Anda di halaman 1dari 31

ABORTUS PROVOKATUS

KRIMINALIS

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakanng
Abortus atau pengguguran kandungan selalu menjadi permasalahan dari masa ke
masa. Dari segi kesehatan secara alami terjadi keguguran pada 10-15% kehamilan. Di
lain pihak ada keadaan yang memaksa pengguguran kandungan yang harus ditempuh
(provokasi) untuk menyelamatkan ibu hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan
bukan untuk tujuan ini.
Permasalahn abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang forensic saja, tetapi
juga berkaitan dengan hukum kesehatan. Perbedaan intinya adalah hukum kesehatan
lebih tertuju pada ketentuan hukum yang mengatur dalam keadaan apa, oleh siapa
pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam bidang kedokteran forensic tertuju pada
pemeriksaan dan pembuktian bagaimana pengguguran kandungan dilakukan, kapan,
berapa umur bayi dan lain-lain.
Abortus provokatus kriminalis merupakan abortus yang dilakukan secara ilegal.
Pengguguran yang dilakukan biasanya dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat
tertentu,"
Abortus provokatus kriminalis yang dilakukan secara illegal akan mengakibatkan
tiga hal besar. Pertama bisa menimbulkan perlukaan jalan lahir dari luka kecil sampai
luka tembus ke dalam perut. Pernah ada dukun yang memasukkan ruji sepeda ke dalam
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

vagina sampai menembus rahim. Ada yang memasukkan potongan kayu secara "buta"
karena tak mengenal anatomi alat kelamin dalam dengan baik. Akibat kedua, bisa terjadi
perdarahan -- jika tak tertolong bisa mati di tempat. Ketiga, karena pengerjaannya tak
memperhatikan sterilitas, maka pasti mengundang infeksi dari ringan sampai mengenai
seluruh organ perut yang menyebabkan perut kembung, usus busuk, dan bila sudah ada
pernanahan terjadilah opersi pengangkatan rahim, memotong sebagian usus yang sudah
busuk. Kalaupun masih selamat hidup pasti akan meninggalkan penyesalan karena cacat,
tak bisa hamil, dan menderita kesakitan kronis sepanjang hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan abortus secara umum
2. Bagaimana pandangan hukum terkait dengan kasus abortus terkhusus abortus
provokatus kriminalis di Indonesia
3. Bagaimana pemeriksaan forensik pada kasus abortus provokatus kriminalis
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari mengenai ilmu kedokteran
forensik dari aspek hukum dan prosedur medikolegal melibatkan profesi kedokteran
dalam kasus abortus. Selain itu, mempelajari mengenai pemeriksaan forensik dalam
menentukan kasus abortus apakah legal atau tidak.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Abortus provokatus kriminalis adalah tindakan pengguguran kandungan yang
sengaja dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu. Secara
hukum tindakan ini melenggar ketentuan yang berlaku.
Abortus provokatus kriminalis dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau
dengan bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak dan lain-lain).
Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang bersangkutan terlambat datang bulan dan
curiga akibat hamil.

2.2 Epidemiologi
Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu
merupakan korban juga sebagai pelaku, sehingga sukar diharapkan adanya laporan kasus.
Umunya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya bila terjadi komplikasi ( si ibu sakit
berat atau meninggal) atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak abortus terhadap kesehatan
ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus tergantung
kondisi masing-masing negara. Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita mening-gal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia tenggara, WHO
memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai
1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia
diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut
memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono,
2000).
Laporan Sadik (UNFPA 1997 dan WHO 1998) menyebutkan dari 180 - 200 juta
kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan
dan 50 juta di antaranya dilakukan aborsi yang disengaja dan 20 juta mendapat perlakuan
aborsi yang tidak aman (unsafe abortion).
Hasil penelitian Ali Rustaman dan Firman Fuad tahun di RSHS 1987 - 1988
memperlihatkan, abortus kriminalis banyak terjadi pada wanita berusia antara 20-34
tahun (79,7%), yang mempunyai anak (30,3%) dan yang mempunyai empat anak atau
lebih (32,1%). Wanita dengan pendidikan sekolah menengah ternyata menempati jumlah
terbanyak (57,1%) dan kebanyakan tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga non medis.
2.3 Peraturan Perundang - undangan
2.3.1 Prosedur Medikolegal
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun
Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan
pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan
menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

didasarkan atas Deklarasi Geneva yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di


mana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan.
Dari aspek etika profesi, profesi dokter didasarkan atas Kode Etik Kedokteran
Indonesia (Kodeki) yang terdiri dari 4 kewajiban, yaitu kewajiban umum, kewajiban
terhadap pasien, kewajiban terhadap teman sejawat dan kewajiban terhadap diri sendiri.
Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam KODEKI mengenai kewajiban
umum yaitu Pasal 7d : Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani. 2
Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka
penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik
di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi
tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari
kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari
komunitasnya.

Pasal 53 UU Kesehatan
a. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam
melaksanakan tugas sesuai profesinya.
b. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati pasien.
c. Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan
tindakan medic terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan
dan keselamatan yang bersangkutan.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

d. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.


Pasal 54 UU Kesehatan
a. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau
kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan
tindakan displin.
b. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian ditentukan oleh
Majlis Displin Tenaga Kesehatan.
c. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja

MDTK ditetapkan dengan Keppres.


Pasal 55 UU Kesehatan

Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan
2.3.2 Aspek Hukum
Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus adalah tidak bersifat mutlak.
Abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu : 1,2

1. Abortus Provokatus Medisinalis (Abortus Provocatus Therapeutica)


Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Pasal 15

1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan
tim ahli
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:

Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan
apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma
kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya
untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil

tindakan medis tertentu


Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar
mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis

tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.


Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang

dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang
bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga
dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh

pemerintah.
Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana dari pasal ini dijabarkan
antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya,tenaga

kesehatan

mempunyai

keahlian

danwewenang

bentuk

persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.


2. Abortus Buatan Ilegal (Abortus Provocatus Criminalis)
Disebut abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur
kriminal atau kejahatan.
Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) :

PASAL 299

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak empat pulu ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian,
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

PASAL 346

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau


menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

PASAL 347

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.

PASAL 348

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang


wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

PASAL 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.

PASAL 535

Barang

siapa

secara

terang-terangan

mempertunjukkan

suatu

sarana

untuk

menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta


KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa


diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,
diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah

UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan PASAL 80

Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Metode Abortus Buatan
Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus provokatus
kriminalis yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan komplikasi yang terjadi
dan bermanfaat di dalam melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat untuk
menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri dengan kematian yang
terjadi pada si-ibu. Berdasarkan survey cara abortus yang dilakukan oleh dokter dan
bidan/perawat adalah berturut-turut: 4

kuret isap (91%)


pemijatan (79%).
dilatasi dan kuretase (30%)
jamu/obat tradisional (33%)
alat lain (17%)
Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%)
sertas prostaglandin / suntikan (4%). 5

a. Kekerasan mekanik 5,6

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

10

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

(1)

Umum: Metode ini dilakukan secara langsung pada uterus


atau tidak langsung dengan menyebabkan kongesti dari organ-organ pelvis dan
menyebabkan perdarahan diantara uterus dan membrane pelvis. Metode ini misalnya:
(i) penekanan berat pada abdomen seperti pemukulan, penendangan, pengurutan dan
melompat-lompat
(ii) aktifitas berlebihan seperti mengenderai sepeda, berkendara pada jalanan yang
rusak berat, meloncat dari ketinggian, mengangkat benda berat
(iii) Cupping: meletakkan sebuah sumbu api pada area hipogastrium dan menutupnya
dengan sebuah mangkuk yang kemudian menyebabkan penarikan oleh mangkuk
tersebut yang menyebabkan separasi dari plasenta dibawahnya. Metode ini digunakan
pada kehamilan lanjut, (iv) mandi dengan air hangat dan dingin bergantian,
(vi) mengurut uterus pada dinding abdomen

(2)

Lokal: yaitu kekerasan yang dilakukan dari dalam dengan


manipulasi vagina dan uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan
penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, pemasangan laminaria stif atau
kateter kedalam serviks, manipulasi serviks dengan jari tangan, manipulasi uterus
dengan melakukan pemecahan selaput amnion atau penyuntukan ke dalam uterus.

b. Obat-obatan Abortifasien
Dalam masyarakat penggunaan obat tradisional seperti nenas muda, jamu peluntur
dan lain-lain sudah lama dikenal. Melalui iklan promosi obat di media elektronik
beberapa obat peluntur ditawarkan secara terselubung, misalnya obat terlambat datang

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

11

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

bulan; dilarang untuk wanita hamil dan lain-lain. Abortivum, obat yang sering dipakai di
masyarakat awam untuk pengguguran dapat dibagi dalam beberapa golongan: 1,5,6
1. Emmenogogues: obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah
menstruasi (obat peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae.
2. Ecbolics: obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina, ekstrak
pituitari, estrogen sintetik dan strychnine. Obat-obatan ini, untuk tujuan abortivum
harus dipergunakan dalam dosis tinggi sehingga dapat menimbulkan bahaya.
3. Obat yang bekerja pada traktus gastrointestinal yang menyebabkan muntah
(emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan eksitasi uterus untuk
berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa dari lambung dan kolon serta juga
dapat menyebabkan hyperemia.
4. Obat yang bekerja melalui traktus digestivus bekerja sebagai pencahar (purgative)
seperti, castor oil, croton oil dan magnesium sulphate dan lain-lain, menyebabkan
peredaran darah di daerah pelvik meningkat, sehingga mempengaruhi hasil
konsepsi.
5. Obat-obat bersifat iritan pada traktus genitourinarius yang mempengaruhi refleks
kontraksi uterus seperti Tansy oil, turpentine oil, ekstrak cantharidium (dalam
dosis besar menyebabkan inflamasi pada ginjal dan albuminuria), kalium
permanganas (120-300 ml per vaginam) menyebabkan inflamasi dan perdarahan
oleh karena erosi pembuluh darah.
6. Obat-obat iritan yang bersifat racun, seperti (i) iritan inorganic metalik seperti
timah, antimony, arsenik, fosforus, mercuri, (ii) iritan organic seperti ppepaya,
nenas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, akar Plumago rosea dan jus

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

12

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

calotropis, (iii) Abortion pill F-6103 yang dikembangkan di Swedia yang


mengandung diphenyl-ephylene dan juga pil berbahaya lainnya.
Obat atau jamu yang mujarab untuk pengguguran tidak ada, kebanyakan obat
malah menyebabkan si ibu mengalami intoksikasi.
c. Instrumen
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk aborsi dilakukan dengan berbagai
mekanisme: 4,5
(1)

Menyebabkan rupturnya membran: hal ini dapat terjadi dengan


memasukkan alat-alat seperti sonde uterus, kateter, penjepit rambut, tongkat, jarum
merajut, dan bahkan jari tangan. Pasien bisa datang ke dokter dengan alasan bahwa
uterusnya mengalami displacement, oleh karena itu dokter yang tidak hati-hati dapat
menyebabkan aborsi dengan memasukkan sonde uterus. Pada kasus ini, dokter
diharapkan harus yakin dahulu bahwa pasien tidak hamil.

(2)

Abortion stick: tongkat aborsi adalah kayu atau bambu kecil dengan
panjang 12 sampai 18 cm dimana salah satu ujungnya dibungkus dengan kapas atau
rombengan yang dibalut dengan campuran zat-zat seperti calotropis, arsen, sulfat,
timah, dan lain-lain.

(3)

Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan


menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun,
desinfektan atau air biasa/ air panas. Campuran air dan udara ini dimasukkan secara
paksa ke dalam kavum uteri dengan tekanan tinggi dibandingkan dengan vena uterus.
Cairan ini menyebabkan lepasnya kantung amnion dan plasenta dari dinding uterus.
Uterus kemudian akan berkontraksi menyebabkan perdarahan dan aborsi.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

13

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Penyemprotan ini berbahaya dapat menyebabkan inhibisi vagal akibat air dingin dan
juga emboli udara.
(4)

Listrik: Pengaliran listrik dimana kutub negatif pada serviks dan kutub
positif pada daerah pembuluh darah sakrum ataupun lumbal yang menyebabkan
kontraksi uterus.

2.3

Pemeriksaan Korban Abortus Provokatus Kriminalis

2.3.1. Pemeriksaan pada Korban Hidup


Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada
payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya
usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna,
daerah perut bagian bawah.
Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang
dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha
penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD kematian janin di dalam rahim
dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.
Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan
bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau
penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal. Lagi pula
selalu terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri oleh wanita yang
bersangkutan. Pada perempuan yang disangka sebagai pelaku dan juga ibu pada mayat
bayi tersebut boleh dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda
telah melahirkan. Antara tanda-tanda yang boleh dilihat adalah adakah: 1,6,7

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

14

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Suhu badan normal atau meningkat
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Denyut nadi normal atau cepat dan kecil
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin. Tekanan darah normal atau menurun
Terdapat tanda involusi uterus iaitu setelah placenta lahir uterus adalah

b.

c.

d.

e.

merupakan organ yang keras karena kontraksi dan retraksi otot-otot uterus.
f. Perubahan pada cervix dan vagina iaitu lebih longgar di mana canalis
cervicalis masih dapat dilalui oleh dua jari, dimana pinggirnya tidak rata,
tetapi retak-retak karena terjadi robekan selama partus.
g. Dinding perut dan peritoneum menjadi longgar karena diregang begitu lama.
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

15

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

h. Dinding kandung kencing mengalami oedema dan hyperemia dan terjadinya


obstruksi dari urethra dan terjadinya retention urin.
i. Apakah terdapat lochia yaitu cairan yang keluar dari vagina yang merupakan
sekret dari luka akibat partus.
j. Apakah terjadi robekan pada perineum.
Perlu juga untuk mengetahui berapa lamanya waktu si ibu tersebut sudah
melahirkan bayi tersebut. Antara yang pemeriksaan yang boleh digunakan adalah
1,7

Pemeriksaan lochia :
Lochia adalah sekret dari luka akibat partus, terutama luka pada bekas
perlekatan placenta dan sifat lochia ini berubah sesuai dengan tingkat
penyembuhan luka.
o
Pada dua hari pertama lochia berupa darah dan disebut lochia
o

rubra.
Setelah hari ke-3 dan 4, berupa darah encer iaitu disebut lochia

serosa.
Pada hari ke-10 menjadi cairan putih disebut lochia alba.
Pemeriksaan darah atau lekosit.
o
Lekosit pada hari pertama nifas bias sampai 30,000/mm3
o
Normal leukosit adalah 4000-10000/mm3
Selain itu dilakukan juga pemeriksaan golongan darah pada ibu untuk memastikan
o

apakah terdapat kecocokan DNA dari perempuan tadi dan bayi tersebut. Antara
pemeriksaan darah yang boleh dilakukan adalah :
Pemeriksaan golongan darah.
a. Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh :

Penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti


pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan
1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

16

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum merupakan golongan


darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada
antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A.

b.Bila sel darah merah sudah rusak :

Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis


aglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil

dibandingkan dengan aglutinin.


Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi,
absorpsi elusi atau aglutinasi campuran. Cara yang biasa dilakukan adalah
cara absorpsi elusi.

2.3.2

Pemeriksaan pada Korban Mati


Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan

abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.


Pada korban yang melakukan abortus dengan obat-obatan dilakukan pemeriksaan
toksikologik untuk mendeteksi obat yang dipergunakan. Obat yang biasa ditemukan
umumnya obat yang bersifat mengiritasi saluran pencernaan.
Abortus yang dilakukan dengan instrumen dapat diketahui bila terjadi robekan
atau perforasi dari rahim atau jalan lahir. Robekan umumnya terjadi pada dinding lateral
uterus sedangkan perforasi biasanya terdapat padaa bagian posterior forniks vagina.
Abortus dengan penyemprotan diketahui dengan tampaknya cairan yang berbusa
diantara dinding uterus dengan fetal membran separasi sebagian plasenta dapat dijumpai.
Gelembung-gelembung udara dapat dilihat dan ditelusuri pada pembuluh vena mulai dari
rahim sampai ke bilik jantung kanan. Pengukuran kandungan fibrinolisis dalam darah
dapat berguna untuk mengetahui korban mati secara mendadak.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

17

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Pada pemeriksaan jenazah, Teare (1964) menganjurkan pembukaan abdomen


sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus kriminalis
sebagai penyebab kematian korban.2
Pemeriksaan korban :
Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan
Identifikasi umum
1. Tinggi badan, berat badan, umur
2. Pakaian, cari tanda-tanda kontak dengan suatu cairan, terutama pada pakaian

dalam.
Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam jenazah.
Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian adanya kehamilan.
Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan pada arteri coronaria,
ventrikel kanan, arteri pulmonalis, arteri dan vena dipermukaan otak dan vena-

vena pelvis.
Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi. Vagina
dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk menghindari jejas kekerasan yang
biasanya terjadi pada dinding posterior misalnya pada perforasi uterus. Cara
pemeriksaannya yaitu uterus direndam dalam larutan formalin 10% selama 24
jam, kemudian direndam dalam alkohol 95% selama 24 jam, iris tipis untuk

melihat saluran perforasi.


Periksa juga tanda-tanda kekerasan pada serviks (abrasi, laserasi).
Periksa alat-alat genitalia interna apakah pucat, mengalami kongeti atau adanya

memar.
Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda
kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian

kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intavitalitas.


Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi.
Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis :
o isi vagina
o isi uterus
o darah dari vena cava inferior dan kedua ventrikel
o urine

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

18

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

o isi lambung
o rambut pubis

2.4 Pemeriksaan Forensik


Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah mendapatkan
tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan, pemeriksaan toksikologi,
pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, terhadap jaringan dan janin yang mati serta
menentukan cara pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan. 1
2.4.1 Gambaran Klinis Akibat Aborsi

terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu ( untuk memperkirakan usia

kandungan saat di aborsi)


pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,

suhu badan normal atau meningkat


perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil

konsepsi
rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus

2.4.2 Pemeriksaan ginekologi 3,6


KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

19

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Pemeriksaan tanda kehamilan misalnya perubahan pada payudara, pigmentasi,

hormonal
Pemeriksaan luar pada perineum, genitalia eksternal dan vagina harus diteliti
dengan baik untuk melihat adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi,
memar dan lain-lain. Kondisi ostium serviks juga harus diamati, dimana masih
dalam keadaan dilatasi dalam beberapa hari. Besarnya dilatasi bergantung pada
ukuran fetus yang dikeluarkan. Adanya perlukaan, tanda bekas forsep ataupun

instrumen yang lainnya di sekitar genitalia harus diamati juga.


Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium bau busuk dari vulva


Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium.


Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

2.4.3 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik 1,5,6

Pada USG :
o endometrium nampak saling mendekat tanpa visualisasi adanya hasil
konsepsi.

Darah lengkap
o Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.
o LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

Pemeriksaan test kehamilan

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

20

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS
o

masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari


kandungan, dimana serum dan urin wanita memberikan hasil positif untuk

hCG sampai sekitar 7-10 hari.


Sekiranya wanita tersebut pernah hamil, maka kadar hormone ini akan
meningkat dan hasilnya akan positif.

Pemeriksaan DNA
o
untuk pemastian hubungan ibu dan janin.
o
Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk sampel tes
DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut
pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus
forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa
saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan
sampel tes DNA.

Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang
pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka,
peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama.

Pemeriksaan toksikologik
o
untuk menilai apakah ada obat atau zat yang diminum untuk menginduksi
aborsi.

Pemeriksaan mikroskopik 6,7


o
meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan, kerusakan
o
o

jaringan yang merupakan jejas dan tanda usaha penghentian kehamilan.


Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.
Darah yang masih basah atau baru mengering diletakkan pada kaca obyek
dan ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca
penutup. Cara lain adalah dengan membuat sediaan apus dengan

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

21

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan tersebut dapat dilihat
o

bentuk dan inti sel darah merah.


Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak
berinti, sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk oval/elips dan berinti.
Bila terlihat drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah
dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.

Pemeriksaan kimiawi. 6,7


o
Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan
o

rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi.


Pemeriksaan kimiawi terdiri dari pemeriksaan penyaring darah dan
pemeriksaan penentuan darah
Pemeriksaan penyaring yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin dan
reaksi fenoftalin.
Reaksi benzidin(Test Adler) :
Reagen yang digunakan adalah larutan jenuh kristal benzidin

dalam asam asetat glasial


Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai

kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin.


Hasil positif bila timbul warna biru gelap pada kertas saring.
Reaksi fenoftalin(Kastle Meyer Test):
digunakan reagens yang dibuat dari fenolftalein 2 g + 100 ml.
NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji-biji Zinc sehingga

terbentuk fenoftalin yang tidak berwarna.


kertas saring yang telah digosokkan pada bercak yang dicurigai
langsung

diteteskan

dengan

reagen

fenoftalin

yang

akan

memberikan warna merah muda bila positif


Hasil negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak
tersebut bukan darah, sedangkan hasil positif menyatakan bahwa bercak

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

22

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut.
Pemeriksaan penentuan darah 6,7
o
Pemeriksaan penentuan darah berdasarkan terdapatnya pigmen/kristal
hematin (hemin) dan hemokhromogen. Pemeriksaan yang biasa digunakan
o

adalah reaksi Teichman dan reaksi Wagenaar.


Reaksi Teichman
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek,
tambahkan 1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam aseta glasial, tutup

dengan kaca penutup dan dipanaskan.


Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal hemin-HCl
yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan

mikroskop.
Reaksi Wagenaar
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan
juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara
kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat.
Pada satu sisi diteteskan aceton dan pada sisi berlawanan

diteteskan HCl encer, kemudian dipanaskan.


Hasil positif bila terlihat kristal aceton-hemin berbentuk batang

berwarna coklat.
Hasil positif pada pemeriksaan penentuan darah memastikan bahwa
bercak adalah darah.
Hasil yang negatif selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak
darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang
struktur kimiawinya telah rusak misalnya bercak darah yang sudah lama
sekali, terbakar dan sebagainya.

Penentuan spesies 6,7

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

23

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

o Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan gram faal.
Dianjurkan untuk memakai 1 cm2 bercak atau 1 g darah kering, tetapi
tidak melebihi separuh bahan yang tersedia.
o Reaksi cincin (reaksi presipitin dalam tabung).
Ke dalam tabung reaksi kecil, dimasukkan serum anti globulin
manusia, dan ke atasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-lahan
melalui tepi tabung. Biarakan pada temperatur ruang kurang lebih

1,5 jam.
Hasil positif tampak sebagai cincin presipitasi yang keruh pada

perbatasan kedua cairan.


o Reaksi presipitat dalam agar.
Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak,
dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras,
dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang
dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti
globulin manusia ke lubang di tengaj dan ekstrak darah dengan
berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya.
Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber)

pada temperatur ruang selama satu malam.


Hasil positif memberikan presipitium jernih pada perbatasan
lubang tengah dan lubang tepi.

Temuan otopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan abortus
serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian. Abortus yang dilakukan oleh
ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu
hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin
mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal.
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

24

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam


(autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada :3
1. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk itu
diperiksa :
a. payudara secara makros maupun mikroskopik
b. ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik
c. uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua.
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provocatus yang dilakukan.
a. Mencari tanda-tanda kekerasan local seperti memar, luka, perdarahan pada
jalan lahir.
b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril.
c. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri.
3. Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan, infeksi, syok, emboli
udara, emboli cairan atau emboli lemak.
4.

Pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari jantung) bila terdapat cairan dalam
rongga perut atau kecurigaan lain.

5. Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya sel trofoblast, kerusakan


jaringan, dan sel radang.
6. Pada autopsi dilihat adakah pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi pada uterus.
Periksa genitalia eksterna apakah pucat, kongesti atau memar.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

25

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

7. Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung. Ambil darah dari jantung
(segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Uterus diiris mendatar
dengan jarak antar irisan 1 cm untuk deteksi perdarahan dari bawah.
8. Sampel urin diambil untuk tes kehamilan dan toksikologik. Pemeriksaan organ
lain seperti biasa.
2.4.4 Pemeriksaan Pada Janin
Tentukan usia bayi (janin).Usia bayi dapat ditentukan dari : 6,7
a. Panjang bayi
Dari rumus empiris de Haas umur bayi dapat ditaksir dari panjang badan (PB)
bayi, ukuran dari puncak kepala sampai ke kaki. Untuk bayi dibawah 25 minggu :
Umur (minggu) = akar kuadrat dari PB. Untuk bayi diatas 25 minggu: Umur
(minggu) = PB/5. Oleh karena batas umur antara korban abortus dan pembunuhan
anak adalah 28 minggu (7 bulan), maka perbedaan tersebut adalah pada panjang
bayi 35 cm (7x5) cm.
b. Lingkaran kepala

Bayi 5 bulan : 38,5 41cm


Bayi 6 bulan : 39 42cm
Bayi 7 bulan : 40 42cm
Bayi 8 bulan : 40 43cm
Bayi 9 bulan : 41 44cm

c. Pusat penulangan
Ada 2 tempat yang lazim diperiksa yaitu pada telapak kakidan lutut. Pada telapak
kaki pemeriksaan ditujukan kepada tulang halus, calcaneus dan cuboid. Ketiga
tulang ini dapat diperiksa melalui sayatan (pemotongan) dari sela jari ke 3-4 ke
arah tumit. Adanya pusat penulangan di tulang talus menunjukkan bayi telah
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

26

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

berumur 7 bulan, tulang calcaneus 8 bulan dan tulang cuboid 9 bulan. Di lutut
ditujukan untuk memeriksa pusat penulangan di proksimal tulang tibia dan distal
femur. Untuk mencapai kedua tulang, tulang patella harus disingkirkan. Setelah
tampak tulang femur, maka tulang dipotong melintang selapis demi selapis seperti
pengiris bawang. Demikian juga pada tulang tibia. Adanya pusat penulangan pada
kedua tulang menunjukkan bayi telah berumur 9 bulan dalam kandungan (cukup
umur).

2.4.5 Interpretasi Hasil Temuan


Berdasarkan kasus, terdapat 3 orang wanita yang saat tersebut sedang dirawat di bagian
kebidanan karena diduga melakukan aborsi. Ternyata hasil laboratorium yang dilakukan
pada campuran darah dan jaringan hasil suction yang dibawa oleh penyidik menunjukkan
salah seorang wanita itu baru sahaja melakukan aborsi. Hasil pemeriksaan dokter dari
bagian kebidanan juga menunjukkan wanita tersebut baru saja melakukan aborsi
berdasarkan hasil temuan berikut :
1. Adanya tanda kehamilan yaitu perubahan pada payudara dan striae.
2. Keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah menurun,
denyut nadi n cepat dan kecil, suhu badan normal.
3. Ada perdarahan pervaginam, tercium bau busuk dari vulva.
4. Adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi, memar sesuai penggunaan
5.

instrumen pada bagian perinium dan bagian genitalia interna.


Kondisi ostium serviks masih dalam keadaan dilatasi Besarnya dilatasi tidak

terlalu luas.
6. Terdapat tanda involusi uterus. Cervix dan vagina iaitu lebih longgar.
7. Dinding perut dan peritoneum menjadi longgar karena diregang begitu lama
8. Pemeriksaan lochia berupa darah.
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

27

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

9. Kadar leukosit meningkat 27.000/mm3 dan kadar Hb yang rendah yaitu 7.0g/dL
akibat perdarahan pervaginam.
10. DNA wanita tersebut cocok dengan campuran darah hasil suction.
11. Kadar hCG darah dan urin masih tinggi,yaitu wanita tersebut pernah hamil.
12. Pemeriksaan toksikologik negative.
13. Pemeriksaan mikroskopik
Hasil
Adanya sel trofoblas dan sel radang PMN.
Sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti
o Sel darah merah merupakan sel mamalia
Pada sediaan hapus dengan pewarnaan , terlihat sel leukosit berinti
banyak, telihat drum stick dalam jumlah lebih dari 0.05% .
o Darah berasal dari seorang wanita
14. Pemeriksaan penentuan darah
i.

ii.

Reaksi Teichman
Hasil
Tampak batang berwarna coklat
o Bercak adalah darah
Reaksi Wagenaar
Hasil
Tampak batang berwarna coklat
o Bercak adalah darah

15. Penentuan spesies


i.

ii.

Reaksi cincin
Hasil
Tampak cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua cairan
Hasil positif
Reaksi presipitat dalam agar
Hasil
Tampak presipitium jernih pada perbatasan lubang tengah dan
lubang tepi.
Hasil positif

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

28

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Daripada ketiga-tiga jenis darah dari ketiga-tiga jaringan didapati kesemua bercak adalah
darah manusia dan kesemuanya berasal dari wanita.
16. Penentuan golongan darah
o terjadi aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak
darah tersebut adalah A.
o dari ketiga wanita tersebut,hanya seorang yang

mempunyai

golongan darah A.
2.5 Komplikasi
Abortus provokatus kriminalis cenderung menyebabkan penyulit ketimbang
abortus spontan. Penyulit-penyulit itu antara lain:
A. Perdarahan hebat. Akibat luka jalan lahir, atonia muteri, sisa jaringan tertinggal.
B. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau neurogenik. Komplikasi dapat
menyebabkan kematian yang mendadak.
C. Emboli udara. Dapat terjadi akibat penyemprotan cairan ke dalam uterus.
D. Infeksi kadang-kadang sampai menyebabkan sepsis yang dapat mengakibatkan
kematian atau timbul kemandulan karena infeksi tuba falopii. Organisma yang
terlibat dalam sepsis bervariasi, yang paling berbahaya adalah streptococcus nonhemolituk dan Clostridium perfringens, walaupun coliform dan staphylococcus
juga bisa bertanggungjawab. Rahim menjadi bengkak, bersifat sepon dan berubah
warna. Permukaan serosal yang ditemukan pada saat otopsi bisa berwarna
kecoklat-coklatan terutama pada infeksi clostridium dan endometrium bisa
tampak buruk, berbau busuk bahkan bernanah. Tanda-tanda septisemia bisa
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

29

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

berkembang dengan limpa lunak membesar, node getah bening menonjol dan
gagal hepatorenal.
E. Fungsi ginjal rusak (renal failure). Ginjal bisa menunjukkan necrosis cortical
bilateral pada kasus yang ekstrim. Pada septisemia clostridium bisa timbul warna
coklat khas pada kulit. Tampilannya bisa berlurik-lurik mirip tetes air hujan
F. Perforasi (terjadi robekan pada rahim, misalnya karena abortus provokatus
kriminalis atau tindakan pertolongan kuretase).

Daftar pustaka

1. M. Husni Ghani : Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas


Andalas. 2002; 106-110
2. Prof. dr. Amri Amir : Ilmu Kekteran Forensik. Fakultas Kedokteran USU Medan.
205; 159-168
KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

30

ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

3. Aborsi dan Permasalahannya : available at : http://www.pikiran rakyat.com


4. Keguguran Dan Penyebabnya : available at: http://www.kompas.com
5. Aborsi

Ditinjau

Dari

Tiga

Sudut

Pandang

available

at:

http://www.kesresproinfo.com
6. Dimana

Tempat

Lakukan

Aborsi

Yang

Aman

available

at:

htt

://www.balipost.com

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

31

Anda mungkin juga menyukai