TINJAUAN PUSTAKA
kolitis dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari kolitis
ulseratif. Pendekatan yang direkomendasikan untuk seseorang dengan risiko
tinggi dari karsinoma kolorektal pada kolitis ulseratif dengan mengunakan
kolonoskopi untuk menentukan kebutuhan akan total proktokolektomi pada pasien
dengan kolitis yang durasinya lebih dari 8 tahun. Sebuah studi prospektif
menyimpulkan bahwa kolektomi yang dilakukan dengan segera sangat esensial
untuk semua pasien yang didiagnosa dengan displasia yang berhubungan dengan
massa atau lesi, yang paling penting dari analisa mendemonstrasikan bahwa
diagnosis displasia tidak menyingkirkan adanya invasif karsinoma.12
2.3.2.2 Penyakit Crohns
Pasien yang menderita penyakit Crohns mempunyai risiko tinggi untuk
menderita karsinoma kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan
kolitis ulseratif. Keseluruhan insiden dari karsinoma yang muncul pada penyakit
Crohns sekitar 20%. Telah dilaporkan juga bahwa karsinoma sel skuamous dan
adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien dengan Crohns disease.9
2.3.3 Faktor Genetik
2.3.3.1 Riwayat Keluarga
Sekitar 15% dari seluruh karsinoma kolon muncul pada pasien dengan
riwayat karsinoma kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga
terdekat yang mempunyai karsinoma kolorektal mempunyai kemungkinan untuk
menderita karsinoma kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan
seseorang yang tidak memiliki riwayat karsinoma kolorektal pada keluarganya.12
2.3.3.2 Herediter Karsinoma Kolorektal
10
penelitian,
meskipun
terdapat
juga
penelitian
yang
tidak
menunjukkan adanya hubungan antara serat dan karsinoma kolorektal. Ada dua
hipotesis yang menjelaskan mekanisme hubungan antara diet dan risiko
karsinoma kolorektal. Teori pertama adalah pengakumulasian bukti epidemiologi
untuk asosiasi antara resistensi insulin dengan adenoma dan karsinoma kolorektal.
11
12
Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah
kali untuk menderita adenoma yang berukuran besar.14
Diperkirakan 5000-7000 kematian karena karsinoma kolorektal di
Amerika dihubungkan dengan pemakaian rokok. Pemakaian alkohol juga
menunjukkan hubungan dengan meningkatnya risiko karsinoma kolorektal.14
Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas,
obesitas dan asupan energi dengan karsinoma kolorektal. Interaksi antara obesitas
dan aktifitas fisik menunjukkan penekanan pada aktifitas prostaglandin intestinal,
yang berhubungan dengan risiko karsinoma kolorektal. The Nurses Health Study
telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan
terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan
meningkatkan risiko terjadinya adenoma.6,14
2.3.6 Usia
Proporsi dari semua karsinoma pada orang usia lanjut ( 65 tahun) pria
dan wanita adalah 61% dan 56%. Frekuensi karsinoma pada pria berusia lanjut
hampir 7 kali (2158 per 100.000 orang per tahun) dan pada wanita berusia lanjut
sekitar 4 kali (1192 per 100.000 orang per tahun) bila dibandingkan dengan orang
yang berusia lebih muda (30-64 thn). Sekitar setengah dari karsinoma yang
terdiagnosa pada pria yang berusia lanjut adalah karsinoma prostat (451 per
100.000), karsinoma paru-paru (118 per 100.000) dan karsinoma kolon (176 per
100.000).12 Insidensi berdasarkan usia dibawah 20 tahun sebesar 0,0%, 20-34
tahun sebesar 0,9%, 35-44 tahun sebesar 3,5%, 45-54 tahun sebesar 10,9%, 55-64
13
tahun sebesar 17,6%, 65-74 tahun sebesar 25,9%, 75-84 tahun sebesar 28,8%, dan
> 85 sebesar 12,3%.15
2.3.7 Patofisiologi
Patofisiologi kanker rektum
Mukosa pada usus besar beregenerasi kurang lebih setiap 6 hari. Sel-sel kripte
bermigrasi dari dasar kripte menuju permukaan dimana sel-sel ini akan mengalami
deferensiasi dan meturasi yang kemudian akan kehilangan kemampuan bereplikasi. Jenis
karsinoma kolorektal yang paling berpengaruh yaitu adenokarsinoma. Tahap dari
adenoma menjadi karsinoma dapat diketahui secara jelas dalam literatur ilmiah yang ada.
Adenoma kolon mendahului adenokarsinoma. Pada sekitar 10% adenoma akan menjadi
adenokarsinoma. Proses ini membutuhkan waktuh ingga 10 tahun.
Terdapat tiga jalur dalam perkembangan terjadinya karsinoma kolon dan
rektum:
dari inaktivasi gen APC, yang menyebabkan replikasi seluler tidak terkontrol pada
permukaan kripte. Dengan adanya peningkatan pembelahan seluler, mutasi lebih jauh
terjadi, menyebabkan terjadinya aktivasi onkogen K-ras pada tahap-tahap awal dan
14
mutasi p53 pada tahap lanjut. Hilangnya secara kumulatif fungsi gen supresor tumor
mencegah terjadinya apoptosis dan memperpanjang lama hidup sel secara tak terbatas.
Apabila mutasi APC diturunkan, akan menyebabkan sindroma poliposis adenomatus
familial.
Secara histologis, adenoma diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: adenoma
tubular, tubulovilosa, dan vilosa. Mutasi K-ras dan instabilitas mikrosatelit telah diketahui
terjadi pada polip hiperplastik. Oleh sebab itu, polip hiperplastik bisa jadi menjadi lesi
potensial menjadi keganasan pada berbagai derajatnya.
Jalur karsinogenik lain yang umum melibatkan mutasidalam DNA mismatch
repair genes. Beberapa dari gen ini telah teridentifikasi, di antaranya yaitu hMLH1,
hMSH2, hPMS1, hPMS2, dan hMSH6. Mutasi pada gen ini mengganggu repair DNA.
Kesalahan dalam replikasi ini ditemukan pada sekitar 90% HNPCC dan 15% pada kanker
kolon dan rektum yang sporadik. Jalur karsinogenik yang lainnya dapat diketahui dalam
proses inflammatory bowel disease. Inflamasi kronis seperti pada kolitis ulseratif dapat
mengakibatkan perubahan genetik yang akan menyebabkan terjadinya displasia dan
pembentukan karsinoma.19
Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada karsinoma rektum antara
lain ialah:3,4,5,16
Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
segar maupun yang berwarna hitam.
15
Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.
2.4.2
Histologi
Histologi merupakan suatu faktor penting dalam hal etiologi, penanganan
cenderung
mempunyai
morfologi
yang
heterogen.
Gambaran
16
Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
segar maupun yang berwarna hitam.
Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi karsinoma
rektal, diantaranya ialah :3,4,5,14,16
17
18
1) Dapat pula dengan Barium Enema, yaitu Cairan yang mengandung barium
dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto Rontgen pada traktus
gastrointestinal bawah.3,4
19
3) Kolonoskopi yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan
sigmoid apakah terdapat polip,karsinoma atau kelainan lainnya. Alat
kolonoskop dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau
sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.2,3
4) Biopsi. Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
dilakukan. Secara patologi anatomi, adenokarsinoma merupakan jenis yang
paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari karsinoma usus besar. Jenis
lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, karsinoid tumor, adenosquamous
carcinomas, dan undifferentiated tumors.2,3
5) CT scan. Prosedur pemeriksaan CT Scan adalah sebagai berikut: pemotretan
awal / permulaan dilakukan dengan tabung yang di biarkan diam, sedangkan
pasien dengan mejanya yang tidak digerakkan. Hasilnya adalah sama dengan
foto roentgen biasa. Ini disebut topogram atau skanogram.2,3
Gambaran yang bisa terlihat pada CT Scan meliputi:
Tumor rektum terlihat sebagai massa fokal dengan densitas seperti soft
tissue di samping lumen rectum yang berisi gas atau zat kontras larut air
per oral Gastrografin 1%. Jika dengan kontras, maka digunakan
20
21
22
diperiksa.
Pasien claustrofobi ( takut ruang sempit ), perlu anestesi umum.
23
Staging
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM
Stadium
Deskripsi
24
25
2.5.3
Metastasis
Metastasis ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada
saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.
Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal,
ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik
dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase karsinoma
rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon
26
dimana jalur limfatik dan vena menuju vena porta, maka metastase karsinoma
kolon pertama kali paling sering di hepar.6
Organ yang paling sering menjadi lokasi metastasis jauh karsinoma rektum
adalah hepar. Metastasis hepar terlihat pada CT Scan sebagai daerah hipodens
berbatas tegas (dibandingkan dengan parenkim hepar normal) pada fase vena
portal, setelah injeksi kontras intravena. Pada fase arterial yang lebih awal,
metastasis hepar dapat terlihat sebagai rim enhancement atau hiperdens atau
isodens dibandingkan parenkim hepar normal.1
Gambar 15.CT scan potongan aksial hepar dengan kontras, terlihat lesi hipodens
pada lobus kanan hepar yang merupakan metastasis adenokarsinoma rektum.1
27
Metastasis hepar dapat dioperasi reseksi jika ukurannya kecil (<3 cm),
berjumlah <3, dan lokasi yang dapat dijangkau. Jika tidak sesuai untuk dilakukan
reseksi maka dapat dilakukan intra-arterial chemotherapy.1
Metastasis pulmo lebih sering ditemukan pada karsinoma rektum letak
bawah daripada letak atas atau karsinoma kolon. Hal ini terjadi karena tumor
rektum letak bawah didrainase menuju vena sistemik (melalui vena iliaca interna)
dan tidak menuju sistem vena porta (melalui vena mesenterica inferior atau
superior), yang terjadi pada tumor kolon dan rektum letak atas. Oleh karena itu,
pada tumor rektum letak rendah sering ditemukan metastasis ke pulmo tetapi tidak
ke hepar.1
Organ-organ lain yang sering menjadi lokasi metastasis termasuk kelenjar
adrenal, peritoneum, dan omentum. Metastasis adrenal ditandai dengan
pembesaran (>2cm), asimetri, dan heterogenitas. Metastasis pada tulang dan otak
termasuk jarang.1
2.6 PENATALAKSANAAN
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien karsinoma rektum. Beberapa
adalah terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga
terapi standar untuk karsinoma rektum yang digunakan antara lain ialah :9
2.6.1
Pembedahan
28
2.6.2
Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus karsinoma rektum
stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum
29
Kasus T3N0-1 PTV (standard risk) 45 Gy dengan 1,8 Gy/fraksi, PTV (high-
b. Pascaoperatif
30
Pada kasus dengan batas margin positif/ gross residual disease, dosis
diberikan antara 54 60 Gy. Untuk teknik IMRT dengan simultaneous integrated
boost (SIB) dapat dipertimbangkan pemberian dosis seperti contoh berikut:
2.6.3
Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya
menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut
dan Stadium III). Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU)
dikombinasikan dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas
bulan. 5-FU merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon.
Kemoterapi lainnya, levamisole, (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi
substitusi bagi leucovorin. Menurunkan angka kekambuhan kira kira 15% dan
menurunkan angka kematian kira kira sebesar 10%.3,4,14
2.7 PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk karsinoma rektum adalah
sebagai berikut :4
a. Stadium I - 72%
b. Stadium II - 54%
c. Stadium III - 39%
31
d. Stadium IV - 7%
Lima puluh persen dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat
berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih
sering terjadi pada. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun
pertama setelah operasi. Faktor faktor yang mempengaruhi terbentuknya
rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan kemapuan
untuk memperoleh batas - batas negatif tumor.4