Untuk menekan inflasi yang begitu tinggi, Suharto membuat kebijakan yang
berbeda jauh dengan kebijakan Sukarno, pendahulunya.
Ini dia lakukan dengan menertibkan anggaran, menertibkan sektor perbankan,
mengembalikan ekonomi pasar, memperhatikan sektor ekonomi, dan merangkul negaranegara barat untuk menarik modal.
pemasukan negara dari migas meningkat dari $0,6 miliar pada tahun 1973 menjadi $10,6
miliar pada tahun 1980.
Titik balik
Masa keemasan ekonomi Orde Baru, kata Emil salim, mengalami titik balik
ketika memasuki tahun 1990-an, saat BJ Habibie dengan visi teknololgi masuk
merambah bidang ekonomi.
Suharto melepaskan jabatan setelah unjuk rasa besar-besaran tahun 1998.
Tetapi, Kwik Kian Gie tidak sependapat dan dia menilai Habibie bukan faktor
penting dalam titik balik ekonomi Orde Baru.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa Orde Baru terkesan begitu memukau,"
kata Kwik, namun menurutnya di sisi lain kesenjangan dan kemiskinan adalah akibat
kebijakan ekonomi liberal.
Krisis moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan tuntutan reformasi total, dia
anggap sebagai konsekuensi logis dari kebijakan tersebut yang diperburuk oleh situasi
politik.
Namun, pengamat ekonomi Djisman Simandjuntak mempunyai analisa berbeda
tengan jatuhnya Suharto.
"Krisis ekonomi untuk sebagian orang memang bisa ditelusuri ke praktek
kebijakan, bukan desain kebijakan di atas kertasnya," kata Djisman.
Pengamat ekonomi ini menilai pada prakteknya kebijakan pemerintahan Suharto
sarat dengan berbagai penyelewengan seperti kolusi, korupsi dan nepotisme pada kroni
Suharto.
Pada saat yang bersamaan, rakyat menuntut suksesi politik. Dan krisis ekonomi
yang melanda Indonesia menjadi pemicu krisis politik yang sudah dipendam oleh rakyat,
tambah Djisman Simandjuntak.
Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah satuan perencanaan
yang dibuat oleh pemerintah Orde Baru di Indonesia.
Repelita di kelompokan menjadi 6 bagian, yaitu :
Repelita III (1979 1984) menekankan bidang industri padat karya untuk
meningkatkan ekspor.
Pembangunan Nasional
Dilakukan pembagunan nasional pada masa Orde Baru dengan tujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan
kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman
pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat
dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembagunan adalah sebagai
berikut :
1.
3.
merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita
akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.
Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan
awal pembangunan Orde Baru.
Tujuan Pelita I
Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974
Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III
pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih
menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
perumahan.
4.
Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya
adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang
berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan
kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat
dipertahankan.
5.
Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya
pada sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik
dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri
memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik
dibanding sebelumnya.
6.
Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya
masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan
pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada
periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu
perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
Hasil yang masih bisa dilihat setelah adanya pelita pada masa Orde Baru dalam
pandangan kereziman adalah :
Adanya pertumbuhan ekonomi justru menjadikan orang yang kaya makin kaya
seiring dengan kebutuhan akan modal yang kian pesat dan sebaliknya, orang yang miskin
makin miskin karena faktor produksinya diserap secara tidak seimbang. Hal demikianlah
yang bisa menerangkan kenapa setelah 10 tahun pembangunan ekonomi Indonesia di era
Orde Baru melalui serangkaian Pelita I dan II (1969 1979) telah membukakan mata
bahwa kemiskinan di Indonesia sebagai dampak ketimpangan sosial dan ketidakmerataan
hasil pembangunan masih terlihat.
TUGAS SEJARAH
HASIL HASIL YANG TELAH DICAPAI SEBELUM
DAN SETELAH PELAKSANAAN PELITA
Anggota
Di susun oleh :
KELOMPOK VI
: 1. Ifan Shofarudin Jaohari
2. Angga Pratama
3. Anreis F
4. Sri Haryati
5. Dita Angga P
6. Melia Puspitasari