ALAMI
Oleh: Haslizen Hoesin
Setiap bangunan [baik rumah timpat tinggal, gedung sekolah (ruang kelas), bangunan
kantor, Rumah tempat ibadah, maupun bangunan untuk pertemuan], harus nyaman.
Artinya udara sejuk (tidak hangat), tidak terdapat tempat yang gelap/remang-remang
dan suara (bunyi)/ucapan kata-kata (kalimat) harus jelas atau dapat didengar dan
dipahami dengan kekerasan tertentu dan jernih. Paparan dibawah ini membahas fisika
bangunan dari sisi serba alami, baik aliran udara, pencahayaan maupun bunyi (suara),
dipaparkan juga radiasi matahari selintas, sebagai konsep energi. Selamat membaca,
mudah-mudahan bermanfaat.
Radiasi Matahari
Radiasi matahari dapat dibedakan tiga komponen: langsung, pantul dan baur. Radiasi
langsung dibedakan pula dengan radiasi langsung normal, vertical dan horizontal.
Radiasi baur dibedakan dua komponen yaitu radiasi baur vertikal dan horizontal. Selain
itu ada pula yang disebut dengan radiasi global (penjumlahan langsung, pantul dan
baur). Dalam bentuk gelombang radiasi matahari dibedakan: (1) Ultra ungu (violet), (2)
Cahaya tampak dan (3) Gelompang panjang (infra merah). Untuk menambah wawasan
Baca juga: Energi Radiasi Matahari: Pemanfaatan Pada Pertanian, Perikanan,
Bangunan dan Listrik. https://lizenhs.wordpress.com/2010/04/24/energi-radiasimatahari-pemanfaatan-pada-pertanian-perikanan-bangunan-dan-listrik/ dan Cahaya
Tampak: Photosynthe- sis Dan Penghematan Energi Dalam Bangunan
https://lizenhs.wordpress.com/2010/04/24/cahaya-tampak-%E2%80%9Cphotosynthesis
%E2%80%9D-dan-penghematan-energi/ .
Matahari (Surya) adalah sumber energi utama yaitu radiasi matahari dan cahaya
tampak yang diperlukan pada photosynthesis untuk kehidupan, menghangatkan
permukaan bumi dan udara. Hal inilah yang menyebabkan pergerakan udara (angin),
penguapan, hujan dll.
Dari paparan diatas jelaslah bahwa cahaya tampak bagian dari radiasi matahari. Sama
dengan radiasi matahari, cahaya tampak dibedakan atas tiga komponen yaitu langsung,
pantul dan baur. Cahaya langsung dibedakan dengan cahaya langsung normal,
langsung vertical dan langsung horizontal. Cahaya baur dibedakan pula dengan cahaya
baur vertikal dan baur horizontal. Selain itu ada pula yang disebut cahaya global
(penjumlahan langsung, pantul dan baur).
Bangunan dan Iklim
Bangunan adalah tempat berlindung dari lingkungan sekitar/luar seperti iklim, radiasi
matahari, binatang (berbisa, beracun, buas) dll. Dinding tegak (vertikal) bangunan perlu
terlindung dari radiasi matahari langsung. Oleh karena itu dipakai tritis dan/atau pohon
pelindung/peneduh. Atap bangunan dapat miring dan/atau horizontal. Didepan, samping
dan belakang bangunan rumah ditanam pohon peneduh (berbuah) yang dapat dimakan
(seperti mangga, jambu dll.). Seumpama tidak memiliki halaman yang luas, bisa
menanam tanaman yang agak tinggi dan rindang dedaunan di pot. Pagar halaman
sebaiknya pohon perdu, yang berfungsi meredam/menahan suara bising, debu dan
menghasilkan Oksigen. Bila berpagar tembok dan/atau besi, dibalik pagar antara pagar
dan dinding rumah ditanam tanaman hias seperti lidah mertua alias sansevieria,
menurut penelitian tanaman ini penyerap CO2 terbaik, atau tanaman sayur seperti
cabai besar, cabe keriting, cabe rawit, terong, tomat, bawang dll. Tanaman bumbu
seperti jeruk nipis, jeruk purut, kapula, kunyit, serai, jahe, kencur, lengkuas, mangkokan
(tapak leman), pandan, kemangi, ketumbar dll. Tanaman obat dll. Mengenai bangunan
sebagai penambah pengertian. Baca juga: Bangunan yang layak, sehat dan hemat
energi, Rumah Apa ituuuu? https://lizenhs.wordpress.com/2013/02/04/rumahyang-layak-sehat-dan-hemat-energi-apa-ituuuu/
Harus diingat bahwa Indonesia berada didaerah iklim tropis lembab (berada diantara
32.5 derajat lintang utara/selatan), banyak hujan dan radiasi/sinar matahari. Jadi
rancangan bangunan iklim tropis berbeda dengan daerah iklim subtropis, iklim
sedang dan iklim kutub. Jangan disamakan atau terkecoh dengan istilah-istilah rumah
model lain, model rumah di Indonesia adalah model iklim tropis. Langit-langit rumah
diperlukan untuk mengurangi panas dari radiasi matahari pada atap (sebagai meredam
panas). Langit-langit diberi lubang udara agar ruangan menjadi sejuk dan lubang
cahaya agar cahaya matahari masuk raungan. Apabila rumah bertingkat, sebaiknya
hunian berada di lantai atas, dilengkapi dengan lubang udara dan cahaya yang
memadai, sehingga tidak perlu dinyalakan lampu di siang hari dalam bangnan. Itulah
konsep hemat energi dalam bangunan. Baca juga: Fisika Bangunan, Bangunan
Apa.. Ituuu ??? https://lizenhs.wordpress.com/2011/11/26/fisika-bangunanbangunan-apa-ituuu/. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat terutama bagi yang akan
merancang rumah hunian, rumah tempat ibadah, ruang kelas, ruang pertemuan, dll.
Tata Udara Alami
Konsep tata udara alami adalah udara bebas masuk dan keluar bangunan sepanjang
hari (24 jam) mulai dari Subuh, pagi, siang, sore dan malam, perlakuan untuk tataudara
alami adalah membuat lubang (bukaan) udara (ventilasi) pada dinding dan langit-langit.
Udara sejuk masuk ruang bangunan, kemudian keluar membawa udara hangat (tubuh,
peralatan penghasil panas dan CO2) dari ruangan, secara alami yaitu dengan cara
didorong oleh angin luar bangunan dan memanfaatkan sifat-sifat udara. Jadi tata udara
alami adalah gerakan (sirkulasi) udara di dalam ruangan dengan memanfaatkan sifatsifat udara dan dorongan (tekanan) gerakan udara luar melalui lubang udara (ventilasi).
Lubang udara (ventilasi) yang baik, selain memperlancarkan sirkulasi (gerakan) udara,
juga untuk memelihara kesehatan dalam ruangan.
Agar terjadi dorongan (tekanan) udara dari luar bangunan untuk menggerakkan udara
dalam ruangan, rancangan rumah/bangunan terutama mengenai bukaan selain tata
ruang atau kamar-kamar, harus memperhatikan arah dan besar/kuat angin di wilayah
hunian. Data arah dan besar/kuat angin dapat diperoleh pada Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG). Jadi rancangan rumah tinggal/gedung-gedung tempat kegiatan
manusia sebaiknya memperhatikan data besar dan arah angin, sehingga rumah
menjadi nyaman tanpa menggunakan tata udara buatan. Bila dorongan udara luar
lemah, langkah-langkah yang digunakan tentu menambah lubang angin (memperluas
bukaan), bila masih kurang baru dibantu dengan Kipas Angin atau Air Conditioning (AC)
Terdapat beberapa cara penempatan ventilasi, diantaranya pada dinding di berbagai
penjuru dan langit-langit. Lubang bukaan, sebaiknya ada di bagian bawah dan atas
dinding suatu ruangan. Pada bagian atas yaitu di langit-langit (tentu bila ada langitlangit). Gerakan udara memanfaatkan sifat-sifat udara (udara hangat akan bergerak
atau mengambang keatas) dan dorongan udara melalui bukaan (ventilasi dan/atau
jendela). Bukaan bagian bawah untuk masuk udara sejuk, bagian atas untuk keluar
udara hangat yang berasal dari penghuni, lampu yang nyala, peralatan listrik dan CO2.
Dinding pemisah ruangan sebaiknya terdapat celah yang lebar dan tinggi seperti pintu
yang tidak memiliki daun, sebagai lubang udara, misalnya ruangan tamu dengan
ruangan keluarga dan ruang makan yang di batasi dinding, sehingga memudahkan
sirkulasi udara dalam bangunan. Pada ruang kamar tidur dengan ruang lain dapat
berbentuk lubang secukupnya (kecil), tergantung dengan jumlah penghuni kamar tidur,
sehingga mencukupi untuk mengalirkan (sirkulasi) udara pada kamar tersebut.
Di dapur selain bukaan ventilasi dan pintu buat juga jendela sebagai tempat masuk dan
keluar udara. Untuk melancarkan gerakan udara hangat dari tungku (kompor) saat
memasak bergerak keluar, ada lubang udara di bagian bawah, agar dipojok ruang
dapur tidak lembab.
Manfat Bukaan udara (ventilasi)
Gerakan udara secara alami dalam ruangan bermanfaat membawa O2 dari luar apalagi
dipekarangan terdapat pula tanaman hijau menghasilkan O2 dan membawa udara
hangat dan CO2 keluar ruangan. Perlakuan demikian akan menghemat pemakaian
energi.
Tata Cahaya alami
Konsep tata cahaya Alami (cahaya tampak) adalah memanfaatkan cahaya matahari
untuk pencahayaan didalam ruangan melalui bukaan cahaya (jendela) sehingga cahaya
optimal masuk mulai pagi sampai sore. Jadi manusia dalam ruangan mendapatkan
cahaya matahari, bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan sanitasi ruangan, sekaligus
juga memperoleh pencahayaan yang cukup dan menghangatkan ruangan di pagi hari.
Bidang bangunan yang bisa dimanfaatkan untuk masuk cahaya alami ke dalam
ruangan adalah dinding (bidang vertikal) dan atap (bidang miring/horizontal). Dinding,
sudah lumrah sebagai bidang tempat jendela dan ventilasi. Jendela dan ventilasi dapat
dirancang dengan berbagai model sedemikian rupa sesuai selera pemilik bangunan.
Justru yang jarang diaplikasikan adalah bidang atap menjadi media pencahayaan.
Dengan demikian pada pencahayaan alami yang berperan adalah kuat penerangan
pada bidang vertical dan bidang miring. Baca juga: Cahaya Tampak:
Photosynthesis Dan Penghematan Energi Dalam Bangunan
https://lizenhs.wordpress.com/2010/04/24/cahaya-tampak%E2%80%9Cphotosynthesis%E2%80%9D-dan-penghematan-energi/
Apabila menggunakan pencahayaan alami siang, sebaiknya tidak mengambil panas
matahari yang berlebihan ke dalam ruangan. Artinya memperhatikan lintasan gerak
surya dan ukuran peneduh (tritis). Alat peneduh digunakan untuk meminimalisir panas
dan juga untuk mengurangi silau cahaya. Pemilihan kaca juga harus kritis dalam
memastikan pencahayaan alami siang dalam bangunan.
Radiasi matahari memiliki panjang gelombang dari ultra ungu sampai gelombang
panjang yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan sanitasi ruangan. Cahaya
alami yang masuk kedalam ruangan, menjadikan manusia yang beraktivitas di dalam
ruangan akan terjaga mutu kesehatannya.
Cahaya matahari memiliki warna tertentu dan bisa menambah estetika ruang
bangunan. Komponen-komponen cahaya dapat berupa langsung, pantulan dan baur,
selain itu cahaya dapat pula diserap oleh permukaan. Pemantulan dan penyerapan
tergantung pada warna permukaan benda. Semakin gelap warnanya, maka semakin
tinggi koefisien serapnya. Hal ini juga dapat mempengaruhi estetika.
Cahaya matahari yang masuk melalui lubang cahaya (jendala), banyaknya ditentukan
oleh bentuk dan luasan. Betuk/luas jendela perlu diperkirakan untuk mencukupi
kebutuhan pencahayaan. Bentuk jendela memanjang keatas menyebabkan cahaya
masuk cukup banyak, namun distribusi cahaya kurang baik.
Lubang cahaya bila panjang dua kali ukuran tinggi, disebut juga memanjang
kesamping. Bentuk jendela memanjang kesamping lebih efektif (optimal) memberikan
pencahayaan dalam ruangan.
Manfaat dari cahaya Alami
Cahaya alami siang hari (Daylighting) adalah suatu sumber cahaya dengan spektrum
yang lebar dan sangat baik diadaptasi manusia. Studi yang terbaru menunjukkan
bahwa pemanfaatan cahaya alami pada gedung dapat meningkatkan produktivitas,
pengurangan waktu yang buruk, dan bahkan meningkat penjualan (sales). Cahaya
alami dalam ruangan paling tidak mempunyai dua manfaat yang umum: 1) Menerangi
ruangan didalam ruang, dan 2) Mengurangi pencahayaan buatan (elektrik) yang
diperlukan, berarti hemat energi.
Lebih penting lagi, cahaya alami memberikan manfaat psikologis luar biasa kepada
penghuni dalam bangunan; ini yang menjadi hal yang utama dari cahaya alami
dibanding pencahayaan elektrik (buatan), bahkan dari suatu penelitian di Canadians
dalam ruang terbuka atau ruang tertutup/ terisolasi. Frekuensi jangkauan pendengaran
manusia berada sekitar 16 Hz sampai sekitar 20 000 Hz. Hz adalah satuan frekuensi,
yang disebut Hertz (1 Hz berarti satu periode per detik). Gelombang suara dengan
frekuensi di bawah kisaran pendengaran disebut Infrasonic Sounds, sedangkan di atas
batas atas, yaitu, 20 000 Hz dikenal sebagai Ultrasonics sound. Sedangkan suara
dengan frekuensi melebihi 1 gigahertz (= 100 Hz) disebut sebagai hypersound.
Pada frekuensi berapa telinga manusia mampu mendengar? Telinga manusia mampu
mendengar pada frekuensi antara 16 20.000 Hz.
Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara.
Decibel (desibel) satuan ukuran untuk mengukur kekerasan suara; satuan ukuran untuk
mengukur ketajaman pendengaran.
Pada paparan diatas, terdapat tulisan dB, apakah dB itu? dB singkatan dari desibel.
Desibel menyatakan satuan kekerasan untuk bunyi. Jadi satuan kekerasan bunyi
menggunakan satuan desibel dan bukan menggunakan meter, inchi atau kg. Bila masih
bingung dengan satuan kekerasan dB, sebagai pengertian awal dan perbandingan,
intensitas atau kekerasan bunyi disekitar berada, gambarannya sebagai berikut:
1) Suara lemah (berbisik) 10 dB, 2) bercakap-cakap 40-50 dB, 3) suara orang berbicara
normal atau berbicara biasa 60-70 dB, 4) telepon berdering atau motor distarter sekitar
80-85 dB, 5) Konser musik Rock sekitar 100 dB sampai 120 dB, 6) pengeboran saat
perbaikan jalan sekitar 115 dB, 7) bunyi pesawat jet take off sekitar 120-130 dB.
Telinga ternyata mempunyai ambang batas pendengaran yaitu 120 dB, angka 120 dB
juga disebut dengan threshold of pain. Arti angka 120 dB adalah telinga akan mulai
merasa sakit. Jadi bila terdengar bunyi misalkan sedang menonton sebuah konser atau
latihan band disebuah lapangan atau studio rental, telinga pendengar merasakan sakit,
berarti tingkat (level) bunyi di tempat tersebut mencapai angka 120 dB, keadaan seperti
ini dikatakan bising. Bila mendengarkan suara rebut/gaduh, tidak jelas kata perkata,
bercampur teriak-teriakan disebut bising. Disarankan janganlah berlama-lama ditempat
itu, bila tidak ingin telinga menjadi rusak! Bila berlama-lama atau terus bertahan
ditempat itu biasanya akan terjadi, telinga terasa sakit. Bunyi (sinyal) tersebut yaitu
mulai merasakan suara ngiiiiingngng setelah meninggalkan tempat tersebut. Sinyal
(bunyi) nging ini bisa berlangsung berhari-hari tergantung kerusakan yang sudah terjadi
pada gendang telinga. Oleh karena itu, lebih baik menghindar sebisa mungkin dari
suara yang keras, apakah ketika latihan band atau pertunjukan meskipun
menggunakan earphone, karena ternyata pengguna earphone yang tidak hati-hati juga
dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran.
Bedasarkan paparan diatas penataan bunyi harus diperhatikan untuk rumah hunian,
ruang ceramah, rumah tempat ibadah agar tidak terjadi pemantulan suara, efek
dengung dan terhindar dari bising. Dinding dan atap rumah dilengkapi dengan interior
(dinding dan langit-langit) menyerap suara. Demikian pula untuk ruangan kerja, perlu
suasana yang lebih tenang, maka dinding-dindingnya dilapisi bahan penyerap suara.
Ruang mengandalkan akustik alami, artinya ruangan tersebut tanpa melibatkan
fungsi akustik yang bagus. Meskipun pada saat itu belum ada alat pengeras suara
elektronik. Suara khatib bisa terdengar jelas hingga ke pojok-pojok masjid yang cukup
jauh. Tata ruang masjid juga ditambah dengan tatacahaya alami dan tata udara alami
(ventilasi alamiah), yang menjamin kecukupan cahaya dan kesegaran udara dalam
masjid secara alami. Memang hebat rancangan masjid tersebut dan salut kita akan
ilmu fisika bangunan orang-orang muslim saat itu, mungkin belum tertandingi oleh para
sarjana sekarang.
Kepustakaan
Adhiwijogo M.U. (1969) Selection of the Design sky for Indonesia Base on the
Illumination Climate of Bandung. Presented at the Symposium on Environmental
Physics as Applied in tropical regions. Rorkee, India. February 1969.
Boutet, Terry S. (1987), Controling Air Movement: A Manual for Architects and
Building. Mc Graw-hill Book Company. New York.
ISE Technical Report No 4. (1972). Daytime Lighting in Buildings. Second edition
July 1972, York House, London SE1 7 UN
ISE Technical Report No 2. (1971). The Calculations of Utilization Factors the BZ
Method. Revisied edition. February 1971, York House, London SE1
Sai-kwok Wong, Wing-yin Ho (Winnie) (1986) Auditorium Acoustic Design: Hong
Kong Academy for Performing Arts . Department of Architecture. University of Hong
Kong.
SK SNI T 05 1989 F, Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang hari
Untuk Rumah dan Gedung. Departemen Pekerjaan Umum. Yayasan LPMB, Bandung.
Hoesin, Haslizen (1978), Penelitian & Studi Energi Radiasi Matahari Yang
Menimpa Bangunan Dan Pengaruhnya Terhadap Pemakaian Energi Untuk
Penerangan Di Siang Hari Dalam Bangunan. (Tugas Akhir). Departemen Fisika
Teknik. Institut Teknologi Bandung.
https://lizenhs.wordpress.com/2013/06/30/fisika-bangunan-tata-udara-alami-tatacahaya-alami-dan-tata-suara-alami/
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisika Bangunan.
Selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Krisna Dwi Handayani, ST.,MMT. selaku Dosen Mata Kuliah Fisika
Bangunan.
2. Semua rekan rekan dan pihak terkait yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
memperbaiki dalam kesempatan berikutnya.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
a.
b.
c.
Pendahuluan............................................................................................................1
Perumusan Masalah................................................................................................2
Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
1.
2.
a.Pencahayaan...............................................................................................................4
Pencahayaan Alami.....................................................................................4 - 8
Pencahayaan Buatan.................................................................................8 - 15
b.Kualitas Pencahayaan....................................................................................15 - 16.
1.
Sistem Pencahayaan..........................................................................16 - 19
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
Kesimpulan.................................................................................................27
Daftar Pustaka.............................................................................................28
.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
lampu pijar dengan logam halida atau sodium bertekanan tinggi akan menghasilkan
pengurangan biaya energi dan meningkatkan jarak penglihatan. Memasang dan
menggunakan kontrol foto, pengaturan waktu penerangan, dan sistim manajemen
energi juga dapat memperoleh penghematan yang luar biasa.
Walau begitu, dalam beberapa kasus mungkin perlu mempertimbangkan
modifikasi rancangan penerangan untuk mendapatkan penghematan
energi yang dikehendaki. Penting untuk dimengerti bahwa lampu-lampu yang efisien,
belum tentu merupakan sistim penerangan yang efisien.
B.
Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
C.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain yaitu :
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENCAHAYAAN
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi
menjadi :
a. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6
daripada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan
penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap,
sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari.
Terang alami
Terang yang berasal dari matahari.
a. Terang secara langsung
Penempatan faktor langit didasarkan atas keadaan langit terang merata dan kekuatan
terangnya dilapangan terbuka sebesar 10.000 lux.
Faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan : perbandingan las lubang cahaya
dan luas lantai, bentuk dan letak lubang cahaya, refleksi cahaya didalam ruangan.
Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari didalam ruangan,
hendaknya ruangan menerima cahaya lebih dari satu arah. Kasa nyamuk dapat
mengurangi cahaya masuk 15%.
b. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan
sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun
yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
2. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
3. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata,
tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
4. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan
untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:
Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan
melengkapi pencahayaan alami.
Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang
memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum
Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah
menyebar atau tefokus pada satu arah
Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan
yang diterangi atau tidak
Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya
Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau
rendah.
lampu merkuri, tetapi memiliki tabung dimana ligam halida ditambahkan untuk
menghasilkan cahaya dan memperbaiki color rendering.
menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan
tersebut.
Sedangkan untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang,
maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem
pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam
yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
TINGKAT
PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
Pekerjaan kasar
dan tidak terus
menerus
100
Pekerjaan kasar
dan terus
menerus
200
Pekerjaan rutin
300
Ruang
administrasi,
ruang
kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun
Pekerjaan agak
halus
500
Pembuatan
gambar
atau
bekerja dengan mesin kantor,
pekerjaan pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus
1000
Pekerjaan amat
halus
1500
Mengukir
dengan
tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat
halus
Pekerjaan terinci
Tidak
menimbulkan
bayangan
3000
Tidak
menimbulkan
bayangan
Pemeriksaan
pekerjaan,
perakitan sangat halus
Keperluan
Pencahayaa
n (LUX)
Pencahayaan
Umum untuk
ruangan dan
area
20
yang jarang
digunakan
50
70
Ruang boiler
100
150
200
300
450
1500
3000
visual
sederhana
Pencahayaan
umum untuk
interior
Pencahayaan
tambahan
setempat untuk
tugas visual
yang tepat
Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk melihat
komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer
tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial. Grandjean
menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan
komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut:
Tabel 3 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer
[2]
Keadaan Pekerja
Tingkat
Pencahayaan (lux)
300
Kualitas Pencahayaan
Lighting quality dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu
a. Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Mata menerima
cahaya utama yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa
dengan cermat objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang.
Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak
lebih dari 3 sampai 1 untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya
terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
b. Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai
mata. Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal
terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat
kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
2. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan
cahaya dalam lensa mata.
Sumber-sumber glare adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
2.
3.
c.
Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan
(artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari.
d.
Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana
mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak
perpindahan
sedapat
mungkin
dihindari,
dengan
menggunakan
sekat-sekat.
(2007)
hingga 85% informasi yang diterima pegawai di kantor adalah menggunakan indera
penglihatan (mata), seperti membaca surat atau memerikasa tagihan pembayaran. Hal
inilah yang menjadikan kenyamanan visual bagi pegawai di kantor sangat penting
karena akan mempengaruhi produktivitas mereka. Kelelahan pada mata pegawai akan
meningkat apabila tingkat cahaya di tempat kerja tidak sesuai yang akan
mengakibatkan pegawai mengalami ketegangan pada maata, sehingga mempengaruhi
fisiknya. Oleh karena itu, sistem pencahyaan yang efektif harus memperhitungkan
kualitas dan kuantitas cahaya yang sesuai denga tugas, ruangan, serta pegawai itu
sendiri.
Keseimbangan cahaya sangat penting. Pencahayaan di lingkungan kerja baru
disebut efektif apa bila pegawai merasa nyaman secara visual akibat pencahayaan
yang seimbang. Garris (2005) dalam Badru Munir (2007) memberikan aturan umum
bahwa tingkat pencahayaan pada area tugas yang dibebankan kepada pegawai
sebaiknya 2 hingga 3 kali pencahayaaan sekitar, 5 kali lebih terang dibandingkan
dengan kantor secara keseluruhan dan 10 kali lebih terang dari lingkungan kantor.
Badru Munir (2007) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di
gunakan di kantor, antara lain:
1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh
ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis
ini merupakan satu-satunya pencahayaan di ruangan tersebut.
2. Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai,
misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun
jenis cahaya ini jarang digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena alasan
kepraktisan.
Beberapa tips sebelum perusahaan memutuskan untuk menggunakan system
pencahayaan task lighting, antara lain:
Pekerjaan yang dibebankan pada pegawai
Ukuran pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
Jumlah dan jenis pekerjaan
2.
3.
Cahaya Fluorescent, menjadi jenis cahaya yang laim digunakan pada ruangan
perkantoran dengan tingkat terang yagn mirip dengan cahaya alami. Meskipun
pemasangan lebih mahal dibandingkan dengan incandescent, cahaya ini mempunyai
beberapa kelebihan:
Memproduksi lebih sedikit padas dan silau
Tabung fluorescent tahan sepuluh kali lebih lama daibandingkan dengan
incandescent
Cahaya fluorescent kira-kira lima kali lebih efisien dibandingkan dengan cahaya
incandescent.
4.
High Intensity discharge lamp, penggunaan cahaya ini pada perkantoran adalah
sesuatu yang baru. Lampu ini biasanya digunakan pada jalan raya dan stadion olah
raga, yang memberikan pencahayaan yang sangat efisien. Kekurangannya adalah
efeknya yang menyuilitkan untuk membedakan beberapa warna.
Ada tiga parameter yang dapat digunakan dalam mengatur efektivitas
pencahayaan kantor:
1.
2.
2.
Visual comfort probability. Sumber cahaya yang dapat dilihat degnan mata
telanjang atau pemantulan yang terlihat menyebabkan penggunaan VCP berkurang.
3.
Task illumination. Dinilai dengan menggunakan ukuran foot-candle, alat ukur ini
mengukur jumlah cahaya pada area kerja. Nilai TI yang tinggi memastikan pencahyaan
yang ckukup pada area kerja, khususnya ika terjadi silau dan pemantulan. Keanyakan
area perkantoran membutuhkan nilai TI 100-150 foot candle
2.5 Sistem Penerangan
Ada 5 jenis sistem penerangan yang dapat digunakan oleh organisasi, antara
lain:
1.
90-100% secara langsung ke area kerja, sistem ini akan mengakibatkan munculnya
silau dan bayangan karena hanya sedikit cahaya yang tersebar. Kecuali cahaya berada
dekat satu sama lain, area kerja tidak akan mendapat cahaya yang sama.
Semi direct, dengan pencahayaan semi direct 60-90%, cahaya diarahkan ke bawah
dan sisanya diarakhakn ke atas lalu dilpantulkan kembali ke bawah. Sistem ini
menghilangkan beberapa bayangan yang merupakan kelemahan sistem direct.
Indirect, sistem ini direkomendasikan untuk kebanyakan ruang kantor, karena cahaya
yang desebarkan mengurangi bayangan dan silau yang ditimbulknan dari penerangan
yang digunakan. Dengan sistem ini 90-100% cahaya pertama diarahkan ke aatas dan
kemudian menyebar dan memantul ke area kerja.
Semi indirect, sistem ini akan mengarahkan 60-90% cahaya ke atas dan kemudian
dilantulkan ke bawah dan sisanya juga diarakan ke area kerja. Meskipun sistem ini
menghasilkan jumlah cahaya yang lebih dengan tingkat watt yang sama dengan
indeirect, bayangan dan silau masih menajdi kendala bagi sistem semi indirect.
General Diffuse. Sistem ini mengarahkan 40-60% cahaya ke arah area kerja, dan
sisanya diarahkan ke bawah. Meskipun sistem ini menghasilakan lebih banyak cahaya
yang lebih dengan tingkat watt dengan semi indirect, bayangan dan silau jubga
lebanyak dari sistem semiindirect.
2.6 Sistem Kontrol Cahaya Otomatis
Sistem kontrol cahaya otomatis kini mulai digunakan pada gedung perkantoran,
meskipun tidak terlalu banyak yang menintegrasikan ke dalam sebuah sistem
manajemen energy gedung (BEMS-building energy management system). Sistem ini
mempunyai dampak positif pada konservasi energi, dan memungkinkan perusahaan
untuk menutup biaya pembelian dalam waktu singkat.
Salah satu jenis sistem ini adalah menggunakan sel cahaya untuk mengukur
jumlah tenaga yang dibutuhkan pada beberapa area. Dengan dukungan mekanisme
elektronik, sistem ini mampu menjaga tingkat pencahayaan yang diinginkan. Saat
lampu bertambah tua dan kotor, cahaya yang
mengatasinya, sistem ini meningkatkan jumlah cahaya untuk menjaga tingkat terang
yang diinginkan. Pada area dekat jendela dan cahaya luar, sistem ini otomatis
menyesuaikan kuantitas cahaya lampu agar tidak terlaklu terang akibat adanya cahaya
dari luar. Keuntungan utama dari sistem ini adalah konsitensi cahaya yang
didukungnya.
Jenis sistem yang lain adalah mengetahui kehadiran orang pada area yang
ditentukan. Sistem ini menggunakan dua jenis sensor; gelombang ultrasonic yang
mendeteksi gerakan, dan sensor infra merah yang mendeteksi tubuh. Sensor ini
berfungsi secara otomatis dengan mengaktikan sistem cahaya ketika seseorang masuk
ke ruang kantor.
2.7 Perawatan Sistem Pencahayaan
Semakin lama, lampu yang digunakan utnuk memberikan cahaya mulai
berkurang. Penurunan cahaya lampu mulai terjadi pada kira-kra 100 jam penggunaan
dan pada beberapa situasi, kadang kala lebih efektif mengganti dengan lampu yang
baru, meskipun belum mati. Saat ini semakin banyak perusahaan menjalankan program
penggantian lampu secara berkala pada area yang ditentukan. Jadwal penggantian
mempertimbangkan umur lampu. Berdasarkan penghitungan, secara keseluruhan lebih
efektif lebih dibandingkan menunggu sampai lampu benar-benar mati.
Program pembersihan atap dan bagian permanen lain pada perkantoran secara
berkala juga menjadi aspek penting dalam perawatn cahaya. Saat bagian tersebut
semakin kotor, permukaan memantulkan cahaya tidak lagi efektif yang tentunya akan
mengurangi keefektifan sistem penerangan. Kotoran atau debu ditambah usia
pemakaian lampu yang sudah tua akan mengurangi cahaya hingga 50%.
2.8 Pencahayaan dan Layar Monitor
Untuk mendesain sistem penerangan yang efektif, keberadaan layar monitor
akan menambah tingkat kompleksitanya. Kurangnya perhatian pada pencahayaan yang
sesuai dimana layar monitor berada dapat mengaakibatkan ganguan yang signifikan
pada penglihatan karywan. Mendesain sistem penerangan pada sekitar layar monitor,
antara lain:
1.Mengurangi silau dengan mengurnaig jumalah cahaya lampu aau cahaya alami
mengenai laar monitor
2.Menyesuaikan tingkat kontras dan terang pada layar monitor untuk meminimalakan
silau.
3.Menggunakan layar untuk mengurangi jumlah cahaya pada layar monitor.
4.Meminimalkan jumah cahaya langsung mengarah ke bawah dan memaksimalkan
jumlah cahaya yang tidak langsung pada area computer.
5.Menggunakan layar datar dari pada layar cembung.
Dari pembahasan diatas, berikut akan dibahas perbedaan penataan cahaya
pada dua ruangan utama di sebuah kantor
1.Ruang rapat, ruang rapat menggunakan lampu fluorescent yang linear, sedangkan
yang terakhir menggunakan chandelier dengan cahaya yang terfusi. Dengan cahaya
yang tidak langsung dua ruangan terakhir akan menghasilakan cahaya yang lembut.
Penataan cahaya yang jelek. Penata cahaya tidak focus pada meja itu sendiri
sehingga tampak membosankan bagi peserta rapat.
Penata cahayaan yang baik telah fokus pada meja rapat namun pencahayaan dari
luar melalui jendela terlalu membuat fokus cahaya menjadi pudar.
Penataan cahaya yang terbaik adalah dengan penata cahaya yang berimbang,
tampak lebih elegan. Kondisi ini ditambah adanya kemungkinan menggukan dua hingga
tiga jenis lampu yang dapat dimatikan atau dihidupkan sesuai dengan tingkat
pencahayaan yang dibutuhakn perserta rapat.
2.Ruang lobby. Pada ruang lobby, kafetaria maupun ruang publik lain dibutuhkan
pencahayaan yang secara visual melegakan.
Penataan cahaya yang baik adalah penatacahayaan telah memenuhi unsure yang
baik. Cahaya difokuskan pada resepsionis yang siap menyambut pengunjung atau
tamu deng kesna ruangan lebih lembut dan nyaman.
Penaracahyaan yang terbaik adalah penggunaan cahaya matahari membuat
kesan kantor lebih alami dan penggunaan lampu bercahaya tidak langsung akan dapat
memfokuskan perhatian pengunjung pada resepsionis dan panapan nama perusahaan
2.7 Macam Pekerjaan
Macam Pekerjaan
Perhitungan Cahaya
Dengan Foot-Candle
Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan tajam. 50
Imi meliputi perkerjaan yang mengenai huruf-huruf
atau angka-angka lembut, perbedaaan warna yang
samar-samar, atau pekerjaan untuk jangka waktu
lama secara terus menerus.
Contoh:
memeriksa
perhitungan,
melakukan
pembukun, menggambar.
Pekerjaan yang membutuhkan pekerjaan biasa
30
10
yang
membutuhkan
penglihatan 5
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Penggunaan system pencahayaan dalam ruang kantor, sangat berpengaruh
besar dalam peningkatan efisiensi kinerja karyawan. Karena itu untuk mendapatkan
pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan
yang tepat sesuai dengan kebutuhannya
Dalam ruang kerja, kondisi pencahayaan yang baik harus tersedia. Ketika
pencahayaan dalam ruang kantor kurang memenuhi, pekerja dapat merasa tidak
nyaman dan tidak puas sehingga dapat mengurangi produktivitas. Lingkungan
penerangan mempengaruhi kepuasan pengguna dan suasana ruang melalui desain
ruang kerja dan strategi pencahayaannya.
http://yerikoohm.blogspot.co.id/2012/12/fisika-bangunan-cahaya.html
BAB II
DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN PENCAHAYAAN ALAMIPencahayaan alami adalah sumber
pencahayaan yang berasal darisinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak
keuntungan, selainmenghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela- jendela
yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripadaluas lantai.Sumber
pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibandingdengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahayayang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat sianghari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
agar penggunaan sinar alamimendapat keuntungan, yaitu: