Anda di halaman 1dari 11

KASUS :

Nama

: Mr. A

Pekerjaan

: buruh bangunan

Jenis kelamin

: laki-laki

Usia

: 40 thn

Berat badan

: 51 kg

Tinggi badan

: 170 cm

Anamnesis

: batuk sudah selama 3 minggu kadang-kadang beradarah,


dyspnea, nyeri dada ,
anoreksia, berat badan
menurun, malaise, berkeringat pada malam hari.

Riwayat penyakit sekarang

: Tuberkulosis paru dengan BTA (+)

Riwayat penyakit dahulu

: Diabetes sejak 15 tahun yang lalu

Riwayat penyakit keluarga

: Tidak ada keluarga yang menderita TBC dan orang tua


perempuan menderita diabetes

Riwayat soisal

: merokok 1 bungkus sehari

Riwayat operasi

:-

Riwayat imunisasi

: pasien tidak mengetahui tentang imunisasi

Riwayat pengobatan

: obat batuk dan glibenklamid

Riwayat alergi : Pemeriksaan fisik

Suhu : 39oC
Nadi : 90x/menit
Nafas : 30x/menit
TD
: 140/80 mmHg

Review of system

: Efusi pleura pada paru

Uji laboratorium

: Mikrobacterium tuberculosis dan BTA (+)

Selesaikan kasus dengan menggunakan metode SOAP.

A. Subjective
Nama
Pekerjaan
Jenis kelamin
Usia
Berat badan
Tinggi badan
Anamnesis

Riwayat penyakit sekarang


Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat sosial
Riwayat imunisasi
Riwayat pengobatan

: Mr. A
: buruh bangunan
: laki-laki
: 40 thn
: 51 kg
: 170 cm
: batuk sudah selama 3 minggu kadang-kadang beradarah,
dyspnea, nyeri dada ,
anoreksia, berat badan
menurun, malaise, berkeringat pada malam hari.
: Tuberkulosis paru dengan BTA (+)
: Diabetes sejak 15 tahun yang lalu
: Tidak ada keluarga yang menderita TBC dan orang tua
perempuan menderita diabetes
: merokok 1 bungkus sehari
: pasien tidak mengetahui tentang imunisasi
: obat batuk dan glibenklamid

B. Objective
Suhu : 39oC
(normal : 36,5-37,5oC)
Nadi : 90x/menit (normal : 60-100/menit)
Nafas : 30x/menit (normal : 12-20x/menit)
TD
: 140/80 mmHg
(120/80mmHg)
Uji laboratorium
: Mikrobacterium tuberculosis dan BTA (+)
C. Assesment
Berdasarkan Riwayat penyakit sekarang pasien menderita Tuberkulosis paru dengan BTA
(+) dan berdasarkan riwayat penyakit dahulu bahwa pasien menderita diabetes sejak 15
tahun yang lalu.

D. Plan
Tujuan Terapi :
Tujuan terapi jangka pendek :
Mencegah berkembangnya kuman Mycobacterium tuberculosis.

Merubah BTA (+) menjadi (-) secepat mungkin


Mencegah kekambuhan
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi perbaikan daya tahanimonologis.
Mencegah penularan kuman dari pasien yang dicurigai terinfeksi TBC.
Tujuan terapi jangka panjang :
Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Meningkatkan kualitas hidup pasien .
Mencegah terjadinya resistensi terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis.
1. Terapi Farmakologi
2 RHZE / 4 RH
(diberikan FDC yang terdiri dari 2 FDC yaitu :300 mg Isoniasid (INH),
150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275 mg Etambutol Tablet ini
digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif dan
diberikan sebanyak 3 tablet selama 2 bulan dan dilanjutkan dengan 4 FDC
yaitu tahap lanjutan selama 4 bulan yang terdiri dari 150 mg Isoniasid
(INH) dan 150 mg Rifampisin yang diminum 3 tablet setiap harinya)
Obat glibenklamid dapat menyebabkan interaksi obat dengan rifampisin
yang meyebabkan penurunan kadar rifampisin menjadi 50%. Sehingga
diganti dengan Injeksi insulin secara subkutan , 15 menit sebelum atau
sesudah makan, sesuai kebutuhan. Setelah selesai pengobatan TB paru,
dapat dilanjutkan kembali dengan obat anti-diabetes oral.
Salbutamol 4 mg diberikan 3-4 kali sehari untuk mengobati sesak nafas
pada pasien.
untuk demam biasanya digunakan Paracetamol 500 mg.
untuk batuk dapat diberikan gliseril guaiakolat untuk batuk pasien.
2. Terapi nonfarmakologi
Hentikan kebiasaan merokok karena merokok menyebabkan sistem imun
berubah dan adanya bukti histopatologi kerusakan paru-paru pada perokok
serta meningkatkan terjadinya infeksi paru-paru yang lebih berat serta
gagalnya konversi setelah 2 bulan pengobatan menyebabkan infeksi yang
berkelanjutan.
Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi).

Memperbanyak istirahat (bedrest).


Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk
membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun dan
hindari makanan yang mengandung gula.
Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara
yang baru.
Berolahraga, seperti jalan santai di pagi hari.

3. Monitoring
Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi penyakit
Jika timbuk efek samping maka dapat dilakukan berbagai terapi tambahan
seperti : pada penggunaan Isoniasid memiliki efek samping kesemutan
sampai dengan rasa terbakar di kaki, tatalaksana untuk efek samping
tersebut adalah dengan memberikan Vitamin B kompleks atau pemberian
piridoksin dengan dosis 10 mg , Pirazinamid yang mengakibatkan nyeri
sendi, hal ini diatasi dengan pemberian analgesik, dimana yang paling
banyak digunakan adalah Na Diklofenak, Rifampisin juga dapat berefek
hilangnya nafsu makan, untuk itu pemberian Xanvit sebagai multivitamin
penambah nafsu makan diperlukan.
Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik : Sebelum pengobatan
dimulai dan Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif) dan Pada
akhir pengobatan
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada: Sebelum
pengobatan, Setelah 2 bulan pengobatan dan Pada akhir pengobatan.
Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal dan
darah lengkap
Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan
gula darah , asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek
samping pengobatan, Jika ;
- Bilirubin > 2 OAT Stop
- SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop
Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ). Setelah itu, monitor
klinik dan laboratorium. Bila klinik dan laboratorium normal kembali
(bilirubin, SGOT, SGPT), maka tambahkan H (INH) desensitisasi
sampai dengan dosis penuh (300 mg). Selama itu perhatikan klinik dan
periksa laboratorium saat INH dosis penuh , bila klinik dan
laboratorium normal , tambahkan rifampisin, desensitisasi sampai
dengan dosis penuh (sesuai berat badan). Sehingga paduan obat
menjadi RHES.
Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol
Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal
dalam 2 tahun pertama setelah sembuh untuk mengetahui terjadinya
kekambuhan. Yang dievaluasi adalah mikroskopik BTA dahak dan foto

4. KIE

toraks. Mikroskopik BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan setelah dinyatakan


sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
Control kadar gula dalam darah pasien sehingga target HbA1c kurang dari
7% atau setara dengan gula darah sewaktu sebesar 130 mg/dL.
Monitoring suhu tubuh dan rate respiration hingga berada kisaran 1220x/menit.
Jelaskan secara singkat bahwa kuman TB dapat menyebar ke udara waktu
penderita bersin atau batuk Oleh karena itu, penderita harus menutup
mulut bila batuk atau bersin dan jangan membuang dahak disembarang
tempat.
Jelaskan jumlah obat yang harus ditelan setiap dosis perharinya, Cara
minum obat (ditelan, diminum dengan air banyak, dll), Jadwal minum
obat, misalnya OAT diminum setiap hari pada pagi hari sebelum makan.
Jika pasien lupa meminum obat maka Jelaskan,jika jarak waktu antara
ingat harus minum lebih dekat dengan jadwal seharusnya , maka segera
minum obat, namun jika jarak waktu ingat minum obat lebih dekat dengan
jawal berikutnya, maka minum obat seseuai jadwal berikutnya.
Jelaskan bahwa apa yang terjadi apabila obat tidak diminum secara teratur,
misalnya pengobatan akan gagal atau obat yang ada tidak akan mampu
lagi mengobati penderita. Jika terjadi demikian, maka diperlukan obat
yang lebih mahal dan belum tentu tersedia di tempat pengambilan obat
biasanya
Perlu disampaikan pentingnya pengawasan langsung menelan obat pada
semua penderita TB, terutama pada pengobatan tahap awal (intensif). Bila
tahap ini dapat dilalui dengan baik, maka besar kemungkinan penderita
dapat disembuhkan, dan kemungkinan penularan sangat berkurang.
Jelaskan agar segera menghubungi petugas Puskesmas, rumah sakit,
dokter atau apotek terdekat apabila mengalami efek samping seperti :
Kemerahan pada kulit
Kuning pada mata dan kulit
Gejala seperti flu (demam, kedinginan dan pusing)
Nyeri dan pembengkakan sendi, terutama pada sendi
pergelangan kaki dan pergelangan tangan
Gangguan penglihatan
Warna merah / orange pada air seni
Gangguan keseimbangan dan pendengaran
Rasa mual, gangguan perut sampai muntah
Rasa kesemutan /terbakar pada kaki. Dll ( lihat efek samping
berat lainnya)

Simpan OAT ditempat yang mudah dilihat agar tidak lupa menelan OAT
dan OAT tidak tahan terhadap lembab dan panas serta jauhkan OAT dari
jangkauan anak anak.
Jelaskan kepada pasien untuk dapat berhenti merokok karna akan
memperparah status TBCnya.

Tepat indikasi
Nama Obat
Isoniazid

Indikasi
Untuk terapi semua
bentuk tuberculosis aktif,
disebabkan kuman yang
peka
dan
untuk
profilaksis
orang
beresiko
tinggi

Mekanisme Aksi
Keterangan
Menghambat
sintesis
asam Tepat
mikolat, komponen terpenting indikasi
pada dinding sel bakteri
(Sukandar, 2008).

Rifampisin

Pirazinamid

Etambutol

Salbutamol

Paracetamol

Gliseril
guaiakolat

mendapatkan infeksi.
Untuk
obat
anti
tuberculosis
yang
dikombinasikan dengan
antituberkulosis
lain
untuk terapi awal dan
ulang
Tuberculosis
dalam
kombinasi dengan obat
lain.

Menghambat
aktivitas Tepat
polymerase
RNA
yang indikasi
tergantung DNA pada sel-sel
yang rentan (Sukandar, 2008).

Menjadi asam pirazinat oleh


enzim pirazinamidase yang
berasal dari hasil TBC (Tjay,
2007).
Tuberculosis
dalam Menghambat sintesis minimal
kombinasi dengan obat satu
metabolit
yang
lain.
menyebabkan kerusakan pada
metabolism sel, menghambat
multiplikasi dan kematian sel
(Sukandar, 2008).

Tepat
indikasi

Asma dan kondisi lain


yang berkaitan dengan
obstruksi saluran nafas
yang reversible.

Tepat
indikasi

Meningkatkan jumlah cyclic


AMP yang berdampak pada
relaksasi otot polos bronkial
serta menghambat pelepasan
mediator
penyebab
reaksi
hipersensitivitas dari mast cells.
Analgetik dan antipiretik. menghalangi
produksi
prostaglandin, yang merupakan
bahan kimia yang terlibat dalam
transmisi pesan rasa sakit ke
otak.
Ekspektoran (khususnya Merangsang reseptor-reseptor di
batuk berdahak)
mukosa lambung yang
kemudian
meningkatkan
kegiatan kelenjar-sekresi dari
saluran lambung-usus & sebagai
refleks memperbanyak
sekresi dari kelenjar yang
berada disaluran napas

Tepat
indikasi

Tepa indikasi

Tepat pasien

Tepat Obat
Nama obat
Isoniazid

Rifampisin

Pirazinamid

Etambutol

Salbutamol

Paracetamol

Alasan sebagai drug of choice


Derivat asam isonikotinat yang
berkhasiat tuberkulostatis paling kuat
terhadap Mycobacterium
tuberculosis (dalam fase istirahat) dan
bersifat bakterisid terhadap basil yang
sedang tumbuh pesat.
Untuk obat anti tuberculosis yang
dikombinasikan
dengan
anti
tuberkulosis lain untuk terapi awal dan
lanjutan. Maka sangat penting untuk
membasmi semua basil guna mencegah
kambuhnya TBC.
Bekerja sebagai bakterisida, sprektrum
kerjanya sangat sempit dan hanya
meliputiMycobacterium
tuberculosis dan
merupakan
pengobatan kombinasi dalam kategori
dua.
Berkhasiat
spesifik
terhadapMycobacterium tuberculosis.

Keterangan
Tepat Obat

Tepat Obat

Tepat Obat

Tepat Obat

obat yang paling poten dan berkerja Tepat obat


cepat dan paling banyak dipakai untuk
mengatasi serangan asma atau sesaj
nafas.
Parasetamol memiliki efek samping Tepat obat

Gliseril
guaiakolat

yang lebih aman jika digunakan dalam


dosis yang sesuai.
Gliseril guaiakolat adalah derivat Tepat obat
guaiakol yang banyak digunakan
sebagai ekspektoran dalam berbagai
jenis sediaan batuk

Tepat pasien
Nama Obat
Isoniazid

Kontra Indikasi
Penyakit
hati
yang
aktif,
hipesensitifitas terhadap isoniazid
(Sukandar, 2008).
Rifampisin
Hipersensitifitas,
neuritis
optik,
kerusakan hati, ikterus.
Pirazinamid
Gangguan fungsi hati berat, porfiria,
hipersensitifitas terhadap pirazinamid
(Sukandar, 2008)
Etambutol
Anak dibawah 6 tahun, neuritis optic,
gangguan visual (Sukandar, 2008)
Salbutamol
hipersensitivitas terhadap albuterol
atau bahan apapun dalam formulasi.
Paracetamol
Alergi
parasetamol
atau
acetaminophen Gangguan fungsi hati
dan penyakit hati Gangguan Fungsi
Ginjal Serius,
Giseril Hipersensitivitas terhadap produk
guaiakolat
Guaifenesin

Keterangan
Tepat Pasien

Tepat Pasien
Tepat Pasien

Tepat Pasien
Tepat Pasien
Tepat pasien

Tepat pasien

Tepat dosis
Nama Obat
Isoniazid

Rifampisin

Dosis Standar
Dosis yang Diberikan
Keterangan
300 mg 1x sehari, Tahap awal : 75 mg 3x Tepat Dosis
atau 900 mg
sehari selama 2 bulan
3x
seminggu
Tahap Lanjutan :
(Dipiro, 2002)
Isoniazid 150 mg 3x
sehari selama 4 bulan.
600 mg 1x
Tahap awal : 150 mg Tepat Dosis

sehari, atau 600


mg
3x
seminggu
(Dipiro, 2002).
Pirazinamid

Etambutol

Paracetamol

Gliseril
guaiakolat

Salbutamol

3x sehari selama 2
bulan
Tahap lanjutan : 150
mg 3x sehari selama 4
bulan.
15-30 mg/kg BB Tahap awal : 400 mg Tepat Dosis
(maks. 2 gram) 3x sehari selama 2
1x
sehari bulan
(Manjoer, 2000)
2535 mg/kg per
dose 3x
seminggu
(Dipiro, 2002).
25mg/kg bb/hari Tahap awal : 275 mg Tepat dosis.
(maksimal 800 3x sehari selama 2
mg)
bulan.
500 mg tablet 500 mg setapi 3x Tepat dosis
oral setiap 4 sehari.
sampai 6 jam.
100 mg hingga 100mg/5ml sebanyak Tepat dosis.
200 mg sebanyak 3-4 kali.
3-4 kali dalam
sehari.
4 mg 3-4 kali 2 4 mg sebanyak 3 Tepat dosis.
sehari.
Dosis 4 kali per hari
maksimal 8 mg.

Waspada efek samping


Nama Obat
Isoniazid

Rifampisin

Efek Samping Obat


Kerusakan hati, neuritis
perifer, gatal-gatal, ikterus,
gangguan
penglihantan,
letih, anoreksia (Tjay, 2007)
Ikterus, kerusakan hati,
gangguan saluran cerna,
mual, muntah, sakit ulu hati,

Saran
Menambahkan vitamin B6
untuk menghindari neuritis
perifer.
Jika mual atau muntah maka
dapat
diatasi
dengan
penggunaan obat pada malam

Pirazinamid

Etambutol

Salbutamol

Gliseril
guaiakolat
Paracetamol

kejang
perut,
diare, hari sebelum tidur.
gangguan SSP, dan reaksi Jika urine berwarna merah
hipersensitifitas
(Tjay, berikan info kepada pasien
2007).
bahwa efek itu hanya karena
warna tablet rifampisin. Dan
tidak perlu diobati.
Hepatotoksik,
demam Lakukan pemeriksaan kadar
anoreksia,
hepatomegali, SGPT, SGOT
ikterus, gagal hati, mual,
muntah, artralgia, anemia
sideroblastik,
urtikaria
(Sukandar, 2008)
Neuritis optic, gout, gatal, Nyeri sendi yang terjadi dapat
nyeri sendi (Manjoer, 2000) diberikan Aspirin atau na
diklofenak.
otitis media, mual, batuk, Konsultasikan ke dokter.
bronkitis,
sakit
kepala,
takikardia / berdebar-debar,
kram otot,
Berupa iritasi lambung Dapat dikurangi bila minum
(mual, muntah)
air putih.
Gangguan lambung dan Konsultasikan ke dokter.
usus, alergi (Tjay, 2007)

Anda mungkin juga menyukai