Mulana
dari
situs
simanjuntak.or.id.
(Batak
Mulana
hanya
pertama
Raja
Marsundung
Simanjuntak
(Simanjuntak
yang
Cornel Simanjuntak
2.
3.
RAJA
SIHOTANG
MARSUNDUNG
setelah
istrinya
menikah
Boru
dengan
HASIBUAN
SOBOSIHON
Boru
meninggal.
RAJA
SIMANJUNTAK
Sitolu
Sada
Ina
masih
bayi.
Ketika
RAJA
id.wikipedia.org
RAJA MARSUNDUNG SIMANJUNTAK adalah anak kedua dari pasangan
TUAN SOMANIMBIL dan istrinya Boru LIMBONG. Mereka mempunyai tiga
anak, yaitu:
1.
2.
3.
bernama
RAJA
PARSURATAN
dan
seorang
puteri
bernama
padanya
agar
dia
menikah
lagi
supaya
ada
yang
mengurusnya kelak apabila dia sakit. Hal ini tidak disetujui RAJA
PARSURATAN dan TUAN MARRUJI HUTAGAOL namun, karena fakta dan
pengalaman pahitnya, RAJA MARSUNDUNG setuju untuk menikah lagi.
Pada masa itu ada istilah kalau ingin mencari istri pengganti maka
sebaiknya pergi menyeberangi danau Toba (versi asli: molo mangalului
panoroni ba borhatma tu bariba ni tao Toba). SOMBA DEBATA SIAHAAN
dan RAJA MARSUNDUNG pun berangkat ke daerah Si Raja Oloan. Di sana
ada seorang lelaki yang agak asing rupa fisiknya. Bentuk kepalanya besar
dan dia dinamai RAJA SI GODANG ULU SIHOTANG. Keanehan ini juga
tampak pada anak anaknya sehingga terkadang mereka sering
dikucilkan banyak orang sampai sampai walaupun puterinya sendiri
SOBOSIHON
berumur
banyak
belum
ada
laki
laki
yang
mau
RAJA
MARSUNDUNG
melamar
SOBOSIHON
sangat
dia
telah
memberi
kabar
kepada
ayahnya
tentang
keadaannya itu. Namun, perasaan sang calon ibu ini gelisah setelah
mendapat mimpi; ketika SOBOSIHON akan mandi di Aek Na Bolon,
setelah dia membuka bajunya tiba tiba petir menyambar buah dadanya
sebelah. Mimpi ini juga diberitahukan kepada RAJA SI GODANG ULU.
Setelah mendengar kabar dan mimpi puterinya itu dia menyuruh menantu
perempuannya (parumaen) berangkat menemui puterinya di Parlumbanan
Balige. Padahal menantunya ini baru lima hari selesai melahirkan bayi
perempuan namun, karena taat kepada mertuanya dia tetap bersedia
pergi disertai tugas dan pesan khusus dari RAJA SI GODANG ULU. Adapun
tugas dan pesan itu;
Memberitahu SOBOSIHON bahwa akan ada bahaya yang mengancam
bayinya
Apabila bayi yang lahir lakilaki maka bayi itu harus ditukarkan dengan bayi
perempuan menantunya ini dan bayi lakilaki itu harus dipangku
dan disusui oleh
berlalu.
Kelak apabila kedua bayi itu sudah dewasa maka mereka sebagai
berpariban telah
acara
makan
bersama
(pangharoanion)
untuk
syukuran
sudah
terbaca
maka
geramlah
hatinya
dan
dia
berdiri
lalu
dan
memotong
buah
dada
SOBOSIHON
lalu
setelah
itu
lari
semua
keturunan
SIMANJUNTAK
dari
SOBOSIHON
sangat
jenis
kelamin
adik
tirinya
yang
akan
lahir.
Jawaban
dan
dan pisah rumah dari orang tuanya (manjae). Dia hanya mempunyai seorang
anak laki laki dan dia merasa posisinya kelak terancam jika semakin
banyak anak laki laki yang dilahirkan ibu tirinya. Inilah yang membuat
dirinya selalu ingin berbuat sesuatu untuk melenyapkan setiap bayi laki laki
dari ibu tirinya.
Waktunya tiba dan SOBOSIHON akan melahirkan bayinya. Para ibu bersama
dukun beranak telah berkumpul dan memasuki rumah RAJA MARSUNDUNG.
Dari kejauhan RAJA PARSURATAN mengamat amati mereka. Setelah
melihat mereka telah masuk ke rumah maka RAJA PARSURATAN membawa
sulutan api. Dia membakar atap rumah dari bagian dapur. Api menyala dan
semua ornag berhamburan keluar rumah termasuk SOBOSIHON. Dia panik
sambil berteriak api..api..api..api.. Dia pun berpegangan pada batang bambu
yang berada di pinggir pekarangan rumahnya.
Tidak lama kemudian, orang orang berdatangan ke sana dan berusaha
bergotong royong memadamkan api. Perhatian orang teruju pada rumah
yang mulai terbakar dan pada saat itu pula di bawah pohon bambu lahirlah
anak kelima dari SOBOSIHON yang kemudian diberi nama RAJA HUTABULU
karena bayi itu dilahirkan di bawah pohon bambu di kampungnya.
Walaupun selalu mendapat rintangan namun SOBOSIHON tetap tabah dalam
setiap proses persalinannya karena RAJA MARSUNDUNG dan keluarga
SOMBA DEBATA SIAHAAN terutama Boru LUBIS sangat memperhatikan dan
mengasihinya.
Usia RAJA MARSUNDUNG kira kira telah lebih delapan puluh tahun lalu dia
meninggal dunia. Kepergian suaminya sangat membuat hati SOBOSIHON
sedih sementara anak bungsu mereka masih menyusui dan keempat
anaknya yang lain masih belum cukup dewasa.
Bagi suku Batak Toba anak tertua adalah pengganti ayah bagi adik
adiknya. Yang paling kehilangan sosok ayah hanya anak tertua. RAJA
PARSURATAN menggantikan kedudukan ayahnya dalam segala hal penting
dia menjadi kepala keluarga. Situasi ini dimanfaatkan RAJA PARSURATAN
untuk menguasai semua aspek kehidupan ibu tiri dan adik adiknya sehari
hari. Dia selalu bersikap diktator terhadap adiknya terutama yang laki laki.
beberapa
tahun
ayahnya
meninggal
RAJA
PARSURATAN
untuk
mengusahakan
semua
kebun
dan
sawah
peninggalan
bangunan
pembangunan
induk
rumah
ukir
selesai
maka
tersebut
adalah
proses
berikutnya
pembuatan
dalam
ukiran.
Untuk
mengukir relif rumah pada masa itu lazim digunakan darah manusia sebagai
campuran pewarna relif. Hal tersebut agar rumah itu mempunyai semangat
atau ada keangkerannya. Mengingat RAJA PARSURATAN bukanlah seorang
yang kuat dalam berperang maka tidak mungkin baginya mendapatkan
darah manusia dengan cara berperang melawan negeri lain.
Timbullah niat jahat RAJA PARSURATAN terhadap saudara tirinya. Pada suatu
sore dia meliahat kedua adik perempuannya tampak akrab sebab memang
SIPAREME
sudah
gadis
dan
HAGOHAN NAINDO
mulai
remaja.
RAJA
Tapanuli
Utara.
Demikianlah
tiap
malam
cara
kedua
gadis
ini
menghabiskan waktu.
Tentang rencana jahat RAJA PARSURATAN, untuk membedakan yang mana
yang harus dibunuh maka kepada SIPAREME diberikan sebuah gelang yang
terbuat dari gading. Konon gelang itu merupakan pusaka pemberian dari
mendiang Boru HASIBUAN, ibu kandungnya RAJA PARSURATAN. Lalu
SIPAREME pun memakai gelang itu. Melihat gelang yang sangat putih dan
menyala dalam gelap, HAGOHAN NAINDO tertarik akan gelang itu. Dia
meminjam
dan
kemudian
memakainya.
Seperti
biasanya
mereka
menganyam tikar setelah malam tiba mereka tidur marbulusan dan gelang
tadi masih di tangan HAGOHAN NAINDO.
Malam itu menjelang subuh datanglah pembunuh bayaran ke rumah RAJA
PARSURATAN dengan membawa pisau. RAJA PARSURATAN berpesan pada
pembunuh itu bahwa sekarang ada dua gadis yang tidur di rumah ayahnya
dan gadis yang tidak memakai gelanglah yang harus dibunuh. Pembunuh
itupun melaksanakan tugasnya kemudian SIPAREME dibunuh lalu darahnya
ditampung dan diberikan kepada RAJA PARSURATAN. Sementara mayat
SIPAREME dibuang ke lembah yang tak dapat dituruni yaitu yang sekarang
terletak di lembah Sipintu Pintu (perbatasan antara Balige dengan Siborong
Borong). Matahahari pun terbit dengan air mata dan tangisan HAGOHAN
NAINDO karena kakaknya telah hilang.
Demikianlah
rencana
jahat
RAJA
PARSURATAN
dimana
dia
hendak
setelah
SIPAREME
diketahui
dibunuh
dan
darahnya
dijadikan
memburuk,
dia
dikelilingi
kelima
anaknya,
sedang
RAJA
sedang
duduk
di
suatu
tempat
kalau
dia
datang
tinggalkanlah dia, karena dia adalah ganti ayah bagimu yang harus
kamu hormati.
Jangan
kamu
menyusahkan
hatinya
walaupun
dia
Jangan
bertengkar
dengan
abangmu,
sebab
itu
apabila
padinya
telah
dikumpulkan
di
sawah
hanya
tinggal
menunggu
BORU
HAGOHAN
NAINDO
agar
menyiapkan
makan
siang
dan
ini
adalah
rencana
jahatnya
terhadap
adiknya.
sebab
abangnya.
Sepeninggal
mendiang
SOBOSIHON,
RAJA
memberitahukan
kecantikan
SI
BORU
hal
itu
pada
NAOMPON.
orangtuanya
Dengan
senang
yang
sudah
melihat
mereka setuju
dan
mendukung
permintaan
puteranya
lalu
berangkat
melamar
SI
BORU
NAOMPON.
RAJA PARSURATAN sudah semakin tua dan jika hendak pergi kemana mana
dia enggan pergi sendirian. Kadang kadang dia membawa anak tunggalnya
kalau bepergian tetapi sering juga bersama adik tirinya yang masih lajang
yaitu RAJA HUTABULU. Suatu saat RAJA PARSURATAN pergi dan RAJA
HUTABULU ikut serta sebagai pembawa kantongan (sitiop hajutna). Mereka
berjalan mengikuti jalan setapak naik turun lembah. Ketika mereka berjalan
di dataran tinggi Silangit tiba tiba RAJA HUTABULU melihat segumpal benda
jatuh dari atas dan dikerjarnya ke depan lalu ditangkap menggunakan ulos
hande handenya kemudian dibungkusnya.
RAJA PARSURATAN melihat adiknya berlari dan berkata; Adikku, benda apa
yang tadi kamu tangkap?. Sahut adiknya; Abang yang kuhormati, aku
belum tahu apa yang kutangkap dan bungkus ini, tetapi aku akan
membukanya dan memberitahukan apa isi ulosku ini pada abang apabila kita
sudah kembali ke kampung kita, asalkan abang berjanji akan membagikan
harta
peninggalan
mendiang
ayah
kita.
Tanpa
pikir
panjang
RAJA
waktunya,
tua
tua
kampung
diundang
datang
berkumpul
tahu.
Namun
abang
yang
kuhormati
ini
telah
berjanji
akan
Maka dihadapan para tua tua RAJA HUTABULU membuka bungkusan hande
handenya itu dan tampaklah abu bekas sarang burung yang terbakar di
dalamnya. Setelah RAJA PARSURATAN melihat dia mengatakan bahwa
bukannya dia tidak mau membagi warisan dan kemudian dia berkata;
Tunggu kalianlah dapat dulu dua bulan. Lalu kumpulan pun bubar dengan
kesimpulan bahwa setelah dapat waktunya dua bulan baru akan ada
pembagian warisan.
Dua bulan kemudian RAJA HUTABULU mengumpulkan tua tua kampung
untuk melakukan ria raja. Di hadapan ria raja RAJA PARSURATAN berkata
pada adiknya; Mana bulan yang sudah kamu dapat, sudahkah ada dua?.
Semua yang mendengarnya heran ternyata maksud dari ucapan RAJA
PARSURATAN pada ria raja sebelumnya bukanlah mengenai tenggang waktu
dua bulan, tetapi tentang mendapatkan dua buah bulan. Maka ria raja
berakhir dengan mengecewakan pihak tiga bersaudara seibu.
Dua minggu kemudian malam harinya ketika posisi bulan persis berada di
atas di langit, pergilah RAJA HUTABULU ke sumur tempat dimana dulu
mendiang ayahnya biasa mandi. Dia menatap ke permukaan air dalam sumur
dan melihat bayangan bulan di situ. Segera dia bergegas menjumpai kedua
abangnya dan mengatakan bahwa dia baru saja menemukan dua buah
bulan.
Dengan rasa was was kedua abangnya dan RAJA HUTABULU kembali
mengundang tua tua kampung. Setelah semuanya hadir termasuk RAJA
PARSURATAN lalu RAJA HUTABULU berdiri dan berkata; Amang raja na liat
na lalo, lumobi di ho angkang raja na malo, didokhon ho dung dapot dua
bulan asa lehononmu parbagianan sian na pinungka ni amanta na hinan. On
pe saonari ba nunga dapothu be alus ni hatami raja bolon. Betama hita tu
parmualan paridian ni amnta an. Artinya; Bapak bapak sekalian
kumpulan yang terhormat, amat terlebih abang yang kuhormati, kamu
berkata setelah dapat dua buah bulan barulah kamu memberikan warisan
dari mendiang ayah kita dan kini aku sudah menemukannya. Marilah kita
bersama sama pergi ke sumur tempat madi ayah.
Seluruh yang hadir di situ berjalan menuju sumur. Setibanya di sana RAJA
HUTABULU menunjuk ke permukaan air di dalam sumur dan terlihat ada
bayangan bulan di situ, kemudian dia menunjuk ke arah atas dimana juga
terlihat ada bulan. Akhirnya RAJA PARSURATAN tidak dapat lagi mengelak
dan dilakukanlah pembagian warisan setelah mereka kembali ke halaman
rumah.
Lalu kemudian RAJA PARSURATAN berkata; Sekarang di hadapan tua tua
aku
akan
membagi
warisan
peninggalan
orang
tua
kita.
Beginilah
pembagiannya:
1. Mengenai sawah, karena aku adalah anak dari istri pertama ayah, maka
tanah persawahan yang pertama dialiri air adalah milikku dan karena ibu kita
dua orang, maka tanah akan dibagi dua luasnya.
2. Mengenai semua kerbau milik mendiang ayah kita, karena aku adalah
anak dari istri pertama ayah, maka paha depan (parjolo) setiap kerbau
merupakan bagianku, sedangkan paha belakang adalah bagian kamu bertiga
anak istri ayah yang kemudian (parpudi).
Pembagian warisan itu ditetapkan di hadapan tua tua kampung dan tidak
ada seorang pun yang berbicara menentang pembagian itu.
Narator sendiri yang adalah keturunan SIMANJUNTAK SI TOLU SADA INA
sudah melihat langsung lokasi sawah warisan dari RAJA MARSUNDUNG yang
dibagi dua itu. Kenyataannya setelah diamati; sawah di kampung Parsuratan
terletak di hulu Aek Bolon yang mengairi persawahan di daerah itu,
sedangkan sawah di kampung HUTABULU berada di hilir. Sekiranya musim
kemarau melanda, maka kampung Parsuratanlah yang terlebih dahulu
menikmati air setelah air dipakai baru kemudian dialirkan ke hilir.
Mengenai pembagian warisan ternak, di kalangan masyarakat Batak Toba
bila hendak membagi ternak berkaki empat, maka ternak itu dibagi dua dan
selalu
dibagi
menjadi
sebelah
sebelah
(sambariba).
Namun
RAJA
Pada waktu akan melahirkan Boru SIHOTANG Na Uli pernah bermimpi ada
seorang tua datang padanya dan mengatakan bahwa yang akan lahir darinya
adalah bayi laki laki yang memiliki kesaktian sebab itu tidak perlu kuatir
atau kecewa apabila nantinya ada yang agak berbeda pada tubuhnya.
Mimpinya ini diberitahukan pada suaminya dan mereka berdua merasa was
was menantikan kelahiran anak pertama mereka.
Tibalah harinya, setelah bersalin diketahui bahwa sang bayi memiliki bentuk
tulang punggung lebih panjang sekitar satu jari telunjuk dari bokongnya
tampak seperti ekor yang pendek. Dan saat itu RAJA HUTABULU melirik
keluar jendela rumahnya, tampak ada seorang tua berdiri di halaman
rumahnya dan berkata; Hei bapak, jangan bersusah hati karena anakmu itu
adalah seorang anak sakti (versi Toba; He amang, unang ho marsak alana
anakmi nahasaktian). Setelah berkata demikian orang itu berubah menjadi
londok dan langsung memanjat pohon enau kemudian hilang di antara
pelepah enau. RAJA HUTABULU spontan berteriak; Raja Hodong..Raja
Hodong..Raja
Odong.. (versi
Toba;
Raja
Pelepah..Raja
Pelepah..Raja
Pelepah..). Setelah peristiwa itu bayi pertama itu pun diberi nama SI RAJA
ODONG. Secara fisik SI RAJA ODONG sangat tampan rupanya sebab ibunya
cantik dan ayahnya tampan dan gagah.
SI RAJA ODONG makin bertambah besar dan pada waktu dia belajar duduk
ayahnya membuatkan bangku pendek yang ditengahnya dilubangi tempat
tulang SI RAJA ODONG yang seperti ekor itu. Tidak banyak orang yang
mengetahui keanehan ini karena masa itu belum ada celana. Pakaian orang
Batak adalah ulos yang dililitkan menutupi badan yang disebut heba heba.
Menurut
penyelidikan
antropologi
budaya
Batak
Toba,
maka
sejak
Ulos penutup kepala disebut saong saong dan bila diikatkan di kepala maka
disebut bulang bulang atau tali tali.
Tingkat budaya berpakaian pada masa itu membuat SI RAJA ODONG tidak
merasa asing atau minder jika bersosialisasi dengan orang lain. Hanya
keluarga dekat saja yang mengetahui kelebihan SI RAJA ODONG ini.
Setelah
beberapa
tahun
kemudian
istri
RAJA
HUTABULU
kembali
mengandung dan selama mengandung dia selalu memohon tuah agar MULA
JADI NA BOLON (Tuhan) memberikan seorang anak laki laki lagi tetapi
yang tidak mempunyai keanehan. Doanya pun terkabul dan lahirlah seorang
anak laki laki yang rupanya sama persis seperti abangnya. Bahkan setelah
dewasa kedua anak RAJA HUTABULU ini sama besarnya dan banyak orang
menyangka keduanya adalah saudara kembar. Begitu lahir dan ternyata
bayinya laki laki maka dia diberi nama TUMONGGO TUA yang bila diartikan
ke dalam bahasa Indonesia artinya memohon tuah melalui doa.
Setelah kedua anak ini semakin dewasa mereka kelihatan tampan dan gagah
melebihi ayah mereka. Banyak gadis yang tertarik dan jatuh cinta pada
mereka. Tetapi apabila berkenalan lebih jauh dengan keduanya maka akan
diketahui bahwa SI RAJA ODONG memiliki perbedaan dengan adiknya.
Setelah sekian lama saling mencinta dengan Boru SIHOTANG paribannya,
TUMONGGO TUA ingin segera menikah. Namun orang tuanya menganjurkan
kalau dia boleh menikah setelah abangnya menikah. Satu satunya cara
agar TUMONGGO TUA dapat segera menikah adalah dengan mencarikan
seorang calon istri bagi abangnya. Lalu berangkatlah TUMONGGO TUA
dengan sampan ke pulau Samosir. Di sana konon banyak gadis yang sampai
berumur tua belum menikah karena ketatnya hukum bersaudara. Bagi
kesatuan marga keturunan NAIAMBATON yang banyak bermukim di Samosir
sampai sekarang masih tetap mempertahankan tradisi tidak boleh saling
menikah antar sesama keturunan marga marga NAIAMBATON.
Selama di atas sampan dalam perjalanannya TUMONGGO TUA selalu
memohon kepada MULA JADI NA BOLON supaya dia bertemu dengan
seorang gadis cantik untuk dilamar menjadi kakak ipar (angkang boru).
Ketika berada di tengah danau Toba tiba tiba angin bertiup kencang sekali
(alogo lubis) dan menghantam sampannya hingga sampannya hancur. Dia
berdebur
laksana
irama
musik
yang
menyambut
kedatangan
BORU
ULI
BASA
merasa
gembira
dalam
hatinya
dia
terpikat
akan
Bersamaan dengan itu RAJA ODONG sudah siap dan sesuai tanda RAJA
ODONG langsung menggantikan posisi adiknya naik ke perahu untuk
menuntun BORU ULI BASA dan seterusnya mendampinginya menjadi suami
bagi BORU ULI BASA.
Pakaian yang dikenakan kedua abang beradik ini harus dibuat sama persis.
Setelah mengikatkan tali perahu di dermaga maka TUMONGGO TUA harus
menghilang untuk sementara waktu dan pergi ke daerah Si Raja Oloan dan
tinggal di sana di rumah Tulangnya sampai BORU ULI BASA melahirkan anak
pertamanya bagi RAJA ODONG.
Setelah rencana itu disepakati maka ditentukanlah kapan mereka akan
berangkat. Rencana pun dilaksanakan dan pesta pernikahan meriah di
daerah Muara berlangsung mulus sesuai rencana. Setelah itu mereka
bertolak pulang menuju Balige melalui danau Toba. Sesampainya di dermaga
di Balige yaitu tepatnya di Lumban Bul Bul sekira jam tujuh malam dan
keadaan seperti ini dalam bahasa Batak Toba disebut urngum (jarak pandang
mata tidak lagi memungkinkan melihat orang di kejauhan).
Di
dermaga
RAJA
ODONG
telah
menunggu
kedatangan
rombongan
keluarganya bersama BORU ULI BASA. Setelah perahu besar itu tiba dan
merapat ke dermaga, turunlah TUMONGGO TUA untuk mengikatkan tali
perahu lalu langsung pergi menghilang di kegelapan dan kemudian RAJA
ODONG langsung naik ke perahu menjemput BORU ULI BASA serta berjalan
berdampingan sampai ke rumah RAJA HUTABULU. Malam itu diadakan acara
penyambutan
(pangharoanion).
Mulai
saat
itu
RAJA
ODONG
yang
sawah.
Pekerjaannya
adalah
menggembalakan
kambing.
Ternak
kambingnya gemuk gemuk dan jika beranak sering sampai tiga atau empat
sehingga keluarga RAJA ODONG memiliki banyak sekali ternak kambing.
Kemudian bayi pertama lahir bagi keluarga RAJA ODONG dan anak pertama
mereka ini diberi nama RAJA BOLAK HAMBING atau RAJA PARHAMBING.
Demikianlah seterusnya mereka dikaruniai tujuh orang anak laki laki:
ke
Balige
dan
memastikan
bahwa
rombongan
RAJA