Anda di halaman 1dari 3

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Prevalensi Diabetes Mellits (DM) meningkat di seluruh dunia dan banyak

negara sedang mengimbangi kecepatan peningkatan ini. Saat ini, ada 382 juta
orang yang hidup dengan diabetes. Lebih dari 316 juta dengan gangguan toleransi
glukosa berisiko tinggi untuk terjadinya penyakit ini-jumlah yang dikhawatirkan
akan mencapai 592 juta pada tahun 2035. Data-data dari IDF (International
Diabetes Foundation) Diabetes Atlas menyebutkan bahwa 80% dari penderita
diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah, menengah, dan kurang
beruntung secara sosial di negara yang paling rentan terhadap penyakit. Faktor
gaya hidup berperan penting dalam peningkatan kejadian DM (IDF, 2013).
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013,
menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun
sebesar 6,9% yang mana prevalensi DM yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan
hanya 2.1% selebihnya adalah DM yang tidak terdiagnosis. Proporsi DM pada
perempuan cenderung lebih tinggi, tetapi berdasarkan tempat hampir sama antara
proporsi DM di perkotaan (6,8%) dan pedesaan (7,0%). Penderita terbanyak
berada pada umur 55-75 tahun. Prevalensi DM yang terdiagnosis di Sumatera
Utara adalah 2,3% lebih tinggi dari rerata nasional, sementara di Kota Medan
prevalensi DM sebanyak 1,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli
gizi, dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting.
Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM,
akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha
penatalaksanaan DM (PERKENI,2011).
Berdasarkan prevalensi DM yang tinggi maka berbagai Negara
mengembangkan program pencegahan diabetes antara lain Diabetes Prevention

Program (DPP) di Amerika. Studi DPP terhadap pasien-pasien prediabetes


(Toleransi Glukosa Terganggu) menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup
melalui penurunan berat badan sebanyak 7% dan melakukan aktifitas fisik 150
menit per minggu selama 6 bulan, secara signifikan menurunkan prevalensi DM
sebesar 58% dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapat obat oral
antidiabetes dengan penurunan prevalensi DM sebesar 31% (Kaholokula, et al,
2014).
Program pencegahan diabetes di Asia seperti China Da Qing Diabetes
Prevention Study (CDQDPS) meneliti pengaruh diet dan olahraga pada pasien
prediabetes yang berusia 45 tahun ke atas. Studi ini menyatakan bahwa dengan
diet saja dapat menurunkan risiko terjadinya DM tipe 2 sebesar 31% sedangkan
aktifitas fisik saja menurunkan 46%, kombinasi dari keduanya menurunkan
prevalensi DM sebesar 42% (PERSADIA, 2009).
Program pencegahan DM di Indonesia disebut Prolanis (Program
Pengelolaan Penyakit Kronis) khususnya DM dan Hipertensi, yang dikelola oleh
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Prolanis bertujuan untuk
menurunkan risiko komplikasi dan mencapai kualitas hidup yang baik dengan
pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional. Namun program ini tidak berjalan
optimal. Jumlah peserta terdaftar prolanis mengalami peningkatan setiap tahun,
namun persentase peserta yang melakukan kunjungan rutin justru mengalami tren
penurunan. Studi potong lintang evaluasi Prolanis periode 2010 hingga 2013
dijumpai hanya 7 peserta dari 100.302 peserta (kurang dari 1%) yang
memanfaatkan program ini sebagaimana mestinya (Idris, 2014).
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti Prolanis dan
hubungannya dengan pengetahuan tentang DM di Puskesmas Teladan Kecamatan
Medan Kota yang mana Kecamatan ini merupakan salah satu Puskesmas yang
memiliki prevalensi DM yang tinggi (Fujiati IF, 2014).

1.2.

Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan kepesertaan Prolanis dengan tingkat pengetahuan tentang


Diabetes Mellitus tipe 2 dan pengetahuan tentang manfaat Prolanis di Puskesmas
Teladan Kecamatan Medan Kota, Kota Medan Tahun 2015?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepesertaan
prolanis dengan pengetahuan mengenai Diabetes Mellitus dan pengetahuan
tentang manfaat Prolanis, di Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui prevalensi DM di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.
2. Mengetahui jumlah peserta Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan
Kota.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang DM di Puskesmas
Teladan Kecamatan Medan Kota.
4. Mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang Prolanis di Puskesmas
Teladan Kecamatan Medan Kota.
5. Mengetahui hubungan kepesertaan Prolanis dengan tingkat pengetahuan
tentang DM di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.
6. Mengetahui hubungan kepesertaan Prolanis dengan tingkat pengetahuan
tentang manfaat Prolanis di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.
1.4.

Manfaat Penelitian

Menambah pengetahuan dengan mendapatkan informasi mengenai program


pengelolaan Diabetes Mellitus di tingkat layanan primer. Dapat menjadi bahan
evaluasi bagi pelaksanaan Prolanis agar program berjalan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai