Senyumku berhenti seketika mendengar nama Setya di sebut Rita. Seperti ada sakit di dalam
lubuk hatiku yang terdalam.
Sebelum berangkat makan siang Rita menghubungi ibuku lewat telepon untuk meminta izin.
Dan sialnya ibuku memberi izin, padahal aku berharap ketidakadaanku di acara makan siang
Rita dengan Setya. Ini adalah hal yang sangat sakit buatku.
Di sepanjang makan siang ini Setya selalu mencuri-curi pandang denganku, aku berusaha
berpaling pandang dari pandangannya. Owh.. sampai lupa. Mas ini kenalin temanku, Ara.
Nama lengkapnya Annisa Tiara. Rita mengenalkan Setya denganku. Aku hanya tersenyum
dan pura-pura tidak mengenal Setya.. Ara. Ujarku pada Setya.
Setya... Setya menjabatkan tangannya, dan aku pun membalas jabatan tangannya.
Ya udah dilanjut ya perkenalannya, aku mau ke toilet dulu.. Rita pun buru-buru pergi ke
toilet.
Sikapku pada Setya pun berubah dingin sekali, sementara Setya terus-terusan memandang
wajahku.
Ara.. Panggil Setya.
Aku menatapnya.. Tiba-tiba Setya memelukku, dan berbisik maafkan aku, aku
merindukanmu Ara..
Aku juga Setya... Balasku.
Segera aku lepas pelukannya. Lalu kami menceritakan hidup kami masing-masing setelah
berpisah dan aku menceritakan kejadian yang sebenarnya. Ada penyesalan dalam diri Setya..
Untuk apa kamu menyesal Setya, semuanya sudah terlanjur.
Jujur aku masih mencintai kamu Ara... Balasnya.
Tapi ada yang lebih mencintai kamu. Rita lebih bisa buat kamu bahagia, bukan aku yang
sakit-sakitan. Jelasku pada Setya.
Ara, aku akan memutuskan Rita dan kita bisa melanjutkan hubungan kita..
Setya, aku ngga nyangka ya.. kalau kamu bakal punya pemikiran seperti ini..
Aku mencintai kamu Ara..
Aku nggak akan membiarkan kamu melakukan hal bodoh itu, aku nggak mau bahagia di
atas penderitaan sahabat aku sendiri.
Dengan segera aku meninggalkan Setya. Aku pulang dengan air mata yang bertetesan di pipi.
Tepat hari selasa pagi pukul 06.00. Aku membuka pintu depan, sekuntum mawar putih
tergeletak di depan pintu dengan surat kecil yang bertuliskan selamat pagi.
Dari siapa ini..?. Tanyaku dalam hati.
Aku simpan mawar putih itu.
Hari selanjutnya, pada waktu yang sama. Aku menemukan sekuntum mawar putih lagi di
tempat yang sama.
Siapa yang sebenarnya menaruh mawar putih disini?.
Aku masuk ke dalam rumah, dan bertanya pada ibu.. Ibu tahu siapa yang menaruh mawar
putih di depan pintu rumah?
Setahu ibu tidak ada orang yang datang ke sini tuh Ar... Jawab ibu keheranan.
Hingga aku ingin mengetahui sendiri orang yang menaruh mawar putih di depan pintu.
Pukul 05.00, setelah shalat shubuh aku mengintip dari dalam jendela rumah. keadaan luar
rumah sepi, tidak ada siapa-siapa. Aku jadi merinding Kulihat seorang laki-laki dengan
motor vespanya berhenti di pinggir jalan depan rumah. Lalu dia berlari dengan membawa
mawar putih dan hendak ditaruhnya di depan pintu, seketika itu juga aku membuka pintu.
Bunga itu pun dijatuhkannya seraya memanggil namaku.. Ara..
Setya, hentikan sikap kamu yang seperti anak kecil ini. Ujarku penuh emosi dan segera aku
menutup pintu (BROKKK). Setya maafkan aku. sebenarnya aku masih mencintai kamu,
namun aku tidak ingin menyakiti hati Rita. Ujarku dalam hati dibalik pintu.
Seperti biasa Aku di kampus selalu bareng-bareng dengan Rita. Rita.. kenapa kamu diam
saja dari tadi?. Tanyaku ke Rita, karena sikapnya yang diam tidak seperti biasanya.
Dia malah nangis dan memelukku.. Mas Setya Ar..
Mas Setya kenapa?.
Mas Setya putusin aku Ar... Tangisnya malah menjadi-jadi.
Kenapa mas Setya putusin kamu?.
Karena dia tidak mencintai aku dan dia bertemu lagi dengan kekasihnya yang lama tidak ada
kabar...
Ya Allah, apa yang harus aku katakan pada sahabatku ini?. Tanyaku dalam hati.
Sudah jangan kamu tangisi mas Setya, mungkin ini jalan terbaik untuk kalian berdua.
Tapi aku masih mencintai mas Setya Ar... Bantah Rita.
Tanggal 17 Juli, pukul 00.01 ada pesan masuk di ponselku.
Nomor yang tidak aku kenal mengirim pesan, Assalamualaikum cantik, selamat ulang
tahun yang ke 20.. semoga tambah sholehah, tambah pinter, tambah cantik lahir batin..
Amiin.
Waalaikum salam, terima kasih untuk ucapannya. Tapi maaf.. dengan siapa ya ini?.
Balasku, namun pesan yang baru aku kirim langsung gagal terkirim.
Happy Brithday.. sayang. Ujar ibuku sembari membuka pintu kamarku dan langsung
memelukku erat. Makasih ibu... Tidak lupa aku menciumi pipi kanan dan kiri ibuku.
Rasanya aku ingin pergi ke tempat kenangan. Aku duduk di bawah pohon, di tempat biasa
aku dan Setya dulu duduk. Aku duduk disitu sambil mengingat-ingat kenangan dulu yang
pernah aku lewati dengan Setya, sambil aku baringkan badanku pada pohon dan ku pejamkan
mata. Tiba-tiba ada seseorang yang memegang tanganku.
Dengan segera aku membuka mata.. Setya...
Setya tiba-tiba berada di sampingku.
Kamu kangen kita bareng-bareng kayak dulu ya..?. Tanyanya. Aku hanya diam, tanpa
sepatah kata pun. haruskah aku jawab tidak pasti itu tidak baik, karena itu adalah jawaban
bohong. Haruskah aku jawab Ya.. tapi aku malu untuk menjawabnya.
Kamu ngikutin aku ya?. Tuduhku.
Ngga.. keGRan banget kamu, aku kesini itu.. emang aku kangen sama kamu, dan semua
kenangan kita. Sembari dia tarik hidungku.
Aw.. sakit tau. Jeritku.
Kita hanya diam-diaman sambil melihat orang-orang yang ada di atas perahu.
Kenapa kamu putusin Rita?. Tanyaku memecah keheningan.
Karena aku masih mencintai kamu..
Basi.. Balasku.
Dengan segera Setya mengangkat daguku dan mencium bibirku.
Harus bagaimana lagi aku membuktikan rasa cintaku ini. Ujarnya meyakinkan. Aku hanya
diam menanggapi dia.
Oh.. ya, ini kan hari ulang tahun kamu. Aku punya sesuatu buat kamu. Dia membuka tas
ranselnya dan mencari-cari sesuatu di dalamnya.
Lagi-lagi aku datang ke tempat kenangan itu. Aku duduk sendiri di bawah pohon, tempat
biasa aku dan Setya duduk. Beberapa kenangan perlahan-lahan memasuki angan-anganku,
tak terasa airmata ini jatuh. Lama-lama rasa rindu ini semakin memojokkan batinku, aku
tidak mampu menahan rasa ini.. Akhirnya kuteriakkan di tengah hembusan angin. Aku
kangen kamu Setyaaaaaa.. Aku berharap angin akan merasakan apa yang aku rasakan saat
ini.
Aku juga kangen kamu Ara... Suara Setya terdengar dari belakangku. Ketika aku balikkan
badan, ternyata Setya dan Rita ada di belakangku. Ara.. maafin aku. Ujar Rita sembari
memelukku.
Ara.. Setya sayang kamu, jangan kamu sia-siain Setya ya... Bisik Rita di dekat telingaku.
Aku lihat Setya tersenyum padaku.
Ara.. yang mengirim pesan dengan nomor yang tidak dikenal itu adalah aku... Ujar Setya.
Kamu jangan khawatir dengan aku Ara, aku sudah relain Setya buat kamu. Setya sayang
kamu.. kamu sayang Setya. Kamu mau apalagi?. Tambah Rita. Rita menarik tanganku dan
tangan Setya, lalu digandengnya tanganku oleh Setya. Dan ditariknya aku menuju danau oleh
Setya..
byurrrrrr. Seluruh badanku dan badan Setya basah.
Ara.. kamu kenapa?. Ditanyanya aku yang saat itu kedinginan hebat, karena kondisiku
yang sedang sakit.
Dingin Setya... Meskipun badanku kedinginan, namun aku cukup bahagia. tuhan
mengabulkan doaku selama ini. Tanpa banyak bicara Setya memeluk erat tubuhku dan
mencium keningku, Terlihat Rita yang tersenyum bahagia melihat aku dan Setya bahagia.
semoga kamu yang terakhir untukku setya.. Doaku dalam hati.
Cerpen Karangan: Hayu Meifitasari
Facebook: Adibah Ufairah Ii
Cerita Cinta Tulusku merupakan cerita pendek karangan Hayu Meifitasari, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.