Anda di halaman 1dari 40

Fisika Bangunan: TATA UDARA ALAMI, TATA CAHAYA ALAMI DAN TATA SUARA

ALAMI
Oleh: Haslizen Hoesin
Setiap bangunan [baik rumah timpat tinggal, gedung sekolah (ruang kelas), bangunan
kantor, Rumah tempat ibadah, maupun bangunan untuk pertemuan], harus nyaman.
Artinya udara sejuk (tidak hangat), tidak terdapat tempat yang gelap/remang-remang
dan suara (bunyi)/ucapan kata-kata (kalimat) harus jelas atau dapat didengar dan
dipahami dengan kekerasan tertentu dan jernih. Paparan dibawah ini membahas fisika
bangunan dari sisi serba alami, baik aliran udara, pencahayaan maupun bunyi (suara),
dipaparkan juga radiasi matahari selintas, sebagai konsep energi. Selamat membaca,
mudah-mudahan bermanfaat.
Radiasi Matahari
Radiasi matahari dapat dibedakan tiga komponen: langsung, pantul dan baur. Radiasi
langsung dibedakan pula dengan radiasi langsung normal, vertical dan horizontal.
Radiasi baur dibedakan dua komponen yaitu radiasi baur vertikal dan horizontal. Selain
itu ada pula yang disebut dengan radiasi global (penjumlahan langsung, pantul dan
baur). Dalam bentuk gelombang radiasi matahari dibedakan: (1) Ultra ungu (violet), (2)
Cahaya tampak dan (3) Gelompang panjang (infra merah). Untuk menambah wawasan
Baca juga: Energi Radiasi Matahari: Pemanfaatan Pada Pertanian, Perikanan,
Bangunan dan Listrik. https://lizenhs.wordpress.com/2010/04/24/energi-radiasimatahari-pemanfaatan-pada-pertanian-perikanan-bangunan-dan-listrik/ dan Cahaya
Tampak: Photosynthe- sis Dan Penghematan Energi Dalam Bangunan
https://lizenhs.wordpress.com/2010/04/24/cahaya-tampak-%E2%80%9Cphotosynthesis
%E2%80%9D-dan-penghematan-energi/ .
Matahari (Surya) adalah sumber energi utama yaitu radiasi matahari dan cahaya
tampak yang diperlukan pada photosynthesis untuk kehidupan, menghangatkan
permukaan bumi dan udara. Hal inilah yang menyebabkan pergerakan udara (angin),
penguapan, hujan dll.
Dari paparan diatas jelaslah bahwa cahaya tampak bagian dari radiasi matahari. Sama
dengan radiasi matahari, cahaya tampak dibedakan atas tiga komponen yaitu langsung,
pantul dan baur. Cahaya langsung dibedakan dengan cahaya langsung normal,
langsung vertical dan langsung horizontal. Cahaya baur dibedakan pula dengan cahaya
baur vertikal dan baur horizontal. Selain itu ada pula yang disebut cahaya global
(penjumlahan langsung, pantul dan baur).
Bangunan dan Iklim
Bangunan adalah tempat berlindung dari lingkungan sekitar/luar seperti iklim, radiasi
matahari, binatang (berbisa, beracun, buas) dll. Dinding tegak (vertikal) bangunan perlu

terlindung dari radiasi matahari langsung. Oleh karena itu dipakai tritis dan/atau pohon
pelindung/peneduh. Atap bangunan dapat miring dan/atau horizontal. Didepan, samping
dan belakang bangunan rumah ditanam pohon peneduh (berbuah) yang dapat dimakan
(seperti mangga, jambu dll.). Seumpama tidak memiliki halaman yang luas, bisa
menanam tanaman yang agak tinggi dan rindang dedaunan di pot. Pagar halaman
sebaiknya pohon perdu, yang berfungsi meredam/menahan suara bising, debu dan
menghasilkan Oksigen. Bila berpagar tembok dan/atau besi, dibalik pagar antara pagar
dan dinding rumah ditanam tanaman hias seperti lidah mertua alias sansevieria,
menurut penelitian tanaman ini penyerap CO2 terbaik, atau tanaman sayur seperti
cabai besar, cabe keriting, cabe rawit, terong, tomat, bawang dll. Tanaman bumbu
seperti jeruk nipis, jeruk purut, kapula, kunyit, serai, jahe, kencur, lengkuas, mangkokan
(tapak leman), pandan, kemangi, ketumbar dll. Tanaman obat dll. Mengenai bangunan
sebagai penambah pengertian. Baca juga: Bangunan yang layak, sehat dan hemat
energi, Rumah Apa ituuuu? https://lizenhs.wordpress.com/2013/02/04/rumahyang-layak-sehat-dan-hemat-energi-apa-ituuuu/
Harus diingat bahwa Indonesia berada didaerah iklim tropis lembab (berada diantara
32.5 derajat lintang utara/selatan), banyak hujan dan radiasi/sinar matahari. Jadi
rancangan bangunan iklim tropis berbeda dengan daerah iklim subtropis, iklim
sedang dan iklim kutub. Jangan disamakan atau terkecoh dengan istilah-istilah rumah
model lain, model rumah di Indonesia adalah model iklim tropis. Langit-langit rumah
diperlukan untuk mengurangi panas dari radiasi matahari pada atap (sebagai meredam
panas). Langit-langit diberi lubang udara agar ruangan menjadi sejuk dan lubang
cahaya agar cahaya matahari masuk raungan. Apabila rumah bertingkat, sebaiknya
hunian berada di lantai atas, dilengkapi dengan lubang udara dan cahaya yang
memadai, sehingga tidak perlu dinyalakan lampu di siang hari dalam bangnan. Itulah
konsep hemat energi dalam bangunan. Baca juga: Fisika Bangunan, Bangunan
Apa.. Ituuu ??? https://lizenhs.wordpress.com/2011/11/26/fisika-bangunanbangunan-apa-ituuu/. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat terutama bagi yang akan
merancang rumah hunian, rumah tempat ibadah, ruang kelas, ruang pertemuan, dll.
Tata Udara Alami
Konsep tata udara alami adalah udara bebas masuk dan keluar bangunan sepanjang
hari (24 jam) mulai dari Subuh, pagi, siang, sore dan malam, perlakuan untuk tataudara
alami adalah membuat lubang (bukaan) udara (ventilasi) pada dinding dan langit-langit.
Udara sejuk masuk ruang bangunan, kemudian keluar membawa udara hangat (tubuh,
peralatan penghasil panas dan CO2) dari ruangan, secara alami yaitu dengan cara
didorong oleh angin luar bangunan dan memanfaatkan sifat-sifat udara. Jadi tata udara
alami adalah gerakan (sirkulasi) udara di dalam ruangan dengan memanfaatkan sifatsifat udara dan dorongan (tekanan) gerakan udara luar melalui lubang udara (ventilasi).
Lubang udara (ventilasi) yang baik, selain memperlancarkan sirkulasi (gerakan) udara,
juga untuk memelihara kesehatan dalam ruangan.

Agar terjadi dorongan (tekanan) udara dari luar bangunan untuk menggerakkan udara
dalam ruangan, rancangan rumah/bangunan terutama mengenai bukaan selain tata
ruang atau kamar-kamar, harus memperhatikan arah dan besar/kuat angin di wilayah
hunian. Data arah dan besar/kuat angin dapat diperoleh pada Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG). Jadi rancangan rumah tinggal/gedung-gedung tempat kegiatan
manusia sebaiknya memperhatikan data besar dan arah angin, sehingga rumah
menjadi nyaman tanpa menggunakan tata udara buatan. Bila dorongan udara luar
lemah, langkah-langkah yang digunakan tentu menambah lubang angin (memperluas
bukaan), bila masih kurang baru dibantu dengan Kipas Angin atau Air Conditioning (AC)
Terdapat beberapa cara penempatan ventilasi, diantaranya pada dinding di berbagai
penjuru dan langit-langit. Lubang bukaan, sebaiknya ada di bagian bawah dan atas
dinding suatu ruangan. Pada bagian atas yaitu di langit-langit (tentu bila ada langitlangit). Gerakan udara memanfaatkan sifat-sifat udara (udara hangat akan bergerak
atau mengambang keatas) dan dorongan udara melalui bukaan (ventilasi dan/atau
jendela). Bukaan bagian bawah untuk masuk udara sejuk, bagian atas untuk keluar
udara hangat yang berasal dari penghuni, lampu yang nyala, peralatan listrik dan CO2.
Dinding pemisah ruangan sebaiknya terdapat celah yang lebar dan tinggi seperti pintu
yang tidak memiliki daun, sebagai lubang udara, misalnya ruangan tamu dengan
ruangan keluarga dan ruang makan yang di batasi dinding, sehingga memudahkan
sirkulasi udara dalam bangunan. Pada ruang kamar tidur dengan ruang lain dapat
berbentuk lubang secukupnya (kecil), tergantung dengan jumlah penghuni kamar tidur,
sehingga mencukupi untuk mengalirkan (sirkulasi) udara pada kamar tersebut.
Di dapur selain bukaan ventilasi dan pintu buat juga jendela sebagai tempat masuk dan
keluar udara. Untuk melancarkan gerakan udara hangat dari tungku (kompor) saat
memasak bergerak keluar, ada lubang udara di bagian bawah, agar dipojok ruang
dapur tidak lembab.
Manfat Bukaan udara (ventilasi)
Gerakan udara secara alami dalam ruangan bermanfaat membawa O2 dari luar apalagi
dipekarangan terdapat pula tanaman hijau menghasilkan O2 dan membawa udara
hangat dan CO2 keluar ruangan. Perlakuan demikian akan menghemat pemakaian
energi.
Tata Cahaya alami
Konsep tata cahaya Alami (cahaya tampak) adalah memanfaatkan cahaya matahari
untuk pencahayaan didalam ruangan melalui bukaan cahaya (jendela) sehingga cahaya
optimal masuk mulai pagi sampai sore. Jadi manusia dalam ruangan mendapatkan
cahaya matahari, bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan sanitasi ruangan, sekaligus
juga memperoleh pencahayaan yang cukup dan menghangatkan ruangan di pagi hari.
Bidang bangunan yang bisa dimanfaatkan untuk masuk cahaya alami ke dalam
ruangan adalah dinding (bidang vertikal) dan atap (bidang miring/horizontal). Dinding,

sudah lumrah sebagai bidang tempat jendela dan ventilasi. Jendela dan ventilasi dapat
dirancang dengan berbagai model sedemikian rupa sesuai selera pemilik bangunan.
Justru yang jarang diaplikasikan adalah bidang atap menjadi media pencahayaan.
Dengan demikian pada pencahayaan alami yang berperan adalah kuat penerangan
pada bidang vertical dan bidang miring. Baca juga: Cahaya Tampak:
Photosynthesis Dan Penghematan Energi Dalam Bangunan
https://lizenhs.wordpress.com/2010/04/24/cahaya-tampak%E2%80%9Cphotosynthesis%E2%80%9D-dan-penghematan-energi/
Apabila menggunakan pencahayaan alami siang, sebaiknya tidak mengambil panas
matahari yang berlebihan ke dalam ruangan. Artinya memperhatikan lintasan gerak
surya dan ukuran peneduh (tritis). Alat peneduh digunakan untuk meminimalisir panas
dan juga untuk mengurangi silau cahaya. Pemilihan kaca juga harus kritis dalam
memastikan pencahayaan alami siang dalam bangunan.
Radiasi matahari memiliki panjang gelombang dari ultra ungu sampai gelombang
panjang yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan sanitasi ruangan. Cahaya
alami yang masuk kedalam ruangan, menjadikan manusia yang beraktivitas di dalam
ruangan akan terjaga mutu kesehatannya.
Cahaya matahari memiliki warna tertentu dan bisa menambah estetika ruang
bangunan. Komponen-komponen cahaya dapat berupa langsung, pantulan dan baur,
selain itu cahaya dapat pula diserap oleh permukaan. Pemantulan dan penyerapan
tergantung pada warna permukaan benda. Semakin gelap warnanya, maka semakin
tinggi koefisien serapnya. Hal ini juga dapat mempengaruhi estetika.
Cahaya matahari yang masuk melalui lubang cahaya (jendala), banyaknya ditentukan
oleh bentuk dan luasan. Betuk/luas jendela perlu diperkirakan untuk mencukupi
kebutuhan pencahayaan. Bentuk jendela memanjang keatas menyebabkan cahaya
masuk cukup banyak, namun distribusi cahaya kurang baik.
Lubang cahaya bila panjang dua kali ukuran tinggi, disebut juga memanjang
kesamping. Bentuk jendela memanjang kesamping lebih efektif (optimal) memberikan
pencahayaan dalam ruangan.
Manfaat dari cahaya Alami
Cahaya alami siang hari (Daylighting) adalah suatu sumber cahaya dengan spektrum
yang lebar dan sangat baik diadaptasi manusia. Studi yang terbaru menunjukkan
bahwa pemanfaatan cahaya alami pada gedung dapat meningkatkan produktivitas,
pengurangan waktu yang buruk, dan bahkan meningkat penjualan (sales). Cahaya
alami dalam ruangan paling tidak mempunyai dua manfaat yang umum: 1) Menerangi
ruangan didalam ruang, dan 2) Mengurangi pencahayaan buatan (elektrik) yang
diperlukan, berarti hemat energi.
Lebih penting lagi, cahaya alami memberikan manfaat psikologis luar biasa kepada
penghuni dalam bangunan; ini yang menjadi hal yang utama dari cahaya alami
dibanding pencahayaan elektrik (buatan), bahkan dari suatu penelitian di Canadians

memberitakan bahwa sebanyak 90 persen dari orang-orang yang waktunya dihabiskan


didalam rumah, kesehatan yang baik adalah berkaitan langsung dengan menerima
tingkat pencahaya yang bermutu.
Dengan pengintegrasian bangunan yang sesuai dan kendali pencahayaan buatan dan
pencahayaan alami dengan mantap mengurangi kebutuhan akan tiruan pencahayaan.
Prinsip Dari Praktek Cahaya Alami
Tingkat (level) dan distribusi cahaya alami di dalam suatu ruang tergantung pada tiga
faktor: (1) Geometri ruangan, (2) Penempatan dan orientasi dari lubang cahaya
(jendela) dan (3) karakteristik dari permukaan dalam (internal) ruangan.
Desain lubang cahaya alami ditentukan oleh berbagai factor, diantaranya adalah disain
di dalam ruang yang mengakomodasi faktor aktivitas dan estetika. Pola kegiatan
tertentu memerlukan tingkat pencahayaan tertentu.
Bangunan kantor misalnya secara umum memerlukan cahaya yang dihasilkan dari
suatu rencana (denah), yang secara relatif ditentukan oleh tinggi rendahnya jarak
antara lantai dan plafon, sedangkan jendela pada umumnya berada sepanjang satu
dinding.
Bangunan industri secara umum untuk menyediakan tingkat (level) tinggi dari berbagaibagai arah (omnidirectional) cahaya kepada semua bagian-bagian dari ruang yang
kebanyakan mempunyai volume ruang yang besar dan langit-langit yang relatif tinggi.
Bangunan hunian pada umumnya yang digunakan, secara relatif berukuran (volume)
kecil dengan ekspose hanya satu atau dua arah, bertujuan untuk menyediakan tingkat
pencahayaan yang cukup meskipun hanya satu jendela, sebagai contoh, yaitu
menghadap/ mengarah atau membelakangi atau menyamping lintasan matahari.
Pencahayaan Buatan
Siang hari, bila pencahayaan alami kurang baru ditambah dengan pencahayaan
buatan. Penambahan pencahaan tentu akibat dari rumah yang tidak memperhatikan
lintasan matahari atau berada didaerah yang padat bangunan. Pada malam hari, tidak
terdapat cahaya matahari, hanya ada cahaya bulan, tentu tidak cukup terang, Oleh
karena itu, perlu cahaya buatan (lampu). Sebaiknya setiap ruangan diberikan lampu
yang sedikit/tidak menghasilkan panas dan cahayanya tidak menyilaukan. Pada ruang
kerja lampu ditempatkan didua tempat yaitu untuk penerangan ruangan dengan kuat
penerangan secukupnya (tidak gelap dan tidak terlalu terang) dan di tempat kegiatan
kerja (di meja) dengan tingkat penerangan yang sesuai dengan kebutuhan. Bila ruang
kerja kecil cukup di meja kerja saja. Lampu ditempat (meja) kerja, cahaya (alami
dan/atau buatan) datang dari sebelah kiri atau belakang, untuk menghidari
silau/pantulan ke mata.
Tata Suara Alami
Akustika adalah ilmu tentang suara dan berkaitan dengan sumber (asal) suara baik

dalam ruang terbuka atau ruang tertutup/ terisolasi. Frekuensi jangkauan pendengaran
manusia berada sekitar 16 Hz sampai sekitar 20 000 Hz. Hz adalah satuan frekuensi,
yang disebut Hertz (1 Hz berarti satu periode per detik). Gelombang suara dengan
frekuensi di bawah kisaran pendengaran disebut Infrasonic Sounds, sedangkan di atas
batas atas, yaitu, 20 000 Hz dikenal sebagai Ultrasonics sound. Sedangkan suara
dengan frekuensi melebihi 1 gigahertz (= 100 Hz) disebut sebagai hypersound.
Pada frekuensi berapa telinga manusia mampu mendengar? Telinga manusia mampu
mendengar pada frekuensi antara 16 20.000 Hz.
Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara.
Decibel (desibel) satuan ukuran untuk mengukur kekerasan suara; satuan ukuran untuk
mengukur ketajaman pendengaran.
Pada paparan diatas, terdapat tulisan dB, apakah dB itu? dB singkatan dari desibel.
Desibel menyatakan satuan kekerasan untuk bunyi. Jadi satuan kekerasan bunyi
menggunakan satuan desibel dan bukan menggunakan meter, inchi atau kg. Bila masih
bingung dengan satuan kekerasan dB, sebagai pengertian awal dan perbandingan,
intensitas atau kekerasan bunyi disekitar berada, gambarannya sebagai berikut:
1) Suara lemah (berbisik) 10 dB, 2) bercakap-cakap 40-50 dB, 3) suara orang berbicara
normal atau berbicara biasa 60-70 dB, 4) telepon berdering atau motor distarter sekitar
80-85 dB, 5) Konser musik Rock sekitar 100 dB sampai 120 dB, 6) pengeboran saat
perbaikan jalan sekitar 115 dB, 7) bunyi pesawat jet take off sekitar 120-130 dB.
Telinga ternyata mempunyai ambang batas pendengaran yaitu 120 dB, angka 120 dB
juga disebut dengan threshold of pain. Arti angka 120 dB adalah telinga akan mulai
merasa sakit. Jadi bila terdengar bunyi misalkan sedang menonton sebuah konser atau
latihan band disebuah lapangan atau studio rental, telinga pendengar merasakan sakit,
berarti tingkat (level) bunyi di tempat tersebut mencapai angka 120 dB, keadaan seperti
ini dikatakan bising. Bila mendengarkan suara rebut/gaduh, tidak jelas kata perkata,
bercampur teriak-teriakan disebut bising. Disarankan janganlah berlama-lama ditempat
itu, bila tidak ingin telinga menjadi rusak! Bila berlama-lama atau terus bertahan
ditempat itu biasanya akan terjadi, telinga terasa sakit. Bunyi (sinyal) tersebut yaitu
mulai merasakan suara ngiiiiingngng setelah meninggalkan tempat tersebut. Sinyal
(bunyi) nging ini bisa berlangsung berhari-hari tergantung kerusakan yang sudah terjadi
pada gendang telinga. Oleh karena itu, lebih baik menghindar sebisa mungkin dari
suara yang keras, apakah ketika latihan band atau pertunjukan meskipun
menggunakan earphone, karena ternyata pengguna earphone yang tidak hati-hati juga
dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran.
Bedasarkan paparan diatas penataan bunyi harus diperhatikan untuk rumah hunian,
ruang ceramah, rumah tempat ibadah agar tidak terjadi pemantulan suara, efek
dengung dan terhindar dari bising. Dinding dan atap rumah dilengkapi dengan interior
(dinding dan langit-langit) menyerap suara. Demikian pula untuk ruangan kerja, perlu
suasana yang lebih tenang, maka dinding-dindingnya dilapisi bahan penyerap suara.
Ruang mengandalkan akustik alami, artinya ruangan tersebut tanpa melibatkan

peralatan elektroakustik dalam pendistribusian penguatan suara (speaker), sehingga


tiap elemen dalam ruang dirancang dengan pertimbangan akustik, seperti pantulan dan
penyerapan suara sehingga suara merata dalm ruangan tersebut.
Pada ruang ceramah, rumah tempat ibadah, bioskop dan teater konfigurasi tempat
sember suara (seperti panggung, pedium, pemantul, penyerap dll) berada di
depan/tengah penonton/pendengar, hal ini dipilih untuk menghadirkan suara/bunyi
penceramah/pemusik tidak terlalu berbeda dari aslinya, terutama bagi para
penonton/pendengar yang berada jauh dari panggung, pedium, mimbar dll., sekaligus
untuk mewujudkan kedekatan antara penceramah/ pemusik dengan
pendengar/penonton.
Kekerasan dan kejernihan suara secara alami didengar pendengar bervariasi dengan
jarak [X dalam meter (m)] dari sumber suara (bunyi). Menurut Sai and Wing (1986)
jarak sumber terhadap pendengar dibagi empat kelompok sebagai berikut:
(1) X sampai 15m. released listening, (2) X antara 15m sampai 20m. good
intelligibility, (3) X antara 20m sampai 25m. satisfactory, (4) X 30 m. limit of
acceptability without electronic amplification.
Apa arti dari batasan-batasan tersebut?
Untuk ruangan bila jarak sumber suara terhadap pendengar, kurang dari 25m,
berdasarkan ketentuan Wong dan Ho dengan tekanan suara sumber 50 70 dB tidak
diperlukan pengeras suara elektronik. Bila pada ruangan, jarak sumber suara dengan
pendengar kurang dari 25 m yaitu 20 -25m, tetap memakai penguat suara elektronik,
apalagi pada jarak 15 m, itu berarti pemborosan energi listrik dan/atau perbuatan
mubazir. Untuk menambah kekerasan suara pada jangkauan sampai 25 m dari sumber
suara, gunakan dinding (bidang) pemantul seperti: berbentuk cembung atau cekung
atau tabung dibelah dua (setengah lingkaran atas dan bawah) tempat sumber suara
berada. Bila masih tetap kurang jelas, atasi kebisingan luar, masih tetap kurang jelas
baru dilengkapi dengan pengeras elektronik, jadi penguat/pengeras suara elektronik
adalah keputusan terakhir.
Tata Suara Buatan
Tata suara buatan adalah melibatkan peralatan elektroakustik dalam pendistribusian
penguatan suara (speaker) baik di dinding maupun di plafon (langit-langit). Untuk
Masjid, Baca juga: Tata Suara (Akustik) Masjid: Kasus Masjid Salman ITB
https://lizenhs.wordpress.com/2010/03/22/tata-suara-akustik-masjid-kasus-masjidsalman-itb/
Tatasuara Alamiah, Tatacahaya Alamiah Dan Tata Udara Alamiah
Tatasuara, tatacahaya dan tataudara alamiah yang baik dipelajari dan dicontoh
adalah Masjid Agung Kordoba Spanyol, walaupun saat ini (sekarang) hanya
sebagai museum. Masjid ini memiliki arsitektur yang sangat indah, sekaligus memiliki

fungsi akustik yang bagus. Meskipun pada saat itu belum ada alat pengeras suara
elektronik. Suara khatib bisa terdengar jelas hingga ke pojok-pojok masjid yang cukup
jauh. Tata ruang masjid juga ditambah dengan tatacahaya alami dan tata udara alami
(ventilasi alamiah), yang menjamin kecukupan cahaya dan kesegaran udara dalam
masjid secara alami. Memang hebat rancangan masjid tersebut dan salut kita akan
ilmu fisika bangunan orang-orang muslim saat itu, mungkin belum tertandingi oleh para
sarjana sekarang.
Kepustakaan
Adhiwijogo M.U. (1969) Selection of the Design sky for Indonesia Base on the
Illumination Climate of Bandung. Presented at the Symposium on Environmental
Physics as Applied in tropical regions. Rorkee, India. February 1969.
Boutet, Terry S. (1987), Controling Air Movement: A Manual for Architects and
Building. Mc Graw-hill Book Company. New York.
ISE Technical Report No 4. (1972). Daytime Lighting in Buildings. Second edition
July 1972, York House, London SE1 7 UN
ISE Technical Report No 2. (1971). The Calculations of Utilization Factors the BZ
Method. Revisied edition. February 1971, York House, London SE1
Sai-kwok Wong, Wing-yin Ho (Winnie) (1986) Auditorium Acoustic Design: Hong
Kong Academy for Performing Arts . Department of Architecture. University of Hong
Kong.
SK SNI T 05 1989 F, Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang hari
Untuk Rumah dan Gedung. Departemen Pekerjaan Umum. Yayasan LPMB, Bandung.
Hoesin, Haslizen (1978), Penelitian & Studi Energi Radiasi Matahari Yang
Menimpa Bangunan Dan Pengaruhnya Terhadap Pemakaian Energi Untuk
Penerangan Di Siang Hari Dalam Bangunan. (Tugas Akhir). Departemen Fisika
Teknik. Institut Teknologi Bandung.
https://lizenhs.wordpress.com/2013/06/30/fisika-bangunan-tata-udara-alami-tatacahaya-alami-dan-tata-suara-alami/

2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisika Bangunan.
Selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Krisna Dwi Handayani, ST.,MMT. selaku Dosen Mata Kuliah Fisika
Bangunan.
2. Semua rekan rekan dan pihak terkait yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
memperbaiki dalam kesempatan berikutnya.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surabaya, September 2012

penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

a.
b.
c.

Pendahuluan............................................................................................................1
Perumusan Masalah................................................................................................2
Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4

1.
2.

a.Pencahayaan...............................................................................................................4
Pencahayaan Alami.....................................................................................4 - 8
Pencahayaan Buatan.................................................................................8 - 15
b.Kualitas Pencahayaan....................................................................................15 - 16.

1.

Sistem Pencahayaan..........................................................................16 - 19

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Karakteristik Sistem Penerangan.............................................................19


Sistem Penerangan..................................................................................19 - 21
Sistem Kontrol Cahaya Otomatis...........................................................21 - 22
Perawatan Sistem Pencahayaan...........................................................22 - 23
Pencahayaan dan Layar Monitor...........................................................23 - 24
Macam Pekerjaan.................................................................................24 - 25
Sistem Pencahayaan Di perpustakaan.....................................................25 - 26
BAB III KESIMPULAN....................................................................................27

1.
2.

Kesimpulan.................................................................................................27
Daftar Pustaka.............................................................................................28
.

BAB 1
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia meciptakan cahaya


hanya dari api, walaupun lebih banyak sumber panas daripada cahaya. Di abad ke 21
ini kita masih menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas dan cahaya
melalui lampu pijar. Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-produk penerangan
menjadi lebih canggih dan beraneka ragam. Perkiraan menunjukan bahwa pemakaian
energi oleh penerangan adalah 20 - 45% untuk pemakaian energi total oleh bangunan
komersial dan sekitar 3 - 10% untuk pemakaian energi total oleh plant industri. Hampir
kebanyakan pengguna energi komersial dan industri peduli penghematan energi dalam
sistim penerangan.
Seringkali, penghematan energi yang cukup berarti dapat didapatkan dengan
investasi yang minim dan masuk akal. Mengganti lampu uap merkuri atau sumber

lampu pijar dengan logam halida atau sodium bertekanan tinggi akan menghasilkan
pengurangan biaya energi dan meningkatkan jarak penglihatan. Memasang dan
menggunakan kontrol foto, pengaturan waktu penerangan, dan sistim manajemen
energi juga dapat memperoleh penghematan yang luar biasa.
Walau begitu, dalam beberapa kasus mungkin perlu mempertimbangkan
modifikasi rancangan penerangan untuk mendapatkan penghematan
energi yang dikehendaki. Penting untuk dimengerti bahwa lampu-lampu yang efisien,
belum tentu merupakan sistim penerangan yang efisien.

B.

Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis

memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan


masalah. Rumusan masalah itu adalah :
1.
2.
3.
4.

Bagaimana pengaruh fisik pada konstruksi ruang ?


Apa saja akibat buruk yang akan terjadi ?
Jenis dan dimana material akan dipakai ?
Bagaimana perhatian aspek ekonomi antara kerugian dan keuntungan ?

C.

Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain yaitu :

1.

Mengetahui pengaruh fisik pada konstruksi ruang tersebut.

2.

Mengetahui akibat buruk yang akan terjadi.

3.

Mengetahui jenis dan material akan dipakai.

4.

Menegetahui perhatian aspek ekonomi antara kerugian dan keuntungan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

PENCAHAYAAN
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi
menjadi :
a. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6
daripada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan
penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap,
sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari.

Cara Menghitung Kapasitas Cahaya


(Luas jendela di ruangan X Kapasitas cahaya Matahari (1500 Lux)) = bila hasil lebih
besar dari kapasitas normal, maka kapasitas cahaya di ruangan sudah mencukupi atau
sesuai kriteria.
Nilai saran 1/12 atau 9%.

Akibat Penerangan yang Kurang


Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik akan
menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan
penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:
1. Kelelahan mata sehinga berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah sekitar mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indera mata dan lain-lain
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat
keuntungan, yaitu:
Variasi intensitas cahaya matahari
Distribusi dari terangnya cahaya
Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
Macam-macam sinar matahari :
a. Macam-macam sinar

Ultra Violet (jingga ultra)


Infra merah (infrared)
Adalah pembawa utama daya kalor dari matahari. Sinar ini merupakan sinar panas
yang menjadi syarat mutlak kehidupan dan penghidupan makhluk-makhluk bumi.
Cahaya terang
Sinar kosmik (kosmos = semesta alam)

Terang alami
Terang yang berasal dari matahari.
a. Terang secara langsung

1) Cahaya langsung dari matahari pada bidang kerja.


2) Cahaya pantulan dari benda-benda sekitar.
3) Cahaya pantulan dari halaman, yang untuk kedua kalinya dipantulkan oleh langitlangit dan/atau dinding ke arah bidang kerja.
4) Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit.
b. Terang secara tidak langsung yaitu sebagai pantulan cahaya matahari oleh awanawan serta benda-benda yang berada di sekitar kita.

Persyaratan Bukaan bangunan


Pemerintah memiliki aturan melalui UU no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung bagian persyaratan sistem pencahayaan, antara lain :
a. Pencahayaan alami meliputi perencanaan pencahayaan alami dan penentuan
besarnya iluminasi.
b. Bengunan gedung hunian rumah tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan dan
bangunan pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
c. Pencahayaan buatan, meliputi tingkat iluminasi, konsumsi energi, perencanaan
sistem pencahayaan, penggunaan lampu, daya maksimum yang diizinkan dan daya
pencahayaan buatau di luar bangunan gedung.
d. Pencahayaan buatan untuk pencahayaan darurat harus dapat bekerja secara
otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.

Syarat teknis dan perhitungan


Standar Nasional Indonesia tenteng tata cara perancangan penerangan alami
siang hari untuk rumah dan gedung (SNI 03-2396-1991) adalah sebagai berikut :
a. Ruang Lingkup
Tata cara ini digunakan untuk memperoleh sistem penerangan alami sesuai syarat
kesehatan, kenyamanan untuk rumah dan gedung, meliputi persyaratan-persyaratan
pokok sistem penerangan alami siang hari dalam ruangan.
b. Ringkasan
Penerangan alami siang hari yang baik adalah sekitar jam 08.00 sampai jam 16.00,
dimana banyak cahaya yang masuk dalam ruang dan tingkat penerangannya
ditentukan oleh hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
c. Penggolongan kualitas penerangan
Kualitas A : kerja halus sekali, pekerja cermat terus (seperti menggambar detail,
menjahit kain warna gelap, dsb.
Kualitas B : kerja halus, cermat tidak intensif (seperti : menulis,
membaca, merakit komponen kecil, dsb).
Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar (seperti : pekerjaan
kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dsb).
Kualitas D : Kerja kasar, pekerjaan hanya detail-detail yang besar (seperti : pada
gudang, lorong lalu lintas orang, dsb). Dengan persyaratan teknis : d=jarak lubang
cahaya ke dinding (M), fl min TUS = 40% dari fl min TUU dan tidak boleh kurang
0,10d.TUU = titik ukur utama dan TUS = titik ukur samping.

Penempatan faktor langit didasarkan atas keadaan langit terang merata dan kekuatan
terangnya dilapangan terbuka sebesar 10.000 lux.
Faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan : perbandingan las lubang cahaya
dan luas lantai, bentuk dan letak lubang cahaya, refleksi cahaya didalam ruangan.
Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari didalam ruangan,
hendaknya ruangan menerima cahaya lebih dari satu arah. Kasa nyamuk dapat
mengurangi cahaya masuk 15%.
b. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan
sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun
yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
2. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
3. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata,
tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
4. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan
untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:
Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan
melengkapi pencahayaan alami.
Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang
memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum
Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah
menyebar atau tefokus pada satu arah
Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan
yang diterangi atau tidak
Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya
Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau
rendah.

Sumber terang buatan


Ada tiga jenis utama sunber cahaya buatan yaitu :
a. Lampu Pijar
Lampu pijar memiliki filamen yang memberikan cahaya ketika dipanaskan, menjadi pijar
oleh aliran listrik. Lampu ini menyediakan sumber cahaya, memiliki efikasi rendah,
mempresentasikan warna (render) dengan cukup baik, dan mudah untuk dipadamkan
oleh reostat.

Gambar Lampu Pijar


b. Lampu Fluoresens
Lampu fluoresens adalah lampu discharge tubular dimana cahaya dihasilkan dari
fluresens lapisan fosfor didalam tabung. Lampu ini menyediakan sumber cahaya linier
dan memiliki efikasi sebesar 50 sampai 80 lumen per watt. Kemampuan
merepresentasikan warna (rendering) yang dimiliki bervariasi.

Gambar Lampu Fluoresens


c. Lampu High-Intensity Discharge (HID)
Lampu High-Intensity Discharge (HID)adalah lampu discharge yang memiliki jumlah
cahaya signifikan yang dihasilkan dari pelepasan listrik
melalui uap logam didalam tabung kaca tertutup. Lampu HID menggabungkan bentuk
lampu pijar dengan efikasi lampu fluoresens.
Lampu-lampu merkuri menghasilkan cahaya dengan pelepasan listrik dalam uap
merkuri.

Gambar Lampu High-Intensity Discharge (HID)

Lampu logam halida konstruksinya sama dengan

lampu merkuri, tetapi memiliki tabung dimana ligam halida ditambahkan untuk
menghasilkan cahaya dan memperbaiki color rendering.

Gambar Lampu logam halida


Lampu high-pressure sodium (HPS) menghasilkan spektrum cahaya putih keemasan
yang luas yang dihasilkan dari pelepasan listrik pada uap sodium.

Gambar Lampu high-pressure sodium (HPS)


Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat
dibedakan atas 3 macam yakni:

1. Sistem Pencahayaan Merata


Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan.
Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk
melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara
teratur di seluruh langi-langit.
2. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah
tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan
tampak lebih jelas. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan
merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan
oleh pencahayaan merata.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya
tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat
bermanfaat untuk:
memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti
mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.
melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang
ingin diterangi
membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.

menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan
tersebut.
Sedangkan untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang,
maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem
pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam
yaitu:
a.

Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)


Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu
diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada
kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu,
baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.

b.

Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)


Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi,
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Diketahui bahwa langitlangit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan
apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%

c.

Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)


Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari,
sedangka sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dindng. Pada sistem ini termasuk
sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya
keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

d.

Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)


Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan
langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini
masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

e.

Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)


Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas
kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Keuntungan sistem ini adalah

tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi


effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut:
JENIS KEGIATAN

TINGKAT
PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)

KETERANGAN

Pekerjaan kasar
dan tidak terus
menerus

100

Ruang penyimpanan & ruang


peralatan/instalasi
yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu

Pekerjaan kasar
dan terus
menerus

200

Pekerjaan dengan mesin dan


perakitan kasar

Pekerjaan rutin

300

Ruang
administrasi,
ruang
kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun

Pekerjaan agak
halus

500

Pembuatan
gambar
atau
bekerja dengan mesin kantor,
pekerjaan pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus

1000

Pemilihan warna, pemrosesan


teksti, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus

Pekerjaan amat
halus

1500

Mengukir
dengan
tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat
halus

Pekerjaan terinci

Tidak
menimbulkan
bayangan
3000
Tidak
menimbulkan
bayangan

Pemeriksaan
pekerjaan,
perakitan sangat halus

United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi


Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang
tergantung area kegiatannya, seperti berikut:
Tabel 2 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan

Keperluan

Pencahayaa
n (LUX)

Contoh Area Kegiatan

Pencahayaan
Umum untuk
ruangan dan
area

20

Layanan penerangan yang minimum


dalam area sirkulasi luar ruangan,
pertokoan didaerah terbuka, halaman
tempat penyimpanan

yang jarang
digunakan

50

Tempat pejalan kaki & panggung

70

Ruang boiler

dan/atau tugastugas atau

100

Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.

150

Area sirkulasi di industri, pertokoan


dan ruang penyimpan.

200

Layanan penerangan yang minimum


dalam tugas

300

Meja & mesin kerja ukuran sedang,


proses umum dalam industri kimia
dan makanan, kegiatan membaca
dan membuat arsip.

450

Gantungan baju, pemeriksaan,


kantor untuk menggambar, perakitan
mesin dan bagian yang halus,
pekerjaan warna, tugas menggambar
kritis.

1500

Pekerjaan mesin dan diatas meja


yang sangat halus, perakitan mesin
presisi kecil dan instrumen;
komponen elektronik, pengukuran &
pemeriksaan bagian kecil yang rumit
(sebagian mungkin diberikan oleh
tugas pencahayaan setempat)

3000

Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali,


misal instrumen yang sangat kecil,
pembuatan jam tangan, pengukiran

visual
sederhana
Pencahayaan
umum untuk
interior

Pencahayaan
tambahan
setempat untuk
tugas visual
yang tepat

Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk melihat
komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer

tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial. Grandjean
menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan
komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut:
Tabel 3 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer
[2]

Keadaan Pekerja

Tingkat
Pencahayaan (lux)

Kegiatan Komputer dengan sumber


dokumen yang terbaca jelas

300

Kegiatan Komputer dengan sumber 400-500


dokumen yang tidak terbaca jelas
500-700
Tugas memasukan data
B.

Kualitas Pencahayaan
Lighting quality dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu
a. Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Mata menerima
cahaya utama yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa
dengan cermat objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang.
Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak
lebih dari 3 sampai 1 untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya
terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
b. Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai
mata. Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal
terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat
kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
2. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan
cahaya dalam lensa mata.
Sumber-sumber glare adalah sebagai berikut :

1.

Lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah.

2.

Jendela-jendela besar yang terdapat tepat di depan mata.

3.

Lampu atau cahaya dengan tingkat keterangan yang terlalu berlebihan.

4.

Pantulan yang berasal dari permukaan yang terang.

Metode-metode reduksi yang dapat dipakai untuk mereduksi silau :


1.

Reduksi luminansi sumber cahaya.

2.

Jauhkan sumber cahaya dari garis pandang.

3.

Posisikan jendela pada jarak yang sama dari aktivitas bekerja.

4.

Gunakan level menengah untuk di luminansi secara umum.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pencahayaan :


1.

Menghindari penempatan sumber cahaya lansung pada pandang pekerja.

2.

Gunakan pencahayaan visi untuk memberikan atmosfir kerja yang baik.

3.

Hindari sumber cahaya yang tidak stabil.

c.

Shadows (Bayang-bayang)

Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan
(artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari.
d.

Background (Latar Belakang)

Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana
mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak
perpindahan

sedapat

mungkin

dihindari,

dengan

menggunakan

sekat-sekat.

2.3 Sistem Pencahayaan


McShane (1997) dalam Badru Munir

(2007)

mendeskripsikan bahwa 80%

hingga 85% informasi yang diterima pegawai di kantor adalah menggunakan indera
penglihatan (mata), seperti membaca surat atau memerikasa tagihan pembayaran. Hal
inilah yang menjadikan kenyamanan visual bagi pegawai di kantor sangat penting
karena akan mempengaruhi produktivitas mereka. Kelelahan pada mata pegawai akan

meningkat apabila tingkat cahaya di tempat kerja tidak sesuai yang akan
mengakibatkan pegawai mengalami ketegangan pada maata, sehingga mempengaruhi
fisiknya. Oleh karena itu, sistem pencahyaan yang efektif harus memperhitungkan
kualitas dan kuantitas cahaya yang sesuai denga tugas, ruangan, serta pegawai itu
sendiri.
Keseimbangan cahaya sangat penting. Pencahayaan di lingkungan kerja baru
disebut efektif apa bila pegawai merasa nyaman secara visual akibat pencahayaan
yang seimbang. Garris (2005) dalam Badru Munir (2007) memberikan aturan umum
bahwa tingkat pencahayaan pada area tugas yang dibebankan kepada pegawai
sebaiknya 2 hingga 3 kali pencahayaaan sekitar, 5 kali lebih terang dibandingkan
dengan kantor secara keseluruhan dan 10 kali lebih terang dari lingkungan kantor.
Badru Munir (2007) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di
gunakan di kantor, antara lain:
1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh
ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis
ini merupakan satu-satunya pencahayaan di ruangan tersebut.
2. Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai,
misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun
jenis cahaya ini jarang digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena alasan
kepraktisan.
Beberapa tips sebelum perusahaan memutuskan untuk menggunakan system
pencahayaan task lighting, antara lain:
Pekerjaan yang dibebankan pada pegawai
Ukuran pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
Jumlah dan jenis pekerjaan

Karakteristik pegawai secara individual dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti


usia pegawai. Pegawai yang berumur 60 membutuhkan tingkat pencahayaan 2,5 klai
lebaih banyak dibandingkan pegawai yang berumurr 25-an
3. Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju.
Biasanya jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang
membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.
4. Natural lighting, biasanya beerasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya
lanit. Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai, namun cahaya
ini tidak selalu tersedia apabila langit dalam keadaan mendung atau gelap. Untuk itu,
perusahaan perlu menggunakan system pentimpanan cahaya materi (solar energy
saving system) cahaya ijinis cahaya ini tetap dapat digunakan. Cahaya ini juga tidak
mampu menjangkau ke area kerja, dan pada hari sangat terang, intensitas cahaya
alami dapat mengakibatkan cahaya harus dikontrol.
Sementara itu, Quible (2001) menyelakan ada 4 jenis cahaya yang dpat digunakan di
kantor, yaitu:
1.

Cahaya alami, yang berasal dari sinar matahari

2.

Cahaya Incandescent, dengan menggunakan tabung filament, cahaya ini paling


sering digunakan di rumah. Cahaya ini juga dapat digunakan secara efektif di
perkantoran, meskipun fluorescent lebih efisien. Cahaya ini paling tidak efektif jika
dibandingkan dengan energy yang dikonsumsi, meskipun biaya pemasangannya lebih
murah dibandingkan dengan cahaya fluorescent. Kelemahan yang lain adalah tidak
tahan lama, warna yang dihasilkan tidak alami, memerlukan banyak listrik, dan
menghasilkn banyak bayangan serta silau.

3.

Cahaya Fluorescent, menjadi jenis cahaya yang laim digunakan pada ruangan
perkantoran dengan tingkat terang yagn mirip dengan cahaya alami. Meskipun
pemasangan lebih mahal dibandingkan dengan incandescent, cahaya ini mempunyai
beberapa kelebihan:
Memproduksi lebih sedikit padas dan silau
Tabung fluorescent tahan sepuluh kali lebih lama daibandingkan dengan
incandescent

Cahaya fluorescent kira-kira lima kali lebih efisien dibandingkan dengan cahaya
incandescent.
4.

High Intensity discharge lamp, penggunaan cahaya ini pada perkantoran adalah
sesuatu yang baru. Lampu ini biasanya digunakan pada jalan raya dan stadion olah
raga, yang memberikan pencahayaan yang sangat efisien. Kekurangannya adalah
efeknya yang menyuilitkan untuk membedakan beberapa warna.
Ada tiga parameter yang dapat digunakan dalam mengatur efektivitas
pencahayaan kantor:

1.

Visiblity, pegawai harus dapat melihat degnan nyaman dan jelas

2.

Fokus, pencahayaan harus dapat memusatkan perhatiannya dalam melaksanan


tugas yang diembannya.

2.4 Karakteristik Sistem Penerangan


System penerangan mempunya beberapa karakteristik yang selalu berubah dari
tahun ke tahun. Dalam dua dekade penerangan menggunakan foot-candle (setara 50
watt) dan foot lambert. Namun, sekaang ada beberapa ukuran baru, diantaranya
(Quible, 2001):
1.

Equivalent spherical illumination, ESI digunakan untuk mengukur tingkat efisensi


sistem penerangan. Nilai ini dipengaruhi secara negatif oleh silau dan pemantulan pada
area kerja dan benda dimana karyawan bekerja. ESI juga digunakan untuk memberikan
ukuran tentang keseragaman sistem cahaya.

2.

Visual comfort probability. Sumber cahaya yang dapat dilihat degnan mata
telanjang atau pemantulan yang terlihat menyebabkan penggunaan VCP berkurang.

3.

Task illumination. Dinilai dengan menggunakan ukuran foot-candle, alat ukur ini
mengukur jumlah cahaya pada area kerja. Nilai TI yang tinggi memastikan pencahyaan
yang ckukup pada area kerja, khususnya ika terjadi silau dan pemantulan. Keanyakan
area perkantoran membutuhkan nilai TI 100-150 foot candle
2.5 Sistem Penerangan

Ada 5 jenis sistem penerangan yang dapat digunakan oleh organisasi, antara
lain:
1.

Direct,dengan mengarahkan cahaya

90-100% secara langsung ke area kerja, sistem ini akan mengakibatkan munculnya
silau dan bayangan karena hanya sedikit cahaya yang tersebar. Kecuali cahaya berada
dekat satu sama lain, area kerja tidak akan mendapat cahaya yang sama.

Gambar 2.1 Direc


Sumber. Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie
2.

Semi direct, dengan pencahayaan semi direct 60-90%, cahaya diarahkan ke bawah
dan sisanya diarakhakn ke atas lalu dilpantulkan kembali ke bawah. Sistem ini
menghilangkan beberapa bayangan yang merupakan kelemahan sistem direct.

Gambar 2.2 Semi direct


Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie
3.

Indirect, sistem ini direkomendasikan untuk kebanyakan ruang kantor, karena cahaya
yang desebarkan mengurangi bayangan dan silau yang ditimbulknan dari penerangan
yang digunakan. Dengan sistem ini 90-100% cahaya pertama diarahkan ke aatas dan
kemudian menyebar dan memantul ke area kerja.

Gambar 2.3 Indirect


Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie
4.

Semi indirect, sistem ini akan mengarahkan 60-90% cahaya ke atas dan kemudian
dilantulkan ke bawah dan sisanya juga diarakan ke area kerja. Meskipun sistem ini
menghasilkan jumlah cahaya yang lebih dengan tingkat watt yang sama dengan
indeirect, bayangan dan silau masih menajdi kendala bagi sistem semi indirect.

Gambar 2.4 Semi Indirect


Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie
5.

General Diffuse. Sistem ini mengarahkan 40-60% cahaya ke arah area kerja, dan
sisanya diarahkan ke bawah. Meskipun sistem ini menghasilakan lebih banyak cahaya
yang lebih dengan tingkat watt dengan semi indirect, bayangan dan silau jubga
lebanyak dari sistem semiindirect.
2.6 Sistem Kontrol Cahaya Otomatis
Sistem kontrol cahaya otomatis kini mulai digunakan pada gedung perkantoran,
meskipun tidak terlalu banyak yang menintegrasikan ke dalam sebuah sistem
manajemen energy gedung (BEMS-building energy management system). Sistem ini
mempunyai dampak positif pada konservasi energi, dan memungkinkan perusahaan
untuk menutup biaya pembelian dalam waktu singkat.
Salah satu jenis sistem ini adalah menggunakan sel cahaya untuk mengukur
jumlah tenaga yang dibutuhkan pada beberapa area. Dengan dukungan mekanisme
elektronik, sistem ini mampu menjaga tingkat pencahayaan yang diinginkan. Saat
lampu bertambah tua dan kotor, cahaya yang

dihasilkan akan berkurang. Untuk

mengatasinya, sistem ini meningkatkan jumlah cahaya untuk menjaga tingkat terang
yang diinginkan. Pada area dekat jendela dan cahaya luar, sistem ini otomatis

menyesuaikan kuantitas cahaya lampu agar tidak terlaklu terang akibat adanya cahaya
dari luar. Keuntungan utama dari sistem ini adalah konsitensi cahaya yang
didukungnya.
Jenis sistem yang lain adalah mengetahui kehadiran orang pada area yang
ditentukan. Sistem ini menggunakan dua jenis sensor; gelombang ultrasonic yang
mendeteksi gerakan, dan sensor infra merah yang mendeteksi tubuh. Sensor ini
berfungsi secara otomatis dengan mengaktikan sistem cahaya ketika seseorang masuk
ke ruang kantor.
2.7 Perawatan Sistem Pencahayaan
Semakin lama, lampu yang digunakan utnuk memberikan cahaya mulai
berkurang. Penurunan cahaya lampu mulai terjadi pada kira-kra 100 jam penggunaan
dan pada beberapa situasi, kadang kala lebih efektif mengganti dengan lampu yang
baru, meskipun belum mati. Saat ini semakin banyak perusahaan menjalankan program
penggantian lampu secara berkala pada area yang ditentukan. Jadwal penggantian
mempertimbangkan umur lampu. Berdasarkan penghitungan, secara keseluruhan lebih
efektif lebih dibandingkan menunggu sampai lampu benar-benar mati.
Program pembersihan atap dan bagian permanen lain pada perkantoran secara
berkala juga menjadi aspek penting dalam perawatn cahaya. Saat bagian tersebut
semakin kotor, permukaan memantulkan cahaya tidak lagi efektif yang tentunya akan
mengurangi keefektifan sistem penerangan. Kotoran atau debu ditambah usia
pemakaian lampu yang sudah tua akan mengurangi cahaya hingga 50%.
2.8 Pencahayaan dan Layar Monitor
Untuk mendesain sistem penerangan yang efektif, keberadaan layar monitor
akan menambah tingkat kompleksitanya. Kurangnya perhatian pada pencahayaan yang
sesuai dimana layar monitor berada dapat mengaakibatkan ganguan yang signifikan
pada penglihatan karywan. Mendesain sistem penerangan pada sekitar layar monitor,
antara lain:
1.Mengurangi silau dengan mengurnaig jumalah cahaya lampu aau cahaya alami
mengenai laar monitor

2.Menyesuaikan tingkat kontras dan terang pada layar monitor untuk meminimalakan
silau.
3.Menggunakan layar untuk mengurangi jumlah cahaya pada layar monitor.
4.Meminimalkan jumah cahaya langsung mengarah ke bawah dan memaksimalkan
jumlah cahaya yang tidak langsung pada area computer.
5.Menggunakan layar datar dari pada layar cembung.
Dari pembahasan diatas, berikut akan dibahas perbedaan penataan cahaya
pada dua ruangan utama di sebuah kantor
1.Ruang rapat, ruang rapat menggunakan lampu fluorescent yang linear, sedangkan
yang terakhir menggunakan chandelier dengan cahaya yang terfusi. Dengan cahaya
yang tidak langsung dua ruangan terakhir akan menghasilakan cahaya yang lembut.
Penataan cahaya yang jelek. Penata cahaya tidak focus pada meja itu sendiri
sehingga tampak membosankan bagi peserta rapat.
Penata cahayaan yang baik telah fokus pada meja rapat namun pencahayaan dari
luar melalui jendela terlalu membuat fokus cahaya menjadi pudar.
Penataan cahaya yang terbaik adalah dengan penata cahaya yang berimbang,
tampak lebih elegan. Kondisi ini ditambah adanya kemungkinan menggukan dua hingga
tiga jenis lampu yang dapat dimatikan atau dihidupkan sesuai dengan tingkat
pencahayaan yang dibutuhakn perserta rapat.
2.Ruang lobby. Pada ruang lobby, kafetaria maupun ruang publik lain dibutuhkan
pencahayaan yang secara visual melegakan.
Penataan cahaya yang baik adalah penatacahayaan telah memenuhi unsure yang
baik. Cahaya difokuskan pada resepsionis yang siap menyambut pengunjung atau
tamu deng kesna ruangan lebih lembut dan nyaman.
Penaracahyaan yang terbaik adalah penggunaan cahaya matahari membuat
kesan kantor lebih alami dan penggunaan lampu bercahaya tidak langsung akan dapat
memfokuskan perhatian pengunjung pada resepsionis dan panapan nama perusahaan
2.7 Macam Pekerjaan

Macam Pekerjaan

Perhitungan Cahaya

Dengan Foot-Candle
Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan tajam. 50
Imi meliputi perkerjaan yang mengenai huruf-huruf
atau angka-angka lembut, perbedaaan warna yang
samar-samar, atau pekerjaan untuk jangka waktu
lama secara terus menerus.
Contoh:

memeriksa

perhitungan,

melakukan

pembukun, menggambar.
Pekerjaan yang membutuhkan pekerjaan biasa

30

Contoh: membuat surat, mengurus arsip, pekerjaan


di bagian pengiriman dan penerimaan surat.
Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan sepintas

10

Contoh: ajtivitas dalam ruangan resepsi, tangga


gedung, atau kamar mandi
Pekerjaan

yang

membutuhkan

penglihatan 5

sederhana. Penerangan sebesar ini misalnya untuk


lorong atau jalan lalu-lintas dalamgedung.
Besarnya foot-candle dari cahaya yang dipancarkan oleh sebuah lampu dapat
diketahui dengan alat pengukur khusus untuk hal tersebut. Untuk mengetahui ketapatan
jumlah ketepatan jumlah cahaya yang dipakai, dapat meminta bantuan dari perusahaan
listik Negara yang meiliki alat itu. Sebagai patokan yang kasar dapat diingat bahwa
senuah lampu biasa sebesar 50 watt mencarkan cahaya sebesar 3 foof-candle kepada
permukaan di bawahnya yang sejauh 130 cm. jaerak 1,3 meter ini adalah kira-kira jarak
dari sebuah lampu yang tergantung dalam rumah sampai ke permukaan meja.
2.8 Sistem Pencahayaan Di perpustakaan
Sumber pencahayaan dari matahari biasanya melalui atap/vide, jendela, genting kaca
dan sebagainya. Cahaya dari sumber alam ini sangat baik untuk kesehatan. Sedangkan
pencahayaan buatan dalam perancangan ruang dapat bersumber dari lampu atau
permainan bidang kaca. Berikut contoh pemakaian lampu dalam ruang perpustakaan.

Pada umumnya suasana gelap dalam ruang perpustakaan kurang memberikan


suasana nyaman. Suasana gelap dapat memberikan dampak sebagai berikut :
1. rasa takut
2. rasa tidak jelas
3. rasa menyeramkan
Tapi tidak semua suasana gelap dapat menimbulkan rasa ketakutan, tergantung faktor
pengalaman dan kebiasaan. Terbatasnya cahaya penerangan sebuah ruang memberi
persepsi menyeramkan pada ruang tersebut.
Suasana gelap dan terang ini dapat menghasilkan suatu nilai dan kesan menarik atau
tidak menarik pada sebuah ruang perpustakaan. Menurut Hakim (2004:174), untuk
mendapatkan cahaya terang, peletakan sumber cahaya dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Sumber cahaya di atas mata manusia
2. Sumber cahaya setinggi mata manusia
3. Sumber cahaya di bawah mata manusia
Sedangkan dilihat dari segi arah sumber cahaya, dapat pula dikategorikan menjadi 3
bagian :
1. Arah cahaya tegak lurus ke bawah
2. Arah cahaya tegak lurus ke atas
3. Arah cahaya membentuk sudut
Cahaya yang dipantulkan oleh lampu dari arah atas kepala akan lebih baik untuk
kegiatan membaca. Karena sinar dari lampu tidak menimbulkan bayangan manusia
yang jatuh ke permukaan meja ketika orang sedang membaca seperti gambar di bawah
ini :

BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Penggunaan system pencahayaan dalam ruang kantor, sangat berpengaruh
besar dalam peningkatan efisiensi kinerja karyawan. Karena itu untuk mendapatkan
pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan
yang tepat sesuai dengan kebutuhannya
Dalam ruang kerja, kondisi pencahayaan yang baik harus tersedia. Ketika
pencahayaan dalam ruang kantor kurang memenuhi, pekerja dapat merasa tidak
nyaman dan tidak puas sehingga dapat mengurangi produktivitas. Lingkungan
penerangan mempengaruhi kepuasan pengguna dan suasana ruang melalui desain
ruang kerja dan strategi pencahayaannya.
http://yerikoohm.blogspot.co.id/2012/12/fisika-bangunan-cahaya.html

Politeknik Negeri Pontianak | Fisika Bangunan (Pencahayaan Alami)


1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANGRuangan mendapatkan cahaya dengan dua cara, yaitu
peneranganalami siang hari dan penerangan buatan dari lampu. Umumnya,
ruanganmemiliki jendela kaca, yang merupakan media transparan yang
dapatmelewatkan cahaya siang hari dari luar ruangan masuk ke dalam
ruangan.Cahaya siang hari ini terdiri dari cahaya yang berasal dari sinar
mataharilangsung, cahaya difus langit, dan cahaya pantulan dari lingkungan.
Padasistem penerangan alami konvensional cahaya matahari langsung tak diinginkan
karena akan mengakibatkan ruangan bertambah panas danadanya efek
penyilauan.Penerangan alami siang hari penting dalam perencanaan
sistem penerangan suatu bangunan karena turut menentukan penggunaan energilistrik
dalam bangunan itu. Namun sering didapati ruangan-ruangan yangtak dapat
memanfaatkan cahaya alami untuk penerangan seperti lorong-lorong dalam bangunan,
ruang dan gudang bawah tanah, dan ruang-ruangyang letaknya sukar dicapai cahaya
dari jendela di sisi bangunan.Konstruksi dan letak bangunan dapat menyebabkan suatu
ruangantidak dapat memperoleh cahaya alami sehingga membutuhkan cahayalampu
listrik walaupun pada siang hari. Untuk dapat memanfaatkan cahayaalami siang hari,
ruangruang tak berjendela ini dapat memanfaatkan
seperangkat perangkat optik yang dapat menyalurkan cahaya alami(cahaya langsung
maupun difus) dari luar bangunan ke ruangan tersebut.Berbagai cara dapat ditempuh
untuk menyalurkan cahaya alami ini keruangan, seperti memanfaatkan cermin
pemantul secara langsung ataudengan menggunakan lorong pemandu cahaya. Tulisan
ini berisi hasilrekayasa perangkat optik, digunakan cermin, yang dikonstruksi

Politeknik Negeri Pontianak | Fisika Bangunan (Pencahayaan Alami)


2
sedemikian membentuk lorong persegi sehingga bagian dalam lorongdapat berfungsi
sebagai reflektor pemandu cahaya. Bagian luarnyadilindungi dan dikokohkan oleh
bahan multipleks. Pemandu cahaya inimemiliki satu belokan, bagian bidang permukaan
penerimanya (cahayamasuk) dipasang kubah kaca transparan sebagai pengumpul
cahaya.Evaluasi pencahayaan alami pada rumah tinggal sangat diperlukan,mengingat
rumah tinggal merupakan tempat yang digunakan sebagaitempat tinggal sekaligus
sebagai tempat untuk melakukuan aktivitassehari-hari. Pencahayaan adalah unsur
penting sebagai penunjang suatuaktivitas dapat berjalan dengan baik.Oleh karena itu,
saya disini mencoba untuk melakukan pengevaluasian terhadap pencahayaan alami
pada rumah saya sendiriapakah sudah memenuhi standar pencahayaan seperti yang
disarankan olehSNI. No. 03-2396-1991 : Tata cara perancangan Penerangan alami
sianghari untuk rumah dan gedung.1.2
PERMASALAHANPermasalan Yang akan di bahas adalah pencahayaan alami yangada
pada ruang kamar tidur yang saya gunakan ini apakah telah memenuhistandar
pencahayaan seperti yang disarankan oleh SNI. No. 03-2396-1991: Tata cara
perancangan Penerangan alami siang hari untuk rumah dangedung.1.3
TUJUANTujuan dari pengevaluasian pencahayaan alami pada ruang kamar tidur yang
saya tempati ini adalah untuk mengetahui apakah pencahayaanalami pada alami kamar
tidur saya telah memenuhi standar pencahayaanseperti yang disarankan oleh SNI. No.
03-2396-1991 : Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari untuk rumah dan
gedung.
Politeknik Negeri Pontianak | Fisika Bangunan (Pencahayaan Alami)
3

BAB II
DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN PENCAHAYAAN ALAMIPencahayaan alami adalah sumber
pencahayaan yang berasal darisinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak
keuntungan, selainmenghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela- jendela
yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripadaluas lantai.Sumber
pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibandingdengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahayayang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat sianghari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
agar penggunaan sinar alamimendapat keuntungan, yaitu:

Anda mungkin juga menyukai