Tumor Rekti
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Ilmu Bedah RSUD Saras Husada Purworejo
Disusun Oleh :
Dita Anissa Fitriani
20100310173
Pembimbing :
dr. Syamsul Burhan Sp. B
SMF Bedah
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Karsinoma Rekti
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma rekti adalah suatu keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma
rekti termasuk kasus keganasan yang sering terjadi pada daerah kolon dan rektum akibat
gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Insidens kanker kolorektal di Indonesia
cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Pada tahun 2002, kanker kolorektal menduduki
peringkat kedua pada kasus kanker yang terdapat pada pria. Sedangkan pada wanita kanker
kolorektal menempati peringkat ketiga dari semua kasus kanker.
Karsinoma rekti atau kanker rektal merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat
sebagai penyakit mematikan di dunia. Diagnosis karsinoma rekti pada umumnya tidaklah sulit,
tetapi kenyataannya penderita sering terdiagnosis pada stadium lanjut sehingga pembedahan
kuratif seringkali tidak dapat dilakukan. Padahal jika penderita telah terdeteksi secara dini
menderita karsinoma rekti sebelum stadium lanjut, kemungkinan untuk sembuh dapat mencapai
50%. Pemeriksaan colok dubur atau rectal toucher sebenarnya merupakan sarana diagnosis yang
palin tepat, dimana 90% diagnosis karsinoma rekti dapat ditegakkan dengan colok dubur.
Tingginya angka kematian akibat karsinoma rekti mendorong upaya untuk menurunkan
angka kematian tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan mendeteksi karsinoma rekti
secara dini. Dengan harapan pemeriksaan colok dubur selalu dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Angka kemungkinan untuk bertahan hidup selama 5 tahun pada
pasien dengan karsinoma rekti stadium dini adalah sebesar 58,9% sampai 78,8% dan angka ini
akan berkurang seiring dengan meningkatnya stadium yaitu hanya sebesar 7% pada karsinoma
rekti stadium akhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Rektum
Secara anatomis, rektum berada setinggi vertebrae sakrum ke-3 sampai garis anorektal.
Secara fungsional dan endoskopis, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan spinchter. Bagian
spinchter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fascia coli
dari fascia supra ani. Bagian ampula terbentang dari vertebra sacrum ke-3 sampai diafragma
pelvis pada insersio muskulus levator ani. Panjang rektum berkisar antara 10-15cm dengan
keliling 15 cm pada bagian rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian yang terluas yaitu
ampula. Pada manusia, dinding rectum terdiri dari 4 lapisan, yaitu mukosa, submukosa,
muskularis (sirkuler dan longitudinal), serta lapisan serosa.
Vaskularisasi daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior, media, dan
inferior. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis interna dan berjalan ke
arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior untuk selanjutnya melalui vena lienalis dan
menuju vena porta. Vena ini tidak memiliki katup, sehingga tekanan dalam rongga perut atau
intraabdominal sangat menentukan tekanan di dalam vena tersebut.
Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sementara.
Biasanya rectum ini kosong karena feses disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
descendens. Jika kolon descendens penuh dan feses masuk ke dalam rektum, maka akan ada
keinginan untuk buang air besar. Mengembangnya dinding rectum karena penumpukan material
di dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar dimana
penyerapan air kembali dilakukan sehingga pengerasan feses akan terjadi.
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transisi feses meningkat,
akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
atau jaringan baru. Pada akhirnya sel tumor dapat bermetastasis ke jaringan baru yang lebih jauh
lagi.
Stadium 0 pada stadium ini kanker ditemukan hanya pada bagian paling rectum
yaitu mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
Stadium I pada stadium ini, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai
lapisan muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rectum tapi tidak
menyebar ke bagian terluar dinding rectum ataupun keluar dari rectum. Disebut
juga Dukes A rectal cancer.
-
Stadium II pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rectum ke jaringan
terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal
cancer.
Stadium III pada stadium ini, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi
tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
Stadium IV kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain seperti hati, paru, atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.
Modified Dukes
Deskripsi
Stadium
T1 N0 M0
T2 N0 M0
B1
T3 N0 M0
B2
Penyebaran transmural
T2 N1 M0
C1
T3 NI M0
C2
T4
C2
ANY T, M1
Metastasis jauh
Diare palsu atau spurious diarrhea merupakan keluhan BAB yang frekuen
tetapi hanya sedikit yang keluar disertai dengan lendir dan darah serta ada rasa
tidak puas setelah BAB. Terjadinya diare palsu oleh karena adanya proses
keganasan pada epitel kelenjar mukosa rectum, berupa suatu massa tumor, dimana
tumor akan merangsang keinginan untuk defekasi, tetapi yang keluar hanya
sedikit disertai hasil sekresi kelenjar berupa mucus dan darah oleh karena
rapuhnya massa tumor.
-
BAB berlendir seperti halnya diare palsu merupakan manifestasi adanya proses
keganasan pada epitel kelenjar mukosa rectum.
Feses pipih seperti kotoran kambing bentuk feses yang pipih sangat tergantung
dari bentuk makroskopis massa tumor pada rectum. Pada stadium dini, dimana
tumor masih kecil dan tidak berbentuk anuler, jarang ditemukan perubahan
bentuk feses.
Penurunan berat badan pada dasarnya akan terjadi pada semua penderita
dengan keganasan, terutama pada stadium lanjut. Penderita dengan keganasan
akan mengalami perubahan metabolisme oleh karena adanya reaksi inflamasi
tumor dengan host. Adanya peningkatan metabolism protein, karbohidrat, dan
lemak akan menyebabkan keseimbangan energi protein menjadi
negative
sehingga diikuti dengan penurunan berat badan. Pada karsinoma rekti dapat
terjadi obstruksi parsial sehingga penderita akan mengeluhkan perut terasa
kembung dan nafsu makan turun.
-
Kolon kiri
Rectum
Aspek klinis
Kolitis
Obstruksi
Proktitis
Nyeri
Karena penyusupan
Karena obstruksi
Tenesmus
Defekasi
Diare
Konstipasi progresif
Tenesmi terus
menerus
Obstruksi
Jarang
Hampir selalu
Tidak jarang
Samar
Samar atau
Makroskopis
makroskopis
Feses
Normal
Normal
Perubahan bentuk
Dyspepsia
Sering
Jarang
Jarang
Memburuknya KU
Hampir selalu
Lambat
Lambat
Anemia
Hampir selalu
Lambat
Lambat
Kolon
kiri
Rektum
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari kemungkinan metastasis seperti
pembesaran KGB atau hepatomegali. Selain itu dilakukan pemeriksaan colok
dubur.dari pemeriksaan colok dubur dapat diketahui:
-
Perkusi: hipertimpani
Uji FOBT (Faecal Occult Blood Test): untuk melihat perdarahan di jaringan
Digital rectal examination atau Rectal toucher: sekitar 75% karsinoma rekti
dapat dipalpasi pada pemeriksaan rectal. Pemeriksaan dengan rectal toucher akan
mengenali tumor yang terletak sekitar 10cm dari rectum, massa akan teraba keras
dan menggaung.
Pada pemeriksaan colok dubur yang harus dinilai adalah:
Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rectum serta letak bagian
terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar
prostat atau ujung coccygis
Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi
pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada
lapisan otot dinding rectum. Pada lesi yang sudah mengalami ulserasi
lebih dalam umumnya terjadi perlekatan dan fiksasi karena penetrasi atau
perlekatan ke struktur ekstrarektal.
Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan karakteristik
pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas atau fiksasi lesi
Sigmoidoskopi: suatu prosedur untuk melihat bagian dalam rectum dan sigmoid
apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope
dimasukkan melalui rectum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan
diambil untuk biopsi.
kemoterapi
sebelum
pembedahandikenalsebagai
neoadjuvant
chemotherapy, dan terapi ini biasanya digunakan pada pasien dengan kanker rektum
stadium 2 dan 3. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun
sebagian besar jaringan kanker sudahdiangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi pasca pembedahan untuk membunuh sel
kanker yang tertinggal.Adapun jenis pembedahan yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Eksisi lokal
Eksisi lokal jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan
tanpa
melakukan
pembedahan
lewat
abdomen.
Jika
ultrasonografik
untuk
menentukan
tingkat
rektum
melalui abdomen.
Kontraindikasi
-
2. Radiasi
Pada kasus stadium 2 dan 3, radiasi dapat mengecilkan ukuran tumor sebelum
dilakukan pembedahan, dalam hal ini radiasi berperan sebagai preoperative
treatment. Peran lainnya radioterapi adalah sebagai terapi tambahan untuk kasus
tumor lokal yang telah diangkat melalui pembedahan dan untuk penanganan kasus
metastase jauh. Jika radioterapi pasca pembedahan dikombinasikan dengan
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama
: Budi Hartono
Usia
: 59 tahun
Masuk RS Tanggal
: 15/02/2015
Diagnosis Masuk
: Prolonged Diare
Keluhan Utama
: BAB cair sejak 3 bulan yang lalu, lendir (+), darah (+),
Keluhan Tambahan
BAB cair sejak 3 bulan yang lalu, lendir (+), darah (+), perasaan
kuran lega setelah BAB, perut kembung, nafsu makan menurun,
BB menurun, lemas (+) mual (+), muntah (+)
: compos mentis
Vital Sign
BMI
o Nadi
: 80x/menit
o Suhu badan
: 36,5 o C
o Pernafasan
: 20x/menit
o TD
: 130/70
BB sebelum sakit
: 68 Kg
Pemeriksaan Kepala
o Mata : CA(+/+) SI (-/-)
Pemeriksaan Kulit
o Sianosis (-) pucat (+)
o luka kulit (-)
Pemeriksaan Leher
o Kelenjar tiroid
o Kelenjar Limfonodi
o Vena jugular
: meningkat (-)
Pemeriksaan Paru-paru
Kanan
Tampak simetris, retraksi subcostalis
(-), retraksi supraclavicularis (-),
retraksi intercostalis (-), ketinggalan
gerak (-)
Kiri
Tampak simetris, retraksi subcostalis (), retraksi supraclavicularis (-), retraksi
intercostalis (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: Timpani (+),
Palpasi
: massa (-)
Palpasi
: teraba massa padat (+) nyeri tekan (+) mudah berdarah (+)
Pemeriksaan Ekstremitas
Udem ekstremitas (-)
BAB cair sejak 3 bulan yang lalu, lendir (+), darah (+), perasaan kurang lega setelah
BAB, perut kembung, nafsu makan menurun, BB menurun, lemas (+) mual (+),
muntah (+)
Abdomen : distended (-) DC(-) DS (-) metallic sound (-) borborigmi (-) timpani (+)
nyeri tekan (-) defans (-)
Perianal: tampak massa (+) teraba padat (+) nyeri tekan (+) darah (-)
: Rektum
o Diagnosa Klinis
o Makroskopis
cetak.
o Mikroskopis
Hasil
Satuan
Nilai Normal
HB
6,9
gr %
13,2 17,2
AL (Angka Leukosit)
12,0
ribu/ul
3,8 10,6
AE (Angka Eritrosit)
2,4
juta/ul
4,40 5,90
AT (Angka Trombosit)
196
ribu/ul
150-400
HMT (Hematokrit)
20
40 -52
Netrofil
70,20
Mg/dl
50-70
Limfosit
18,5
Mg/dl
25-40
GDS
107
Mg/dl
70-120
Ureum
99
Mg/dl
10-50
DIEF COUNT
Creatinin
3,04
Mg/dl
0,60-1,10
SGOT
65
u/l
0-50
SGPT
19
u/l
0-50
HbSAg
Negatif
DIAGNOSIS
Negatif
PENATALAKSANAAN
1. CKR
Perbaiki KU
2. Rerensi Urine
Inj. ceftriaxon
2 x 1 gr
Inj. ketorolak
3 x 30 mg
3. Tumor
Recti
distal
keganasan
1/3
curiga
mgdL
-
Konsul UPD
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus diatas didapatkan kumpulan gejala yang mengarahkan kepada diagnosis
penyakit pada pasien ini. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan klinis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien mengeluhkan pusing dan kepala benjol di bagian belakang.
Selain itu, pasien mengeluh susah BAK, perutnya kembung, dan BAB cair sejak 3 bulan yang
lalu disertai lendir dan kadang disertai darah pada fesenya. Pasien tampak sangat kurus dan
mengalami penurunan berat badan. Badan lemas (+) mual (+) muntah (+) tidak mau makan dan
minum.
Mekanisme terjadinya karsinoma rekti yaitu diawali dengan munculnya benjolan atau
massa polip yang jinak. Biasanya benjolan hanya bersifat local di mukosa, tetapi ketika faktor
resiko dan faktor predisposisi ada pada pasien maka kemungkinan untuk tumbuh dan
berkembang menjdai ganas semakin besar.
Pada kasus ini, dari hasil rectal toucher massa yang ada sudah hampir menutup sepertiga
dari lubang anusnya. Massa bernodul seperti cauliflower, massa juga sangat mudah berdarah.
Diagnose karsinoma rekti sebenarnya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rectal toucher, tetapi
beberapa dokter di fasilitas kesehatan primer dapat saja keliru mendiagnosa pasien tumor recti
dengan hemoroid. Beberapa hal dapat mendukung untuk menyingkirkan hemoroid dari diagnose
sementara. Yang menonjol pada karsinoma recti adalah gejala diare palsu. Diare palsu
merupakan keluhan BAB yang frekuen tetapi hanya sedikit yang keluar disertai dengan lendir
dan darah serta ada rasa tidak puas setelah BAB. Terjadinya diare palsu oleh karena adanya
proses keganasan pada epitel kelenjar mukosa rectum, berupa suatu massa tumor, dimana tumor
akan merangsang keinginan untuk defekasi, tetapi yang keluar hanya sedikit disertai hasil sekresi
kelenjar berupa mucus dan darah oleh karena rapuhnya massa tumor. Pada kasus hemoroid, BAB
lendir sangat jarang terjadi.
Dari hasil pemeriksaan, dapat diklasifikasikan pada pasien ini karsinoma rekti telah
masuk pada stadium Stadium II. Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rectum ke
jaringan terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
Penanganan yang menjadi pilihan untuk stadium ini adalah pembedahan dan bisa juga ditambah
kemoterapi sebagai terapi adjuvannya. Pada pasien ini hanya dilakukan terapi medikamentosa
dan perbaikan KU untuk mengurangi gejala karena pasien menolak dilakukan tindakan operasi.
BAB V
KESIMPULAN
1. Karsinoma rekti adalah suatu keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma rekti
termasuk kasus keganasan yang sering terjadi pada daerah kolon dan rektum akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
2. Untuk menegakkan diagnosis karsinoma rekti, selain mengumpulkan manifestasi klinis yang
sesuai dari anamnesis, diperlukan juga pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan biopsy,
ataupun endoskopi baik itu sigmoidoskopi atau kolonoskopi..
3. Penegakan diagnosis lebih dini akan sangat mempengaruhi survival ratepasien. Sehingga
sangat diharapkan untuk melakukan rectal toucher pada keluhan BAB berdarah karena rectal
toucher memegang peranan penting sebagai dasar penegakan diagnosis.
4. Berbagai jenis terapi dapat digunakan pada pasien dengan kanker rectum. Tiga terapi standar
yang digunakan antara lain adalah pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.