Anda di halaman 1dari 4

Dreams

Cerpen Karangan: Fatimah Ilal Aula


Lolos moderasi pada: 19 May 2016
Brak! suara tumpukan benda berat yang sengaja ku jatuhkan.
Huh.. akhirnya selesai juga! kataku sambil mengelap keringat yang ada di dahiku. ini akan
menjadi malam yang panjang!
Namaku Dev -Alexander Dev Angelo. Umurku 15 tahun. Tinggal? London-Inggris. Hobiku
membaca. Ya.. membaca buku tentang Astronomi. Bisa dibilang aku paling menyukai bab
tentang tata surya, dengan pengarang Nicolaus Copernicus. Ibu dan ayahku? Mereka
mengurungku di kamar ini. Tidak boleh sekolah ataupun belajar. Mereka juga tidak bekerja
-tapi entah dari mana mereka bisa makan. Sangat aneh bukan? Di kota yang sangat maju ini,
ada anak yang tidak boleh belajar oleh orangtuanya. Tapi syukurlah aku sudah membaca kirakira 500 buku buku tentang Astronomi selama 7 tahun. Pagi ini aku segera menuju ke
perpustakaan. Tentu saja untuk menukarkan buku-buku yang sudah ku baca.
Apa kau sudah menemukannya Dev? Tanya Caroline -penjaga perpustakaan umum ini.
Tidak aku tidak menemukannya,
Huh.. aku kan sudah bilang. Buku itu sangat sulit dicari, hanya orang-orang tertentu saja
yang memilikinya, Caroline menggerutu. Aku ikut mendengus.
Dasar! Nicolaus tu tidak memikirkan ada anak yang ingin mempelajari bukunya!
Caroline menghampiriku. Haha.. kau ini lucu sekali, sudah. Ini. Aku menemukan satu lagi
buku astronomi terbaru, katanya sambil mengulurkan buku yang dimaksud.
Benarkah?! Terima kasih Carol! aku akan datang lagi besok! aku segera ke luar
perpustakaan.
Hal baru apa lagi ya yang akan aku dapatkan dari buku ini? Aku menuju ke halte dan sedikit
membuka buku-buku itu. Seper sekian detik selanjutnya, entah apa yang telah terjadi, tapi,
eh.. gadis itu. Aku tidak pernah melihat gadis yang berpakaian seperti itu. Celana panjang,
baju berlengan panjang, dan juga.. apa itu kain? Yang menutupi kepalanya? Aku ingin segera
menghiraukannya saat aku sadar bahwa dia membawa buku Nicolaus. C. jilid 2. Itu dia buku
yang ku cari-cari.
Tapi bagaimana gadis itu bisa mempunyainya? Aku ingin meminjamnya atau hanya sekedar
menanyakannya, tapi kecanggungan ini. Aku tidak biasa berbicara pada orang asing
sebelumnya. Sampai akhirnya aku melihatnya hilang bersamaan dengan bus itu. Setelah
kejadian itu, hampir setiap hari aku mengunjungi halte itu. Tapi gadis itu tidak pernah datang
lagi. Berhari-hari, berbulan-bulan, tapi dia juga kunjung tak terlihat. Sampai akhirnya, saat
itu, hujan deras mengguyur London, dan dia terjebak hujan di halte. Semenjak itu aku
menyukai hujan yang membuatnya berteduh. Seperti berbulan-bulan yang laluku hanya
berani meliriknya saja.

Entah apa yang membuatku kikuk di depan gadis cantik ini. Eh.. maksudku -ya dia memang
cantik. Sampai akhirnya bus itu tiba dan hujan telah mereda. Tapi aku sudah berjanji,
bagaimanapun aku akan membaca buku itu. Ku beranikan diri untuk mencegahnya memasuki
bus itu. Aku cepat-cepat menarik tangannya yang membuatnya langsung menoleh ke arahku,
Ehm, maaf! Apa aku boleh meminjam bukumu itu? karena secara kebetulan kali ini ia
membawa buku itu lagi. Dia hanya menatapku sinis hingga ku sadari aku masih memegang
tangannya. Dia kemudian turun.
Maaf buku ini milik Adikku. Aku tidak bisa meminjamkannya untukmu! Adikku akan
menangis semalaman jika buku ini tidak sampai padanya,
Berapa umur Adikmu? adik yang hebat-sepertinya dia mirip denganku.
Delapan tahun! aku menunggunya berubah pikiran hingga beberapa detik, tapi dia tidak
berkata apa-apa lagi.
Oh.. baiklah maaf mengganggu waktumu! sudah ku duga. Aku membalikkan badan.
Hingga, Tunggu! Kau bisa belajar bersamaku!
Aku menoleh. Dan tersenyum.

Siapa laki-laki ini? Kita baru saja kenal tapi dia sudah mengajakku ke rumahnya, bahkan aku
belum tahu namanya.
Kemarilah! katanya lirih. Ini kan rumahnya, tapi kenapa dia mengajakku ke jendela?
Kita akan masuk lewat sini! katanya -masih dengan suara lirih, Apa! Ini kan rumahmu?
kenapa kita harus lewat jendela! tapi dia hanya menyeringai tajam.
Kau mau mati di tangan ibuku?! Cepat masuk! Huh.. dasar laki-laki! Ketika akan
memasuki jendelanya, aku terpekik, Eh.. tapi ini kamarmu! dia mengangguk.
Ehm, memangnya kenapa? memangnya kenapa?! Aku tidak pernah masuk ke kamar lakilaki sebelumnya!
Cepat masuk saja!

Seru juga belajar dengannya. Dia juga menyukai Astronomi dan lebih tahu banyak daripada
aku yang telah menghabiskan 500 buku ini. Aku jadi iri padanya. Ternyata ia seorang muslim.
Aku pernah mendengar tentang agama itu sebelumnya. Ya.. karena rata-rata seorang ahli
dalam berbagai bidang adalah orang muslim. Begitu yang pernah ku baca. Tak terasa sudah 3
bulan aku belajar dengannya dan berjalan dengan sangat seru. Mungkin kalau aku bersekolah
itu akan lebih menyenangkan lagi.
Dev? Cita-citamu apa?
Ehm, aku ingin sekolah di Saint George, lalu kuliah di Oxford dan bekerja di NASA. Kalau
kau?
Aku.. ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik! aku terkejut, Hanya itu?! dia
menggeleng.
Tidak lah. Selain itu cita-citaku juga sama sepertimu. Bekerja di NASA dan menjadi ahli
Astronomi! Itu akan terwujud Ezwa. Ya, namanya Ezwa dan kita akan mewujudkannya
bersama-sama.

Aku dan Dev? Kita sudah menjadi sahabat selama satu tahun. Satu tahun yang sangat
menyenangkan. Tapi sayang, Pertemanan kita cepat berakhir. Ya.. saat Dev ketahuan diamdiam belajar di kamarnya bersamaku. Ayah dan ibunya marah besar sampai-sampai aku
menangis saat mendengarnya membela diri untuk belajar.
Aku ingin membahagiakan kalian juga!
Plak!
Hanya suara itu yang saat ini terngiang di kepalaku. Aku ingin menolongnya, tapi aku tidak
bisa apa-apa. Bisa-bisa aku hanya membuat Dev makin dimarahi. Tapi setelah kejadian itu,
Dev masih memaksa untuk belajar bersama. Dia mengusulkan untuk mengganti tempatnya di
rumahku. Tapi dia ketahuan lagi saat aku mengantarnya pulang. Sekali lagi, aku melihatnya
di depan mataku sendiri. Aku menangis tersedu-sedu meminta maaf kepada kedua
orangtuanya. Aku sudah tidak tega. Darah segar yang ke luar dari mulutnya. Ah.. ini semua
karena aku.
Keesokan harinya dia pindah rumah. Rumahnya sudah tak berpenghuni. Bahkan dia belum
sempat mengucapkan selamat tinggal untukku. Aku hanya menemukan buku agendanya
-yang luar biasa, yang bisa membuatku masuk ke universitas Oxford impianku dengan
beasiswa. Buku itu merangkum semua teori teori-teori Astronomi yang belum ku pelajari
sebelumnya. Dan sebuah surat yang membuatku makin semangat menjadi seorang muslim.
Ezwa. Ini aku Dev. Kau mungkin akan merindukanku saat aku pergi -haha, hanya bercanda.
Tapi aku yakin aku akan bertemu denganmu di NASA nanti! Oh ya, ngomong-ngomong
agamamu menarik juga dan.. Surprise! Aku masuk islam! Karena kau sudah membutakanku
dengan harapan dan indahnya islam, doakan Allah akan mengabulkan mimpi-mimpi kita!
Aku menangis membacanya. Iya, aku berjanji akan menyusulmu ke NASA Dev!
Alhamdulillah karena Allah aku telah lulus dari Oxford dengan nilai yang tinggi tapi ayahku
mengatakan bahwa ada yang melamarku! Awalnya aku tidak tidak mau -selain itu ingatan
tentang Dev juga terus mengusik. Tapi ridho Allah adalah ridho orangtua. Aku menerimanya
tapi dengan syarat aku diperbolehkan bekerja di NASA. Ayah menyetujuinya. Dan inilah
hidupku. Allah begitu indah melukis takdirku. Kau tahu? Aku benar-benar bertemu dengan
Dev. Rambutnya yang sedikit keriting, matanya yang abu-abu, kulitnya yang putih, aku tahu
pasti dia sudah sangat pintar sekarang. Aku merindukannya.
Dan yang makin membahagiakan adalah dia menyapaku dengan, Assalamualaikum Ezwa.
How are you? Subhanallah. Dia benar-benar teman fillahku. Saat mulai membahas ini-itu,
aku bercerita bahwa aku akan menikah dua minggu lagi-saat aku mengatakannya, hatiku
benar-benar nyeri.
Benarkah? aku mengangguk. iya, tapi aku tidak pernah melihatnya sekalipun! dia
manggut-manggut.
Dia melamarmu dengan apa? kenapa dia menanyakan hal itu? Tapi aku menjawab saja.
Hanya memberikan cincin ini! aku menunjukkan cincin yang diberikan oleh calon
suamiku. Ku akui cincinnya memang indah. Tiba-tiba dia juga menunjukkan cincinnya. Eh..
cincin kita sama!
Saat itu aku masih belum paham. Jangan bilang siapa-siapa Ezwa, aku.. yang datang ke
rumahmu dan melamarmu, jantungku serasa berhenti berdetak, tapi kita kan Dev
memotong, memangnya sahabat tidak boleh menikah? aku terdiam. Ya Allah aku

mensyukuri takdir yang kau berikan kepadaku. Lantas mimpi apa lagi yang ingin aku bangun
bersama Dev? Mempunyai tiga anak bagus juga, hihi.

Anda mungkin juga menyukai