml/24
jam
-

jumlah urine 1000 ml/24

jam.
# Hasil UL :
Glukosa +1
Bilirubin +3
-

pH 6,0
Protein +3

Nitrogen +1

- Leukosit (-)
# Hasil pemeriksaan darah :
SGOT : 14,26 U/L
SGPT : 13,86
U/L
-

Bilurubin

direct

1,23

mg/dL
- Bilurubin indirect : 1,52 mg/dL
Bilurubun total : 2,75 mg/dL
S : klien mengatakan saya sering

Pertahanan primer tidak PK : infeksi

makan di pinggir jalan, badan saya

adekuat

lemas dan panas.


O:
Badan klien teraba hangat
Terlihat lemah
S: 390 C
Nadi : 100x/menit
RR:23x/menit
T: 120/80 mmHg
WBC : 11500/uL
SGOT : 14,26 U/L
SGPT : 13,86

pengetahuan

dan

kurang
tentang

pemajanan patogen

36

U/L
-

Bilurubin

direct

1,23

mg/dL
- Bilurubin indirect : 1,52 mg/dL
Bilurubun total : 2,75 mg/dL
S : klien mengatakan badan saya Akumulasi garam
kuning semua.
O:
- sklera mata dan kulit terlihat

Gangguan integritas kulit

empedu

ikterus.
# Hasil pemeriksaan darah :
SGOT : 14,26 U/L
SGPT : 13,86
U/L
-

Bilurubin

direct

1,23

mg/dL
- Bilurubin indirect : 1,52 mg/dL
- Bilurubun total : 2,75 mg/dL
S : klien memgatakan badan saya Ganggauan
terlihat kuning semua dan saya malu fisik
ketemu dengan teman-teman kerja
dan keluarga saya.
O:
- Klien
terlihat

jarang

berkomunikasi dengan klien yang


lain
- Jarang keluar kamar
- Terlihat selalu memakai pakaian
tertutup
- Skera dan kulit terlihat ikterus

37

penampilan Gangguan harga diri

11. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWAN


a. Potensial komplikasi : infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
b.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pertahanan primer


tidak adekuat dan kurang pengetahuan tentang pemajanan pathogen.

c. Gangguan keseimbangan eliminasi urine dan fekal berhubungan dengan


konsentrasi bilurubin serum dan urobilinogen urine meningkat
d.

Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh

e.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu

38

f. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan penampilan fisik


12. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Potensial komplikasi : infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen.
Tujuan keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x
24 jam klien menyatakan :
Pemahaman penyebab penyakit
Mengurangi faktor infeksi
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi dan rasional :
- Lakukan teknik isolasi untuk infeksi
R/ mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
- Batasi pengunjung
R/ potensial resiko komplikasi sekunder
- Jelaskan prosedur isolasi pada pasien dan orang terdekat
R/ pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat
mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
- Berikan informasi mengenai vaksin hepatitis
R/ efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang terpajan.
- Kolaborasi dalam pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, urine lengkap, feases
lengkap untuk setiap harinya.
R/ indicator diagnosis infeksi tubuh klien.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antivirus, interferon, dan antibiotik.
R/ pengobatan hepatitis akibat kronis, pengobatan hepatitis bakterial, dan mencegah/
membatasi infeksi sekunder.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat dan kurang pengetahuan tentang pemajanan pathogen.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien berminat terhadap


makanan dalam waktu 3 x 24 jam dengan kriteria hasil :
Ada nafsu makan

Tidak ada mual dan muntah

Klien menghabiskan 1 porsi makanan

Intervensi dan rasional :


39

- Beri makan sedikit tapi sering


R/ makan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia.
- Berikan perawatan mulut yang sering
R/ menghilangkan rasa tidak enak yang dapat meningkatkan nafsu makan.
- Anjurkan makan pada posisi tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan meningkatkan nafsu makan
- Beri terapi diet jenis H1 2100 kal (TKTP).
R/ untuk memenuhi kebutuhan diet klien.
- Berikan Ranitidin 3x1 tablet/hari
R/ menurunkan iritasi/resiko perdarahan
- Berikan infuse RD 1500 ml/24 jam
R/ meningkatkan toleransi pada makanan.
- Berikan multivitamin 2x1 tablet/hari
R/ meningkatkan toleransi pada makanan.
- Kolaborasi dalam pengambilan albumin dan BUN setiap harinya.
R/ indicator keadekuatan nutrisi klien
3. Gangguan eliminasi urine dan fekal berhubungan dengan konsentrasi bilurubin serum
dan urobilinogen urin meninggi
Tujuan keperawatan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24
jam dengan klien diharapkan :
Bilurubin total : < 1,1 mg/dL
Bilurubin direk : < 0,25 mg/dL
Bilurubin indirek : 0,5 mg/dL
Minum 2-3 L/24 jam
Urin 1200 ml/24 jam
Urine berwarna kuning
Berbau amoniak
Feases berwarna kuning
Feaces konsentrasi lembek
Intervensi dan rasional :
- Observasi aliran urine dan fekal
R/ mengetahui aliran urine adekuat
- Observasi dan catat warna urine dan feases
R/ untuk menentukan diagnosis dan intervensi yang tepat
- Anjurkan klien banyak minum sebanyak 2-3 liter
R/ mempertahankan hidrasi dan aliran urine yang adekuat
- Anjurkan klien makan buah kates, sayur berdaun, semangka
R/ untuk memperlancar BAB setiap harinya
- Ukur tanda-tanda vital setiap 4 jam/hari
R/ menunjukkan tingkat hidrasi dan keefektifan terapi penggantian cairan
- Berikan infuse RD 1500 ml/24 jam
R/ mempertahankan sirkulasi volume adekuat dan aliran urine
- Kolaborasi dalam pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, urine lengkap, feases
lengkap untuk setiap harinya.
R/ indicator diagnosis infeksi tubuh klien.
- Kolaborasi dalam pengambilan GDA/harinya.
40

R/ mempengaruhi aliran urine dan integritas jaringan

4. Intoleransi aktifitas fisik berhubungan dengan ketahanan fisik yang menurun

Tujuan keperawatan : Setelah dilakukan tindakan kepaerawatan dalam waktu 3x24


jam klien diharapkan :
Badan tidak lemas
Ada nafsu makan
Minum 2-3 L/24 jam
Beraktifititas tanpa hambatan

Intervensi keperawatan:
- Berikan lingkungan yang tenang
R/ menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
- Ubah posisi setiap 2 jam
R/ meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
- Bantu berdiri dan ke kamar mandi
R/ tirah baring lama menurunkan kemampuan yang dapat mengganggu istirahat.
- Anjurkan klien membaca buku cerita, menonton bagian yang disukai, atau
mendengarkan siaran radio yang disukai
R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan koping.
- Kolaborasi : pemberian obat antiansietas.
R/ membantu dalam manajemen tidur.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan.
Tujuan keperawatan setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24

6.

jam klien diharapkan :


Menunjukkan kulit yang tidak ikterik
Penurunan pruritus.
Terlihat jarang menggaruk kulit
Intervensi dan rasional :
Anjurkan mandi air dingin, batasi sabun sewaktu mandi dan lotion
R/ mencegah kulit kering berlebihan
Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
R/ menurunkan potensial cedera kulit.
Hindari komentar tentang penampilan pasien
R/ meminimalkan stres psikolgis sehubungan dengan perubahan kulit
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antihistamin dan antilipemik.
R/ menghilangkan gatal dan mencegah absorpsi dan penggunaan pada usus.
Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan penampilan fisik
41

Tujuan keperawatan setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24

jam klien diharapkan :


Menyatakan pemahaman akan perubahan yang terjadi
Penerimaan diri pada situasi yang ada
Mengenal perasaan dan metode koping yang positif
Intervensi dan rasional :
- Dorong pernyataan rasa takut, jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit
R/ pasien sangat positif terhadap perubahan tubuh dan mengalami perasaan bersalah
bila penyebabnya adalah alcohol
- Beri prilaku yang bersahabat ke klien
R/ pemberi perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan untuk
mempengaruhi perawatan klien
- Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan
R/ memberikan dukangan dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan rasa
kontrol
- Kolaborasi dengan psikiatrik dalam pelayanan psikis
R/ peningkatan masalah sehubungan dengan penyakit ini memerlukan sumber
profesional

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.I Simpulan

42

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada
sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Sampai saat ini sudah teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti ; hepatitis A, B, C, D,
E, F dan G serta hepatitis toksik dan hepatitis karena obat. Kemudian akibat dari hepatitis
adalah sirosis hepatis, hepatoma, hipertensi portal, asites, perdarahan GI Tract, anemia,
edema, koma hepatic, dan penurunan metabolism estrogenisme.
4.2 Saran
-

Sebaiknya sebelum tertular pasien diberi vaksin hepatitis dan ini perlu kerjasama antara

masyarakat dan team kesehatan.


Penatalaksanaan tirah baring selama stadium akut dan diet yang bergizi.
Selama periode anoreksia pasien makan sedikit tapi sering disertai dengan impuls

glukosa.
Higiene perorangan yang baik dengan menekankan kebiasaan mencuci tangan dengan

cermat (sesudah buang air besar dan sebelum makan).


Sanitasi lingkungan makanan dan suplai air yang aman disamping pembuangan
limbah yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marilynn, dkk, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
PDSPDI, (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3. Jakarta : FKUI.
Smeltzer C. Suzanne dan Bare G. Brenda, (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, volume 2. Jakarta : EGC.
Anurogo, Dito, (2007). Referensi Praktis Hepatitis A-G. www//http: Kabar
Indonesia.com.net.id. Tanggal : 25 Maret 2009. Jam 19.00 WIB.

43

Anda mungkin juga menyukai