Anda di halaman 1dari 7

Penyebab Waham

a. Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1998, hal 146-147) faktor predisposisi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan
sebagai berikut :
1) Teori Biologis
Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan

kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak
lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan
suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang

yang menderita skizoprenia.


Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin neurotransmiter
yang dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas
yang berlebihan dari pemecahan asosiasi- asosiasi yang umumnya

diobservasi pada psikosis.


2) Teori Psikososial
Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan
perkembangan

skizofrenia

sebagai

suatu

perkembangan

disfungsi

keluarga. Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman


hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada
ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya
suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri
kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa, dimana di masa ini

anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.


Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis
akan

menghasilkan

hubungan

orang

tua

anak

yang

penuh

akan

kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan


penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya

tehadap orang lain.


Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu
ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan
saling mempengaruhi orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih

lemah penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan


yang ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering
kali merupakan penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan
isi pikir : waham kebesaran yaitu :
1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan

dengan

nerobiologis

yang

maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang


mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi rangsangan.
Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa
derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat
kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen
degeneratif dari neuron. Waham somatic terjadi kemungkinan karena
disebabkan adanya gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan
penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit perubahan pada saraf
kortikal akibat penuaan (Boyd, 2005 dalam Purba dkk, 2008).
2) Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya

terdapat

pada

respon

neurobiologist

yang

maladaptive berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan


prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa
bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan,
kelainan terhadap penampilan, stress agngguan dalam berhubungan
interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan
sebagainya.
Sumber:
Townsend M.C. 1998. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC
Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Boyd, M.A. (2005). Psychiatric Nursing: Contemporary Practice. (3 rd ed.).


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Penyebab RBD
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut
:
1. Genetik dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi
keturunannya.

Disamping

itu

terjadinya
adanya

resiko

penurunan

bunuh

diri

serotonin

pada
dapat

menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.


2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang
yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (melakukan suicide
untuk kebaikan masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan
hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
Selain itu, Cook dan Fontaine (1987) menerangkan penyebab bunuh diri dari
masing-masing golongan usia.
1) Pada anak

Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan

Situasi keluarga yang kacau

Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik

Gagal sekolah

Takut atau dihina di sekolah

Kehilangan orang yang dicintai

Di hukum orang lain

2) Pada remaja

Hubungan interpersonal yang tidak bermakna

Sulit mempertahankan hubungan interpersonal

Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan

Perasaan tidak dimengerti orang lain

Kehilangan orang yang dicintai

Keadaan fisik

Masalah dengan orang tua

Masalah seksual

depresi

3) Pada dewasa

Self-ideal terlalu tinggi

Cemas akan tugas akademik yang banyak

Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang


orang tua

Kompetisi untuk sukses

4) Pada usia lanjut

Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan

Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi

Perasaan tidak berarti di masyarakat

Kesepian dan isolasi sosial

Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan)

Sumber hidup berkurang


Tabel faktor risiko tingkah laku bunuh diri
(Stuart dan Sundeen, 1987, hal 488)

Faktor
Umur

Risiko tinggi
45 tahun dan remaja

Risiko rendah
25-45 tahun dan < 12

Jenis
Status kawin
Jabatan
Pengangguran
Penyakit fisik
Gangguan mental
Pemakaian
obat

Laki-laki
Cerai, pisah, janda/ duda
Profesional
Pekerja
Kronik, terminal
Depresi, halusinasi
Ketergantungan

tahun
Perempuan
Kawin
Pekerjaan kasar
Pekerjaan
Tidak ada yang serius
Gangguan kepribadian
Tidak

alkohol

dan

Faktor Predisposisi Bunuh Diri


Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
a. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang

yang

baru

mengalami

kehilangan,

perpisahan/perceraian,

kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor


penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan

terisolasi

dapat

terjadi

karena

kehilangan

hubungan

interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.


2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan.
Sumber:
Cook, J.S., dan Fontaine, K.L. (1987). Essentials of mental health nursing. California:
Addison-Wesley Publishing Company.
Durkheim, Emile. (1897/1951). Suicide. New York: Free Press
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Penyebab Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1) Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2) Faktor presipitasi
Faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri
(NANDA, 2006)
Menurut Depkes (2000) faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi,

shampo,

alat

menyediakannya.

mandi

yang

semuanya

memerlukan

uang

untuk

d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
Sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran

Sumber:

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.


Nanda (Budi Santosa: editor). 2006. Panduan Diagnosa NANDA 2005-2006: Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai