Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

ANALISA KASUS
Dilaporkan suatu kasus Ny. P, 32 tahun, G4P3 A0H2, seorang ibu rumah
tangga datang dengan keluhan utama nyeri perut menjalar hingga ke pinggang (+),
keluar air-air (+). Datang ke IGD RSUD Raden Mattaher pukul 09.25. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan didpatkan posisi bayi dalam keadaan letak obliq dan
disarankan untuk dilakukan operasi cito disebabkan malposisi janin.
Pada tinjauan kasus didapatkan hasil TTV TD : 120/80 mmHg, RR : 22
x/menit, suhu : 36,1oC, nadi : 82 x/menit, conjungtiva tidak anemis, Leopold I :
TFU 32cm, teraba bagian terkecil, Leopold II : Pada perut ibu sebelah kiri teraba
lunak, bulat, (bokong), bagian kanan perut ibu terba bulat, keras, melenting
(kepala), Leopold III : Bagian bawah tidak teraba bulat, keras (kepala), teraba
kosong, Leopold IV : 5/5, Auskultasi : DJJ (+) 126 x/menit, teratur.
Pada konsep manajemen kebidanan dengan letak lintang didapatkan
keadaan umum baik, TTV dalam batas normal, Leopold I pada fundus tidak teraba
bulat, keras, melenting (kepala), leopold II bagian kanan/kiri perut ibu teraba
bagian bulat, keras, melenting (kepala) dan bagian kanan/kiri perut ibu teraba
bulat lunak tidak melenting(bokong), leopold III Pada bagian bawah perut ibu
tidak teraba bulat, keras, melenting (kepala), teraba kosong. Auskultasi terdengar
DJJ (+) 120 160x/menit, teratur dan pada pemeriksaan penunjang dilakukan
USG. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan kehamilan letak lintang pada Leopold
1 fundus rendah dari seharusnya tua kehamilan, leopold II kepala teraba pada
bagian kanan dan kiri perut, leopold III teraba kosong.
Pada kasus ini juga didapatkan ketuban pasien pecah 4 jam SMRS,
sehingga air ketuban akan segera berkurang dengan cepat dengan volume sisa
yang sedikit atau disebut juga dengan oligohidroamnion. Sehingga tindakan versi
luar tidak dapat dilakukan. Versi luar dapat dilakukan pada saat awal persalinan
dengan membran amnion yang masih utuh. Maka dipilih sectio cessarea sebagai
tindakan yang paling aman bagi ibu dan bayi.
41

42

Tindakan operasi sectio cessarea

menjadi masalah potensial dan

kebutuhan bagi Ny P karena pada pemeriksaan didapatkan malposisi janin


yaitu letak obliq. Tindakan ini dikuatkan dengan teori dari buku acuan nasional
pelayanan kesehatan meternal neonatal menjelaskan bahwa indikasi dilakukannya
sectio cessarea pada ibu yaitu CPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak,
plasenta previa, rupture uteri mengancam dan partus lama, malposisi.Tindakan
MOW dilakukan setelah diberikan Informed Choice tentang KB dan Informed
Consent kepada ny. P dan suami, sehingga ny. P dan suaminya mengerti dan setuju
Pada tinjauan kasus untuk catatan perkembangan disebutkan bahwa ibu
bersalin dengan persalinan per abdominal karena posisi janin letak obliq, untuk
persalinan pervaginam dan versi luar sudah tidak dilakukan karena akan
mengancam kematian ibu dan janin. Dikuatkan dengan teori bahwa kehamilan
letak lintang/obliq maka kehamilan harus segera diakhiri dengan jalan operasi
sectio cessarea karena, tidak bisa dicobacoba untuk melahirkan dengan cara
normal karena dapat mengakibatkan cedera pada bayi maupun kematian ibu dan
janin .

42

43

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu
panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk didalamnya bila
janin dalam posisi oblique). Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin
tidak dapat didorong ke atas tanpa merobekkan uterus. Letak lintang (Trasverse
Lie)

adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu

searah tegak lurus atau mendekati 90. Jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini
tajam disebut oblique lie atau letak mengolak yang terdiri dari deviated head
presentation (letak kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak
bokong mengolak), akan tetapi letak mengolak ini biasanya hanya sementara atau
tidak stabil.
Penegakkan diagnosa pada pasien ini sudah tepat, sesuai dengan tanda
letak obliq + oligohidroamnion, dari hasil pemeriksaan fisik, inspeksi, palpasi dan
auskultasi pada pasien ini.
Tindakan operasi sectio cessarea bagi Ny P adalah pilihan yang tepat
karena pada pemeriksaan didapatkan malposisi janin yaitu letak obliq. Tindakan
ini dikuatkan dengan teori dari buku acuan nasional pelayanan kesehatan meternal
neonatal menjelaskan bahwa indikasi dilakukannya sectio cessarea pada ibu yaitu
CPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa, rupture uteri
mengancam dan partus lama, malposisi. Tindakan MOW dilakukan setelah
diberikan Informed Choice dan Informed Consent kepada ny. P dan Suami,
sehingga ny. P dan suami mengerti dan setuju

43

44

DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar R: Sinopsisi Obsetri, 1995, EGC, Jakarta : 366-72
2. Cuningham FG, McDonal PC. Gant NF. Transverse Lie In : Williams
Obstetrics, 21 th ed. Prentice-Hall International, Connecticut, 1997 : 455-6
3. Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam sinopsis Obsetri:
Obsetri fisiologi, Obsetri Patologi 2nd eds. EGC. Jakarta.
4. Bowes, W. 2006. Management Of The Fetus in Transverse Lie. www.
Uptodate.com
5. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama,
cetakan ketujuh. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
103-132.
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prowirohardjo


7. Cuningham FG, Hauth JC, Leveno KJ, Gilstrap III L, Bloom SL, Wentrom
KD. Williams Obstetrics (22nd ed). New York: McGraW Hill. 2005
8. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo

44

Anda mungkin juga menyukai