perubahan besar pada komposisi antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi
perubahan kecil komposisi antigenik yang disebut antigenic drift. Perubahan perubahan
inilah yang bisa menyebabkan epidemi atau bahkan pandemi. ). Virus influenza B adalah
jenis virus yang hanya menyerang manusia, sedangkan virus influenza C, jarang ditemukan
walaupun dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Jenis virus influenza B dan
C jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemis. Terdapat 15 jenis subtipe HA dan 9
jenis subtipe NA. Dari berbagai penelitan seroprevalensi secara epidemiologis menunjukkan
bahwa beberapa subtipe virus influenza A telah menyebabkan wabah pandemi antara lain
H7N7 (1977), H3N2 (1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918), H3N8 (1900), dan H2N2 (1889).
Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan
spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan
menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel
hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat
bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali
sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil
dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan di
dalam sel gastrointestinal .Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan
serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005). Fase penempelan (attachment) adalah fase yang
paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk
melanjutkan replikasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan
dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya.
Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang
ada pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali dan terikat
pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosakharida yang
-2,3- Gal),-2,3-galactose (SA mengandung N-acethylneuraminic acid dimana molekul ini
berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia. - 2,6-galactoseReseptor yang ada pada
permukaan sel manusia adalah SA -2,6-Gal), sehingga secara teoritis virus flu burung tidak
bisa(SA menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian,
dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat dirubah
sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5N1. Potensi virus H5N1 untuk
melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat varian-varian
baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar manusia ke manusia .
Flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran
unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air minum dan pasokan makanan yang
telah terkontaminasi oleh kotoran yang terinfeksi flu burung. Di peternakan unggas,
penularan dapat terjadi secara mekanis melalui peralatan, kandang, pakaian ataupun sepatu
yang telah terpapar pada virus flu burung (H5N1) juga pekerja peternakan itu sendiri. Jalur
penularan antar unggas di peternakan, secara berurutan dari yang kurang berisiko sampai
yang paling berisiko adalah melalui pergerakan unggas yang terinfeksi ,kontak langsung
selama perjalanan unggas ke tempat pemotongan ,lingkungan sekitar (tetangga) dalam radius
1 km, kereta/lori yang ,digunakan untuk mengangkut makanan, minuman unggas dan lainlain ,kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan alat-alat . Penularan virus flu burung
dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan kotoran unggas yang
terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh
kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Orang yang berisiko tinggi tertular flu
burung adalah pekerja di peternakan ayam ,pemotong ayam ,orang yang kontak dengan
unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung orang yang menyentuh produk unggas
yang terinfeksi flu burung ,populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian
unggas akibat flu burung. Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk
menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu menulari orang
lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan tidak
berkelanjutan. (Radji, 2006)
Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas. Virus ini kemudian
bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi deskuamasi lapisan
epitel saluran napas.Pada tahap infeksi awal, respons imun innate akan menghambat replikasi
virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure, respons imun adaptif yang bersifat antigen
spesific mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons yang lebih
cepat. Replikasi virus akan merangsang pembentukan proinflammatory cytokine termasuk
IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya
menyebabkan gejala sistemik seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada umumnya influenza
merupakan penyakit yang self limiting & virus terbatas pada saluran napas. Pada keadaan
tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos masuk sirkulasi darah &
ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang menginfeksi maka situasi akan
berbeda.Imunitas terhadap virus subtipe baru yang sama sekali belum terbentuk dapat
menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat. Sistem imunitas belum memiliki
immunological memory terhadap virus baru. Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki
tingkat virulensi atau patogenisitas yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe virus yang
berbeda akan menyebabkan respons imun & gejala klinis yang mungkin berbeda. Diketahui
bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi pembentukan sitokin yang berlebihan
(cytokine storm) untuk menekan replikasi virus, tetapi justru hal ini yang menyebabkan
kerusakan jaringan paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus berupa pneumonitis
intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar, mobilisasi sel
sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin dan juga
fibroblast. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis
keadaan ini dikenal dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen
terganggu, terjadi hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi
secara cepat & penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang
ireversibel.(Emedicine,2009)
IV. KLASIFIKASI
Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH
Thailand, 2005)
Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
V. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala
A. Gejala pada unggas.
- Jengger berwarna biru
- Borok dikaki
- Kematian mendadak
B. Gejala pada manusia.
- Demam (suhu badan diatas 38o C)
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
- Infeksi mata
- Nyeri otot
manifestasi klinis avian influenza pada manusia terutama terjadi di system respiratorik mulai
dari yang ringan sampai yang berat. Manifestasi klinis avian influenza secara umum sam
dengan gejala ILI (influenza like illness), yaitu batuk, pilek, dan demam. Gejala lain berupa
sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, dan malaise.
Adapun keluhan gastrointestinal berupa diare dan keluhan lain berupa konjungtivitis.
Spektrum klinis bisa sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, flu ringan hingga berat,
pneumonia, dan banyak yang berakhir dengan ARDS (acute respiratory distress syndrome).
kelainan laboratorium hematologi yang hampir selalu dijumpai adalah lekopenia, limfopenia
dan trombositopenia. Kelainan foto thoraks bisa berupa infiltrate bilateral luas infiltrate difus,
multilokal atau tersebar (Pathcy) atau terdapat kolaps lobar.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera
mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
Uji Serologi :
1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen
dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan
titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari
ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI
sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3. Uji penapisan
Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan
leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah.
Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum
dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal.
Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung.
Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan
lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu
burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
5. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk
mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas ditandai
dengan dispnea, saat diaskultasi terdengar ronci, klien mengeluh batuk berdahak.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
37,50C, akral teraba panas, takipnea.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan takipnea, kilen
tampak menggunakan otot bantu pernafasan ,RR> 20 x /menit.
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar
ditandai dengan dispnea, pemeriksaaan AGD abnormal, saturasi oksigen <95%. 5. Diare
berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan bising usus hiperaktif, karakteristik feces
encer, defekasi > 3kali perhari.
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan klien mengeluh
nyeri otot(myalgia), takipnea.
7. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan iritasi virus ditandai dengan
konjungtivitis, klien mengeluh sakit mata.
8. Resiko cedera berhubungan dengan fungsi regulatori terganggu
9. Kelelahan berhubungan dengan stadium penyakit ditandai dengan klien tampak lelah, klien
tampak tidak bertenaga.
10. Ansietas berhubungan dengan terpapar lingkungan ditandai dengan pasien tampak gelisah
dan tampak cemas
11. PK infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Emedicine.2009. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2004014-manajemen-kliniskasus-flu-burung/#ixzz1RzrYHgri. I diakses pada 13 Juli 2011
Ester, Monica. 2011. NANDA internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC
Depkes, Litbang. 2008. Flu Burung.
www.litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burung.pdf diakses : 13 juli 2011
Radji ,Maksum . 2006. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus 2006, 55 65.
Jakarta: UI
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V.Jakarta : Interna
Publishing
WWW.CDC.COM (diakses pada tanggal : 13 juli 2011)
Kesimpulan
Flu burung di definisikan sebagai penyakit yang di sebabkan oleh virus influenza A subtype
H5N1 yang menyerang burung , unggas , ayam yangf dapat menyerang manusia dengan
gejala demam lebih dari 38 C , batuk , pilek , nyeri otot , nyeri tenggorokan . namun gejala
ini harus di terapkan pada seseorang yang pernah kontak dengan binatang tersebut dalam
tujuh hari terakhir. Terutama jika unggas tersebut menderita sakit atau mati . Virus ini dapat
menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun
demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan
hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu
dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga
perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau
dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau
menyentuh bahan makanan mentah.Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau
ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi
risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat
membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi
patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati
mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung.
Daftar pustaka
Potter and Perry. Fundamental Dalam Keperawatan. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC. 2006
Dongoes M, Geissler A, Moorhouse M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:
EGC. 2000
Mahdiana,Ratna. Mengenal Mencegah dan Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi.Citra
Pustaka : Yogyakarta . 2010
Widoyono. Penyakit Tropis Epidemologi,Penularan , Pencegahan ,dan Pemberantasannya.
Erlangga : Jakarta .2005.
www.komnasfbpi.go.id
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-myocarditis.html
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-meningitis.html
http://www.totalkesehatananda.com/encephalitis1.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Radang_paru-paru
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/148_08AvianInfluenzaFluBurung.pdf/148_08AvianInflue
nzaFluBurung.html
Diposkan oleh dewi_rosandi di 22.27
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
glitter
twitter terbang
Blog Archive
2012 (4)
2011 (6)
o
November (6)
Penyakit Gastritis
Askep Apendiktomi
penyakit tuberkulosis
Pengikut
Mengenai Saya
dewi_rosandi
Lihat profil lengkapku
kalender
Free Calendar
title
YM
jam
kursor