Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

DI
PUSKESMAS PEKAN LABUHAN, KECAMATAN MEDAN LABUHAN

HIPERTENSI

Oleh:
STANLEY
(110100152)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT dan junjungan kita Nabi
Muhammad SAW karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Hipertensi sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Puskesmas Pekan
Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Roi Hendra Sitepu selaku Kepala Puskesmas Pekan
Labuhan atas kesediaan beliau untuk membimbing, mendukung, dan memberikan
masukan kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaikbaiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan. Atas bantuan
dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual,
penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI

2.1 Definisi ...........................................................................................


2.2 Klasifikasi ......................................................................................
2.3 Gambaran Klinis.............................................................................
2.4 Etiologi Hipertensi Primer..............................................................
2.5 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang...........................................
2.6 Penatalaksanaan..............................................................................
2.7 Pencegahan......................................................................................

4
4
5
5
7
8
9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

2.1. Definisi
Tekanan darah diukur dalam milimeter merkuri dan dinyatakan dalam dua
angka yang ditulis dimana salah satunya berada di atas angka yang satunya. Angka
yang di atas merupakan tekanan darah sistolik-tekanan tertinggi dalam pembuluh
darah yang timbul saat jantung berkontraksi. Angka yang di bawahnya merupakan
tekanan darah diastolik-tekanan terendah dalam pembuluh darah di antara denyut
jantung yaitu saat otot jantung mengalami relaksasi. Tekanan darah normal orang
dewasa didefinisikan di mana tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah
diastolik 80 mmHg. Tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal penting untuk
mempertahankan fungsi efisien pada organ-organ vital seperti jantung, otak dan
ginjal, dan untuk seluruh kelangsungan hidup.(WHO,2013)
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah satu
penyakit pembuluh darah (vascular disease). Definisi hipertensi menurut Ganong
(2010), Guyton (2014), WHO (2013) and JNC VIII adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan tekanan darah didalam arteri diatas 140/90 mmHg pada orang
dewasa dengan sedikitnya tiga kali pengukuran secara berurutan.

2.2. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
primer (hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder. Hampir lebih dari 90-95% kasus
hipertensi merupakan hipertensi primer. Hipertensi primer adalah hipertensi dengan
penyebab yang tidak diketahui (Guyton & Hall, 2014). Belum ada teori yang jelas
menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Namun, faktor genetik memegang
peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan
gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik
mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik
genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga
didokumentasikan adanya mutasi genetik yang merubah ekskresi kalikrein urine,
pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
Disamping itu, terdapat klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII (The Eighth
Joint National Committee) yang didasarkan pada rata-rata pengukuran dua tekanan

darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis untuk pasien dewasa (umur 18
tahun). Klasifikasi tekanan darah tersebut mencakup empat kategori dengan nilai
normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik
(TDD) < 80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi
mengidentifikasi pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi
hipertensi dimasa yang akan datang. (Bell et al, 2015)

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII (Bell et al, 2015)

2.3. Gamabaran Klinis


Sebagian besar hipertensi terjadi tanpa disertai tanda dan gejala yang pasti.
Kadang-kadang nyeri kepala, pusing, rasa lelah dianggap sebagai gejala non spesifik
dari hipertensi. Namun demikian, gejala-gejala tersebut tidak jarang juga terjadi pada
orang dengan tekanan darah normal (normotensi) (Ganong, 2010).
Ketidakpastian tanda dan gejala menyebabkan hipertensi diketahui saat
pemeriksaan screening rutin atau ketika penderita memeriksakan komplikasinya.
Komplikasi hipertensi berpotensi mematikan, meliputi infark miokard, gagaljantung
kongestif, stroke trombotik dan hemoragik, gagal ginjal dan ensefalopati hipertensif.
Oleh sebab itu, hipertensi mendapat sebutan The Silent Killer (Ganong, 2010).

2.4. Etiologi Hipertensi Primer


Penyebab hipertensi esensial belum diketahui secara pasti. Banyak sekali
faktor yang dapat menyebabkan hipertensi sehingga dapat dikatakan penyebab
hipertensi adalah multiple factors. Adanya interaksi kompleks antara faktor genetik
dan faktor lingkungan dapat memicu terjadinya hipertensi (Muchtadi, 2013).

Faktor genetik yaitu ketidakmampuan ginjal untuk mensekresi kelebihan


garam sedangkan faktor lingkungan meliputi asupan garam yang berlebihan dan
peningkatan kadar angiotensinogen plasma. Tingkat stress diketahui memperberat
hipertensi tetapi masih belum dapat dipastikan bahwa stress memunculkan gejala
hipertensi (Purnomo, 2007).
Beberapa faktor penyebab hipertensi yang telah diketahui adalah sebagai
berikut faktor genetik, faktor lingkungan dan pola konsumsi.

Konsumsi
Konsumsi tinggi natrium (Na) terutama yang berasal dari garam (NaCl) diketahui
menjadi salah satu penyebab hipertensi. Selain itu, natrium juga terdapat dalam
penyedap makanan (MSG, monosodium glutamate) dan soda kue (NaHCO 3, natrium
bikarbonat) (Muchtadi, 2013). Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida.
Orang yang sensitif terhadap sodium lebih mudah meningkat sodium-nya dan

menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000).


Ginjal
Adanya kelainan atau kerusakan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan
pengaturan tekanan darah melalui produksi renin oleh sel juxtaglomerular ginjal.
Renin merupkan enzim yang berperan dalam lintasan metabolisme sistem RAA
(Renin Angiotensin Aldosteron). Renin penting untuk mengendalikan tekanan darah,
mengatur volume ektraseluler plasma darah dan vasokonstriksi arteri (Muchtadi,

2013).
Penuaan
Insidens hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hampir setiap orang
mengalami peningkatan tekanan darah pada usia lanjut. Tekanan sistolik biasanya
terus meningkat seumur hidup dan tekanan diastolik meningkat sampai usia 50-60
tahun kemudian menurun secara perlahan (Ganong, 2010). Hal ini terkait dengan
salah satu perubahan yang terjadi karena proses penuaan yaitu berkurangnya
kecepatan aliran darah dalam tubuh. Dengan bertambahnya usia, dinding pembuluh
darah arteri menjadi kaku dan menurun elastisitasnya (arteriosklerosis) sehingga
terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah yang menyebabkan jantung bekerja
lebih keras untuk memompa darah. Akibatnya, terjadi peningkatan tekanan darah

sistolik (Muchtadi, 2013).


Obesitas
Menurut WHO, obesitas didefinisikan sebagai penimbunan lemak berlebih yang tidak
normal dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. National Institutes of

8
Health (NIH) mengatakan bahwa terjadi obesitas jika ada peningkatan 20% dari berat
badan relatif atau IMT (Indeks Massa Tubuh) diatas persentil ke-85 untuk dewasa dan

memberikan risiko bagi kesehatan (Flier et al, 2005).


Stress
Hipertensi dapat juga disebabkan oleh karena stress (fisik atau mental),dimana pada
kondisi ini kelenjar adrenal akan merilis hormon epinefrin atau adrenalin. Pelepasan
hormon epinefrin atau adrenalin mengaktivasi reseptor - adrenergik yang
menyebabkan

peningkatan

influks

kalsium kedalam sel

jantung sehingga

mengakibatkan denyut jantung meningkat dan berhubungan dengan adanya


peningkatan tekanan sistolik. Keadaan ini mengakibatkan perubahan hemodinamik
sehingga jejas endotel yang merupakan awal aterosklerosis.

2.5. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang


Hipertensi tanpa komplikasi biasanya asimptomatik. Meskipun tidak semua
hipertensi asimptomatik, hipertensi dapat tidak diketahui selama bertahun-tahun
karena tanda dan gejala yang timbul berhubungan dengan onset kerusakan organ
target. Oleh karena itu, teknik yang baik dalam pengukuran tekanan darah merupakan
dasar untuk mendeteksi hipertensi.(WHO,2013).Hal ini dapat dicapai dengan
mengikuti guideline berikut:

Kondisi pasien
1. Postur

Tekanan yang ditimbulkan saat duduk biasanya adekuat untuk pengukuran


tekanan darah rutin. Pasien biasanya duduk diam dengan ounggung bersandar
sekitar 5 menit, dengan lengan tidak tertutupi pakaian dan ditahan pada posisi
setinggi jantung. Pada pasien yang berusia > 65 tahun, menderita diabetes atau
mengkonsumsi terapi , cek perubahan postur dengan melakukan pengukuran 1
dan 5 menit setelah pasien berdiri. (WHO,2013)
2. Keadaan Sekitar

Lingkungan yang tenang dibutuhkan. Pasien tidak mengkonsumsi kafein,


merokok, dan minum alkohol 30 menit sebelum pengukuran. Pertanyaan
mengenai makanan apa yang baru dikonsumsi, buang air besar, dan buang air
kecil juga ditanyakan. Pasien tidak sedang menggunakan stimulant adrenergic
eksogen seperti dekongestan hidung atau tetes mata yang dapat menyebabkan

dilatasi pupil. Pengukuran di rumah juga biasanya lebih disukai. (WHO,2013)

Peralatan

1. Ukuran manset
Manset harus dapat menutupi paling tidak 80% dari lingkar lengan dan
menutupi dua pertiga panjang lengan; jika tidak manset diletakkan di atas
arteri brachialis. Jika ukuran manset terlalu kecil, maka dapat diperoleh hasil
yang tinggi pada pengukuran. Ujung paling bawah dari manset harus berada
2.5 cm dalam fossa antecubital.(WHO,2013)
2. Manometer
Manometer merkuri, anaeroid, atau alat pengukuran elektronik yang
digunakan untuk mengukur tekanan darah harus dikalibrasi secara rutin
menurut standar( sekitar setiap 6 bulan) untuk memastikan keakuratannya.
Pastikan alat yang digunakan bersih, sudah terkalibrasi, pipanya tidak bocor,
dan memiliki ukuran maset yang sesuai. (WHO,2013)

2.6. Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari pasien hipertensi adalah untuk mencapai pengurangan
maksimal total risiko jangka panjang dari morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
Hal ini membutuhkan : (1) Penatalaksanaan dari semua faktor risiko yang bersifat
reversibel seperti merokok, dislipidemia, dan diabetes mellitus, (2) Manajemen
kondisi klinis yang berkaitan seperti gagal jantung kongestif, penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah perifer, dan serangan iskemik segera, (3) Mencapai
tekanan darah < 130/80 mmHg untuk pasien diabetes mellitus atau penyakit ginjal
kronik.(WHO,2013)
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa
faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 6 bulan. Bila setelah
jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan
atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk
memulai terapi farmakologi. (PERKI, 2015)

10

Gambar 1. Algoritma Tatalaksana Hipertensi (PERKI, 2015)

2.7. Pencegahan
Perkembangan terjadinya hipertensi dan komplikasi yang mungkin terjadi
dapat diminimalisasi dengan cara: (1)Diet yang sehat, (2)Mempromosikan gaya hidup
yang sehat dengan menekankan pada nutrisi yang layak untuk bayi dan anak muda,
(3)Mengurang konsumsi garam kurang dari 5 gr per hari, (4)Mengkonsumsi buah dan
sayuran 5 kali penyajian setiap harinya, (5) Mengurangi konsumsi lemak total dan
lemak tersaturasi, (6) Mengurangi konsumsi alkohol, (7) Melakukan aktivitas fisik
yang teratur, dan mempromosikan aktivitas fisik kepada anak-anak dan anak muda.
WHO merekomendasikan aktivitas fisik paling tidak 30 menit sehari sebanyak 5 kali
seminggu, (8) Mempertahankan berat badan yang normal, (9) Berhenti merokok dan
menghindari terpapar terhadap produk tembakau, (10) Manejemen yang baik terhadap
stress. (WHO,2013)

11

DAFTAR PUSTAKA

Bell, K., Twiggs, J., Olin B. R. (2015). Hypertension The Silent Killer: Updated JNC8

Guideline

Recommendations.

Diunduh

dari:

http://c.ymcdn.com/sites/www.aparx.org/resource/resmgr/CEs/CE_Hypertension
_The_Silent_K.pdf

pada

tanggal

Juni

2016

Flier et al. (2005). Obesity. In: Kasper Dlet al. Harrisons Principle of Internal
Medicine. New York: Mc-Graw Hill.
rd

Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology,Ganongs. 23

edition. New York:

The McGraw-Hill Companies.Inc


Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 200. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta:
EGC
Muchtadi, D. 2013. Pangan dan Kesehatan Jantung. Alfabeta. Bandung.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2015). Pedoman
Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi Pertama. Diunduh
dari
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada_peny
akit_Kardiovaskular_2015.pdf

pada

tanggal

Juni

2016

Purnomo, S. 2007, Dasar Molekuler Penyakit Aterosklerosis : Kapita selekta Ilmu


Kedokeran Molekuler, Sagung Seto, Cetakan II, Jakarta.
Sheps, S.G (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Mayo Clinic Hipertensi Jilid II,
Edisi 3. Jakarta : FKUI.

12

Anda mungkin juga menyukai