Anda di halaman 1dari 48

SKENARIO C BLOK 26 TAHUN 2016

23 MEI 2016
Dr. Sardi, yang baru menjabat sebagai kepala Puskesmas Teruji kedatangan seorang
ibu (Ny. A), berumur 25 tahun, ke Puskesmas untuk ANC kehamilan anak yang kedua,
dengan usia kehamilan 22 minggu dan membawa anak perempuannya yang berumur 3 tahun.
Anak perempuan Ny. A ini telah mendapat imunisasi lengkap di posyandu ketika umurnya 1
tahun.
Kelahiran anak pertamanya, berlangsung di rumah, cukup bulan, dibantu oleh dukun
beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Teruji.
Pualng dari Puskesmas, Ny. A bertemu dengan seorang kader Posyandu yang
menanyakan mengapa Ny. A tidak membawa anak balitanya ke Posyandu, untuk
mendapatkan vitamin A secara berkala.

I.

KLARIFIKASI ISTILAH
1

Puskesmas

Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Ante Natal Care

dasar di wilayah kerja administratifnya


Pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter
kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI, dan

Posyandu

kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.


Pos Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu
Kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh, dan,
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.
Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di

Imunisasi

bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa


Pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu dalam tubuh agar tubuh tahan terhadapat

Kader Kesehatan

penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang


Laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat yang
dilatih

untuk

menangani

masalah-masalah

kesehatan

perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam


hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian
Balita (bawah lima tahun)

pelayanan kesehatan.
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa
yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1
sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting
terhadap

Cukup bulan

perkembangan

kepandaian

dan

pertumbuhan

intelektual.
Kelahiran cukup bulan (full-term birth) adalah kelahiran hidup
atau kelahiran mati yang terjadi antara 37 dan 42 minggu usia
kehamilan.

II. IDENTIFIKASI MASALAH


II.1.
Dr. Sardi, yang baru menjabat sebagai kepala Puskesmas Teruji kedatangan
seorang ibu (Ny. A), berumur 25 tahun, ke Puskesmas untuk ANC kehamilan anak
yang kedua, dengan usia kehamilan 22 minggu.

II.2.

Ny. A membawa anak perempuannya yang berumur 3 tahun. Anak perempuan

Ny. A ini telah mendapat imunisasi lengkap di posyandu ketika umurnya 1 tahun.
II.3.
Kelahiran anak pertamanya, berlangsung di rumah, cukup bulan, dibantu oleh
dukun beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Teruji.
II.4.
Pulang dari Puskesmas, Ny. A bertemu dengan seorang kader Posyandu yang
menanyakan mengapa Ny. A tidak membawa anak balitanya ke Posyandu, untuk
mendapatkan vitamin A secara berkala.

III. ANALISIS MASALAH


III.1.
Dr. Sardi, yang baru menjabat sebagai kepala Puskesmas Teruji kedatangan
seorang ibu (Ny. A), berumur 25 tahun, ke Puskesmas untuk ANC kehamilan anak
yang kedua, dengan usia kehamilan 22 minggu.
III.1.1.
Apa tugas yang harus dilakukan dr. Sardi sebagai Kepala Puskesmas
yang baru dalam menjalankan upaya kesehatan wajib di Puskesmas?
1. Pengumpulan dan Analisa Data Puskesmas
a. Data-data Essensial di Puskesmas
Data Umum:
1.Peta Wilayah
2.Data Sumber Daya
3.Data PSM
4.Data Penduduk &Sasaran Program
5.Data Sekolah
6.Data Kesling
Data Khusus (Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas)
3

Status Kesehatan : data kematian; kunjungan kesakitan; pola 10


Penyakit terbesar yang ditemukan.
Kejadian Luar Biasa (KLB), pada W1.
Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1(satu) tahun terakhir
ditiap desa/kelurahan.
Hasil survei , oleh Puskesmas atau pihak lain.
b. Metode Pengumpulan Data
Penentuan Sumber Data
Format Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
c. Sumber data
d. Analisa Data
2. Target Program Puskesmas
Metode Penentuan Target Program
Target ditentukan Dinas Kesehatan Kab/Kota,misalTB(CDR
70%;Conversion Rate 80%;dll) KIA/KB Cakupan K4 80%; Linakes

70%.
Puskesmas menentukan sendiri berdasarkan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) yg ditentukan Pusat/Propinsi.


Target dg cara perkiraan matematis thd kemungkinan pencapaian

program
Target dpt berdasarkan Prestasi yg pernah dicapai Puskesmas .
Langkah Menentukan Target
Identifikasi target Puskesmas yg telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan

Kab/Kota, untuk Program apa dan berapa.


Identifikasi Target yg harus ditentukan oleh Puskesmas : utk Program

apa; hitung berdasarkan SPM yg ditetapkan.


Identifikasi Target yang harus ditentukan ber dsr kan perkiraan

matematis untuk Program apa dan berapa perkiraan Target nya.


Identifikasi Target yg bisa ditentukan berdasarkan hasil yg pernah
dicapai Puskesmas

3. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan


Identifikasi Masalah
Siapkan tabel Identifikasi masalah
No

Program

Target

Pencapaian

Kesenjangan

1
2
3
4

N
Tabel 1. Identifikasi Masalah
Siapkan Format Cakupan Program Pelayanan Upaya Kesehatan
Wajib
Isi kolom Program dg UpayaKesehatan Wajib
Isi kolom Target dg hsl Pemantauan Target Puskesmas utk setiap
Program
Isi kolom Pencapaian dg hsl Pencapaian yg merupakan rekap dari
seluruh Desa/lurah
Isi kolom Kesenjangan, jika kurang ->itu adalah masalah
Identifikasi masalah masalah tsb kemungkinan ada beberapa

masalah
Menetapkan Urutan Prioritas

Buat Nomor Utk setiap masalah yang teridentifikasi, misal


nya..

Tentukan metode penentuan prioritas masalah yg dipilih


olehTim, misal metode Matriks USG

Buat matriks, misalnya masalah ada 4

Isi nilai dg : semua anggota pok, rerata, isi

Isi nilai total setiap masalah dg perkalian nilai kriteria


(U)x(S)x(G)

Tuliskan Urutan Prioritas dari Total Nilai yang terbesar sampai


yang terkecil.(1,2,3)
Kriteria

Masalah1

Masalah2

Masalah3

Masalah 4

TkUrgency (U)
TkKeseriusan (S)
TkPkbgnGrowth(G)
Total

Tabel 2. Urutan Prioritas


Tentukan kriteria 1-5, nilai tinggi = 5
Urgency (U) : masalah sgt mendesak, mendapat nilai tinggi
Keseriusan (S) : perlu penanganan serius, mendapat nilai yang
tinggi
5

Perkembangan (G) : jika tidak ditanggulangi makin


memprihatinkan/ memburuk, mendapat nilai yang tinggi
Urgensi
5 : Bila tidak ditanggulangi segera, akan berakibat kematian
4 : Bila tidak ditanggulangi segera akan ada komplikasi
3 : Bila tidak ditanggulangi segera akan berakibat
2 : Bila tidak segera ditanggulangi tidak menjadi berat
1 : Bila tidak ditanggulangi tidak menimbulkan kematian

Merumuskan Masalah
Masalah yang menjadi Prioritas, dilakukan Pengkajian :
Apa masalah tersebut ?
Siapa yang Terkena ?
Berapa besar masalah tersebut (dlm jumlah nominal) dlm
persen/dlm luas wilayah yg terkena tsb.
Dimana lokasi terjadinya ?
Bilamana kurunwkt tertentu (musim)
4W,1H
Mencari Akar Penyebab Masalah
Dengan cara Fish Bone (Ishikawa)

4. Pengusulan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


Upaya Kesehatan Wajib

Tabel 3. Upaya Kesehatan Wajib


III.1.2.
Apa saja kriteria menjadi kepala Puskesmas?
Kepala Puskesmas merupakan seorang nakes dengan kriteria:
a. Tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan punya kompetensi
manajemen kesmas;
6

b. Masa kerja di Puskesmas minimal 2 tahun;


c. Telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas
*Dalam hal di Puskesmas kawasan T dan ST tidak tersedia seorang nakes
dengan tingkat pendidikan paling rendah sarjana, maka Kepala Puskesmas
merupakan nakes dengan tingkat pendidikan paling rendah Diploma Tiga.
III.1.3.

Apa saja tipe-tipe puskesmas?


Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) di Jakarta. Waktu itu dibicarakan upaya mengorganisasi
sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat
pertama pada waktu itu dirasakan kurang menguntungkan, dan dari kegiatankegiatan seperti BKIA, BP, P4M dan sebagainya masih berjalan sendirisendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui rakerkesnas tersebut timbul
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ke
dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) dan Puskesmas waktu itu dibedakan menjadi 4
macam:
Puskesmas tingkat Desa
Puskesmas tingkat Kecamatan
Puskesmas tingkat Kawedanan
Puskesmas tingkat Kabupaten
Pada rakernas ke II tahun 1969 pembagian Puskesmas dibagi menjadi 3
kategori, yaitu:
Puskesmas tipe A, dipimpin oleh dokter secara penuh
Puskesmas tipe B, dipimpin oleh dokter tidak secara penuh
Puskesmas tipe C, dipimpin oles paramedik
Pada tahun 1970, ketika dilangsungkan rakerkesnas, dirasakan pembagian
Puskesmas berdasarkan kategori tenaga ini kurang sesuai karena Puskesmas
tipe B dan tipe C tidak dipimpin dokter secara penuh atau sama sekali tidak
memiliki tenaga dokter, sehingga dirasa sulit untuk mengembangkannya.
Dengan demikian mulai tahun 1970 ditetapkan hanya satu macam Puskesmas
dengan wilayah kerja tingkat kecamatan dengan jumlah penduduk 30.000
sampai 50.000 jiwa orang penduduk. Konsep wilayah kerja Puskesmas ini
dipertahankan sampai akhir Pelita tahap II tahun 1979.
Sesuai dengan perkembangan dan kemampuan

pemerintah

dan

dikeluarkannya INPRES kesehatan No 5 Th 1974, Nomor 7 tahun 1975 dan


nomor 4 tahun 1976 serta berhasil mendirikan dan menempatkan tenaga
dokter diseluruh pelosok tanah air, maka sejak Pelita III konsep wilayah
7

diperkecil, mencakup suatu wuilayah yang mempunyai jumlah penduduk


30.000 jiwa saja.
Dan sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan Puskesmas di daerahdaerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki jumlah penduduk 30.000
jiwa. Untuk mengkoordinasi kegiatankegiatan yang berada di suatu
kecamatan, maka salah satu Puskesmas tersebut di tunjuk sebagai
penanggungjawab yang selanjutnya disebut sebagai Puskesmas induk, sedang
yang lain disebut Puskesmas pembantu. Dua kategori ini dikenal sampai
sekarang.

Tabel 4. Kategori Puskesmas berdasarkan karakteristik wilayah kerja


Tujuan Pembagian Puskesmasatas kategori karakteristik wilayah kerja
(Permenkes No.75Tahun 2014).
Pendekatan pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai karakteristik pola
kehidupan masyarakat setempat.
Pelayanan kesehatan yang diberikan
masyarakat setempat.
Pelayanan yang diberikan

mampu

sesuai

dengan

menyelesaikan

kebutuhan

permasalahan

kesehatan yang biasanya dihadapi pada kawasan tersebut.


Kebijakan dan dukungan pemerintah fokus berdasarkan priority setting.
III.1.4.

Bagaimana pelaksanaan puskesmas?


Dalam Puskesmas struktur organisasi tergantung dari kegiatan dan beban
tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan
dengan Perda. Struktur organisasi
8

Puskesmas pada umumnya terdiri dari


kepala Puskesmas yang merupakan sarjana di bidang kesehatan yang
kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat,
unit tata usaha yang menangani data informasi, perencanaan dan
penilaian, serta keuangan dan kepegawaian,
unit pelaksana teknis fungsional Puskesmas yang menangani upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan,
unit pelayanan Puskesmas yang meliputi unit Puskesmas pembantu, unit
Puskesling, dan unit bidan desa/komunitas.
Struktur Organisasi Puskesmas

Unit I Melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga


Berencana, dan Perbaikan Gizi Unit
Unit II Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit,
khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium
Unit III Melaksanakan kegiatan Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan
tenaga Kerja dan Lansia (lanjut usia)
Unit IV Melaksanakan kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat,
Kesehatan Sekolah dan Olah Raga, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata dan
kesehatan khusus lainnya\
Unit V Melaksanakan kegiatan di bidang pembinaan dan pengembangan
upaya kesehatan masyarakat dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Unit VI Melaksanakan kegiatan pengobatan Rawat Jalan dan Rawat Inap
(Puskesmas Perawatan)
Unit VII Melaksanakan pengelolaan Farmasi

Dalam tata kerjanya, Puskesmas berkoordinasi dengan kantor kecamatan


setempat, bertanggung jawab kepada dinas kesehatan kabupaten/kota,
bermitra dengan sarana pelayanan kesehatan tk I lainnya, menjalin kerja
sama yang erat dengan fasilitas rujukan, berkoordinasi dengan lintas sektor,
dan dalam hubungannya dengan masyarakat bermitra dengan BPP, yaitu
organisasi yang menghimpun tokoh masyarakat yang peduli terhadap
kesehatan masyarakat.
Tugas Puskesmas :
Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. (Permenkes No.75Tahun 2014)
Fungsi Puskesmas :
Penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama di wilayah
kerjanya;
Penyelenggaraan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di wilayah
kerjanya (Permenkes No.75Tahun 2014).
III.1.5.

Kapan dilakukan ANC dan apa saja yang dilakukan saat pemeriksaan

ANC?
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan
ketentuan sebagai berikut : (Depkes, 2009).
a) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14
minggu. Tujuannya :
1. Penapisan dan pengobatan anemia
2. Perencanaan persalinan
3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 28 minggu. Tujuannya :
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
1) Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan
2) Mengulang perencanaan persalinan
c) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan
setelah 36 minggu sampai lahir. Tujuannya :
1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
10

3) Memantapkan rencana persalinan


4) Mengenali tanda-tanda persalinan
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan
tertentu.
Yang dilakukan saat pemeriksaan ANC :
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T yang harus dilakukan oleh bidan
atau tenaga kesehatan yaitu sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :
1)

Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2)

Pemeriksaan tekanan darah

3)

Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4)

Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

5)

Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6)

Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan.


7)

Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8)

Test laboratorium (rutin dan khusus)

9)

Tatalaksana kasus

10)

Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.


III.1.6.

Dimana dilakukan di ANC di Puskesmas?

RUANG PELAYANAN DAN ALKES DI PUSKESMAS NON RAWAT INAP


NO

NAMA RUANG

ALKES

1.

Ruangan pemeriksaan umum

Set Pemeriksaan Umum

2.

Ruangan tindakan

Set Tindakan Medis/ Gawat Darurat

3.

Ruangan KIA, KB, & Imunisasia.


b.
c.
d.

4.

Ruangan kesehatan gigi dan mulut Set Kesehatan Gigi & Mulut

Set Pemeriksaan Kesehatan Ibu


Set Pemeriksaan Kesehatan Anak
Set Pelayanan KB
Set Imunisasi

11

5.

Ruangan ASI

Set ASI

6.

Ruangan Promkes

Set Promosi Kesehatan

7.

Ruangan Farmasi

Set Farmasi

8.

Ruangan persalinan

9.

Ruangan rawat pasca persalinan

Set Perawatan Pasca Persalinan

10.

Laboratorium

Set Laboratorium

11.

Ruangan sterilisasi

Set Sterilisasi

a.
b.
c.

Set Obstetri dan Ginekologi


Set Insersi dan Ekstraksi AKDR
Set Resusitasi Bayi

Tabel 5. Ruang Pelayanan Dan Alkes Di Puskesmas Non Rawat Inap

12

RUANG PELAYANAN DAN ALKES DI PUSKESMAS RAWAT INAP


NO

NAMA RUANG

ALKES

1.

Ruangan pemeriksaan umum

Set Pemeriksaan Umum

2.

Ruangan gawat darurat

Set Gawat Darurat

3.

Ruangan

kesehatan

anak

&

imunisasi

a.
b.

Set Pemeriksaan Kesehatan Anak


Set Imunisasi
Set Pemeriksaan Kesehatan Ibu
Set Pelayanan KB

4.

Ruangan kesehatan ibu & KB

a.
b.

5.

Ruangan kesehatan gigi dan mulut

Set Kesehatan Gigi & Mulut

6.

Ruangan ASI

Set ASI

7.

Ruangan Promkes

Set Promosi Kesehatan

8.

Ruangan Farmasi

Set Farmasi

9.

Ruangan persalinan

a.
b.
c.

10.

Ruangan rawat pasca persalinan

Set Perawatan Pasca Persalinan

11.

Ruangan tindakan

Set Tindakan Medis

12.

Ruangan rawat inap

Set Rawat Inap

13.

Laboratorium

Set Laboratorium

14.

Ruangan sterilisasi

Set Sterilisasi

Set Obstetri dan Ginekologi


Set Insersi dan Ekstraksi AKDR
Set Resusitasi Bayi

Tabel 6. Ruang Pelayanan Dan Alkes Di Puskesmas Rawat Inap


Untuk Puskesmas non rawat inap, ANC dilakukan di ruangan KIA, KB, dan
Imunisasi. Sedangkan, untuk Puskesmas rawat inap, ANC dilakukan di ruangan
kesehatan ibu dan KB
III.2.

Ny. A membawa anak perempuannya yang berumur 3 tahun. Anak perempuan

Ny. A ini telah mendapat imunisasi lengkap di posyandu ketika umurnya 1 tahun.
Imunisasi apa saja yang harus sudah di dapatkan pada anak usia 3 tahun?

13

Tabel 7. Jadwal Imunisasi IDAI 2014


Pada bayi baru lahir hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib dipenuhi
untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal
masa anak. Saat anak berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk
memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga
berfungsi untuk melengkapu imunisasi yang belum lengkap (catch up
immunization). Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan usia
remaja 13-18 tahun sambil melengkapi imunisasi.

Kelompok Umur

Jenis Imunisasi
BCG, polio, hepatitis B, DPT,

Lahir < 1 tahun

campak, HiB, pneumokokus,

1 - 4 tahun

rotavirus
DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis A,
varisela, influenza, HiB,
14

pneumokokus
DPT, polio, campak, MMR, tifoid,
5 - 12 tahun

Hepatitis A, varisela, influenza,

pneumokokus
Tabel 8. Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur
III.2.1. Apa saja imunisasi yang diberikan oleh Posyandu?
Ada lima (5) jenis imunisasi yang diberikan secara gratis di Posyandu, yang
terdiri dari imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HB, serta campak.
Semua jenis vaksin ini harus diberikan secara lengkap sebelum anak berusia
1 tahun diikuti dengan imunisasi lanjutan pada Batita.
1. Hepatitis B: diberikan saat lahir (dengan uniject), umur 2, 3, 4 bulan
(bersamaan dengan DTP Combo), harus diberikan dalam 12 jam pertama.
Aman diberikan pada semua bayi di atas 1.500 gram. (dulu batasnya berat
lahir 2.000 gram).
2. Polio oral: diberikan saat lahir (pulang dari Rumah Sakit), umur 2,3,4
bulan
3. BCG: diberikan saat usia 1 bulan
4. DTP Combo Hepatitis B: diberikan umur 2, 3, 4 bulan
5. Campak: diberikan pada usia 9 bulan
Tahun 2013 pemerintah telah menambahkan vaksin Hib (Haemophilus
influenza tipe b), yang digabungkan dengan vaksin DPT-HB menjadi DPTHB-Hib. Imunisasi DPT-HB-Hib dan imunisasi lanjutan pada Batita mulai
dilaksanakan pada tahun 2013 di 4 provinsi yaitu: Jawa Barat, Yogyakarta,
Bali dan NTB. Selanjutnya, akan dilaksanakan di semua provinsi mulai bulan
April tahun 2014.

Vaksin Hepatitis B diberikan pada bayi baru lahir untuk mencegah


penularan Hepatitis B dari ibu ke anak pada proses kelahiran, karena
tidak semua ibu tahu apakah dirinya terinfeksi Hepatitis B atau tidak.
Hepatitis B dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada
kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
15

Vaksin BCG diberikan satu kali pada usia 1 bulan guna mencegah
kuman tuberkulosis menyerang paru, kelenjar, tulang dan radang otak
yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan

Vaksin Polio diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan guna mencegah lumpuh layu. Sekali anak terkena lumpuh layu
pada kaki dan/atau tangan, maka tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya. Bahkan kadang dapat menyebabkan kelumpuhan
otot pernafasan yang menyebabkan kematian.

Vaksin Campak diberikan dua kali pada usia 9 bulan dan 24 bulan
untuk mencegah penyakit campak berat yang dapat mengakibatkan
radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak.

Vaksin DPT-HB-Hib diberikan 4 kali, pada usia 2, 3, 4 dan 18 bulan


guna mencegah 6 penyakit, yaitu: Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis
B, Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang otak). Penyakit
Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas,
serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung.
Penyakit Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat
(pneumonia). Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang
syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan sulit
bernafas. Kuman Haemophilus influenza tipe b dapat menyebabkan
Pneumonia dan Meningitis.

Jika ada imunisasi yang belum diberikan sesuai jadwal yang seharusnya, atau
imunisasi tertunda, imunisasi harus secepatnya diberikan atau dikejar.
Pemberian imunisasi yang tidak sesuai jadwal atau belum lengkap tersebut
bukan merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Imunisasi yang
telah diberikan sudah menghasilkan respon imunologis walaupun masih di
bawah ambang kadar proteksi atau belum mencapai perlindungan untuk
kurun waktu yang panjang (life long immunity)sehingga dokter tetap perlu
melanjutkan dan melengkapi imunisasi (catch up immunization) agar
tercapai kadar perlindungan yang optimal.
Hepatitis B
16

Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah


lahir, lalu dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak
imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan.
Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi hepatitis B pada masa bayi,
ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat berkunjung. Hal ini dapat
dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.
BCG
Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini merupakan negara
ke-3 tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok.
Imunisasi BCG terbaik diberikan pada usia 2-3 bulan karena pada bayi usia
<2 bulan sistem imun anak belum matang. Pemberian imunisasi penyokong
(booster) tidak dianjurkan.
DPT
Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka eliminasi
tetanus. Imunisasi DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan
dengan imunisasi ulangan 1 kali (interval 1 tahun setelah DPT3). Pada usia 5
tahun, diberikan ulangan lagi (sebelum masuk sekolah) dan pada usia 12
tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita, imunisasi TT perlu diberikan 1 kali
sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk mencegah
tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir).
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa

pun interval

keterlambatannya, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi


sesuai jadwal. Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia <12
bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun
intervalnya. Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian
ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah
umur 4 tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.
Polio
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia
2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio
suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila
imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang pemberiannya dari
awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun
interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
17

Campak
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second
opportunity pada crash program campak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD
kelas 1-6. Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
campak yang bertujuan sebagai penguatan (strengthening). Program ini
bertujuan untuk mencakup sekitar 5 persen individu yang diperkirakan tidak
memberikan respon imunitas yang baik saat diimunisasi dahulu. Bagi anak
yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila saat itu anak berusia
9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1 tahun,
berikan MMR.
MMR
Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6
bulan antara imunisasi campak dengan MMR. MMR diberikan minimal 1
bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang
anak telah mendapat imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan dan diulang
pada usia 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan pada usia 6
tahun tidak perlu lagi diberikan. Bila imunisasi ulangan (booster) belum
diberikan setelah berusia 6 tahun, berikan vaksin campak/MMR kapan saja
saat bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisai campak 2 kali atau MMR 2
kali.
HiB
Imunisasi HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada usia 2,
4, dan 6 bulan, dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat
diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi. Apabila anak datang pada usia 1-5
tahun, HiB hanya diberikan 1 kali . Anak di atas usia 5 tahun tidak perlu
diberikan karena penyakit ini hanya menyerang anak dibawah usia 5 tahun.
Saat ini, imunisasi HiB telah telah masuk program pemerintah, yaitu vaksin
Pentabio produksi Bio Farma, vaksin HiB diberikan bersama DPT, Hepatitis
B.
Pneumokokus
Imunisasi yang penting lainnya yaitu imunisasi Pneumokokus untuk
mencegah infeksi kuman pneumokokus salah satu penyebab penting dari

18

radang telinga, pneumonia, meningitis dan beredarnya bakteri dalam darah.


Sayangnya, imunisasi ini belum masuk program pemerintah.
Imunisasi pneumokokus diberikan tergantung usia pasien (Tabel 1).
Usia
2 - 6 bulan
7 - 11 bulan
12 - 23 bulan

Dosis dan Interval


3 dosis, interval 6 - 8
minggu
2 dosis, interval 6 - 8
minggu
2 dosis, interval 6 - 8

Ulangan
1 dosis, 12 - 15 bulan
1 dosis, 12 - 15 bulan

minggu
> 24 bulan
1 dosis
Tabel 9.Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi Pneumokokus
Rotavirus
Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk
mencegah diare karena rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin
rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama Rotateq
diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14 minggu dan
pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal
pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan
pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada
usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan,
maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya.
Influenza
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35
bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak
berusia <8 tahun, untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan
interval minimal 4-6 minggu, sedangkan bila anak berusia >8 tahun, maka
dosis pertama cukup 1 dosisi saja.
Varisela
Vaksin varisela (cacar air) diberikan pada usia >1 tahun, sebanyak 1 kali.
Untuk anak berusia >13 tahun atau pada dewasa, diberikan 2 kali dengan
interval 4-8 minggu. Apabila terlambat, berikan kapan pun saat pasien
datang, karena imunisasi ini bisa diberikan sampai dewasa.
Hepatitis A & Tifoid
19

Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun.
Imunisasi hepatitis A diberikan sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 bulan.
Imunisasi tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun, dengan ulangan setiap
3 tahun. Vaksin tifoid merupakan vaksin polisakarida sehingga di atas usia 2
tahun.
III.2.2. Apa saja tipe-tipe posyandu?
Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengandemikian,
pembinaan yang dilakukan untuk masing-masingPosyandu juga berbeda.
Untuk mengetahui tingkatperkembangan Posyandu, telah dikembangkan
metode danalat telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengannama
Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalahuntuk mengetahui
tingkat perkembangan Posyandu yangsecara umum dibedakan atas 4 tingkat
sebagai berikut:
a. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belummantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandubelum terlaksana secara rutin serta
jumlah kader sangatterbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab
tidakterlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping karena
jumlah kader yang terbatas, dapat pulakarena belum siapnya
masyarakat.Intervensi yang dapatdilakukan untuk perbaikan peringkat
adalah memotivasimasyarakat serta menambah jumlah kader.
b. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapatmelaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang ataulebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya
masihrendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapatdilakukan
untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan
mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. Contoh
intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan ModulPosyandu dengan
metode simulasi.
- Menerapkan SMD dan MMD di Posyandu, dengantujuan untuk
merumuskan masalah danmenetapkan cara penyelesaiannya, dalam
rangkameningkatkan cakupan Posyandu.
20

c. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang ataulebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih
dari 50%,mampu menyelenggarakan program tambahan, sertatelah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehatyang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masihterbatas yakni kurang dari 50% KK di
wilayah kerjaPosyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untukperbaikan
peringkat antara lain:
- Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untukmemantapkan
pemahaman masyarakat tentangdana sehat.
- Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapattumbuh dana sehat
yang kuat, dengan cakupananggota lebih dari 50% KK. Peserta
pelatihan

adalahpara

danasehat

tokoh

desa/kelurahan,

masyarakat,
serta

untuk

terutama

pengurus

kepentinganPosyandu

mengikutsertakan pula pengurusPosyandu.


d. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang ataulebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih
dari 50%,mampu menyelenggarakan program tambahan, sertatelah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehatyang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari50% KK yang bertempat tinggal
di

wilayah

kerjaPosyandu.

Intervensi

yang

dilakukan

bersifat

pembinaantermasuk pembinaan program dana sehat, sehinggaterjamin


kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukanintervensi memperbanyak
macam program tambahansesuai dengan masalah dan kemampuan
masing-masing.
III.2.3. Bagaimana pelaksanaan posyandu?
Petugas Posyandu
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah
pembentukan Posyandu. Kriteriapengelola Posyandu antara lain sebagai
berikut:
a. Diutamakan berasal dari para dermawan dantokoh masyarakat setempat.
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatiftinggi dan mampu
memotivasi masyarakat.
21

c. Bersedia bekerja secara sukarela bersamamasyarakat.


Kader Posyandu
Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat
yang bersedia, mampu dan memilikiwaktu untuk menyelenggarakan kegiatan
Posyandusecara sukarela.
Secara ringkas ini adalah daftar pengelola Posyandu:
a. PenanggungJawab Umum : Kades/Lurah
b. Penanggung Jawab Operasional :Tokoh Masyarakat ( ToMa).
c. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK
d. Sekretaris : Ket, Pokja IV Kel/ Desa.
e. Pelaksana : Kader PKK yang dibantupetugas Kesehatan-KB Puskesmas.
Kegiatan Posyandu
a. Kegiatan Utama
- Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
o Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
(pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi
fundus

uteri,

temu

wicara

(konseling)

termasuk

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
o Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka
Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.
Kegiatan Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:
Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan

persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi


Perawatan payudara dan pemberian ASI
Peragaan pola makan ibu hamil
Peragaan perawatan bayi baru lahir
Senam ibu hamil
Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
22

o Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan,


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
o Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1
kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama).
o Perawatan payudara.
o Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan
payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila

ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.


Bayi dan Anak balita
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus
dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas
tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada
waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak
digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan
pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu
perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur
balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu
untuk balita mencakup:
o Penimbangan berat badan
o Penentuan status pertumbuhan
o Penyuluhan dan konseling
o Jika ada tenaga kesehatan

Puskesmas

dilakukan

pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh


kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
- Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan
konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang
menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan
IUD dan implant.
- Imunisasi

23

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas


Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program terhadap bayi dan ibu hamil.
- Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan
yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini
gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian
makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet
Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita
yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di
bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke
Puskesmas atau Poskesdes.
- Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan
lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
b. Kegiatan Pengembangan/Tambahan
Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang
telah diselenggarakan antara lain:
- Bina Keluarga Balita (BKB).
- Kelas Ibu Hamil dan Balita.
- Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian
- Luar Biasa (KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA),
Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri,
Pertusis, Tetanus Neonatorum.
- Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
- Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
- Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB
PLP).
- Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).
- Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan
-

Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.


Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).
Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
24

Penyelenggaraan Posyandu
a. Waktu Penyelenggaraan
Posyandu buka satu kali dalam sebulan.Hari dan waktu yangdipilih,
sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, haribuka Posyandu
dapat lebih dari satu kali dalam sebulandengan sistem 5 meja, yaitu:
- Meja I : Pendaftaran
- Meja II : Penimbangan
- Meja III: Pengisian KMS
- Meja IV: Penyul Perorangan bdsr KMS
- Meja V : Yan KB & Kes
Immunisasi
Pemberian vit.A dosis tinggi : obat tetes ke mulut, tiap bulan
Februari & Agustus.
Pembagian pill &kondom
Pengobatan ringan
Konsul KB &kesehatan
b. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya beradapada
lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempatpenyelenggaraan
tersebut dapat di salah satu rumah warga,halaman rumah, balai
desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salahsatu kios di pasar, salah satu
ruangan perkantoran, atau tempatkhusus yang dibangun secara swadaya
oleh masyarakat.
c. Penyelenggaraan Kegiatan
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan olehKader
Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dansektor terkait.
Pada saat penyelenggaraan Posyandu minimaljumlah kader adalah 5
(lima)

orang.

Jumlah

ini

sesuai

denganjumlah

langkah

yang

dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yangmengacu pada sistim 5 langkah.


Kegiatan

yang

dilaksanakanpada

setiap

langkah

serta

para

penanggungjawabpelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan


sebagaiberikut :

25

Tabel 10. Kegiatan dan Pelaksana dalam Posyandu

26

d. Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana


Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyakpihak. Adapun
tugas dan tanggungjawab masing-masing pihakdalam menyelenggarakan
Posyandu adalah sebagai berikut:
- Kader
Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:
o Menyebarluaskan hari buka Posyandu melaluipertemuan
warga setempat.
Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.
Mempersiapkan sarana Posyandu.
Melakukan pembagian tugas antar kader.
Berkoordinasi
dengan
petugas
kesehatan

dan

petugaslainnya.
o Mempersipkan bahan PMT Penyuluhan
Pada hari buka Posyandu, antara lain:
o Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.
o Melaksanakan penimbangan balita dan ibu

hamil

o
o
o
o

yangberkunjung ke Posyandu.
o Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMSdan
mengisi buku register Posyandu.
o Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.
o Melaksanakan
kegiatan
penyuluhan
konselingkesehatan

dan

gizi

sesuai

dengan

dan
hasil

penimbangan serta memberikan PMT.


o Membantu petugas kesehatan memberikanpelayanan
kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.
o Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersamapetugas
kesehatan melengkapi pencatatan danmembahas hasil

kegiatan serta tindak lanjut.


Di luar hari buka Posyandu, antara lain:
o Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu:ibu
hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dananak balita.
o Membuat diagram batang (balok) SKDN tentangjumlah
Semua balita yang bertempat tinggal diwilayah kerja
Posyandu, jumlah balita yangmempunyai Kartu Menuju
Sehat (KMS) atau Buku KIA,jumlah balita yang Datang
pada hari buka Posyandudan jumlah balita yang timbangan
berat badannya naik.
27

o Melakukan tindak lanjut terhadap


Sasaran yang tidak datang.
Sasaran yang memerlukan

penyuluhan

lanjutan.

Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.


Memberitahukan
kepada
kelompok

sasaran

agarberkunjung ke Posyandu saat hari buka .


Melakukan kunjungan tatap muka ke tokohmasyarakat,
dan menghadiri pertemuan rutinkelompok masyarakat
atau organisasi keagamaan.
- Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan
diPosyandu satu kali dalam sebulan. Dengan perkataan
lainkehadiran tenaga kesehatan Puskesmas tidak pada setiaphari
buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari1 kali
dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas pada haribuka

Posyandu antara lain sebagai berikut:


Membimbing kader dalam penyelenggaraanPosyandu.
Menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
KeluargaBerencana

di

langkah

(lima).

dan
Sesuai

dengankehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanankesehatan


dan KB oleh petugas Puskesmas hanyadiselenggarakan satu kali
sebulan. Dengan perkataanlain jika hari buka Posyandu lebih
dari satu kali dalamsebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan

hanyaoleh kader Posyandu sesuai dengan kewenangannya.


Menyelenggarakan penyuluhan dan konselingkesehatan, KB

dan gizi kepada pengunjung Posyandudan masyarakat luas.


Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya
kepada

Puskesmas

melaksanakan

upaya

serta

menyusun

perbaikan

rencanakerja

sesuaidengan

dan

kebutuhan

Posyandu.
Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadapIbu Hamil,
bayi dan anak balita serta melakukanrujukan ke Puskesmas

apabila dibutuhkan.
- Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)
Camat, selaku penanggung jawab Kelompok KerjaOperasional
(Pokjanal) Posyandu kecamatan:
28

o Mengkoordinasikan

hasil

kegiatan

dan

tindaklanjut

kegiatan Posyandu.
o Memberikan dukungan dalam upayameningkatkan kinerja
Posyandu.
o Melakukan pembinaan untuk terselenggaranyakegiatan

Posyandu secara teratur.


Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selakupenanggung jawab
Pokja Posyandu desa/kelurahan:
o Memberikan dukungan kebijakan, sarana dandana untuk
penyelenggaraan Posyandu.
o Mengkoordinasikan penggerakan masyarakatuntuk dapat
hadir pada hari buka Posyandu
o Mengkoordinasikan peran kader

Posyandu,pengurus

Posyandu dan tokoh masyarakatuntuk berperan aktif dalam


penyelenggaraanPosyandu.
o Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandubersama Lembaga
Pemberdayaan

Masyarakat(LPM),

Lembaga

Kemasyarakatan atau sebutanlainnya.


o Melakukan pembinaan untuk terselenggaranyakegiatan

Posyandu secara teratur.


Instansi/Lembaga Terkait:
o Badan / Kantor / Dinas PemberdayaanMasyarakat dan
Pemerintahan

Desa (BPMPD)berperan

dalam

fungsi

koordinasipenyelenggaraan pembinaan, penggerakan peran


serta

masyarakat,

pengembanganjaringan

kemitraan,

pengembangan metodependampingan masyarakat, teknis


advokasi,fasilitasi, pemantauan dan sebagainya.
o Dinas Kesehatan, berperan dalam membantupemenuhan
pelayanan sarana dan prasaranakesehatan (pengadaan alat
timbangan,distribusi Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan
vitamin) serta dukungan bimbingan tenagateknis kesehatan.
o SKPD KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota,berperan dalam
penyuluhan, penggerakanperan serta masyarakat melalui
BKB dan BKL.
o BAPPEDA, berperan dalam koordinasi perencanaan umum,
dukungan program dan anggaran serta evaluasi.

29

o Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan,Dinas


Pertanian,

Dinas

Perindustrian

dan

UKM,Dinas

Perdagangan dan sebagainya, berperandalam mendukung


teknis operasionalPosyandu sesuai dengan peran dan
fungsinya masing-masing, misalnya:
Kantor
Kementerian
Agama,

berperandalam

penyuluhan melalui jalur agama,persiapan imunisasi


bagi calon pengantin,penyuluhan di pondok-pondok
pesantrendan

lembaga

pendidikan

keagamaan,mobilisasi dana-dana keagamaan, dsb.


Dinas Pertanian, berperan dalam hal pendayagunaan
tenaga penyuluhlapangan, koordinasi program P4K,
dsb.
Dinas Perindustrian dan UKM, DinasPerdagangan,
berperan

dalam

halpenyuluhan

gizi,

khususnya

penggunaan garam beryodium, dsb.


Dinas Pendidikan, berperan dalampenggerakan peran
serta masyarakatsekolah dan pendidikan luar sekolah,
misalkan melalui jalur program UpayaKesehatan
Sekolah (UKS), PAUD, dsb.
Dinas Sosial, berperan dalam hal penyuluhan dan
pendayagunaan KarangTaruna, Taman Anak Sejahtera
(TAS),penyaluran berbagai bantuan sosial, dsb.
Lembaga Profesi, misalkan Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), Ikatan Dokter AnakIndonesia (IDAI), Ikatan
Bidan Indonesia(IBI), Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI),
Himpunan Pendidik dan TenagaKependidikan Anak
Usia Dini Indonesia(HIMPAUDI) dan tenaga layanan
sosialterkait yang dapat berperan dalampelayanan
kesehatan dan sosial.
Selain dinas/institusi/lembaga tersebut diatas, kemungkinan masih
terdapat

beberapa

melakukanperan

dan

unsurdinas/instansi/lembaga
fungsinya

dalam

yang

Posyandu

dapat
namun

untukdaerah-daerah tertentu mungkin tidak terdapatunsur dinas /


instansi/lembaga

sebagaimanatersebut

diatas,

karena

struktur
30

organisasi padajajaran Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota


saat

ini

cukup

bervariasi.

Apabila

dinas/instansi/lembaga

sebagaimana tersebut di atastidak terdapat di daerah, maka


perludipertimbangkan fungsi yang sesuai dalam organisasi Pokjanal
Posyandu setempat.
Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu:
o Mengelola berbagai data dan informasi yangberkaitan
dengan kegiatan Posyandu.
o Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan
adanya

sumber-sumberpendanaan

untuk

kegiatan pembinaan Posyandu.


o Melakukan
analisis
masalah

mendukung

pelaksanaanprogram

berdasarkan alternatif pemecahanmasalah sesuai dengan


potensi dan kebutuhan desa/kelurahan.
o Melakukan
bimbingan
dan
fasilitasi,pamantauan
pengelolaankegiatan

dan
dan

pembinaan,

evaluasi
kinerja

kader

terhadap
Posyandu

secaraberkesinambungan.
o Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi,gotong
royong, dan swadaya masyarakat dalammengembangkan
Posyandu.
o Mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
o Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatanPosyandu kepada
Kepala

Desa/Lurah

dan

KetuaPokjanal

Posyandu

Kecamatan.
Tim Penggerak PKK:
o Berperan aktif dalam penyelenggaraanPosyandu.
o Penggerakkan peran serta masyarakat dalamkegiatan
Posyandu.
o Penyuluhan, baik di Posyandu maupun di luar Posyandu.
o Melengkapi data sesuai dengan Sistim InformasiPosyandu

(SIP) atau Sistim Informasi Manajemen(SIM).


Tokoh Masyarakat/Forum Peduli KesehatanKecamatan (apabila
telah terbentuk):
o Menggali

sumber

daya

untuk

kelangsunganpenyelenggaraan Posyandu.
o Menaungi dan membina kegiatan Posyandu.
31

o Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir danberperan

aktif dalam kegiatan Posyandu.


Organisasi Kemasyarakatan/LSM:
o Bersama petugas Puskesmas berperan aktifdalam kegiatan
Posyandu, antara lain:pelayanan kesehatan masyarakat,
penyuluhan,penggerakan

kader

sesuai

dengan

minat

danmisi organisasi.
o Memberikan dukungan sarana dan dana untukpelaksanaan

kegiatan Posyandu.
Swasta/Dunia Usaha:
o Memberikan dukungan sarana dan dana untukpelaksanaan
kegiatan Posyandu.
o Berperan aktif sebagai sukarelawan dalampelaksanaan

kegiatan Posyandu.
e. Pencatatan dan Pelaporan
- Pencatatan
Pencatatan
dilakukan
oleh
kegiatandilaksanakan.

kader

Pencatatan

segera

dilakukan

setelah
dengan

menggunakanformat baku sesuai dengan program kesehatan,


SistimInformasi

Posyandu

(SIP)

atau

Sistim

Informasi

Manajemen(SIM) yakni:
Buku register kelahiran dan kematian bayi, ibuhamil, ibu

melahirkan, dan ibu nifas.


Buku register Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia

Subur (PUS).
Buku register bayi dan balita yang mencatat jumlah seluruh

bayi dan balita di wilayah Posyandu.


Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh

Posyandu.
Buku
catatan

menyelenggarakan kegiatan usaha.


Buku pengelolaan keuangan.
Dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan dankebutuhan

kegiatan

usaha

apabila

Posyandu

Posyandu yang bersangkutan.


- Pelaporan
Pada dasarnya kader Posyandu tidak wajib melaporkankegiatannya
kepada Puskesmas ataupun kepada sektorterkait lainnya. Bila
Puskesmas atau sektor terkaitmembutuhkan data tertulis yang terkait
32

denganpelbagai kegiatan Posyandu, Puskesmas atau sektorterkait


tersebut harus mengambilnya langsung kePosyandu. Untuk itu
setiap Puskesmas harus menunjukpetugas yang bertanggungjawab
untuk pengambilan data hasil kegiatan Posyandu.
III.3.

Kelahiran anak pertamanya, berlangsung di rumah, cukup bulan, dibantu oleh

dukun beranak, yang juga seorang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Teruji.
III.3.1. Apa saja kriteria kader kesehatan?
1. Bisa baca tulis
2. Berjiwa Sosial dan mau kerja secara relawan
3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
4. Mempunyai waktu yang cukup
5. Bertempat tinggal di wilayah Posyandu
6. Ramah dan simpatik
7. Diterima masyarakat setempat
8.
Sabar dan memahami usia lanjut
9. Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.
III.3.2. Apa saja tugas dan kewajiban kader kesehatan?
1)
Melakukan kegiatan bulanan posyandu :
a) Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
Tugas-tugas kader posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka
Posyandu, meliputi :
Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat
peraga, LILA, alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi,
vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan.
Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibuibu untuk datang ke Posyandu.
Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah
petugas sektor bisa hadir pada hari buka Posyandu.
Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di
antara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan
kegiatan.
b) Tugas kader pada kegiatan bulanan Posyandu
Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja, meliputi :
Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau ballita, yaitu menuliskan
nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS
33

dan mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada
Formulir atau Register ibu hamil.
Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil
penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau memindahkan catatan
hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak
tersebut.
Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak
berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik
KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan
penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS
anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami
sasaran.
Meja 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan
oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, dan lain-lain. Pelayanan yang
diberikan antara lain : Pelayanan Imunisasi, Pelayanan Keluarga
Berencana, Pengobatan Pemberian pil penambah darah (zat besi),
c)

vitamin A, dan obat-obatan lainnya.


Kegiatan setelah pelayanan bulanan Posyandu
Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi :

Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke


dalam buku register atau buku bantu kader.
Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari
Posyandu pada bulan berikutnya. Kegiatan diskusi kelompok
(penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang rumahnya berdekatan
(kelompok dasawisma).
Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak
lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan
2)
a)

berikutnya.
Melaksanakan kegiatan di luar posyandu :
Melaksanakan kunjungan rumah
Setelah kegiatan di dalam Posyandu selesai, rumah ibu-ibu yang akan
dikunjungi ditentukan bersama. Tentukan keluarga yang akan
dikunjungi oleh masing-masing kader. Sebaiknya diajak pula beberapa
ibu untuk ikut kunjungan rumah. Mereka yang perlu dikunjungi
adalah :
34

Ibu yang anak balitanya tidak hadir 2 (dua) bulan berturut-turut di

Posyandu
Ibu yang anak balitanya belum mendapat kapsul vitamin
Berat badanny tidak naik 2 (dua) bulan berturut-turut
Berat badannya di bawah garis merah KMS
Sasaran Posyandu yang sakit
Ibu hamil yang tidak menghadiri kegiatan Posyandu 2 (dua) bulan

b)

berturut-turut
Ibu hamil yang bulan lalu dikirim atau dirujuk ke puskesmas
Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya
Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul iodium
Balita yang terlalu gemuk
Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam

kegiatan Posyandu
Langsung ke tengah masyarakat
Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat
Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan
berbagai usaha kesehatan masyarakat.
Sedangkan menurut Depkes RI (2003), berbagai peran kader, khususnya
pada kegiatan Posyandu, antara lain:
1. Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh

masyarakat.
2. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas yang antara
lain untuk melakukan kegiatan pendataan sasaran, pemetaan, serta
mengenal masalah dan potensi.
3. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk
membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas,
dan jadwal kegiatan
Sedangkan peranan kader dalam penyelenggaraan posyandu, antara lain :
1. Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyarakat
2. Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum
pelaksanaan Posyandu (buku catatan, KMS, alat peraga)
3. Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia subur yang
hadir di posyandu.
4. Melakukan penimbangan bayi dan balita.
5. Mencatat hasil penimbangan pada KMS.
6. Melakukan penyuluhan perorangan kapada ibu-ibu dimeja IV.
35

7. Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan khususnya


pada bumil, ibu yang mempunyai bayi/balita, pasangan usia subur
III.3.3. Bagaimana pembinaan yang diberikan pada kader kesehatan?
a.
Memahami pengelolaan Posyandu.
b.
Memahami tugas-tugas kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
c.
Memahami masalah kesehatan pada sasaran Posyandu.
d.
Menggerakkan masyarakat.
e.
Melakukan lima langkah kegiatan di Posyandu dan kegiatan
f.
g.

pengembangannya.
Mampu melakukan penyuluhan.
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan Posyandu (Sistem Informasi

h.

Posyandu).
Menyusun rencana tindak lanjut (RTL).

Peserta
1. Kriteria peserta
Kader Posyandu yang berasal dari tingkat desa/kelurahan.
2. Jumlah peserta
Jumlah peserta pelatihan kader Posyandu antara 2430 orang per kelas.
Apabila peserta melebihi jumlah yang telahditentukan maka pelatihan
dilakukan dengan beberapa kelas secara paralel.
Fasilitator
Fasilitator terdiri atas: anggota tim penggerak PKK Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Dinas terkait di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
Narasumber
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, Badan PPSDMK.
2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, Badan PPSDMK.
3. Balai Besar/Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian
Dalam Negeri.
4. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Badan PPSDMK.
5. Balai Pelatihan Kesehatan Nasional, Badan PPSDMK.
6. Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi, Badan PPSDMK.
7. Instansi atau Dinas di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota yang terkait
di bidang pelatihan pemberdayaan masyarakat.
Penyelenggara
Pelatihan dapat diselenggarakan oleh:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, Badan PPSDMK.
2. Balai Besar/Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian
Dalam Negeri.
3. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Badan PPSDMK.
4. Balai Pelatihan Kesehatan Nasional, Badan PPSDMK.
36

5. Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi, Badan PPSDMK.


6. Instansi atau Dinas di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota yang terkait
di bidang pelatihan pemberdayaan masyarakat
Pelatihan kepada kader kesehatan diselenggarakan berdasarkan pendekatan
berikut:
a.
Berdasarkan

Masalah

(Problem

Based), yakni

prosespelatihan

didekatkan pada permasalahan nyata yang ada di lapangan.


b. Berdasarkan Kompetensi (Competency Based), yakni proses pelatihan
selalu berupaya untuk mengembangkan keterampilan berjenjang langkah
demi langkah menuju kemampuan paripurna.
c. Pembelajaran Orang Dewasa (Adult Learning), yakni proses pelatihan
yang diselenggarakan dengan pendekatan pembelajaran orang dewasa,
yang selama pelatihan peserta berhak untuk:
1. Didengarkan dan dihargai pengalamannya.
2. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam
konteks pelatihan.
3. Dihargai keberadaannya.
d. Pembelajaran Dengan Melakukan (Learning by Doing), yang
memungkinkan peserta untuk:
1. Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan
dengan menggunakan metode pembelajaran antara lain diskusi
kelompok, studi kasus, simulasi, role play (bermain peran), dan
latihan (exercise) baik secara individu maupun kelompok.
2. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.

III.3.4.

Bagaimana

hubungan

peran

dukun

beranak

dengan

cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi


kebidanan?
Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran dan
tanggungjawab masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi pengertian bahwa
37

perandukun bayi tidak kalah penting dibandingkan perannya dahulu.


Prosesperubahan peran dukun menuju peran barunya yang berbeda,
memerlukansuatu adaptasi dan hubungan interpersonal yang baik antara bidan
dukun.
Di dalam konsep kemitraan bidan dengan dukun, dukun bayi perlu
diberikanwawasan dalam bidang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, terutama
tentangtanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta persiapan
yangharus dilakukan oleh keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi.

Peran Bidan dan Dengan Dukun Dalam Pelaksanaan Kemitraan


1. Periode Kehamilan

38

Tabel 11. Peran Bidan dan Dengan Dukun Periode Kehamilan


2.

Periode Persalinan

39

Tabel 12. Peran Bidan dan Dengan Dukun Periode Persalinan


3.

Periode Nifas

Tabel 13. Peran Bidan dan Dengan Dukun Periode Nifas


SUMBER: Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun
40

III.3.5. Apa yang dimaksud dengan lahir cukup bulan?


Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259 -293 hari)
III.4.

Pulang dari Puskesmas, Ny. A bertemu dengan seorang kader Posyandu yang

menanyakan mengapa Ny. A tidak membawa anak balitanya ke Posyandu, untuk


mendapatkan vitamin A secara berkala.
III.4.1. Apa manfaat pemberian vitamin A secara berkala?
Pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi secara berkala ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan terhadap vitamin A, mencegah defisiensi vitamin A, dan
untuk membangun cadangan vitamin A dalam hati.

Selain itu vitamin A

memiliki manfaat lainnya yaitu :


Mengurangi angka kematian:

Mengurangi kematian akibat infeksi campak hingga 50%.

Mengurangi kematian akibat diare hingga 40%

Mengurangi seluruh angka kematian anak hingga 25%

Mengurangi angka kesakitan:

Mengurangi jumlah kunjungan dokter dan angka rawat jalan karena


anak menjadi lebih jarang sakit.

Mengurangi angka rawat inap di rumah sakit.

Berkontribusi terhadap tingkat kesejahteraan anak dan keluarga.

Keuntungan kesehatan lainnya:

Mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan

Mencegah cacat bawaan pada janin

Mencegah kanker epithelial dan kanker lainnya.

Meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi

Mencegah anemia

Pertumbuhan dan Perkembangan


Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin
A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada
anak anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam
pertumbuhannya. Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai
asam retinoat.
41

Reproduksi
Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur
dan perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A
dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah
mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam
melahirkan. Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel
epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga
berpengaruh dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru,

payudara dan kandung kemih.


Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia.
Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody
yang bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada
tubuh seseorang

III.4.2. Bagaimana jadwal pemberian vitamin A pada anak balita?


Suplementasi Vitamin A
Kapsul vitamin A yang digunakan dalam kegiatan suplementasi vitamin A
adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi

BAB II Tabel 14. Supplementasi Vitamin A


Sasaran Suplementasi Vitamin A
Sasaran suplementasi Vitamin A adalah sebagai berikut:

Sasar
42

Tabel 15. Sasaran Supplementasi Vitamin A


3
Suplementasi Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita
1. Waktu pemberian suplementasi Vitamin A dosis tinggi untuk bayi dan
anak balita
Suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh anak balita
umur 6-59 bulan secara serentak:

Untuk bayi umur 6-11 bulan pada bulan Februari atau Agustus
Untuk anak balita umur 12-59 bulan pada bulan Februari dan Agustus

2. Tenaga yang memberikan suplementasi Vitamin A pada bayi dan anak


balita

Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll)


Kader terlatih

3. Cara Pemberian
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu balita
apakah pernah menerima kapsul Vitamin A pada 1 (satu) bulan
terakhir.
Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita:

Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah

(200.000 SI) untuk balita


Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul (dan tidak

membuang sedikitpun isi kapsul)


Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung satu
kapsul untuk diminum

4. Tempat pemberian

Sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas


pembantu (Pustu), polindes/poskesdes, balai pengobatan, praktek

dokter/bidan swasta)
Posyandu

43

Sekolah Taman Kanak-kanak, Pos PAUD termasuk kelompok bermain,


tempat penitipan anak, dll

Catatan :
Pemberian kapsul vitamin A pada bulan Februari dan Agustus dapat
diintegrasikan dengan pelaksanaan program lain seperti kegiatan Kampanye
Campak (Measles Campaign), malaria, dll untuk meningkatkan cakupan
masing-masing program

III.4.3. Bagaimana promosi kesehatan pada kasus?


Langkah-langkah pelaksanaaan promosi kesehatan di DBK dibedakan atas dua
kelompok:
1. Langkah-langkah Promosi Kesehatan di Puskesmas
Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada dasarnya adalah
penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana,
dan advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas.
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan dilaksanakan oleh para petugas kesehatan yang
melayani pasien/pengunjung (perawat, bidan, laboran, penata
rontgen, apoteker, dan lain-lain). Pemberdayaan dilaksanakan di
berbagai kesempatan, terintegrasi dalam pelayanan masing-masing
petugas kesehatan kepada pasien/pengunjung.
Pada kasus ini kader kesehatan betugas memberikan
pengetahuan kepada pasien/pengunjung tentang pentingnya
ante natal care bagi ibu hamil. Pemberitahuan ini dapat
dilakukan dalam bentuk penyuluhan, pamflet, atau dapat juga
membentuk suatu kelompok.
b. Bina Suasana
Bina suasana di Puskesmas selain dilakukan olehfasilitator, juga
oleh pemuka/tokoh yang diundanguntuk menyampaikan pesanpesan.

Para

pemuka/tokoh

berperan

sebagai

motivator/kelompokpendorong (pressure group) dan juga panutan


dalammempraktikkan PHBS di Puskesmas.Bina suasana juga dapat
dilakukan

denganpemanfaatan

media

seperti

billboard

di

halaman,poster di dinding ruangan, pertunjukan filem,pemuatan


44

makalah/berita di majalah dinding, sertapenyelenggaraan diskusi,


mengundang pakar ataualim-ulama atau figur publik untuk
berceramah,pemanfaatan halaman untuk taman obat/taman gizidan
lain-lain.
Bina suasana terdapat dalam 3 bentuk, yaitu: (1). Bina Suasana
Individu, (2) Bina Suasana Kelompok, (3) Bina Suasana Publik.
Pada kasus ini, kita dapat melakukan bina suasana untuk
permasalahan ante natal care:
- Bina Suasana Individu: kita meminta bantuan
tokoh/pemuka yang dipercaya pada desa Ny. A
sebagai motivator untuk pendorong

dan juga

panutan dalam mempraktikkan pentingnya ante


-

natal care untuk ibu hamil.


Bina Suasana Kelompok: kita membentuk/meminta
suatu kelompok sebagai contoh dan panutan dalam

melakukan ante natal care.


Bina Suasana Publik: kita dapat mencontohkan
pentingnya ante natal care melalui media massa, baik

langsung maupun elektronik.


c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dan KepalaPuskesmas terhadap
pembuat

kebijakandan

merekaberperanserta

pemuka/tokoh

dalam

kegiatan

masyarakat
pembinaan

agar
PHBS

diPuskesmas.Para pembuat kebijakan misalnya, harusmemberikan


dukungan kebijakan/pengaturandan menyediakan sarana agar
PHBS diPuskesmas dapat dipraktikkan. Para pemuka/tokoh
masyarakat diharapkan untukikut serta melakukan motivasi
terhadappasien/pengunjung institusi kesehatan,berperan sebagai
kelompok pendorong danberperilaku sebagai panutan dalam hal
PHBSdi Puskesmas.
Advokasi juga dilakukan terhadap parapenyandang dana, termasuk
pengusaha, agarmereka membantu upaya pembinaan PHBS
diPuskesmas.Kegiatan-kegiatan

pemberdayaan,

bina

suasana,

danadvokasi di Puskesmas tersebut di atas harus didukung


olehkegiatan-kegiatan (1) bina suasana PHBS di Puskesmasdalam
lingkup yang lebih luas (kabupaten/kota dan provinsi)dengan
45

memanfaatkan media massa berjangkauan luasseperti surat kabar,


majalah, radio, televisi dan internet;serta (2) advokasi secara
berjenjang dari dari tingkat provinsike tingkat kabupaten/kota dan
dari tingkat kabupaten/kotake kecamatan.
2. Langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat.
Sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan kegiatan promosikesehatan,
petugas Puskesmas dan fasilitator mengajak ForumDesa merekrut atau
memanggil kembali kader-kader kesehatanyang ada. Selain itu, juga untuk
mengupayakan

sedikit

dana

(danadesa/kelurahan

atau

swadaya

masyarakat) guna keperluan pelatihankader kesehatan. Selanjutnya,


pelatihan kader kesehatan olehfasilitator dan petugas Puskesmas dapat
dilaksanakan.
Segera setelah
biayaoperasional

itu,

kegiatan-kegiatan

seperti

penyuluhan

yang
dan

tidak

memerlukan

advokasi

dapat

dilaksanakan.Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan dana


dilakukanjika sudah tersedia dana, apakah itu dana dari swadaya
masyarakat,dari donatur (misalnya pengusaha), atau dari pemerintah,
termasukdari desa /kelurahan.
Promosi kesehatan dilaksanakan dengan pemberdayaan keluargamelalui
Dasawisma, yang didukung oleh bina suasana dan advokasi.
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan individu dilaksanakan dalam berbagaikesempatan,
khususnya pada saat individu-individuanggota rumah tangga
berkunjung

danmemanfaatkan

upaya-upaya

kesehatan

bersumbermasyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes,dan


lain-lain, melalui pemberian informasi dankonsultasi. Dalam
kesempatan ini, para kader (danjuga petugas kesehatan) yang
bekerja di UKBMharus berupaya meyakinkan individu tersebut
akanpentingnya mempraktikkan PHBS berkaitan denganmasalah
kesehatan yang sedang dan atau potensialdihadapinya.
Pemberdayaan keluarga dilaksanakan melaluikunjungan ke rumah
tangga dan konsultasi keluargaoleh para kader kesehatan. Juga
melalui

bimbinganatau

tersebutmembutuhkan

pendampingan
(misalnya

ketika

tatkala

keluarga
membangun

jamban,membuat taman obat keluarga dan lain-lain).


46

Dalam

hal

ini,

fasilitator

Puskesmasmengorganisasikan

para

dan
kader

petugas
kesehatan

denganmembagi tugas dan tanggung jawab melaluipendekatan


Dasawisma. Seorang atau dua orangkader diberi tugas dan
tanggung jawab untukmembina PHBS 510 rumah tangga.
b. Bina Suasana
Bina suasana diawali dengan advokasi olehfasilitator dan petugas
Puskesmas untuk menggalangkemitraan. Advokasi dilakukan
terhadap

parapemuka

atau

tokoh-tokoh

masyarakat,

termasukpemuka agama dan pemuka adat serta parapengurus


organisasi kemasyarakatan di tingkat desadan kelurahan seperti
pengurus Rukun Warga/RukunTetangga, pengurus PKK, pengurus
pengajian,pengurus arisan, pengurus koperasi, pengurusorganisasi
pemuda (seperti Karang Taruna) danlain-lain.
Keberhasilan advokasi dan penggalangan

kemitraanakan

memotivasi para pemuka atau tokoh-tokohmasyarakat tersebut


untuk

berperan

aktif

dalam

binasuasana,

dalam

rangka

menciptakan opini publik,suasana yang kondusif dan panutan di


tingkat desadan kelurahan bagi dipraktikkannya PHBS oleh
rumahtangga.

Para pengurus

termotivasi

untuk

organisasi kemasyarakatanjuga

mendorong

anggotaanggotanyaagar

mempraktikkan PHBS.
Bina suasana juga dapat dilakukan denganpemanfaatan media
seperti pemasangan spandukdan atau billboard di jalan-jalan
desa/kelurahan,penempelan
strategis,pembuatan

dan

poster
pemeliharaan

di
taman

tempat-tempat
obat/taman

gizipercontohan di beberapa lokasi, serta pemanfaatanmedia


tradisional.
c. Advokasi
Sebagaimana disebutkan di atas, advokasi dilakukanoleh fasilitator
dan petugas Puskesmas terhadappara pemuka masyarakat dan
pengurus organisasikemasyarakatan tingkat desa dan kelurahan,
agarmereka berperanserta dalam kegiatan bina suasana.Di samping
itu, advokasi juga dilakukan terhadappara penyandang dana,

47

termasuk pengusaha, agarmereka membantu upaya pengembangan


kesehatanmasyarakat desa/kelurahan.
III.4.4.

Apa anjuran kepada ibu yang balitanya belum mendapatkan imunisasi

lengkap?
Melanjutkan imunisasi yang tertunda tersebut.

48

Anda mungkin juga menyukai