Anda di halaman 1dari 12

1.

TANTIO REYNALDI ( 142014019 )


2. EKO BAYU NUGROHO ( 142014026 )
3. M. FAHMI KURNIAWAN ( 142014029 )

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesinambungan sebuah organisasi selain didukung oleh banyak faktor seperti
sumber daya manusia yang selalu siap (regenerasi) untuk meneruskan langkah dan segala
seluruh visi dan misi yang telah ada beserta anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya
(AD/ART) sebuah organisasi, perhatian terhadap kemampuan finansial, kemampuan
beradaptasi dengan dinamisasi zaman dan segala problematika yang ada di dalamnya atau
yang sedang berlangsung serta yang tak kalah pentingnya adalah kepercayaan dari calon
anggota terlebih lagi loyalitas serta dedikasi dari anggota serta jajaran pengurus yang sudah
lama berada adalah bukti konkrit dari hal ini.
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar maruf nahi munkar dengan
maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa agama Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi: aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah
duniawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam
kehidupan perseorangan maupun kolektif.
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang keberadaannya sudah sejak lama
bahkan ikut berperan serta dalam perjuangan juga sebagai sebuah gerakan yang dahulunya
hanya memfokuskan pada penyebaran agama hal ini tidak dapat disepelekan begitu saja.
Dalam penyebaran agama yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri
Muhammadiyah tidak hanya menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
semata. Akan tetapi di samping itu Muhammadiyah sebagai gerakan sekaligus organisasi juga
turut membantu bangsa ini agar bisa terlepas dari cengkeraman penjajah.
Berangkat dari hal ini maka Muhammadiyah sebagai bagian dari komponen bangsa
sekaligus sebagai warna dalam kemajemukkan bangsa tercinta ini. Kita akui sebagai bangsa
yang majemuk baik dari terdapatnya berbagai macam suku, bahasa dan kebudayaan serta
organisasi-organisasi kemasyarakatan (ORMAS) adalah warna yang masing-masing
mempunyai keunikan tersendiri. Dalam muhammadiyah ada sebuah pedoman yang disebut
dengan khithah, dimana khittah tersebut sebagai langkah atau kebijakan yang dirumuskan

untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu kita perlu mempelajari tentang khittah perjuangan
muhammadiyah tersebut.
PEMBAHASAN
B. PENGERTIAN KHITTAH
Apa itu khittah? Khittah secara bahasa berarti langkah atau jalan. Dalam dunia
gerakan Muhammadiyah, Khittah dipakai untuk menyebut panduan langkah-langkah
dalam berjuang. Khittah adalah pedoman yang dipegang oleh Muhammadiyah yang
sangat berguna ketika menghadapi kenyataan yang sebenarnya di masyarakat.
Singkatnya khittah adalah garis-garis garis haluan perjuangan Muhammadiyah.
Khittah itu mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan
tuntunan, pedoman, dan arah perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting
karena menjadi landasan berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan
anggota muhammadiyah. Garis-garis besar perjuangan Muhammadiyah tersebut
tidak boleh bertentangan dengan asas dan program yang telah disusun. Isi khittah
harus sesuai dengan tujuan Muhammadiyah, khittah disusun sesuai dengan
perkembangan zaman.

C. PENGERTIAN KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH


Secara etimologis, kata khittah berasal dari derivasi bahasa Arab- -
yang berarti rencana, jalan, langkah atau garis (Kamus Al-Munawwir). Sedangkan secara
terminologis yaitu suatu pikiran untuk melaksanakan perjuangan ideologi atau keyakinan
hidup. (PP Muhammadiyah 1968:8).
Dalam dunia gerakan Muhammadiyah, Khittah dipakai untuk menyebut panduan
langkah-langkah

dalam

berjuang.

Khittah

adalah

pedoman

yang

dipegang

oleh

Muhammadiyah yang sangat berguna ketika menghadapi kenyataan yang sebenarnya di


masyarakat. Singkatnya khittah adalah garis-garis haluan perjuangan Muhammadiyah.
Khittah itu mengandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan,
pedoman, dan arah perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting karena menjadi landasan
berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota muhammadiyah. Garis-garis besar
perjuangan Muhammadiyah tersebut tidak boleh bertentangan dengan asas dan program yang

telah disusun. Isi khittah harus sesuai dengan tujuan Muhammadiyah, khittah disusun sesuai
dengan perkembangan zaman.
Khittah perjuangan Muhammadiyah merupakan strategi yang ditetapkan dalam
Muktamar untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan. Khittah merupakan langkahlangkah yang terperinci dan berjenjang serta berkesinambungan yang memberikan jalan dan
arah bagi amal usaha Muhammadiyah , sehingga khittah dapat berubah setiap saat. Oleh
karena diputuskan dalam Muktamar, maka perubahanya pun harus disyahkan dalam
Muktamar.

D. FUNGSI KHITTAH MUHAMMADIYAH


Dari penyusunan Khittah yang berkembang sejak 1956 hingga 2002 itu terkandung
isyarat yang penting, bahwa Muhammadiyah sebenarnya jauh lebih antisipatif dalam
menyikapi dunia politik dan menyadari betapa banyak kemusykilan soal politik kekuasaan
itu, sehingga menggariskan Khitah Perjuangannya agar tetap istiqomah dalam mengemban
fungsi dakwah dan tajdidnya sebagai gerakkan Islam yang berkiprah dalam lapangan
kemasyarakatan dan tidak dalam lapangan politik praktis (Kurniawati, 2014). Sedangkan
menurut Zuriati (2012) fungsi khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai landasan
berpikir bagi semua pimpinan dan anggota juga menjadi landasan setiap amal usaha
Muhammadiyah.

E. MACAM-MACAM KHITTAH MUHAMMAIYAH


Isi khittah harus sesuai dengan tujuan Muhammadiyah, khittah itu disusun
sesuai dengan perkembangan zaman.

Langkah Muhammadiyah (Langkah Dua

Belas Muhammadiyah). Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. Mas Mansur


pada tahun 1938 1940. Isinya :
1. Langkah 12 Muhammadiyah 1938-1940
a. Memperdalam Masuknya Iman.
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-lebarnya, yakni
diberi riwayatnya dan diberi dalil buktinya, dipengaruhkan dan digembirakan, sampai
iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan mendalam di hati sanubari
kita, sekutu-sekutu Muham-madiyah seumumnya.

b. Memperluas Faham Agama.


Hendaklah faham agama yagn sesungguhnya itu dibentangkan dengan arti
yang seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan, sehingga kita sekutusekutu Muhammadiyah mengerti perluasan Agama Islam, itulah yang paling benar,
ringan dan berguna, maka, mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.
c. Memperbuahkan Budi Pekerti.
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji dan akhlaq
yang tercela serta diperbahaskannya tentang memakainya akhlaq yang mahmudah
dan menjauhkannya akhlaq yang madzmumah itu, sehingga menjadi amalan kita, ya
seorang sekutu Muhammadiyah, kita berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.
d. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie).
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self correctie),
segala usaha dan pekerjaan kita, kecuali diperbesarkan, supaya diperbaikilah juga.
Buah penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di tempat yang tentu, dengan
dasar mendatangkan maslahat dan menjauhkan madlarat, sedang yang kedua ini
didahulukan dari yang pertama.
e. Menguatkan Persatuan.
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan persatuan
organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta mempersamakan
hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.
f. Menegakkan Keadilan.
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan mengenai
badan sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu dibela dan dipertahankan
di mana juga.
g. Melakukan Kebijaksanaan.
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah disendikan
kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang menyalahi ke-dua
pegangan kita itu, mestilah kita buang, karena itu bukan kebijaksanaan yang

sesungguhnya. Dalam pada itu, dengan tidak mengurangi segala gerakan


kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-1940 H.
h. Menguatkan Majlis Tanwir.
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan kita
Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga disisi
Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka sewajibnyalah kita perteguhkan dengan
diatur yang sebaik-baiknya.
i. Mengadakan Konperensi Bagian.
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah bagian kita,
maka hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi bagian, umpama:
Konperensi Bagian: Penyiaran Agama seluruh Indonesia dan lain-lain sebagainya.
j. Mempermusyawaratkan Putusan.
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka hendaklah
setiap ada keputusan yang mengenai kepala Majlis (Bagian), dimusyawarahkanlah
dengan yang bersangkutan itu lebih dahulu, sehingga dapatlah mentanfidzkan
dengan cara menghasilkannya dengan segera.
k. Mengawaskan Gerakan Jalan.
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan mengawasi gerak kita yang
ada di dalam Muhammadiyah, yang sudah lalu, yang masih langsung dan yang
bertambah (yang akan datang/berkembang).
l. Mempersambungkan Gerakan Luar.
Kira berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran (ekstern), lainlain persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan dasar Silaturahim, tolongmenolong dalam segala kebaikan, yang tidak mengubah asasnya masing-masing,
terutama perhubungan kepada persyarikatan dan pemimpin Islam.

F. KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH TIAP DARERAH


1.KHITTAH MUHAMMADIYAH TAHUN 1956-1959
(KHITTAH PALEMBANG)
Khittah palembang ini dirumuskan pada muktamar muhammadiyah ke 33 tahun 1956
di palembang pada periode kepemimpinan AR (Ahmad Rasyid) Sutan Mansur. Isi khittah
palembang menguraikan 7 langkah pokok yang berisi kebijakan program dalam
muhammadiyah untuk tahun 1956-1959. Khittah palembang mirip dengan dua belas langkah
muhammadiyah yaitu menanamkan kembali kesadaran akan posisi muhammadiyah sebagai
gerakan islam yang memerlukan pagar tertentu agar menjadi pedoman bersikap dan bertindak
bagi seluruh anggotanya. Berikut merupakan penetapan khittah pada periode ini:
Menjiwai Pribadi Para Anggota Terutama Para Pemimpin Muhammadiyah Dengan :

Memperdalam dan mempertebal Tauhid.


Menyempurnakan ibadah dengan khusuk dan tawadlu.
Mempertinggi ahlak.
Memperluas ilmu pengetahuan.
Menggerakan muhammadiyah dengan penuh keyakinan dan rasa tanggung jawab,

hanya mengharapkan keridhoan Allah dan kebahaian umat.


a. Melaksanakan Uswatun Hasanah :
Muhammadiyah harus selalu dimuka membimbing arah pendapat umum.
Menegakan agama islam.
Membentuk rumah tangga bahagia.
Mengatur hidupdan kehidupan antara rumah tangga dan tetangga.
Anggota muhammadiyah harus menyesuaikan hidup dimasyarakat.
1. Mengutuhkan Organisasi Dan Merapikan Administrasi :
Memeliharah fitrah terhadap keutuhan organisasi dan administrasi.
Memperkuat keahlian para pekerja dan pemimpin agar tetap segar dan giat.
Menanamkan kesadaran organisasi.
Administrsi dituntun menurut ketentuan yang ada.
2. Memperbanyak Dan mempertinggi Mutu Amal
Memperbaiki dan melengkapi amal usaha muhammadiyah (termasuk tempat ibadah
pada sekolah-sekolah) sehingga dapat mendatangkan manfaat kepada sesama manusia
dari segala lapisan dan golongan.

Menggiatkan gerakan perpustakaan, karang-mengarang, penterjemahan, penerbitan,

taman bacaan dan kutub khanah.


Mendirikan asrama-asrama di tempat-tempat yang ada di sekolah-sekolah lanjutan di

beri pendidikan jasmani dan rohani.


3. Mempertinggi Mutu Anggota Dan Membentuk Kader.
1) Menetapkan minimum pengertian dan amalan agama yang perlu dimiliki oleh yiaptiap anggota muhammadiyah.
2) Memberi penghargaan setiap keluarga muhammadiyah dan anak muhammadiyah dan
umat islam pada umumnya yang berjasa, yang tua dihormati yang muda disayangi.
3) Menuntun anggota menurut bakat dan kecakapannya (tani, buruh, pedagang, pegawai,
cerdik pandai, dll) sesuai dengan ajaran islam.
4) Menempatkan pecinta dan pendukung muhammadiyah berjenjang naik; simpatisan,
calon anggota anggota dan anggota teras.
5) Mengadakan kursus kemasyarakatan di daerah.

2.KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH TAHUN 1969


(KHITTAH PONOROGO)
a. Pola Dasar Perjuangan.
1.

Muhammadiyah berjuang untuk mewujudkan cita-cita dan keyakinan hidup yang

bersumber ajaran islam dan dawah islam serta amar maruf nahi mungkar dalam arti
proporsi yang sebenar-benarnya.
2.

Untuk melakukan perjuangan dawah islam dan amar maruf nahi mungkar sperti

yang dimaksud diatas dan juga muhammadiyah sebagai organisasi memilih dan
menempatkan diri sebagai Gerakan Islam Dan Amar Maruf Nahi Mungkar Dalam
Bidang Masyarakat.
3.

Pada prinsipnya tidak diperbolehkan adanya perangkapaan jabatan terutamajabatan

pimpinan antara keduanya.


b. Program Dasar Perjuangan.
Dengan dakwah dan amar maruf nahi mungkar dalam arti proporsi yang sebenarbenarnya,
muhammadiyah harus mampu membuktikan bahwa ajaran islam mampu mengatur

masyarakat dalam NKRI yang berpancasila dan ber UUD 1945 menjadi masyarakat yang adil
dan makmur serta sejahtera, bahagia, materil, dan spritual yang diridhoi Allah SWT.

3. KHITTAH MUHAMMADIYAH TAHUN 1971


( KHITTAH UJUNG PANDANG)

a.

Adalah Gerakan Dawah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia

dan masyarakat.
b. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau
memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
c.

Untuk lebih memantapkan muhammadiyah sebagai gerakan dawah islam setelah pemilu

tahun 1971, muhammadiyah melakukan amar maruf nahi munkar secara konstruktif dan
positif terhadap partai muslimin Indonesia.
d. Untuk lebih meningkatkan partisipasi muhammadiyah dalam pelaksanaan pembangunan
nasional.

4. KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH TAHUN 1978


( KHITTAH SURABAYA)
a.

Muhammadiyah adalah Gerakan Dawah Islam yang beramal dalam segala bidang

kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan
tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai politik atau organisasi apapun.
b. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau
memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

5. KHITTAH MUHAMMADIYAH DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN


BERNEGARA TAHUN 2002( KHITTAH DEMPASAR)
Dalam Posisi yang demikian maka sebagaimana khittah Denpasar, muhammadiyah
dengan tetap berada dalam kerangka gerakan dakwah dan tajdid yang menjadi fokus dan
orientasi utama gerakannya dapat mengembangkan fungsi kelompok kepentingan atau
sebagai gerakan social civil-society dalam memainkan peran berbangsa dan bernegara.

G. MUHAMMADIYAH DAN MASYARAKAT


Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai Persyarikatan memilih
dan menempatkan diri sebagai Gerakan Islam amar-ma'ruf nahi mungkar dalam
masyarakat, dengan maksud yang terutama ialah membentuk keluarga dan
masyarakat sejahtera sesuai dengan Dakwah Jamaah.
Di samping itu Muhammadiyah menyelenggarakan amal-usaha seperti
tersebut pada Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar untuk
meningkatkan mutunya
Penyelenggaraan amal-usaha, tersebut merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah
untuk mencapai Keyakinan dan Cita-Cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam
dan bagi usaha untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai
Allah SWT.

H. MUHAMMADIYAH DAN POLITIK


Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya:
dengan dakwah amar ma ma'ruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang
sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis

konsepsionil, secara operasionil dan secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu
mengatur masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila
dan Undang Undang Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta
sejahtera, bahagia, materiil dan spirituil yang diridlai Allah SWT. Dalam
melaksanakan

usaha

itu,

Muhammadiyah

tetap

berpegang

teguh

pada

kepribadiannya
Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian
gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan
peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah.
Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan
bahwa:
Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala
bidang

kehidupan

manusia

dan

masyarakat,

tidak

mempunyai

hubungan

organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu Partai Politik atau
Organisasi apapun
Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak
memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku
dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

I. MUHAMMADIYAH DAN UKHUWAH ISLAMIYAH


Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan bekerjasama dengan
golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan Agama
Islam serta membela kepentingannya.

Dalam melakukan kerjasama tersebut, Muhammadiyah tidak bermaksud


menggabungkan dan mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi atau
institusi lainnya.

J. DASAR PROGRAM MUHAMMADIYAH


Berdasarkan landasan serta pendirian tersebut di atas dan dengan
memperhatikan kemampuan dan potensi Muhammadiyah dan bagiannya, perlu
ditetapkan langkah kebijaksanaan sebagai berikut:
Memulihkan

kembali

Muhammadiyah

sebagai

Persyarikatan

yang

menghimpun sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang
beriman teguh, ta'at beribaclah, berakhlaq mulia, dan menjadi teladan yang baik di
tengah-tengah masyarakat.
Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah tentang
hak dan kewajibannya sebagai warga negara, dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap persoalan-persoalan dan
kesulitan hidup masyarakat
Menepatkan kedudukan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan
untuk melaksanakan dakwah amar-ma'ruf nahi-mungkar ke segenap penjuru dan
lapisan masyarakat serta di segala bidang kehidupan di Negara Republik Indonesia
yang berdasar Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai