Saat ini Negara kita sedang diributkan dengan masalah rencana pemilihan kepala daerah
secara tidak langsung. Masalah ini melahirkan pro kontra didalam masyarakat. Banyak yang
kontra dan tidak sedikit yang pro. Masyarakat beradu argumen tentang kebijakan ini. Masyarakat
mengkritisi, menarik kesimpulan, dan menyerukan pendapatnya diberbagai media. Jika recana
pemilihan kepala daerah secara tidak langsung disetujui maka beberapa hak rakyat untuk
berpartisipasi dalam demokrasi dipastikan hilang.
Menghilangkan hak memilih rakyat untuk menetukan pemimpinnya
Kita mengetahui salah satu hak dari masyarakat dalam berpolitik adalah hak untuk
memilih dan dipilih. Ini dilindungi oleh pasal 43 ayat 1 UU HAM yang mengatakan setiap
warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan
hak melalui pemungutan suara yang berlangsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu juga
menyatakan bahwa negara yang sudah berusia 17 tahun atau sudah/pernah kawin punya hak
memilih. Maka jika menyetujui tentang pilkada tidak langsung secara tidak langsung juga
melanggar HAM.
Alasan dari pemilihan langsung
-
Ketika masyarakat tidak punya gambaran dan tidak ada minat untuk memilih, dengan
turunnya calon pemimpin ke lapangan dan berorasi rakyat menjadi dekat dengan calon
pemimpinnya. Memberikan keluhan dan masukan untuk kepimipinan yang akan datang. Dan
-
rakyat akan merasa tidak ada jarak antara pemimpin dan yang dipimpin.
Degan turun ke lapangan mengetahui apa yang perlu diperbaiki
Setelah melihat dengan mata kepala sendiri calon pemimpin memiliki gambaran apa yang
akan dilakukan setelah ia terpilih. Memperbaiki segala sesuatu yang kacau dan
mempertahankan yang sudah baik.