Anda di halaman 1dari 2

Mata kuliah : Teori Keamanan Internasional

NPM: 1506792424
Tugas
: review ke-4
Makna dari perimbangan kekuatan (balance of power) masih
membingungkan dan ambigu, tetapi hal itu tetap harus dipelajari untuk dapat
memahami perilaku setiap negara dalam sebuah kondisi internasional yang
bersifat anarki. Dalam bukunya, Sheehan mengutip setidaknya sepuluh definisi
dari perimbangan kekuatan, sedangkan saya hanya akan mengambil salah satu
diantaranya yang paling mudah dipahami. Menurut Fenelon (1835) perimbangan
kekuatan adalah aksi yang dilakukan oleh suatu negara untuk menjaga agar
negara tetangganya tidak menjadi terlalu kuat, karena meningkatnya kekuatan
dari suatu negara diatas batas yang ditentukan akan mengubah sistem secara
umum bagi seluruh negara tetangga. Perhatian dari perimbangan kekuatan
adalah untuk menjaga persamaan dan keseimbangan (kekuatan) antara negaranegara tetangga.
Sedangkan pengertian perimbangan kekuatan sebagai kebijakan dan
sebagai sistem dijelaskan oleh Quincy Wrigt. Menurut Wright (1942:445)
terdapat dua jenis perimbangan kekuatan; statis dan dinamis. Perimbangan
statis merupakan sebuah kondisi yang melanjutkan atau mempertahankan suatu
keberlangsungan hidup yang berdampingan (secara damai) dari satu
pemerintahan yang independen dalam hubungannya dengan pemerintahan
negara lain. Disisi lain, perimbangan dinamis merupakan sebuah karakteristik
kebijakan yang diadopsi oleh pemerintah untuk mempertahankan kondisi
(damai) itu.
Kondisi dari politik internasional bagi kaum realis telah dijelaskan oleh
beberapa penulis sebagai paradigma politik keamanan atau secara umum
dikenal sebagai dilema keamanan. Hal itu (dilema keamanan) melihat bahwa
seluruh negara secara terus menerus berkompetisi, berkonflik, dan berperang
karena isu keamanan nasional. Akibatnya setiap negara harus melakukan
apapun yang diperlukan untuk bertahan dalam menghadapi ancaman atau
bahaya yang sangat tinggi. Jika hampir seluruh negara berprilaku seperti ini,
maka tidak akan ada yang menjadi korban dalam upaya mencapai keamanan.
Faktor alami dari sistem (internasional) yang menunjukkan bahwa setiap negara
itu harus tetap eksis mempengaruhi prilaku mereka dan memaksa mereka untuk
melakukan perimbangan kekuatan jika ingin dapat bertahan (survive). Ciri-ciri
atau karakter ini merupakan penjelasan utama dari makna perimbangan
kekuatan yang lebih maju dari apa yang disebut sebagai struktural atau neorealis seperti Kenneth Waltz (1979:118).
Lebih lanjut, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan suatu negara
memilih strategi menyerang atau bertahan, yaitu tergantung pada aliansi dan
koalisi. Perbedaan antara aliansi dan koalisi dilihat dari jumlahnya. Menurut
Gullick (1995:78), aliansi merupakan perjanjian bilateral atau trilateral yang
bertujuan untuk menentukan strategi menyerang atau bertahan, sedangkan
koalisi ialah perjanjian yang serupa (seperti aliansi) yang disepakati oleh empat
kekuatan (negara) atau gabungan dari beberapa aliansi yang bertujuan untuk
melakukan hal yang sama (bertahan atau menyerang). Perbedaan lain antara
aliansi dan koalisi adalah perbedaan kualitatif dari negara-negara anggotanya.
Aliansi dibentuk berdasarkan suatu tujuan untuk mencapai beberapa
kepentingan tertentu dari beberapa negara, sedangkan koalisi biasanya
didasarkan pada kepentingan tunggal dari empat negara atau lebih dengan
mengesampingkan perbedaan mereka terhadap isu-isu lainnya. Dalam
prateknya, mungkin koalisi dibentuk oleh gabungan beberapa negara atau
aliansi yang bertujuan untuk mengatasi kecurigaan tradisonal yang mengancam
sistem. Oleh karena itu, koalisi hanya muncul saat terjadi krisis perang besar
(great war crises) dari perimbangan kekuatan, pada saat eksistensi dari sistem
negara tampak terguncang dan terancam (Gulick, 1955:77).
Sumber: Michael Sheehan. 2005. The Balance of Power: Histiry and Theory.
London & New York: Routledge.

Mata kuliah : Teori Keamanan Internasional


NPM: 1506792424
Tugas
: review ke-4
Liska (1977:55) berpendapat bahwa fungsi regulasi dari aliansi dalam
sistem perimbangan kekuatan sangat penting, karena perimbangan kekuatan
adalah sebuah pendekatan yang penuh dengan anomali, banyak hal yang dapat
diatasi melalui sistem aliansi. Terutama sekali, aliansi berperan sebagai mata
rantai yang penting, baik dalam teori maupun dalam praktek dari keseimbangan,
antara tindakan dan kebijakan dari masing-masing negara dan secara
keseluruhan merupakan hasil dari sebuah sistem.
Aliansi dianggap sebagai suatu cara untuk mendorong keseimbangan
sejauh dapat mengatur keuntungan yang diperoleh oleh negara-negara dalam
sistem dan dapat membantu untuk mengatur kendala (constraints), yang mana
dapat membatasi peningkatan atau penurunan kekuatan negara-negara anggota
yang ikut berpartisipasi.

Sumber: Michael Sheehan. 2005. The Balance of Power: Histiry and Theory.
London & New York: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai