Anda di halaman 1dari 20

Laporan Plant Survey

UKK Harapan Sehat


Praktikum Kedokteran Okupasi

Gabby Agustine
Agnes Christie
Verdi Danutirto
Jennifer
Rendy Franiko
Sania Tiara Dhita
Febrian
Edwin
Naomi Besitimur
Yohana Christina Tiono
Yolanda Inggriani
Jonathan Kurnia Wijaya
Lidomon
Monica Djiuardi
Magdalena Noviana
Valenchia Jeandry
Andri Nugraha
Regina Caecilia Setiawan
Hollerik Sahat Efesus
Yunita
Selvina
Martinus Vincentius Tjandra
Erly Furhana Furny Binti Saharudin
Nurainaa Ayuni Binti Muhammad Nasir
Salfarina Azira Bt Mat Saridan

10.2010.322
10.2011.396
10.2012.018
10.2012.023
10.2012.041
10.2012.044
10.2012.091
10.2012.096
10.2012.113
10.2012.114
10.2012.122
10.2012.149
10.2012.154
10.2012.176
10.2012.211
10.2012.221
10.2012.231
10.2012.280
10.2012.304
10.2012.387
10.2012.396
10.2012.400
10.2012.476
10.2012.484
10.2012.509

Fakultas Kedokteran UKRIDA


Jakarta
2015
I.

PENDAHULUAN

1.1

Profil Perusahaan

Nama Perusahaan

: UKK Harapan Sehat

Alamat

: Kelurahan Karang Asem, Kecamatan Cibeber Cilegon

Berdiri pada

: 26 Agustus 2010
2

Lingkungan Sekitar Perusahaan: Rumah penduduk


Jumlah Karyawan

: Berbeda-beda tiap bagian pekerjaan karena dimiliki oleh bos


yang berbeda-beda dan sistem kerja mereka bebas

Bidang/Jenis Usaha

: Genteng

II.
MATERI
Pembakaran
2.1

Observasi
Bahan baku yang digunakan oleh UKK Harapan Sehat adalah tanah liat, pasir dan
air
Pencetakan

sebagai bahan utamanya dan sebagai pelumasnya terdapat solar dan ampas minyak kelapa sawit.
Pengeringan

Dimana dari bahan baku tersebut nantinya akan didapatkan hasil akhir berupa genteng. Secara Penggilingan
singkat diagram alur proses produksi pada UKK Harapan Sehat:

SOP Kegiatan Pos UKK Harapan Sehat


Pencampuran dan Pengadukan (membuat adonan tanah)
1
2
3
4

Gunakan pakaian kerja dan APD (sarung tangan, topi, sepatu boot)
Siapkan alat yang akan digunakan (pacul/cangkul)
Siapkan air untuk mencampur tanah putih dengan tanah merah
Memulai adonan dengan mencampur air dan tanah lalu tanah putih dan tanah

merah diaduk sampai tanah lengket (perbandingan tanah putih dan merah 3:1)
Tanah yang telah lengket (telah jadi adonan) dibentuk bulat-bulat untuk
memudahkan dalam pengakutan dan penyimpanan

Penggilingan (molen genteng)


1
2

Gunakan pakaian kerja dan APD (masker, sepatu boot, sarung tangan, earplug)
Siapkan alat pengaduk atau penggiling (molen), pemotong tanah/adonan (terbuat
dari kawat)

Masukkan tanah/adonan yang sudah dibentuk bulat-bulat kedalam alat penggiling


molen genteng sambil ditekan-tekan atau diinjak-injak agar tanah masuk semua

kedalam molen
Selanjutnya tanah yang telah digiling keluar melalui mulut molen, yang
selanjutnya dipotong dengan menggunakan pemotong kawat (tanah dipotong-

potong sepanjang kurang lebih 20 cm)


Tanah/adonan yang telah dipotong-potong disimpan (disusun dan dirapihkan)
untuk dicetak menjadi genteng

Mencetak Genteng
1
2

Gunakan pakaian kerja dan APD (sarung tangan, masker, celemek)


Siapkan alat yang akan digunakan berupa pencetak genteng, minyak goreng, kain

lap, besi penekan


Tanah yang telah di potong-potong disiapkan dimeja cetak lalu dipotong menjadi

lima bagian
Siapkan alat pencetak genteng, selanjutnya alat pencetak dilumuri minyak goreng

(agar tanah tidak menempel pada saat dicetak)


Tanah/adonan yang telah dipotong menjadi lima bagian diambil satu persatu

setiap bagiannya lalu masukan kedalam alat cetak genteng


Tanah/adonan yang telah dimasukan kedalam cetakan ditutup lalu di pres/ditekan

(digenjet) dengan menggunakan alat besi (tongkat besi)


Alat cetak genteng dibuka dan akan terlihat adonan yang berupa lempung tanah

yang telah menjadi genteng


Selanjutnya genteng yang baru dicetak disusun dirak yang telah terbuat dari kayu
untuk diangin-angini

Pengeringan
1
2

Gunakan pakaian kerja dan APD (masker, sarung tangan, topi)


Genteng yang telah diangin-angini (kering) selanjutnya dijemur dibawah terik
matahari agar genteng benar-benar kering (lamanya penjemuran tergantug dari

keadaan cuaca)
Setelah genteng dijemur sampai kering genteng dirapikan (ditap) untuk persiapan
pembakaran

Pembakaran
4

2.2

1
2

Gunakan pakaian kerja dan APD (masker, sarung tangan, sepatu boot)
Genteng yang telah kering dipindahan ke tempat pembakaran lalu di

rapikan/disusun
Selanjutnya genteng siap dibakar (pembakaran dilakukan selama kurang lebih 10

jam)
Genteng yang sudah selesai dibakar (matang), didiamkan menunggu sampai

dingin lalu dikeluarkan dari tempat pembakaran


Genteng siap dipasarkan

Pajanan Potensial dan Faktor Resiko Kesehatan pada Pekerja

Fisik
Faktor fisik lingkungan kerja (faktor fisik di tempat kerja) dapat berpengaruh terhadap
baik buruknya kinerja tenaga kerja, bahkan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
Pengaturan fisik lingkungan kerja yang kurang tepat akan mengakibatkan tingkat produktivitas
kerja yang rendah. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu lingkungan atau
tempat kerja, yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan, kelembaban udara, getaran,
radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik, warna, serta bau-bauan.
Pada proses penggilingan dari pembuatan genteng, mesin molen yang digunakan
berbunyi sangat keras > 85 dB sehingga banyak pekerja genteng pergi ke Puskesmas dengan
keluhan sulit mendengar. Pemerintah Indonesia telah menetapkan nilai ambang batas fisik
lingkungan kerja, yaitu diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 16-7063-2004 yang
dikeluarkan oleh Badan Standar nasional (BSN) tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor
Fisika Di Tempat Kerja. Paparan suara > 85 dB dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
6

terjadinya ketulian sementara hingga permanen. Efek kebisingan terhadap kesehatan dilaporkan
meningkatkan sensitivitas tubuh berupa peningkatan sistem kardiovaskuler seperti kenaikan
tekanan darah dan denyut jantung. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama maka akan
menyebabkan reaksi psikologis berupa menurunnya konsentrasi dan kelelahan
Tabel 1. NAB Kebisingan KEP-51/MEN/1999

Suhu yang cukup tinggi, terutama pada saat pembakaran genteng dapat berpotensi
menimbulkan dehidrasi. Suhu tinggi juga dapat menimbulkan heat exhaustion (kelelahan panas).
Kelelahan panas timbul sebagai akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena dehidrasi dan
defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas, aliran darah perifer bertambah, sehingga
produksi keringat bertambah. Penimbunan darah di perifer menyebabkan darah yang dipompa
dari jantung ke organ lainnya tidak mencukupi sehingga timbul gangguan. Untuk mencegah
dehidrasi, dianjurkan kepada para pekerja untuk membawa air minum di sekitar tempat kerja
yang bisa dicapai dalam jangkauan tangan. Sebaiknya minum air jangan saat haus saja, harus
cukup sering agar cairan dalam tubuh tetap terjaga keseimbangannya.
Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan genteng hanyalah solar dan
minyak kelimir (minyak kelapa sawit). Solar digunakan sebagai tambahan pelumas genteng
untuk menghaluskan tanah liat sehingga genteng mudah di bentuk dan di cetak. Selain digunakan
sebagai penghalus tanah liat, solar juga dapat digunakan untuk melumasi mesin pencetak
genteng agar tanah tidak lengket ke mesin. Solar juga berfungsi untuk mempercepat proses
7

pembakaran saat genteng dipanasi dalam tungku. Para pekerja tidak ada yang menggunakan
sarung tangan sehingga langsung kontak dengan bahan baku. Solar ini dapat menyebabkan
dermatitis kontak iritan karena mengandung sulfur yang tak hanya mengiritasi kulit tapi juga
mengiritasi saluran pernapasan. Pada mesin, solar dapat membuat diesel berkarat dan dapat
sebabkan pembakaran yang tidak sempruna sehingga dapat menyebabkan keluhan sesak. Pajanan
debu tanah pada bagian lempung , asap dari proses pembakaran juga dapat membuat pekerja
mengalami keluhan sesak atau ISPA karena pekerja tidak ada yang memakai masker saat bekerja.
Biologis
Pengrajin pembuat genteng yang tidak menggunakkan APD (sepatu boots) membuat kaki
pengrajin genteng langsung terpajan dengan tanah. Hal ini yang dapat menyebabkan kaki
pengrajin terpapar dengan mikroorganisme maupun cacing yang ada dalam tanah tersebut. Hal
lain yang memungkinkan terjadinya PAK akibat pajanan biologis antara lain karena lingkungan
pekerjaan perngrajin genteng terlihat kotor hal ini dibuktikan karena terdapatnya kotoran ayam
yang ada di sekitar tempat kerja. Selain itu, atap tempat bekerja pengrajin terlihat lembab dan
juga terdapat penyimpanan air yang terbukan yang digunakan untu cuci tangan, hal ini juga dapat
menyebabkan demam berdarah dengue.
Ergonomi
Pada proses lempung, gerakan yang monoton yaitu mengaduk dan membentuk bahan
baku dalam rupa gelondongan dengan membungkuk tidak menutup kemungkinan bahwa pekerja
dapat mengalami nyeri pinggang yang terjadi secara mekanik akibat gerakan tersebut sehingga
pekerja akan mengalami penurunan produktivitas dalam bekerja. Pada akhirnya hal tersebut
dapat mempengaruhi hasil kualitas produksi dimana pengadukan secara merata dapat
mempengaruhi kuat atau tidaknya bahan yang akan dibuat untuk menjadi genteng tersebut, dan
oleh karena itu solusi untuk mengurangi resiko ini yaitu adanya pemberlakuan shift kerja antara
orang yang bertugas dalam hal tersebut, sehingga pekerja yang bekerja memiliki waktu untuk
bergantian bekerja dan berisitirahat tanpa harus mempengaruhi hasil kualitas dan jumlah
produksi tiap harinya.
Pada proses pencetakan dimana pada proses ini pekerja harus berdiri secara terus
menerus dikarenakan tinggi meja tempat alat cetak cukup tinggi, sehingga hal ini dapat
8

mempengaruhi kenyamanan dan ketahanan lamanya si pekerja dalam melakukan proses


pencetakan, oleh karena hal tersebut ada baiknya jika meja tempat pencetakan di perpendek di
bawah siku dan pekerja pun dapat diberi kursi untuk duduk serta memendekkan tongkat besi
yang digunakan dalam proses ini, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas
pekerja dalam melakukan pencetakan.
Pada proses pengangkatan barang dimana dimana seharusnya proses ini dilakukan
bertahap dan menggunakan tulang femur (paha) sebagai tumpuan karena tulang femur
merupakan tulang paling panjang dan kuat dan mendekatkan barang ke kita kemudian menekuk
lutut baru kemudian kita dapat memindahkan barang tersebut dengan berdiri, namun para pekerja
tidak melalukan hal demikian, para pekerja mengangkat barang dengan menggunakan tulang
vertebra (punggung) dimana apabila barang tersebut terlalu berat dan dilakukan terus menerus
dapat menyebabkan pergeseran pada tulang punggung tersebut dan dapat menyebabkan Low
Back Pain.
Psikologi
Meskipun tidak diketahui secara pasti, pekerja-pekerja bisa saja mendapatkan stressor
dari segi fisik atau ergonominya sehingga membuatnya semakin stress. Bisa juga karena
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai,
kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya
latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuannya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
Apabila tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan makan hal ini juga dinamakan stress seperti
timbullah gangguan emosional ataupun penyimpangan diri berupa : cemas, gelisah, gangguan
kepribadian, ketagihan alkohol dan psikotropika.
Mengingat faktor psikologis ( stress ) kerja dapat mengakibatkan gangguan pada
kesehatan bahkan kecelakaan kerja, perlu adanya solusi untuk menanggulangi permasalah tersbut
diantaranya dengan melakukan penatalaksanaan untuk para pekerja supaya menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Kerja

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Pada pos UKK Harapan Sehat
ini sebenarnya telah ditetapkan perarutan oleh pemerintah setempat untuk pemakaian APD pada
UKK pembuatan genteng, namun para pekerja sudah terbiasa membuat genteng secara
tradisional tanpa menggunakan APD karena berbagai hambatan seperti:

Para pekerja menyampaikan dengan menggunakan sepatu boot sewaktu menginjak tanah
untuk diolah, sepatu boot yang digunakan sering terlepas, sehingga mereka tidak nyaman

menggunakan sepatu boot.


Pekerja juga tidak nyaman menggunakan sarung tangan oleh karena itu pekerja sering
mengeluhkan gatal-gatal terutama pada tempat percetakan genteng yang menggunakan

solar yang bersifat iritan pada kulit pekerja. Tangan pekerja juga menderita baal.
Di tempat penggilingan karena pekerja tidak menggunakan baik boot maupun sarung
tangan plastik maka tangan dan kaki pekerja seringkali tergiling. Rata-rata terjadi

kecelakaan ini sekali dalam setahun.


Pada proses akhir dari pembuatan genteng yaitu pembakaran dengan menggunakan kayu
bakar, para pekerja harus terpapar dengan asap, panas dan debu sehingga banyak pembuat

genteng pergi ke Puskesmas dengan keluhan sesak napas juga ISPA.


Beberapa pekerja juga terlihat memiliki kulit yang gosong tersengat matahari, karena
mereka tidak dibiasakan menggunakan pakaian yang menutupi seluruh badan dari

sengatan matahari.
Pekerja juga tidak memakai APD seperti ear plug/muff pada proses penghidupan mesin
diesel yang menimbulkan kebisingan hingga 90 DB.
Pihak puskesmas setempat sudah memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada pekerja

tentang penggunaan APD, tetapi hal ini sulit diterapkan karena dari pekerja sendiri yang rata-rata
memiliki pendidikan yang rendah tidak sampai tamat SMA, maka untuk menumbuhkan
kesadaran dalam diri masing-masing pekerja tampaknya terasa sulit. Dari pekerja terdapat
laporan adanya kecelakaan akibat kerja seperti jari kaki atau tangan yang tergiling terjadi ratarata sekali dalam setahun, tetapi laporan ini tidak disampaikan pada pihak puskesmas. Hal ini
menandakan belum adanya pengertian dari pihak pekerja tentang pentingnya kesehatan dan

10

keselamatan ketenagakerjaan, sehingga jika terjadi kecelakaan mereka tidak langsung


memberikan laporan.
Faktor Kebiasaan, Kebudayaan dan Faktor Pendidikan yang Rendah

Disebutkan menurut teori domino terdapat 5 faktor yaitu:


1

Kebiasaan,

Kesalahan,

Tindakandankondisitidakaman (Unsafe action and condition)

Kecelakaan(Accident),

Cidera(Injury).

Sebenarnya kecelakaan yang terjadi pada UKK pembuatan genteng dapat dikurangi
dengan mengubah kebiasaan lama para pekerja yang merupakan akar masalah dari kecelakaan
yang terjadi, proses pengubahan ini dapat dilakukan melalau beberapa proses yaitu
1

Rekruitmen
Rekruitmen adalah tingkat persyaratan minimum yang dapat dipenuhi oleh
pekerja terhadap keinginan perusahaan untuk dapat diterima sebagai bagian dari
perusahaan yang merekrutnya. Dapat dilakukan proses perekrutan dengan
11

komitmen diawal untuk memakai APD dan menggunakan alat atau mesin sesuai
dengan Standard Operating Procedure.
2

Pelatihan
Pelatihan ini dapat dilakukan berupa kursus, ceramah, diskusi, pemutaran
slide, bulletin atau majalah dan dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar
perusahaan, bekerjasama dengan lembaga dan instansi terkait lainnya. Pelatihan
yang diterima pekerja harus dapat diimplementasikan dalam sistem kerja,
sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat menghasilkan produk yang lebih baik
dari sebelumnya, serta mampu lebih meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja para pekerja.

AlatPelindungDiri
Alatpelindungdirimerupakancaraterakhir

yang

harusdilakukanuntukmencegahkecelakaanapabila

program

pengendalian

lain

tidakmungkindilaksanakan,
artinyauntukmencegahterjadinyakecelakaankerjahendaknyadianalisissedemikianr
upasehinggasistemkerjatidakmendatangkanakibatnegatifterhadap para pekerja.

Pengawasan
Secaraumumpengawasandapatdilakuakanolehpihak

internal

perusahaandanpengawasan yang dilakukaneksternalolehpemerintah. Pengawasan


internal

perusahaanditujukansejauhmana

program-program

K3

yang

telahditetapkandapatdilaksanakan.
Sedangkanpengawasaneksternalolehpemerintahditujukankepadaaturanperundangundangan yang telahdilaksanakanperusahaanbersangkutan.

12

Pengawasandalamarti

lain

merupakanpembinaanmenurutperaturanperundang-undangan
perludiketahuidandilaksanakan

di

yang

bidangkeselamatandankesehatankerja,

dapatdikelompokkansebagaiberikut:

Pembinaanoperasional,

agar

semua

program

dapatdilaksanakanmakadiperlukanberbagaikegiatan yang harusdiikutiantara lain:


jadwalwaktupelaksanaansuatu
bulananatautahunan;

program

apakahharian,

mingguan,

urutanprioritaspencapaiansasaran

program,

ukuranataustandarapasajadigunakanuntukmengukurdanmenilaikeberhasilanpelaks
anaan program.

Penyuluhan : berdasarkan pendekatan kepada sasaran


Metode berdasarkan pendekatan perorangan : Dalam metode ini,
penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau (personal
approach), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran
dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus
dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin
dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh
untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode
pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokohtokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan pekerja yang

menjadi panutan masyarakat setempat.


Metode pendekatan kelompok: penyuluh berhubungan dengan sasaran
penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group
approach cukup efektif, dikarenakan petani pekerja diarahkan secara
kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas
dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang
13

dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya


tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok
yang bersangkutan. Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan
berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena
memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang
memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap
perilaku dan norma para anggotanya. Dalam hal ini penyuluh berhubungan
dengan kelompok sasaran. Contohnya :
a. Pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di balai desa)
b. Perlombaan.
c. Demonstrasi aplikasi APD
e. Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.
f. Karyawisata.
2.3

Lingkungan di Dalam Pabrik


Kondisi UKK Pos Harapan Sehat terdiri dari rumah-rumah penduduk, dimana pada tiap

rumah memiliki proses-proses yang berbeda. Bagian proses penggilingan tergolong panas karena
mesin yang bekerja dan memiliki tingkat kebisingan 90 dB, sehingga para pekerja dibagian
tersebut diharuskan memakai ear-plug untuk menghindarkan terjadinya gangguan pendengaran .
Bagian mencetak genteng juga memiliki pajanan kimia yang sangat besar sehingga para pekerja
dianjurkan untuk memakai sarung tangan karena digunakannya solar dan ampas minyak kelapa
sawit dalam proses tersebut untuk mencegah terjadinya dermatosis kontak iritan maupun gatalgatal karena alergi.Bagian pembakaran dilakukan oleh beberapa orangdimana pada pembakaran
ini pekerja seharusnya menggunakan masker dan disediakan air minum didekatnya, namun hal
ini tidak terlihat pada proses tersebut.
2.4

Lain-Lain
Pos UKK Harapan Sehat memiliki program medical check-up yang dilakukan secara

rutin setiap bulannya. Kegiatan ini dilakukan sebulan sekali untuk semua pekerja. Pemeriksaan
rutin yang dilakukan antara lain penimbangan berat badan dan tinggi badan serta memberikan

14

penyuluhan terutama penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya


menggunakan alat pelindung diri (APD).
Pada Pos UKK Harapan Sehat ini memiliki jam kerja yang tergolong bebas karena ini
adalah pekerjaan untuk orang-orang yang tinggal di sekitar pabrik tersebut. Namun biasanya
mereka bekerja dari jam 07.00-11.00 kemudian dilanjutkan dengan istirahat dan dimulai kembali
dari jam 13.00-16.00. Dimana pos ini memiliki target minimal 500 genteng per harinya.

2.2

Pengukuran
Hasil pengukuran tingkat kebisingan di area pabrik adalah 90 dB, sehingga pekerja

diwajibkan memakai alat pelindung diri berupa ear-plug untuk menghindari terjadinya gangguan
pendengaran atau ketulian yang bersifat permanen. Untuk suhu, suhu di dekat mesin panas
terutama pada saat penggilingan dan pembakaran genteng dan juga debu yang keluar dari mesin
dan hasil pembakaran.

2.3

Data Sekunder

2.3.1

Angka Kesakitan/PAK pertahun


Berdasarkan data yang didapat, kejadian PAK yang sering terdapat di pos tersebut adalah

gatal-gatal yang disebabkan oleh alergi, ISPA akibat tidak memakai masker, dermatitis kontak
iritan akibat pajanan kimia berupa solar dan ampas kelapa sawit, baal serta tremor akibat
penggilingan dengan mesin.
2.3.2

Angka Kecelakaan Kerja Pertahun


Jumlah angka kecelakaan di pos UKK Harapan Sehat yang kami dapatkan yaitu hanya 1

orang/tahun. Hal ini diakibatkan kebanyakan para pekerja tidak mengunjungi puskesmas pada
saat pekerja tersebut sakit. Sehingga kurangnya data tentang angka kecelakaan kerja pertahun
pada pos ini.
2.3.3

Angka Absensi Karyawan Perbulan

15

Untuk data mengenai absensi pekerja, kelompok kami tidak mendapatkan informasi dari
pos tersebut. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu dan sistem kerja yang bebas pada pos
tersebut.
2.3.4

Penyuluhan K3
Pos UKK Harapan Sehat memiliki program dalam penyuluhan K3 bagi para pekerja

untuk memberi informasi akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini juga
diterapkan dengan papan-papan tulisan yang terdapat di dalam pabrik yang ditujukan pada para
pekerja untuk mengutamakan keselamatan dalam bekerja.

III

ANALISIS MASALAH

3.1.1 Tiga Prioritas Masalah di Perusahaan


1. Gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja dimana kurangnya kesadarann para pekerja
untuk menggunakan alat pelindung diri .
2. Lingkungan daerah sekitar pos yang merupakan rumah-rumah penduduk terpajan panas
dan debu dari pembuatan genteng.
3. Faktor psikologis dimana para pekerja mengerjakan pekerjaan yang sama terus menerus
setiap harinya.
3.1.2

Penatalaksanaan
Menurut John Miner dalam bukunya Industrial-Organizational Psychology ( 1992 )

terdapat 4 peran psikologi dalam perusahaan yaitu :


-

Terlibat dalam proses input : melakukan rekrutmen, seleksi dan penempatan karyawan
Berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada produktivitas :
melakukan pelatihan dan pengembangan, menciptakan manajemen keamanan kerja dan
teknik-teknik pengawasan kinerja, meningkatkan motivasi dan moral kerja karyawan,

menentukan sikap-siap kerja yang baik dan mendorong munculnya kreativitas karyawan
Berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada pemeliharaan :
melakukan hubungan industrial ( pengusaha buruh pemerintah ), memastikan
komunikasi internal perusahaan berlangsung dengan baik, ikut terlaibat secara aktif
dalam penentuan gaji pegawai dan bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkannya
pelayanan berupa bimbingan konseling dan terapi bagi karyawan-karyawan yang
mengalami masalah-masalah psikologis
16

Terlibat dalam proses output : melakukan penilaian kinerja pengukur produktivitas


perusahaan, mengevaluasi jabatan dan kinerja karyawan.
Dengan melihat peran tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa psikologi berperan

dalam semua aspek-aspek individual yang berhubungan dengan pekerjaan dan organisasi. Peran
tersebut diatas juga sekaligus menepis anggapan yang mengatakan bahwa para psikologis yang
direkrut oleh perusahaan tidak lebih dari tukang test dan interviewer.
Bila pasien menemui dokter dengan gejala stress baru timbul, beberapa pertanyaan
langsung pada akar masalah tersebut dapat menolong untuk mengidentifikasi situasi pencetus
stress. Pada saat ini, nasihat medis yang memadai dapat mengatasi masalah jangka pendek atau
jangka panjang. Selanjutnya, pasien ini membutuhkan atensi yang lebih besar dan investigasi
lanjutan guna mencegah berkembangnya penyakit ini. Tranquilizer, antidepresan, dan -bloker
dapat mengatasi gejala stress untuk jangka pendek, tetapi tidak dapat dipakai untuk jangka
panjang karena obat tersebut hanya dapat mengatasi keluhan pasien, namun tidak pada akar
masalahnya. Obat-obat ini juga berpotensi menimbulkan bahaya ketergantungan dan depresi
miocard akibat -blocker sehingga perlu mendapat perhatian khusus.
Guna mendorong terjadinya perubahan perilaku kerja dan persepsi terhadap respons
biologis, pasien dinasihatkan untuk datang diam-diam secara regular, biasanya 1 jam dalam
seminggu, untuk bimbingan dan konseling oleh dokter perusahaan terutama untuk kasus-kasus
dengan akar masalah psikologis seperti kesulitan interpersonal.
Konseling berbeda dengan member nasihat. Suatu nasihat terbatas pada satu paket solusi
yang diberikan pada pasien untuk mengatasi masalah, sedangkan seorang konselor, yang
memberikan konseling, membantu pasien dengan memberikan sejumlah pilihan solusi untuk
mengatasi masalahnya. Konselor akan membantu menyeleksi solusi-solusi tersebut sampai
pasien memeroleh pilihan terbaik dan selanjutnya melaksanakannya dengan usaha dari pasien itu
sendiri.
Pelatihan manajemen stress dapat dilaksanakan secara berkelompok pada 6 sampai 12
pekerja yang memiliki indikasi adanya gejala stress akibat kerja. Materi-materi pelatihan yang
perlu diajarkan, seperti teknik fisiologis untuk mengurangi serangan stress, misalnya teknik
relaksasi, biofeedback, meditasi, atau latihan pernapasan, dan teknik-teknik psikologis serta
kognitif, pembentukan diri kembali, dan macam-macam keterampilan kerja, serta keterampilan
interpersonal.
17

Pasien perlu dianjurkan untuk menciptakan keseimbangan stress di tempat kerja,


sehingga gaya hidup yang sehat dan aktivitas relaksasi di temapt kerja sangat dibutuhkan.
Beberapa teknik relaksasi di tempat kerja dapat disarankan, seperti istirahat pendek tetapi sering,
misalnya 5 menit setiap jam kerja lebih berguna daripada istirahat panjang tapi jarang, sedikit
latihan fisik secara regular sangat berguna pada pekerja computer, olah-pernapasan yang rutin
bermanfaat untuk mencegah serangan stress yang datangnya mendadak atau serangan panik.
Gaya hidup yang sehat di luar tempat kerja juga harus disarankan, seperti olahraga rutin,
makanan sehat, berhenti merokok dan minum alkohol, penyaluran hobi, dan pasien dianjurkan
untuk memperbanyak komunikasi dengan keluarga dan teman-temannya.
Penatalaksanaan stress di tempat kerja secara menyeluruh tidak hanya membutuhkan
kerjasama dan partisipasi pasien tetapi juga partisipasi aktif organisasi tempat kerja, seperti
melaksanakan perbaikan tempat kerja seoptimal mungkin, menciptakan manajemen yang
terbuka, terlaksananya komunikasi dua arah antara pekerja dan pimpinan, memberikan tugas dan
tanggung jawab yang jelas, target-target pekerjaan yang menantang namun mampu dicapai oleh
pekerja sesuai dengan kapasitasnya, jadwal kerja yang fleksibel tetapi terencana, memberikan
teguran pada pekerja yang salah secara wajar, dan melaksanakan manajemen yang adil tanpa
kekerasan.
3.1.3

Edukasi
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan stress okupasi ialah sosialisasi

penilaian risiko stress okupasi oleh pekerja sendiri. Berdasarkan Health and Safety Executive
(HSE), pekerja harus menulai enam hal berikut dan menjawab apakah hal tersebut tidak
berlangsung sesuai yang mereka harapkan sehingga menjadi stressor.
Adapun enam hal yang perlu diperhatikan itu ialah: beban kerja (demand); kontrol
(control) untuk dapat melakukan pekerjaan dengan caranya; dukungan (support), termasuk
motivasi dan fasilitas yang disediakan perusahaan, manajemen, dan teman kerja; hubungan
(relationship) di dalam pekerjaan, termasuk pemerapan kerja positif untuk menghindari konflik
dan mengatasi perilaku yang tidak sesuai; peran (role) dalam lingkungan kerja mengerti peran
masing-masing dan apakah perusahaan/organisasi telah mencegah agar tidak ada konflik peran;
dan perubahan (change), yaitu bagaimana segala perubahan dikomunikasikan dan
diinformasikan kepada setiap pekerjaan.
18

Upaya pencegahan lainnya ialah dengan meningkatkan keterampilan dan peran pekerja.
Mereka akan memiliki kepercayaan diri yang lebih dalam mengerjakan tugasnya. Bila
ditambahkan keterampilan komunikasi maka saat di lapangan pekerja akan lebih baik dan
percaya diri menyampaikan aspirasinya, baik kepada sesame pekerja maupun atasannya. Strategi
yang dapat dilakukan ialah melakukan pelatihan peningkatan keterampilan, menggunakan tangga
karir untuk memberikan penghargaan pengembangan keterampilan, dan melakukan rotasi kerja
untuk mengembangkan keterampilan.
Perlu diingat pula bahwa pekerjaan yang tidak memberikan cedera bagi fisik akan terasa
lebih menyenangkan dan nyaman bagi pekrja. Bagian K3 perusahaan bertanggung jawab menilai
kembali program yang dilakukan untuk mengurangi paparan bahaya potensial fisik dan
ergonomik pada pekerja. Selain mengurangi risiko terpajan dan penyakit akibat kerja, merubah
lingkungan kerja yang meningkatkan kenyamanan fisik dalam bekerja dapat mencegah pula
stress okupasi. Selain ketiga upaya pencegahan tersebut, perusahaan perlu meningkatkan
perasaan kepemilikan (control) dan partisipasi pekerja dengan pekerjaannya, memberikan beban
kerja yang sehat, memberikan rasa aman akan pekerjaan yang dimiliki dan pengembangan karir,
memberikan jadwal kerja yang sehat, dan meingkatkan mekanisme coping personal di diri
pekerja.
3.1.4

Saran Saran Perbaikan

Sirkulasi udara uatamanya di ruangan pengerjaan penggilingan perlu dibuat lebih banyak

lagi suapaya asap yang dihasilkan mesin bisa keluar dari ruangan tempat kerja karyawan.
Air yang disediakan air mineral yang dingin atau yang biasa jangan panas.
Sanksi yang tegas ditetapkan oleh pengusaha jika pekerja tidak memakai APD dan tidak
memenuhi SOP saat bekerja, yang sebelumnya telah dikomunikasikan saat proses

rekruitmen
Pelatihan dan penyuluhan, karena di UKK pembuatan genteng jumlah pekerja masih
terbilang kecil maka personal approach masih bisa dilakukan melalui metode pendekatan
perseorangan diharapkan lebih menyentuh kesadaran masyarakat daripada pendekatan

kelompok
Penyuluhan diberikan pula poster dan video yang berisi sebab-akibat jika tidak memakai
APD, keuntungan dan memakai APD bagi para pekerja dan pengusaha.

19

Pengusaha dan pihak pemerintah harus meyakinkan pekerja bahwa peraturan, pelatihan
dan penyuluhan yang diupayakan ini bertujuan untuk kesejahteraan para pekerja dan
keluarganya, dengan adanya komunikasi dan komitmen dari pekerja, pengusaha, dan
pemerintah diharapkan kecelakaan kerja akan menurun

IV KESIMPULAN
Dari hasil kunjungan ke UKK Harapan Sehat dapat disimpukan bahwa upaya K3 yang
dilakukan dalam UKK pembuatan genteng masih kurang baik. Masih diperlukan banyak
perbaikan yang dilakukan untuk mencapai K3 yang lebih baik lagi, seperti sirkulasi udara yang
perlu di tambah, persediaan air minum yang lebih memadai, pelatihan dan penyuluhan kepada
para pekerja untuk selalu menggunakan APD walaupun kurang nyaman. Selain itu diharapkan
para pekerja sering melakukan medical check-up secara rutin. Diharapkan dengan melakukan
upaya K3 tersebut dapat menignkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.

20

Anda mungkin juga menyukai