Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ISLAM DAN KESEHATAN

Dosen Pembimbing:
Mustakim, SKM, MKM
Disusun Oleh:
Putri Nurlailia (20147100
Rizky Amalia (2014710069)
Siti Sarah A. (2014710062)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan
nikmat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
mata kuliah Islam dan Kesehatan.
Tak lupa pula kita haturkan salam serta salawat atas junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Yang telah menuntun kita kejalan benar, beserta keluarga dan sahabatnya sebagai sumber
ilmu pengetahuan dan hikmat.
Makalah ini disusun untuk memyelesaikan tugas, pada mata kuliah Islam dan
Kesehatan dari Bapak Mustakim, SKM, MKM. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
Oleh karena itu dengan ini pula penulis menantikan masukan berupa saran, usulan kritik
dan sebagainya dari para pembaca untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada masa-masa
mendatang.

Cirendeu, 10 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................

1.3 Tujuan Penulisan..

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
2.1 Transfusi Darah menurut Pandangan Islam............................................................................ 5
2.2 Risiko transfusi darah terhadap kesehatan dan potensi penyebaran penyakit......................... 5
2.3 HIV-AIDS dalam pandangan Islam ........................................................................................ 6
2.4 HIV-AIDS dalam dunia kesehatan......................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................

11

3.2 Saran ................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 12

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transfusi darah merupakan kegiatan memasukkan darah orang lain ke darah orang
yang akan ditolong. Saat ini, transfusi sudah sering dilakukan oleh setiap orang untuk
membantu orang yang memerlukan darah. Selain dapat menolong orang, transfusi darah juga
memberikan manfaat kepada pendonor itu sendiri. Karena menyumbangkan darah dengan
ikhlas adalah termasuk amal kemanusiaan yang sangat dihargai dan dianjurkan (mandub)
oleh islam, sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia, sesuai dengan firman Allah :
Artinya:Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah ia memelihara kehidupan manusia semuanya (Q.S. Al-Maidah : 32),
Namun, masih ada beberapa keraguan mengenai diperbolahkan atau tidaknya
transfusi darah dalam pandangan Islam. Disamping manfaat yang diperoleh dari transfusi,
terdapat pula kerugiannya. Salah satu kerugian dari transfusi darah adalah resiko tertular
beragam penyakit. Beberapa penyakit yang dapat tertular seperti reaksi transfusi, alergi,
infeksi, hepatitis dan HIV/AIDS.
Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu yang dapat tertular melalui transfusi darah.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem
kekebalan tubuh. Virus ini melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan
penyakit. Sedangkan AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau
merusak system kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus). HIV/AIDS
sebagian besar disebabkan oleh perilaku yang tidak layak dilakukan oleh masyarakat seperti
seks bebas.
Pandangan Islam mengenai HIV/AIDS hukumnya haram. Allah SWT sangat
membenci perilaku yang menyebabkan penyakit ini. HIV AIDS dalam sudut pandang islam
ada dua:
1) Balasan atas perilaku yang menyimpang dalam melakukan seks bebas,
2) Sebagai musibah atau cobaan bagi pengidap HIV AIDS yang tidak melakukan
penyimpangan agama.
Beberapa cara penularan virus HIV/AIDS adalah sebagai berikut:

Hubungan seks tanpa kondom

Berbagi alat suntik dengan orang yang positif mengidap HIV, terutama di kalangan
pengguna narkotika suntik

Ibu hamil positif HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan/atau waktu
menyusui

Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV


Namun Islam juga memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV /AIDS secara fisik,

psikis dan sosial. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya, walaupun masih dalam tahap
vaksin bukan obat penyembuh hanya penghambat yaitu ARV (Anti Retro Viral) dan secara
psikis melalui kesabaran, taubat, tagarrubilallah (dzikirullah dan berdoa), sedangkan secara
sosial melalui penerimaan dan dukungan penuh yaitu dari masyarakat terutama keluarganya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana transfusi darah menurut pandangan Islam?
2. Apa risiko transfusi darah terhadap kesehatan dan potensi penyebaran penyakitnya?
3. Bagaimana HIV-AIDS dalam pandangan Islam dan Kesehatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui transfusi darah menurut pandangan Islam
2. Untuk mengetahui risiko penyakit karena transfusi darah
3. Untuk memahami bagaimana HIV/AIDS menurut Islam
4. Dan untuk mengetahui HIV/AIDS dalam kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Transfusi Darah menurut Pandangan Islam
Transfusi darah berasal dari bahasa Inggris Blood Transfution yang artinya
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong. Hal
ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan darah.
Menurut Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya
sebagai berikut, yang artinya Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia,
dengan cara memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.
Persyaratan dibolehkannya tranfusi darah itu berkaitan dengan masalah medis,
bukan masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi karena adanya kaidahkaidah hukum Islam sebagai berikut:
1.

Artinya bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya

kebutaan harus dihindari dengan berobat dan sebagainya.


2.

Artinya bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain

[lebih besar bahayanya] .misalnya seorang yang memerlukan tranfusi darah karena
kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh me-nerima darah orang yang menderita
AIDS, sebab bisa mendatang-kan bahaya yang lebih besar/berakibat fatal.
3.

Artinya tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri dan

tidak pula membuat mudarat kepada orang lain, misalnya seorang pria yang impotent
atau terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh.
Apabila terdapat padanya maslahat dan tidak menimbulkan kemudharatan yang
dapat membahayakan dirinya, maka donor darah tidak terlarang. Bahkan padanya
terdapat pahala dan keutamaan, sebagaimana yang termaktub dalam kitabullah dan
sunnah Rasul-Nya. QS 99:78, Barangsiapa yang beramal dengan sebiji debu kebaikan
maka dia akan melihatnya, dan barangsiapa yang beramal dengan sebiji debu kejelekan
maka dia akan melihatnya.
Menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, ada tiga perkara yang harus
dibicarakan untuk menjelaskan hukum donor darah.

Masalah Pertama: Penerima Donor Darah


Yang boleh menerima darah yang didonorkan adalah orang yang berada dalam
keadaan kritis karena sakit ataupun terluka dan sangat memerlukan tambahan darah.
Dasarnya adalah firman Allah Taala: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan
bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut
(nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. (QS. Al-Baqarah:173)
Bentuk pengambilan dalil dari ayat di atas bahwasanya jikalau keselamatan jiwa
pasien karena sakit atau luka sangat tergantung kepada darah yang didonorkan oleh orang
lain dan tidak ada zat makanan atau obat-obatan yang dapat menggantikannya untuk
menyelamatkan jiwanya maka dibolehkan mendonorkan darah kepadanya.
Masalah Kedua: Pendonor Darah
Boleh mendonorkan darah jika tidak menimbulkan bahaya dan akibat buruk
terhadap si pendonor darah, berdasarkan hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam :
Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan jiwa dan tidak boleh pula
membahayakan orang lain.
Boleh transfusi darah dari orang kafir kepada orang muslim. Syaikh Abdullah bin
Abdul Aziz bin Baz mengatakan bahwa tidak masalah melakukan donor darah jika
memang dibutuhkan, setelah dokter memutuskan pasien butuh donor darah. Sementara
asal darah, tidak ada masalah. Baik darah istri untuk suaminya atau darah suami untuk
istrinya, atau darah orang kafir untuk orang muslim atau darah muslim untuk orang kafir,
tidak ada masalah.
Masalah Ketiga: Pembuat Rujukan
Instruksi yang dipegang dalam pendonoran darah itu adalah instruksi seorang
dokter muslim. Jika tidak ada, maka tidak ada larangan mengikuti instruksi dokter non
muslim. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh mengutip Hadist Nabi yang
diriwayatkan Al-Bukhari yang maknanya kurang lebih Rasulullah menyewa seorang
penunjuk jalan yang pada saat itu masih memeluk agama orang kafir quraisy. Ini berarti
tidak mengapa jika yang memberikan rujukan adalah seorang dokter yang bukan seorang
muslim jika memang tidak ada dokter yang muslim.

2.2 Risiko Transfusi Darah Terhadap Kesehatan dan Potensi Penyebaran Penyakit
Transfusi darah dan beberapa risiko yang mungkin timbul. Berikut ini reaksi dan
risiko yang mungkin timbul akibat transfusi darah:
1. Reaksi Transfusi Darah
Transfusi darah kadang menyebabkan reaksi transfusi. Ada jenis reaksi transfusi
yang buruk dan ada yang moderat. Reaksi transfusi bisa segera terjadi setelah transfusi
dimulai, namun ada juga reaksi yang terjadi beberapa hari atau bahkan lebih lama setelah
transfuse dilakukan.
Untuk mencegah terjadinya reaksi yang buruk, diperlukan tindakan pencegahan
sebelum transfusi dimulai. Jenis darah diperiksa berkali-kali, dan dilakukan crossmatched untuk memastikan bahwa jenis darah tersebut cocok dengan jenis darah dari
orang yang akan mendapatkannya. Setelah itu, perawat dan teknisi laboratorium bank
darah mencari informasi tentang pasien dan informasi pada unit darah (atau komponen
darah) sebelum dikeluarkan. Informasi ini dicocokkan sekali lagi di hadapan pasien
sebelum transfusi dimulai. Beberapa reaksi yang dapat timbul seperti:
A.

Reaksi alergi

B.

Reaksi demam

C.

Reaksi hemolitik kekebalan akut

D.

Reaksi hemolitik tertunda

2. Infeksi
Transfusi darah dapat menjadi jalan masuk bagi bakteri, virus, dan parasit yang
menyebabkan infeksi. Di negara seperti Amerika Serikat kemungkinan infeksi akibat
transfusi sangat rendah. Dengan adanya unit pengujian darah terhadap kuman yang dapat
menyebabkan infeksi telah membantu memastikan darah sangat aman, namun perlu kita
sadari bahwa tidak ada pengujian yang 100% akurat.
3. Kontaminasi Bakteri
Jarang sekali darah terkontaminasi dengan sejumlah kecil bakteri kulit selama
melakukan donor darah. Namun, trombosit adalah komponen darah yang paling mungkin
mengalami kontaminasi bakterial. Oleh sebab itu trombosit harus disimpan pada suhu

kamar, karena bakteri dapat tumbuh dengan cepat.Menurut penelitian, sekitar 1 dari
setiap 5.000 unit trombosit yang disumbangkan terkontaminasi.Pasien yang mendapatkan
trombosit yang terkontaminasi dapat segera mengalami penyakit yang lebih serius setelah
transfusi dimulai.
Pada tahun 2004, bank darah mulai melakukan pengujian terhadap trombosit,
sehingga mereka dapat membuang unit darah terkontaminasi yang mungkin
menyebabkan kerusakan.Pengujian ini masih terus disempurnakan, namun dari waktu ke
waktu semakin sedikit penyakit yang disebabkan oleh masalah kontaminasi
trombosit.Disamping itu, semakin banyak rumah sakit menggunakan trombosit apheresis,
yang memiliki risiko yang lebih rendah dari kontaminasi bakteri.
4. Hepatitis B dan C
Virus yang menyerang hati menyebabkan berbagai bentuk hepatitis.Hepatitis
merupakan penyakit yang paling umum ditularkan melalui transfusi darah. Hasil dari
sebuah penelitian 2009 terhadap hepatitis B dalam darah yang disumbangkan
mengemukakan bahwa risiko penularan virus ini sekitar 1 dalam setiap 350.000 unit,
atau sekitar 1 dibanding 1,6 juta transfusi darah dapat menularkan hepatitis C. Berbagai
penelitian terus dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi tersebut.Dalam kebanyakan
kasus tidak ada gejala, tetapi hepatitis kadang-kadang dapat menyebabkan kegagalan hati
dan masalah lainnya.
Beberapa langkah secara rutin telah dilakukan untuk mengurangi risiko hepatitis
dari transfusi darah.Para calon donor darah diajukan pertanyaan sehubungan dengan
faktor risiko hepatitis dan gejala hepatitis.Darah yang disumbangkan juga diuji untuk
menemukan virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan masalah hati yang mungkin menjadi
tanda jenis hepatitis lainnya.
5. Human immunodeficiency virus (HIV)
Salah satu rute utama penularan HIV adalah melalui kontak langsung antara darah
dengan darah yang terinfeksi HIV.Meskipun sebagian besar infeksi HIV melalui darah
terjadi melalui penggunaan suntikan narkoba, namun di seluruh dunia sejumlah kasus
penularan HIV terjadi melalui transfusi darah, suntikan medis, limbah medis dan paparan
kerja.

Pengujian HIV atas setiap unit darah yang disumbangkan mulai dilakukan pada tahun
1985, dan semua darah yang disumbangkan hingga saat ini dites HIV.Dengan pengujian
yang semakin ditingkatkan dari waktu ke waktu, maka jumlah kasus AIDS yang terkait
dengna transfusi terus menurun.
2.3 HIV/AIDS dalam Pandangan Islam
Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara harfiah Acquired artinya didapat
bukan keturunan.Immune artinya sistem kekebalan. Deficiency adalah kekurangan, dan
Syndrome yakni kumpulan gejala penyakit. Sedangkan secara terminologi AIDS
merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau merusak system
kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus). HIV adalah singkatan
dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus
ini melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit. AIDS
merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau merusak system
kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus).
AIDS adalah suatu penyakit akibat perbuatan yang dibenci Allah SWT, AIDS
sendiri tidak ada hukum pasti, hanya saja perbuatan seperti prilaku seks bebas yang
menyimpang seperti Homo atau lesbian, yang sering mendatangkan virus ini, hukumnya
haram.
HIV AIDS dalam sudut pandang islam ada dua:
1) Balasan atas perilaku yang meyimpang dalam melakukan seks bebas, juga
mengkonsumsi MIRAS dan NARKOBA.
2) Sebagai musibah atau cobaan bagi pengidap HIV AIDS yang tidak melakukan
penyimpangan agama.
Islam memandang bahwa penyakit HIV AIDS ini adalah perbuatan menjijikan,
kotor, dan keji. Bahkan kemunculannya telah diramalkan oleh Rasulullah sejak ribuan
tahun yang lalu, sebagaimana sabda beliau: Tiada lahir suatu fakhisyah (perbuatan
kotor, menjijikan, keji, atau zina) yang merajalela pada suatu kaum dan dilakukan
secara terang-terangan, kecuali Alloh akan menimpakan kepada mereka penyakit
menular (AIDS) yang belum pernah ada sebelumnya. (HR. Tabrani dan Hakim)

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Furqon: 43-44:


Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya. Maka apakah kamu bisa menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu
mengira kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan perbuatan mereka lebih sesat dari binatang
ternak.
2.4 HIV/AIDS dalam Kesehatan
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau
merusak system kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus).
Beberapa cara penularan virus HIV/AIDS adalah sebagai berikut:

Hubungan seks tanpa kondom

Berbagi alat suntik dengan orang yang positif mengidap HIV, terutama di kalangan
pengguna narkotika suntik

Ibu hamil positif HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan/atau waktu
menyusui

Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV


HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh
manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan
yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV
tidak bisa menyebar melalui keringat atau urin. Dengan diagnosis HIV dini dan
penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah
stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Arbaah:
berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu (pikun).
Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni secara fisik,
psikis, dan social. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya hingga yang terbaru ARV
(AntiRetroviral). Secara psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub ilallah (dzikrullah),

dan berdoa, sedangkan, secara social melalui penerimaan dan dukungan penuh
masyarakat terutama keluarga.

BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
1. Islam melihat donor darah ini adalah sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan
umat.
2. Adanya reaksi dan resiko yang mungkin timbul akibat tranfusi darah.
3. Syaikh Al-Allamah tersebut memperbolehkan kegiatan donor darah.Hal ini dilihat
dari tiga sudut pandang yang berbeda yakni orang yang menerima, pendonor, dan
yang membuat rujukan atau dokternya. Menurutnya, orang yang menerima
haruslah yang benar-benar membutuhkan, tidak membahayakan bagi si pendonor
dan yang memberikan rujukan adalah seorang dokter muslim, jika tidak ada maka
diperbolehkan dengan dokter selain muslim.
4. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau
merusak system kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus).
5.

Penyebab HIV AIDS adalah penyimpangan agama yaitu melakukan hubungan


seksual secara bebas(Zina) juga mengkonsumsi MIRAS dan NARKOBA.

6.

HIV AIDS dapat menular melalui; hubungan seksual, ibu pada anaknya, darah dan
produk darah yang tercemar HIV, pemakaian alat kesehatan yang tidak steril, alatalat untuk menorah kulit, menggunakan jarum suntik secara bergantian.

7. HIV AIDS dalam sudut pandang islam ada dua:


a.

Balasan atas perilaku yang meyimpang dalam melakukan sek bebas


(perzinahan dan sodomi), juga mengkonsumsi MIRAS dan NARKOBA.

b.

Sebagai musibah atau cobaan bagi pengidap HIV AIDS yang tidak
melakukan penyimpangan agama.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai