F.1
Pendekatan Umum
Air minum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan, No. 907 Tahun
2002 adalah air yang sudah melalui proses pengolahan atau tanpa melalui
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak.
Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu
kesatuan sistem fisik dari Prasarana dan Sarana air minum.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat dan hukum)
dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah
BUMN/BUMD, koperasi, badan usaha swasta dan atau kelompok masyarakat
yang melakukan penyelenggaraan pengembangan SPAM.
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau
dan atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non teknik penyediaan air
minum.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan
jaringan perpipaan (non perpipaan).
SPAM PERPIPAAN meliputi UNIT AIR BAKU, UNIT PRODUKSI, UNIT DISTRIBUSI, UNIT
PELAYANAN DAN UNIT PENGELOLAAN.
SPAM NON PERPIPAAN meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampung air hujan, terminal air, mobil tanki air, instalasi kemasan air atau
bangunan perlindungan mataair.
UNIT AIR BAKU merupakan sarana pengambilan dan atau penyedia air baku
terdiri dari bangunan penampungan air baku (raw water reservoar),
bangunan pengambilan/ penyadapan (raw water intake), alat pengukuran
dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan atau bangunan sarana
pembawa serta perlengkapannya.
F-1
F.1.1
Air Baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan
air tanah dan atau air hujan yang memenuhi BAKU MUTU tertentu sebagai air
baku untuk air minum.
UNIT PRODUKSI merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan
untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimia dan
biologis.
UNIT DISTRIBUSI merupakan prasarana dan sarana pembawa air hasil
pengolahan untuk didistribusikan kepada konsumen. Unit distribusi terdiri
jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan
pemantauan.
Unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas dan kon
kontinuitas pengaliran.
UNIT PELAYANAN merupakan prasarana dan sarana pelayanan air kepada
konsumen yang meliputi sambungan rumah (SR), hidran umum (HU) dan hidran
kebakaran.
UNIT PENGELOLAAN terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan non teknis.
Pengelolaan teknis yaitu kegiatan operasional, pemeliharaan dan
pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Pengelolaan
non teknis terdiri dari kegiatan administrasi dan pelayanan.
Pendekatan Kebijakan
Dalam kontek pengembangan SPAM, saat ini terdapat kebijakan strategis yang berkaitan
dengan pengembangan SPAM yaitu Kebijakan yang tertuang dalam Millennium
Development Goals (MDGs) dimana target Pemerintah berkaitan dengan pelayanan air
minum adalah tercapainya cakupan pelayanan (akses air minum) sebesar minimal
setengah dari jumlah penduduk yang belum terlayani air minum. Jadi kalau saat ini
Kabupaten/Kota di Wilayah PKN Metro sudah memberikan pelayanan air minum melalui
PDAM dengan cakupan pelayanan rata-rata 30%, maka pada Tahun 2015 diharapkan
cakupan pelayanan meningkat menjadi 70%. Percepatan
peningkatan akses air minum kepada masyarakat diperlukan
setiap tahunnya sebesar 10%. Untuk pelayanan air minum non
perpipaan seperti di pedesaan diharapkan pada tahun 2015
minimal cakupan pelayanan mencapai sebesar 50%.
Selain MDGs 2015, dalam kontek pembangunan pengembangan
SPAM wilayah PKN Metro perlu mengacu kepada Visi Misi Jawa
Barat 2010 dimana salah satunya tercapainya Indek
Pembangunan Manusia (IPM) 80. Salah satu komponen yang
dianggap berpengaruh terhadap rendah nilai IPM Jawa Barat
adalah tingkat kesehatan masyarakat oleh karena itu upaya-upaya pembangunan yang
dapat meningkatkan kesehatan masyarakat menjadi prioritas di Jawa Barat ini. Salah satu
sektor yang dianggap mendukung kesehatan masyarakat adalah Sistem Penyediaan Air
Bersih. Disini jelas menunjukkan peran penting Pemerintah upaya akselerasi tersebut.
Dalam implementasinya Pemerintah Daerah mengeluarkan kebijakan-kebijakan sebagai
batasan-batasan atau koridor pembangunan sistem penyediaan air bersih.
F-2
F.1.2
A. Aspek Pelayanan
Pelayanan air minum kepada masyarakat dapat dilakukan dengan cara sistem
perpipaan (piping network) atau tanpa jaringan pipa.
Pelayanan air minum ke masyarakat dengan jaringan perpipaan harus
mempertimbangkan model dan pola jaringan sesuai dengan kondisi daerah
pelayanan. Untuk mengetahui kondisi daerah pelayanan dan prediksi
pengembangan daerah dimasa datang perlu mempelajari (review) dan mengkaji
(evaluasi) konsep penataan ruang yang sudah disetujui.
Perencanaan sistem penyediaan air minum skala kota dengan pelayanan sistem
perpipaan perlu mempertimbangkan banyak aspek baik teknis maupun non teknis.
Aspek non teknis adalah peraturan dan undang-undang seperti yang diuraikan di
atas. Sedangkan aspek teknis meliputi :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah
b. Kondisi Sosial Ekonomi, Budaya masyarakat daerah pelayanan
c. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air
Rencana Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang adalah rencana penataan dan pengembangan ruang
yang berkelanjutan sangat menentukan dalam perencanaan SPAM. Rencana
Tata Ruang memberikan informasi arah pelayanan air minum dan dapat dijadikan
acuan untuk rencana jaringan pipa distribusi, pembebanan kebutuhan air dan
penentuan zoning pelayanan.
Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya
Pembangunan sistem penyediaan air minum membutuhkan biaya investasi dan
biaya operasi. Untuk kelanjutan operasional pelayanan air minum kepada
masyarakat maka pelanggan dikenakan retribusi air minum. Besarnya retribusi/tarif
air seharusnya didasarkan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Survey
lapangan dan kajian terhadap kondisi sosial (sosek) ini dimaksudkan untuk
mengetahui secara nyata berapa kebutuhan air minum setiap harinya dan
berapa kesanggupan membayar air setiap bulannya. Kemudian masih
dimungkinkan ada masyarakat yang belum atau tidak mau berlangganan air
minum PDAM karena sudah memiliki sumber air yang mencukupi, sehingga perlu
disurvey dan dikaji berapa banyak masyarakat yang tidak mau berlangganan air
minum PDAM.
Dengan kata lain kondisi sosial ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap
perencanaan sistem penyediaan air minum perpipaan karena menentukan
besarnya standar konsumsi air minum per orang per hari dan menentukan tingkat
pelayanan yang diperlukan serta rasio antara sambungan rumah (SR) dan Hidran
Umum (HU).
F-3
F-4
No
Jenis Sumber
Kualitas air
Kimia
TMS
Bacteriologis
TMS
Air Permukaan
Fisik
TMS
MS
TMS
TMS
MS/TMS
TMS
TMS
Mataair
MS
MS
TMS
Keterangan
TMS
: Tidak Memenuhi Syarat
MS
: Memenuhi Syarat
Sumber air untuk menjadi sumber air baku SPAM harus memenuhi persyaratan
kualitas air baku seperti telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
F-5
Standar kualitas air baku tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
SATUAN
KELAS
I
II
III
IV
KETERANGAN
FISIKA
Temperatur
Residu Terlarut
Residu Tersuspensi
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 5
mg/L
1000
1000
1000
1000
mg/L
50
50
400
Deviasi
Temperatur dari
keadaan
alamiah
400
Bagi Pengolahan
Air Minum secara
konvensional,
residu tersuspensi
5000 mg/L
Apabila secara
alamiah diluar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
KIMIA ANORGANIK
pH
6-9
6-9
6-9
5-9
BOD
mg/L
12
COD
mg/L
10
25
50
100
DO
mg/L
mg/L
0,2
0,2
NO 3 sebagai N
mg/L
10
10
20
20
NH3-N
mg/L
0,5
(-)
(-)
(-)
Arsen
mg/L
0,05
Kobalt
mg/L
0,2
0,2
0,2
0,2
Barium
mg/L
(-)
(-)
(-)
Boron
mg/L
Selenium
mg/L
0,01
0,05
0,05
0,05
Kadmium
mg/L
0,01
0,01
0,01
0,01
Khrom (VI)
mg/L
0,05
0,05
0,05
0,01
Tembaga
mg/L
0,02
0,02
0,02
0,2
Besi
mg/L
0,3
(-)
(-)
(-)
Timbal
mg/L
0,03
0,03
0,03
Mangan
mg/L
(-)
(-)
(-)
Air Raksa
mg/L
0,001
0,002
0,002
0,005
Seng
mg/L
0,05
0,05
F-6
0,05
Angka batas
minimum
Bagi perikanan,
kandungan
amonia bebas
untuk ikan yang
peka 0,02 mg/L
sebagai NH3
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional, Cu
1 mg/L
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional, Fe
5 mg/L
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional, Pb
0,1 mg/L
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional, Zn
5 mg/L
PARAMETER
SATUAN
KELAS
I
II
III
IV
Khlorida
mg/L
(-)
(-)
(-)
Sianida
mg/L
0,02
0,02
0,02
(-)
Fluorida
mg/L
0,5
1,5
1,5
(-)
Nitrit sebagai N
mg/L
0,06
0,06
0,06
(-)
Sulfat
mg/L
400
(-)
(-)
(-)
Khlorin bebas
mg/L
0,03
0,03
0,03
(-)
mg/L
0,002
0,002
0,002
(-)
Fecal coliform
jml/
100 ml
100
1000
2000
2000
Total Coliform
jml/
100 ml
1000
5000
10000
10000
Gross-A
bg/L
0,1
0,1
0,1
0,1
Gross-B
bg/L
ug/L
1000
1000
1000
(-)
ug/L
200
200
200
(-)
ug/L
(-)
ug/L
210
210
210
(-)
Aldrin/Dieldrin
ug/L
17
(-)
(-)
(-)
Chlordane
ug/L
(-)
(-)
(-)
DDT
ug/L
ug/L
18
(-)
(-)
(-)
ug/L
56
(-)
(-)
(-)
Methoxyctor
ug/L
35
(-)
(-)
(-)
Endrin
ug/L
(-)
Toxaphan
ug/L
(-)
(-)
(-)
KETERANGAN
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional,
NO2-N 1 mg/L
Bagi ABAM tidak
dipersyaratkan
MIKROBIOLOGI
Bagi pengolahan
Air Minum secara
konvensional,
Fecal Coliform
2000 jml/100 ml
dan total
coliform 10000
jml/100 ml
RADIOAKTIVITAS
KIMIA ORGANIK
Heptachlor dan
Heptachlor epoxide
Lindane
B. Unit Produksi
Unit produksi sistem penyediaan air minum dengan pengolahan lengkap (sumber ai
sungai) meliputi :
a. Koagulasi adalah proses pencampuran zat kimia koagulan dengan air baku.
b. Flokulasi Proses pembentukan flok akibat pencampuran koagulan.
c. Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel diskrit dengan partikel
flokulen.
d. Filtrasi adalah unit pengolahan dimana terjadi proses penyaringan terhadap
partikel yang lolos dari bak pengendap (bak sedimentasi).
e. Desinfeksi adalah proses pembubuhan desinfektan untuk proses pengolahan
biologis sehingga air terbebas dari bakteri pathogenis.
F-7
Netralisator
Ca (OH)2
Desinfektan
Ca(OCl)2
Koagulan
Al2(SO4)3
Pompa
Filter
Koagulasi
Bak
Intake Bak
Cepat
Flokulasi Pengendap
Pengumpul
Jaringan Pipa
Distribusi
Reservoar
SUNGAI
Jaringan Pipa
Distribusi
Broncaptring
MATAAIR
F-8
AERASI
RESRVOAR
DEEPWELL
C. Unit Distribusi
Pengaliran Air bersih ke konsumen dilakukan dengan
menggunakan sistem jaringan perpipaan. Pengaliran air
dalam pipa dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan
pompa.
Untuk memastikan apakah pengaliran air dilakukan secara
gravitasi atau pompa perlu terlebih dahulu diketahui
perbedaan elevasi antara unit produksi dengan daerah
pelayanan. Oleh karena itu diperlukan pengukuran topografi sepanjang jalur pipa
distribusi.
Jaringan pipa distribusi pelayanan air harus dapat mengalirkan air bersih dengan
debit sesuai kebutuhan jam puncak (kebutuhan peak) dan tekanan pada setiap
tapping pelayanan minimal 10 mka.
Jenis pipa yang digunakan sebagai pipa distribusi harus disesuaikan dengan
kondisi daerah pelayanan dan kondisi sepanjang jalur pipa.
Jenis pipa yang dapat dipakai meliputi :
-
distribusi
dimungkinkan
Jembatan Pipa
Siphon
Crossing Jalan
F-9
diperlukan
kelengkapan-
Wash Out
Air Release Valve
Dsb
F.2
Metodologi
F.2.1
Data yang dibutuhkan untuk penyusunan Master Plan SPAM ini meliputi data primer dan
data sekunder.
Data primer maupun data sekunder diperoleh dari kunjungan ke instansi terkait di wilayah
PKN Metro dan hasil survey lapangan.
Sebelum dilakukan kegiatan pengumpulan data dan survey lapangan, konsultan akan
melakukan kerjaan persiapan yang meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Konsolidasi Tim
Penyusunan Penugasan Personil
Penyusunan Work Plan
Penyusunan Checklist Kebutuhan Data
Review Dokumen Terdahulu terkait
Pembuatan surat ijin survey lapangan
Pengurusan Surat Pengantar ke Instansi terkait
Koordinasi dengan Pemberi Tugas (Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi
Jawa Barat)
Penyusunan Draft Laporan Pendahulun
Secara rinci data yang dibutuhkan dan instansi terkait yang akan dikunjungi dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel F.2 Data Yang Dibutuhkan Dari Instansi Terkait
INSTANSI YANG
NO
LOKASI
DATA YANG DIBUTUHKAN
DIKUNJUNGI
1
Bapeda
Kantor
a. Dokumen RTRK/RTRW.
BKDH Tk. II
b. Renstra
c. Peta-peta
2
Pu Cipta Karya
a. Data Curah Hujan
/ Pengairan
b. Data Infrastruktur
c. Data Sumber air
d. Dok Studi Terkait
e. Dafta Harga Satuan
3
Statistik/
a. Data Penduduk (Kabupaten/Kota
Bangda
Dalam Angka)
b. Potensi Desa
4
PDAM
a. Laporan Teknis Bulanan/Tahunan
b. Corporate Plan
c. Peta Jaringan Pelayanan
d. Dokumen Studi yang ada
e. Data SPAM eksisting
5
PSDA
a. Data Sumber air baku
b. Data Tata Guna Perairan
F-10
c. Peta-peta
d. Kebijakan
Jaringan
Distribusi
Daerah
Pelayanan
Unit Pelayanan
Daerah
Pelayanan
Sungai
Mataair
Sosial ekonomi
masyarakat
Rencana
pengembangan
SPAM
Wilayah
pelayanan
F.2.2
A. EVALUASI
A.1 Metoda Evaluasi SPAM eksisting Non Perpipaan
Untuk masyarakat wilayah yang menggunakan air dari sumur dangkal atau sumber lain
tanpa pengolahan akan diambil sampel airnya untuk diperiksa di laboratorium. Kualitas
F-11
air sumur dangkal yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum dibuatkan
rekomendasi pengolahan sederhana yang mudah dioperasikan dan murah harganya.
Umumnya masyarakat yang telah mendapat pelayanan air minum non perpipaan yang
dibangun oleh Pemda memiliki kualitas relatif baik. Namun cakupan pelayanan tersebut
masih sangat rendah. Umumnya akses air minum non perpipaan yang dibangun dan
dimiliki oleh penduduk tidak terjamin baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
Konsultan akan mengevaluasi sistem penyediaan air minum non perpipaan untuk
memperoleh gambaran kualitas sistem apakah dapat diandalkan bisa memenuhi
kebutuhan air minum sehari hari masyarakat.
A.2 Metoda Evaluasi SPAM Eksisting Perpipaan
Unit Air Baku
Evaluasi terhadap sumber air baku yang dijadikan SPAM eksisting untuk
mengetahui kondisi sumber saat ini baik debitnya, kualitas air dan kuantitasnya.
Evaluasi terhadap debit (kuantitas) dilakukan dengan melakukan pengukuran
debit di lapangan (debit sesaat).
Evaluasi terhadap kualitas air baku dilakukan dengan pemeriksaan sampel air. Dari
hasil pemeriksaan kualitas air dapat diketahui kinerja instalasi pengolahan air (WTP)
yang digunakan.
Evaluasi dilakukan juga terhadap unit intake bila menggunakan pompa. Karena
kinerja pompa dapat berpengaruh pada debit inlet WTP dan debit produksi yang
dihasilkan.
Unit Produksi
Evaluasi terhadap unit produski dilakukan dengan pengukuran debit inle dan out
let untuk mengetahui kapasitas operasi.
Selain itu dilakukan pemeriksaan terhadap sampel air hasil pengolahan untuk
mengetahui kinerja WTP. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar kualitas
air minum.
Unit Distribusi
Evaluasi terhadap jaringan pipa induk distribusi air minum dilakukan dengan
menghitung keseimbangan antara debit dan tekanan hidrolis berdasarkan
pembebanan pelayanan saat ini.
Hasil perhitungan akan terlihat kondisi/kinerja sistem jaringan pipa distribusi apakah
masih layak mengalirkan air dengan debit dan tekanan yang memadai sampai
titik terjauh pelayanan.
Unit Pelayanan
F-12
F-13
Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku
Pengukuran Debit
Inlet dan Outlet
Unit Produksi
Sesuai
Q Desain
Pemeriksaan Fisik
Konstruksi
Unit Produksi
Tidak
IPA
Kualitas Inlet
dengan Persyaratan
Kualitas Air Baku
Ya
Unit Produksi
Masih Dapat
Dioperasikan
Ya
OK
Tidak
Kinerja Sistem
Unit Produksi
Sudah Baik
- Kajian/Evaluasi
Bangunan Intake
- Cek Fisik IPA
Tdk
Rehab
Tdk
OK
Ya
Tidak
Perlu Penambahan
Unit Pratreatment
Reservoir
Kualitas Outlet
Dengan Persyaratan
Kualitas Air Bersih
Kinerja Sistem
Masih Dapat
Dioperasikan
Ya
Ya
Sistem
Masih
Dapat
Dioperasikan
Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku
START
KAJIAN SUMBER AIR BAKU
UNTUK SISTEM EKSISTING
Kunjungan Ke Lokasi
Sumber Air Baku Pada SPAB
Eksisting
Pemeriksaan Kualitas
Pengukuran Debit
Q Minimum
Lebih Besar Q unit
Produksi Eksisting ?
Tidak
Tidak
Sesuai dengan
Persyaratan Kualitas
Input Unit Produksi
Eksisting ?
Kajian Sumber
Air Baku
Ya
Ya
Layak Dijadikan
Sumber Air Baku
Untuk
Pengembangan
?
Ya
Pengembangan Sistem
SPAB Eksisting
Tidak
Optimalisasi
Pengembangan
Pelayanan Baru
Unit Pengelolaan
Pengelolaan SPAM umumnya dilakukan oleh PDAM. Evaluasi pengelolaan atau
manajemen PDAM ditujukan terhadap jumlah dan kualifikasi SDM yang ada dan
sistem manajemen kerja berdasarkan struktur organisasi yang sudah dibentuk.
Evaluasi terhadap kualifikasi manajemen dan SDM dengan mengkaji TUPOKSI akan
memperoleh gambaran kinerja PDAM saat ini.
Permasalahan yang umum terjadi di PDAM adalah kualifikasi SDM yang kurang
menunjang terhadap kebutuhan sehingga kinerja operasional tidak maksimal.
Contohnya adalah kurangnya jumlah tenaga ahli Teknik Lingkungan setingkat
sarjana. Jabatan strategis dalam operasional teknis masih dipegang oleh personil
yang memiliki latar belakang pendidikan tidak memadai.
Selain evaluasi terhadap kondisi manajemen juga akan dilakukan evaluasi terhadap
aspek keuangan PDAM.
Pendekatan pada aspek keuangan akan menguraikan 3 (tiga) pokok penting yaitu :
Pendapatan (Revenue)
Pengeluaran (Expenditure)
Kinerja Keuangan
Pendapatan (Revenue)
Pendapatan PDAM berasal dari retribusi air yang dibayar setiap bulannya oleh
pelanggan dan pendapatan dari biaya penyambungan (BP).
Besarnya retribusi yang dibayar oleh pelanggan tergantung dari volume pemakaian
air setiap bulannya, biaya abodemen dan tarif dasar air yang ditetapkan PDAM.
Besarnya volume pemakaian air didasarkan kepada hasil pembacaan meter air oleh
petugas PDAM. Jadi bila terjadi kesalahan pembacaan meter air maka berdampak
kepada besarnya pembayaran rekening air. Atau, mungkin yang terjadi bukan
kesalahan pembacaan meter air melainkan kondisi meter airnya sudah tidak
akurat/rusak, sehingga tidak mampu mengukur dengan benar pemakaian air.
Dengan demikian besarnya pendapatan PDAM sangat tergantung dari volume air
yang terjual setiap bulannya. Sedangkan volume air yang terjual sangat tergantung
dari volume air yang disitribusikan dan kebocoran air.
Oleh karena itu, semakin besar kebocoran air semakin kecil volume air yang terjual
dan otomatis semakin kecil pendapatan PDAM. Kondisi demikian dapat dipastikan
kinerja PDAM menjadi tidak optimal karena rendahnya kemampuan PDAM dalam
membiaya operasional dan pemeliharaan.
Pengeluaran (Expenditure)
Pengeluaran rutin PDAM dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran operasional dan
pengeluaran pemeliharaan.
Besarnya pengeluaran PDAM secara umum tergantung dari besar dan jenis sistem
penyediaan air bersih yang dikelolanya. Pengeluaran untuk sistem penyediaan air
F-16
dengan sistem pemompaan lebih besar dari sistem penyediaan air bersih sistem
grafitasi. Selain itu juga permasalahan pada operasional seperti kebocoran air
merupakan penyebab tingginya pengeluaran PDAM
Pengeluaran PDAM dapat berupa pembelanjaan untuk kebutuhan operasional dan
pemeliharaan unit produksi dan unit distribusi dan dapat berupa pembayaran seperti
energi listrik instalasi, gaji pegawai.
Data penerimaan dan pengeluaran dapat memberikan informasi tentang kondisi
keuangan PDAM atau tingkat likuiditas sehingga PDAM dapat dikategorikan sebagai
perusahaan sehat atau tidak.
Karena kondisi keuangan PDAM sangat berpengaruh terhadap kinerja operasional
PDAM, maka Konsultan perlu melakukan pengkajian terhadap sistem keuangan
PDAM terutama kepada sistem manajemen keuangan.
Metoda analisis terhadap kondisi keuangan akan dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dari data keuangan dengan standar yang ada yaitu :
- Current Ratio
: minimal 200%
- Cash Ratio
: Minimal 50%
: Minimal 100%
Minimal
- Efisiensi Penagihan
: minimal 80%
sebesar
bunga
Kinerja kauangan adalah tolok ukur keuangan suatu perusahaan, yang didasarkan
pada Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, sehingga
termasuk dalam kondisi Sehat Sekali; Sehat; Kurang Sehat; atau Tidak Sehat.
Parameter-parameter yang diukur, meliputi :
Likuiditas Perusahaan
Adalah parameter tentang kemampuan PDAM untuk seketika dapat menyediakan
alat pembayaran yang diperlukan guna melunasi semua kewajiban utang yang
telah jatuh tempo dan yang akan jatuh tempo. Parameter Likuiditas PDAM, dilihat
dari Rasio Lancar (yaitu Rasio Harta Lancar terhadap Utang Lancar) dan Rasio Cair
(yaitu Rasio Harta Cair terhadap Utang Lancar).
F-17
Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89 tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio
Likuiditas adalah sebagai berikut :
- Sehat Sekali
: > 150 %
- Sehat
: 100 150 %
- Kurang Sehat
: 75 100%
- Tidak Sehat
: < 75 %
Leverage PDAM
Adalah parameter yang dipergunakan untuk mengukur produktivitas struktur
permodalan, dengan cara membandingkan dana modal kerja yang disediakan
oleh Pemerintah terhadap kebijakan manajemen PDAM. Parameter Leverage diukur
dari Rasio Utang (Rasio Total Utang terhadap Total Harta) dan Rasio Bunga (Rasio
Biaya Bunga terhadap EBIT). EBIT adalah Earning Before Interest and Tax atau Rasio
Laba sebelum bunga dan pajak (Laba Kotor).
Solvabilitas
Solvabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat kemampuan PDAM dalam menjamin
pembayaran kembali utang yang diperoleh. Solvabilitas adalah Rasio Jumlah Harta
terhadap Jumlah Utang.
Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio
Solvabilitas adalah sebagai berikut :
- Sehat Sekali
- Sehat
- Kurang Sehat
- Tidak Sehat
: > 200 %
: 150 200 %
: 100 150%
: < 100 %
Aktivitas PDAM
Evaluasi terhadap parameter Rasio Aktivitas adalah penilaian keseimbangan antara
tingkat Pendapatan dengan tingkat Investasi dalam berbagai Aktiva, seperti Piutang
(tunggakan tagihan) serta Aktiva Tetap lainnya. Rasio Aktivitas ini mengukur tingkat
efektivitas manajemen PDAM dalam menggerakan Aset yang dimiliki.
Aspek yang dievaluasi pada parameter Aktivitas Perusahaan meliputi :
-
Umur Piutang (Average Collection Period) diperoleh dari Rasio Jumlah Piutang
(Tunggakan Tagihan Air) terhadap Pendapatan Harian.
Perputaran Harta Tetap (Fix Asset Tunover) dilakukan evaluasi dengan tujuan melihat
intensitas tingkat Perputaran Harta Tetap terhadap Pendapatan. Nilai Perputaran
Harta Tetap yang Rendah dapat diartikan bahwa terdapatnya kelebihan modal
kerja yang kurang produktif.
F-18
Profitabilitas
Nilai Profitabilitas merupakan ikhtisar penilaian atas seluruh tindakan manajemen
PDAM disepanjang periode Tahun Usaha berjalan. Parameter-parameter yang
ditinjau adalah Rasio Hasil Pengembalian atas Rentabilitas Modal Sendiri.
Berdasarkan KEPMENKEU No. 740/KM/00/89, tolok ukur Kinerja Perusahaan dari Rasio
Rentabilitas adalah sebagai berikut :
- Sehat Sekali
: > 12 %
- Sehat
: 8 12 %
- Kurang Sehat
:58%
- Tidak Sehat
:<5%
B. ANALISIS
B.1 Analisis Perkembangan Penduduk
Komponen utama yang berperan dalam menentukan atau menggambarkan kondisi suatu
wilayah adalah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk akan mempunyai pengaruh
besar terhadap perkembangan jumlah dan jenis kegiatan dalam suatu wilayah. Begitu juga
sebaliknya, kegiatan yang ada akan mempengaruhi jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Perhitungan proyeksi penduduk sampai 20 tahun kedepan digunakan rumus
sebagai
berikut :
a. Aritmatik
b. Geometrik
c. Tren Exponensial
Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu perencanaan
yang disusun untuk keperluan pada massa datang didasari oleh pengetahuan tentang
masalah yang sama pada masa sebelumnya. Perkembangan kehidupan dan semua
aktivitas merupakan hal yang penting dalam sistem Penyediaan Air Minum.
Angka pertambahan penduduk tidak lepas dari datadata penduduk sebelumnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi angka pertambahan penduduk seperti masalah
kesehatan, sosial, ekonomi, politik dan lainlain. Populasi berubah dengan angka
angka kematian, kelahiran dan perpindahan penduduk. Jadi faktorfaktor seperti
kelahiran, kematian dan migrasi. Proyeksi penduduk berguna untuk memperkirakan
kebutuhan air di masa akan datang dan perkiraan timbulan air buangan akibat
pemakain air tersebut, dengan demikian dapat memberikan tahap perencanaan dan
perkiraan pembiyaan pembangunan.
F-19
Adapun caracara yang diambil untuk menghitung proyeksi penduduk tergantung oleh
beberapa hal berikut, diantaranya :
Keadaan dan jenis kota.
Rencana pengembangan kota.
Data kependudukan yang ada.
Dalam memproyeksikan penduduk digunakan beberapa metode yang cukup
resprensentatif. Akan tetapi perhitungan perhitungan tersebut tidak
memperhatikan faktor faktor migrasi, natalitas, mortalitas dan keadaan
keadaan tertentu lainnya. Dari data yang ada, dapat dikatakan kota ini adalah
kota yang masih berkembang dilihat dari prosentase jenis rumah non permanen
yang masih cukup tinggi.
Metode yang digunakan dalam proyeksi penduduk adalah Metode Aritmatika,
Geometrik, dan Metode Tren Exponensial.
Metode Aritmatika
Biasanya digunakan untuk :
Po
Ka
Untuk Kota-kota tua yang sudah tidak berkembang dengan laju pertumbuhan
penduduk 20 30 % per- tahun.
F-20
Pn = Po ( 1 + r )n
Ka = (Pt / Po)1/t
Dimana :
Pn = Jumlah Populasi pada tahun yang diinginkan.
Po = Jumlah Populasi pada tahun awal data.
Pt
= Jumlah Data.
Pertumbuhan ekonomi.
Sistem transportasi.
Dimana :
Y
= Proyeksi Penduduk.
= Variable Waktu.
a, b = Koefisien Regresi.
n
= Jumlah Data.
yi . xi xi . xi.yi
(n . xi ) ( xi )
2
Log a = Log
Log b = Log
n . yi . xi.yi xi
. yi
(n . xi ) ( xi )
METODOLOGI
ANALISIS PROYEKSI
Diagram analisa perkembangan
jumlah penduduk
dapat dilihat pada gambar berikut :
PENDUDUK TAHUN 2009 - 2029
START
F-21
Data Penduduk
5 Tahun Terakhir BPS
START
F-22
Data Sosek
Berdasarkan Kuesioner
NO
1
2
3
URAIAN
170
150
130
30
30
30
30
30
30
20 30
20 - 30
20 - 30
20 - 30
20 30
F-23
non domestik
Kehilangan air (%)
Faktor maksimum day
Faktor peak - hour
Jumlah jiwa per SR
Jumlah jiwa per HU
Sisa tekan dijaringan
distribusi (mka)
Jam operasi
Volume reservoir
(%) (maks day demand)
4
5
6
7
8
9
10
11
12
SR : HU
20 30
1.1
1.5
5
100
20 - 30
1.1
1.5
5
100
20 - 30
1.1
1.5
6
100
20 - 30
1.1
1.5
6
100 - 200
20
1.1
1.5
10
200
10
10
10
10
10
24
24
24
24
24
20
20
20
20
20
50 : 50 s/d 80 :
20
50 : 50 s/d 80
: 20
80 : 20
70 : 30
70 : 30
Qp
= fp x Qrd
Qp
Fp
Diagram langkah dalam menghitung kebutuhan air minum dapat dilihat secara jelas pada
KEBUTUHAN AIR
diagram dibawah ini,
START
Data Hasil
Analisis Sosek
Data DSML
PDAM
Pedoman PU Standar
Konsumsi Air Minum
Domestik
Qd (l/o/hari)
F-24
Non Domestik
Qd (l/o/hari)
.2.3
Metoda Perencanaan
a. Unit Air Baku
Bangunan pengambilan air baku dapat dilakukan dengan cara gravity intake atau
dengan sistem pemompaan. Cara pengambilan ini sangat ditentukan jenis dan
kondisi dari sumber air. Bangunan pengambilan air baku (Raw Water Intake) harus
dilengkapi dengan saringan sampah (screen), pintu operasional mulut intake, bak
lumpur, ruang pompa dan alat ukur debit.
F-25
TP = gQmd/
Dimana :
Qmd
Fmd
Qrd
Q
V
A
n
R
S
Ruang Pompa
Dan Panel
Muka Tanah
Ke IPA
Sumber Air
MA Min
Pompa
Submersible
L
GAMBAR BANGUNAN INTAKE POMPA
METODE PERENCANAAN PENGEMBANGAN SPAM
Metoda perencanaan unit air baku dalam rencana pengembangan penyediaan air minum
a. Unit Air Baku
dapat dilihat
pada gambar dibawah ini,
START
Pengukuran Debit
(Qs)
Pemeriksaan Sampel
Air
Kontinuitas Berdasarkan
Analisis Hidrogeologi
F-26
Qs >> Qmd
?
Ya
Kualitas
PP 82/2001
?
Tdk
Kontinuitas
?
b.
Unit Produksi
Unit produksi SPAM dengan pengolahan lengkap sekurang-kurangnya harus meliputi
unit pengolahan sebagai berikut :
Unit Flokulator
Jumlah Kompartemen
= 6 unit
Kriteria Td
= 20 menit 30 menit
Pola aliran
= Up - Down Flow
Nilai Gsecara berurut untuk
= 90; 80; 70; 50; 30; 10; det
Metoda Perhitungan :
Volume total unit Flokulator :
F-27
C = Q.td
Volume tiap kompartemen,
V = C/6
III
IV
II
2
4
VI
Dasar Perhitungan
V.td.G 2
g
H diperoleh dari Head loss aliran melalui sluice gate yang di pasang pada setiap
kompartemen.
A
0,6
2g H
Q x 0,6
1
2.V.td.G2
Luas Permukaan
6
F-28
Luas Permukaan
Luas Segitiga
1
. A.T
2
A
60
1
2
Tampak atas
F-29
Potongan Melintang
Design Unit Sedimentasi
Kriteria Perencanaan :
- Kecepatan pengendapan Flok (S)
= 0,9
= 1/8
= 5 cm = 0,05 m ( w ).
Metoda Perhitungan :
Q/A
1 Y/ Yo 11
1
n
Q/A
1 0,9 1/8
1 2,67
1/8
0,00445 m/det
S
2,67
2,67
0,00167 m 3 /m 2 /det
6
m 3 /m 2 /jam
F-30
So Q/A) x
w
H Cosa w Cos2 a,
0,00167 x
1,229. 10
0,05
1(0,5) 0,05(0,5)2
3 2
m /m /det
Q
w
x
SO
H Cos a w Cos 2 a
Kecepatan Aliran
Q
0,025
Waktu Detensi
(H/Sin a) (w/T an a)
Vo
(1 / 0,866) (0,05 / 1,732)
0,0019
1,18
0,0019
621 detik
10,35 menit
Td
Tinggi miring
H
Sin a
F-31
w
Sin a
N
w
d
Sin a
Sin a
P
Re
Vo 2
v
Fr
-
Vo 2
g.R 2
Kontrol Aliran :
Re < 2000, memenuhi
Fr > 10-5 , memenuhi
Vs
Q
As
Ruang Lumpur :
Volume Ruang Lumpur :
1
P x L x T m3
3
n x + w (n-1)
F-32
Dimana :
L
W
n
n
= Panjang Pipa
Jarak antar lubang
= Jumlah lubang
= n X Dia. + W ( n - 1)
Q orifice
Q
n
A = . 3,14 D2
Q
A
HL 0,6
V2
2.g
Check terhadap G :
g .HL
V .Td
Pipa Manifol ,L cm
Pipa Orifice
F-33
Bak Sedimentasi
Lm
Xm
Lm
Pm
( x a) + (y x b) + (2 x c)
L = 16 + 2y
Jumlah V-notch
Jarak V-notch
L cm
Dimensi Gutter :
F-34
A
A
=
=
b x h . , dimana b = 2h
2h2
1
x R 2/3 x s 1/2
n
dimana : R
A
P
P 2 x h ) b
=SxL
Gullet A
Gutter
Gutter
Gutter
Perencanaan Gillet
Beton
Pembatas
Gutter
Gutter
Gutter
Gullet B
F-35
Gullet
Gullet
Bak Pengumpul
Gullet
=
=
=
=
=
90
0,8
1,2
2,65
40
%
mm
mm
gram/cm2
%
Tinggi Media
Antrasit dengan Spesifikasi :
75
cm
Diameter rata-rata
Densitas Butiran
Pororitas (P)
Tinggi Media
=
=
=
=
1,2 mm
1,8 gram/cm3
60 %
25 cm
Metoda Perhitungan :
Head Loss Pada Saat Filtrasi :
F-36
180v 1 Po2
Vt
Hf
x
x
xL
2
Po
do 2
g
Dimana :
V
Vf
Po
G
do
L
=
=
=
=
=
=
8,04 .10-7
1,67 . 10-3
0,4
9,81
0,8
1
m2/det
m3/m2/det
m/det2
mm
m
= 0,8 . 10-3
Proses Pencucian filter dilakukan dengan prinsip Self Backwash, artinya proses
pencucian dilakukan satu demi satu unit dengan memanfaatkan air hasil filtrasi sebagai
pencuci, Sehingga diperlukan tinggi air yang cukup di bak pengumpul untuk mengatasi
head yang di butuhkan dalam proses pencucian.
Proses-proses backwash akan terjadi ekspansi media pasir. Untuk menghitung ekspansi,
perlu dipertimbangkan laju pengendapan butiran pasir terbesar, agar media pasir tidak
ikut terbuang.
Vs = 177,76 d,1,143
Dimana :
d = Diameter butiran pasir terbesar
Tinggi media saat ekspansi :
Le
L (1 P ) 100 (1 0,4)
125,8 cm
(1 Pe)
1 0,523
He
Dp D
x Le x (1 Pe)
D
dimana :
Dp
=
D
=
Le
=
Pe
=
Ruang Back Wash
2,65
1,0
125,8
0,523
gram/cm3
gram/cm3
cm
F-37
=
Debit Pengolahan
3
2
6 m /m //jam
V(Pintu)
Qb
AS(Pintu)
m/det.
Dimana As Pintu :
Lm
Pm
Head Loss pada Pintu :
HL
0,6 V 2 Pintu
cm
2 . 9,81
Tinggi dasar Under Drain + Tinggi Tee pee Kerikil + Tinggi media + Tinggi
ekspansi media + Tinggi Gutter pelimpah Back Wash + Head Back Wash + Head
Loss Maksimum Filtrasi (Mampat) + Free Board + Tebal Beton
Pintu Clear Well
+ 3,776
He
+ 3,326
+ 3,236
He
+
F-38
+ 2,936
Q2 3
HC
2
g.b
cm
9,81
0,6 m
Hc
m
mm
m
m
F-39
1
4
D2 m2
L cm
Instalasi Pengolahan Air Minum (WTP) yang digunakan untuk kapasitas kecil mungkin
adalah WTP Paket baja, maka dimensi setiap unit/kompartemen harus sesuai dengan
kriteria yang sudah diuraikan diatas dan memenuhi spesifikasi sebagai berikut :
F-40
F-41
Perencanaan Pembangunan Jalan Beton, Jalan Masuk Pengaman Intake Pipa IPA Sebuku, Pipa Percetakan Sawah dan Jaringan Pipa Desa Sanur, SP-1, SP-2 serta Jaringan Pipa Relokasi Desa Naputi - Salang Kecamatan Sebuku
Fisik ?
Tdk
Ya
Kimia ?
Ya
Tdk
Biologi ?
Elevasi
Ya
Sistem Pengaliran
Sistem Intake
Tdk
Ya
dh OK ?
Siap Minum
Gravitasi
Pengolahan Sebagian
Tdk
PENGOLAHAN LENGKAP
Deep Well
Intake Sungai
Broncaptering
Pompa
Kriteria Perencanaan :
Qdesign = Qmaxday
Fluktuasi Pemakaian air per hari = 15 20%
Disediakan zone lumpur dan pipa penguras.
Dilengkapi ventilasi udara
Disediakan tangga/fasilitas maintenance
Dilengkapi sekat untuk memberikan waktu kontak desinfektan
Dilengkapi pipa overflow
Detention Time, td = 24 jam/hari
Metoda Perhitungan :
= 20% x Qmd x td
Dimana :
V =
Volume air yang dipakai m3
Qmd
=
Debit kebutuhan maksimum harian, m3/detik
Td
Pada implementasinya volume reservoar akan dibangun dengan volume lebih besar
dari V tersebut misalnya saja 1.40 x V.
Reservoar distribusi air bersih umumnya dibangun dengan material beton bertulang
sehingga biayanya relatif mahal, oleh karena itu volume reservoar harus
memperhitungkan volume efektif dan bentuk reservoar harus bentuk ekonomis.
F-43
Pompa yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis baik debit (Q) dan Head (H)
sesuai kebutuhan. Demikian juga pompa yang dipasang harus dilengkapi pompa
cadangan (standby).
Design Perpipaan Distribusi
Kriteria Perencanaan :
Qdesign
= Qpeak
= 130 140
= 100 120
Q 0,2785 x C x D
2 , 63
hf
L
0 , 54
Dimana :
Q =
C =
Hf =
L =
Perhitungan keseimbangan antara diameter dan debit air yang mengalir akan
digunakan simulasi komputer dengan program EPAnet 2.0
F-44
Kebutuhan Air
(Qpeak)
Topografi
Pola Pengembangan
Loop
Diameter Pipa
Tdk
Elevasi
?
Zona Pelayanan
Cabang
Pompa
Ya
EPAnet
Gravitasi
Jangkauan Pelayanan
Booster
F-45
F-46
Referensi pengukuran ditentukan dari titik tetap yang ada di sekitar lokasi
pengukuran, mempunyai identitas (kode) serta harga atau dimensi
koordinat yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan ataupun titik
referensi ditentukan / ditetapkan Pemberi Tugasn.
Pengukuran situasi detail / rinci dilakukan dengan metode Trigonometri /
Tachimetri dimana pangkal dan ujung jalur pengukuran terikat / terkontrol
terhadap kerangka dasar pengukuran / pemetaan. Dari titik-titik tersebut
diukur detail-detail lapangan dengan rinci. Titik-titik rinci / detail-detail
diukur dengan kerapatan titik yang disesuaikan dengan skala peta yang
digunakan dan tersebar dengan kerapatan titik maksimum 1 cm pada
peta. Peralatan yang digunakan Theodolite T0 dengan ketelitian
pengukuran 10 cm.
Penyebaran titik detail yang diukur di lapangan akan diusahakan merata,
seperti pada:
- Setiap perubahan permukaan serta vegetasi yang ada di areal
pengukuran.
- Situasi batas-batas tata guna lahan antara lain ladang, sawah,
kampung, lahan usaha I, lahan usaha II dan lain-lain.
Pengukuran Jalur Pipa
Pengukuran trase dilakukan sepanjang jalan yang akan menjadi jalur pipa sesuai
dengan rencana pelayanan. Prosedur, metode dan peralatan yang akan
digunakan untuk pengukuran trase saluran adalah sebagai berikut:
Uitzet trase yang dikontrol dengan ukuran poligon terikat terhadap titik kontrol (x,y)
kerangka pemetaan dengan ketelitian setiap sudut 1 (menit) dan ketelitian antara
dua titik kontrol kerangka pemetaan 2 (menit) yang diukur dengan alat ukur
Theodolite T0, dengan interval jarak maksimum 100 m, pada trase lurus dan 25 / 50
m pada tikungan.
Pengukuran sipat datar berfungsi sebagai dasar penampang memanjang trase,
terikat pada (z) kerangka pemetaan dengan ketelitian 15D mm dimana D =
jarak dalam km.
Penampang melintang trase diukur dengan metode Tachimetri / Trigonometri
memakai alat ukur Theodolite T0 dengan ketelitian pengukuran 10 cm
dengan interval jarak 100 m (untuk saluran primer) tepat pada titik trase atau
penampang memanjang serta posisinya tegak lurus terhadap jalur trase.
Metode Analisa Data Topografi
Perhitungan Poligon
Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan dalam
spesifikasi teknis adalah :
1. Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth 20" n. Koreksi setiap titik poligon
maksimum 20" n dimana n adalah jumlah titik poligon pada setiap kring.
2. Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000.
Berdasarkan kriteria toleransi diatas, proses analisis perhitungan sementara
poligon akan dilakukan menggunakan metode perataan Bowdith dengan
prosedur sebagai berikut :
Salah Penutup Sudut
F-47
f s S i (n 2) x180 20" n
i 1
f d 1 : 2.000
Dalam hal ini :
n
i 1
i 1
f d ( d i . sin i ) 2 ( d i . cos i ) 2
i i 1 si 180
Dimana : S
:
Sudut ukuran poligon
d
:
Jarak ukuran poligon
:
Azimuth
i
:
Nomor titik Poligon ( i = 1,2,3, ..... n )
Proses perhitungan data definitif hasil pengukuran poligon kerangka kontrol horizontal
akan dilakukan dengan metode perataan Bowditch. Formula perataan poligon cara
Bowditch adalah sebagai berikut :
fx i
di
.x
d
fy i
di
.y
d
Dimana :
fxi
fyi
di
d
x
y
: Koreksi absis
: Koreksi ordinat
: Jarak yang dikoreksi
: Jumlah jarak
: Jumlah kesalahan absis
: Jumlah kesalahan ordinat
Perhitungan Waterpass
Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis yakni tiap
seksi yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10 mm D (D = panjang seksi
dalam Km ). Berdasarkan kriteria tersrbut dapat diformulasikan cara analisis data ukur
waterpass pada setiap kring sebagai berikut :
n
f h hi 10mm D
i 1
dimana :
fh
: salah penutup beda tinggi tiap kring waterpass
h
: beda tinggi ukuran
i
: nomor slag pengukuran waterpass ( i = 1,2,3....n )
Setelah dianalisis keseluruhan data waterpass kerangka kontrol vertikal memenuhi
persyaratan toleransi akan dilakukan proses perhitungan definitif dengan
menggunakan metode Bowditch seperti pada poligon.
Perhitungan Azimuth Matahari
F-48
dimana
A : azimuth matahari
: azimuth arah ke target
S : sudut horizontal antara matahari dan target
: deklinasi
h : tinggi matahari
: lintang tempat pengamatan.
Apabila hasil perhitungan data pengamatan data pengamatan matahari tersebut tidak
memenuhi kriteria ketelitian 15" yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis, maka akan dilakukan
pengamatan ulang.
Penggambaran
Kriteria teknis dan prosedur penggambaran hasil survai Topografi tetap mengacu pada
Kerangka Acuan Kerja dan Standar Teknis Produk Perencanaan
- Gambar / peta situasi dibuat denga skala 1 : 2.000 dengan interval
kontur 0,5 m.
- Gambar / peta situasi rencana tapak bangunan skala 1 : 200
dengan interval kontur 0,5 m.
- Gambar situasi trace / rencana trace dilengkapi situasi sekitarnya
dengan kontur interval 0,5 m. Gambar penampang memanjang
digambar di bawah gambar situasi trace dengan skala yang sama 1 :
2.000 untuk skala jarak, sedangkan untuk skala tinggi 1 : 100.
- Gambar penampang melintang dibuat dengan skala jarak 1 : 100 dan
skala tinggi 1 : 100. (Untuk lokasi-lokasi tertentu).
- Garis silang Grid baik horisontal maupun vertikal dibuat dengan interval
10 cm. Pembuatan jaringan Grid dengan toleransi sesuai dengan
ketelitian peta.
- Tiap titik tetap (Bech Mark) yang diplotkan akan dilengkapi dengan
koordinat planimetris dan ketinggiannya
F-49