Anda di halaman 1dari 71

Konsep Dasar Perawatan Luka

A.

Definisi

Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang
kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.
(Joyce M. Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih,
ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama
berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali
normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
B.

Etiologi / Penyebab Luka

Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai
perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan
penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
1.

Trauma

2.

Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

3.

Gigitan binatang atau serangga

4.

Tekanan

5.

Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena

6.

Immunodefisiensi

7.

Malignansi

8.

Kerusakan jaringan ikat

9.

Penyakit metabolik, seperti diabetes

10.

Defisiensi nutrisi

11.

Kerusakan psikososial

12.

Efek obat-obatan

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
dengan multifaktor.
C.

Jenis-jenis luka

1.

Berdasarkan Kategori

a.

Luka Accidental

Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka
bergerigi; berdarah; tidak steril
b.

Luka Bedah

Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih;
perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
2.

Berdasarkan integritas kulit

a.

Luka terbuka

Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan
jaringan; risiko infeksi
b.

Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin
cedera internal dan perdarahan
3.

Berdasarkan Descriptors

a.

Aberasi

Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan
jaringan skar
b.

Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang
tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
c.

Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi
d.

Kontusio

Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar


4.

Klasifikasi Luka Bedah

a.

Luka bersih

Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system
genitourinary, risiko infeksi rendah
b.

Bersih terkontaminasi

Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi
c.

Kontaminasi

Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi

d.

Infeksi

Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi


D.

Klasifikasi luka

1.

Berdasarkan penyebab

a.

Luka pembedahan atau bukan pembedahan

b.

Akut atau kronik

2.

Kedalaman jaringan yang terlibat

a.

Superficial

Hanya jaringan epidermis


b.

Partial thickness

Luka yang meluas sampai ke dalam dermis


c.

Full thickness

Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan
kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau
tulang
E.

Prinsip Dasar Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka
dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase
hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami
prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat
mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu
perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara
mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada
pasien patient centered, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan
luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut
adalah sebagai berikut:
1.

Hemostasis

Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan
luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah

sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet
mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan
menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang
berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan
membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi
hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti platelet-derived
growth factor. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada
gangguan faktor pembekuan.
2.

Inflamasi

Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan eritema,
pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri, secara
klasik rubor et tumor cum calore et dolore. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari
sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisasisa. Ini adalah pekerjaan dari PMNs (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan
pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMNs ke sekitar jaringan. Neutropil
memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi.
Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang
berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu
memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik
yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor
pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL1).
3.

Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)

Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung hingga
hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh adanya
jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan kadangkadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada
penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung
terbentuk jaringan baru.

Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan
terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan
sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan
membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel roofer dan sider adalah keratinosit
yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana
keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.
4.

Remodeling atau maturasi

Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka
jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast.
Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.
Tabel 1. Fase penyembuhan luka
Fase

Analogi

penyembuha

Sel-sel yang

membangun

Waktu

berperan

rumah

Hemostasis

Segera

Platelets

Capping off

Hari 1-4

Neutrophils

Inflamation

conduits
Unskilled
laborers to clean
uap the site

Proliferation
Granulation

Hari 4
21

Macrophages

Supervisor Cell

Lymphocytes

Specific

Angiocytes
Neurocytes

laborers at the
site:
Plumber

Electrician

Framers
Fibroblasts
Contracture

Roofers and

Keratinocytes

Siders

Fibrocytes

Remodelers

Hari 21
Remodeling

2 tahun

Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua komponen
utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang
dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe penyembuhan yang
biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang lebih kompleks
daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer, sekunder dan tersier.
Intension Primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1.

Fase Inisial (3-5 hari)

2.

Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel

3.

Fase granulasi (5 hari 4 minggu)

Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase granulasi luka
berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak granula-granula merah. Luka
berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitelium yang
tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan mulai matur dan luka
merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 5 hari.

4.

Fase kontraktur scar ( 7 hari beberapa bulan )

Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan miofibroblast yang
aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan membawa ujung
kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak
mengandung pembuluh darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar eksudat
dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka
tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada penyembuhan primer.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit
bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah
infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan
dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya
mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau sekunder
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-perawatan-luka.html

Makalah Perawatan Luka


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Luka yang sering di temukan adalah luka yang bersih tanpa kontaminasi,missal luka insisi yang
tertutup, luka-luka yang melibatkan saluran kemih, missal cecio caesaria dibawah sekmen
bawah. Oleh karena itu bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam melakukan perawatan
luka pasca operasi.

Dalam pengkajian luka harus memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu dan tempat operasi serta
tampilan perawatan luka.
Keputusan untuk membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan apakah kebersihan
luka merupakan tindakan yang di identifikasi. Bila luka perlu di bersihkan dan dibalut ulang
perawatan hrus dilakukan dengan teknik bersih dengan air atau normal salin. Bila luka tampak
terinfeksi perlu dilakukan rujukan.

B.

Tujuan

Perawatan luka operasi bertujuan untuk meningkatakan proses penyembuhan jaringan dan
mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka oleh karena itu bidan harus
terampil dan melakukan perawatan luka pasca operasi.

BAB II
KONSEP DASAR

A.

Pengertian

Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah
infeksi silang ( masuk melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka.
1.

Tahap respon inflantasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya luka

2.

Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pemberian jaringan yang mati oleh leukosit polimer

fenuklear dan makrofag


3.

Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringa ikat dan

mengifultasi luka.
4.

Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitalisasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan

ikat

B.

Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor :


1.

Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah

yang baik untuk pertumbuhan perbaikan sel


2.

Anemia ,memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan

kadar protein yang cukup.


3.

Usia , kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan,kematangan usia

seseorang.

4.

Nutrisi,merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena kandungan

zat gizi yang terdapat didalamnya.


5.

Kemungkinan,obat-obatan,merokok dan stress,mempengaruhi proses penyembuhan luka.

C.

Perawatan Luka Insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama(larutan betadine dan
sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan
luka dibersihkan.Dibuat pula catatan kapan benang/orave,dicabut dan dilonggarkan.Diperhatikan
pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.

D.

Penatalaksanan luka dengan eksudat :

1.

Luka dengan sedikit eksudat di tutup dengan band and operative dressing.

2.

Luka dengan eksudat sedang di tutup dengan tegal filmated swabs atau dengan pembalut

luka lainnya.
3.

Luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau di kompres dengan cairan suci

hama lainnya.
Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita, sebaiknya di pakai
gurita.

E.
1.

Komplikasi luka insisi


Sebagai luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan eksudat sebagian lagi dalam

sejumlah sedang atau banyak akan keluar melalui lubang-lubang(fisdel)


2.

Luka terbuka sebagian bernanah dan berinfeksi

3.

Luka terbuka seluruhnya dan usus kelihatan

Tempat perawatan pasca operasi atau bedah

Setelah tindakan di kamar operasi , penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery room)
yang di lengkapi dengan alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila keadaan
penderita gawat, segera pindahkan ke unit kamar darurat(intensive care unit)

Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama penderita Puasa Pasca Operasi (PPO), maka pemberian cairan
perinfus harus cukup banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi
hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya.

Nyeri

Sejak penderita sadar, dalam 24jam pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk
mengurangi rasa nyeri di berikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan
intramuskuler pthidin dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus
atau obat lainnya.

Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalan-jalannya
penyembuhan penderita, kemajian mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang di
lakukan oleh komlikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula
kepercayaan pada si sakit bahwa ia mulai sembuh.
Perubahan gerakan dan posisi yang harus di terangkan kepada penderita atau keluarga yang
menunggunya.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombisis dam emboli sebaiknya, bila terlalau
dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan operasi, jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta di ikuti dengan istirahat adalah yang paling di anjurkan.

Pemberian obat-obatan

Antibiotik, kemoterapi dan antiflamasi

Cara pemilihan dan pemberian anti biotika sangat berbeda-beda disetiap institut, bahkan dalam
satu institutepun masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.
Sebagai pedoman umum kira-kira sebagai berikut:
1.

Sebelum melakukan uji biakan (culture test) dan uji kepekaan (sensitive test), pilihan

antibiotika. Pilihan antibiotika. Pembunuh kuman gram negative sebagai obat peroral atau
sebaliknya.
2.

Setelah hasil uji-makan dan uji kepekaan di terima, berikan obat dengan berpedoman

dengan misi uji laboratorium tersebut dengan cara seperti diatas.


3.

Posisi obat harus tepat dan akurat serta bersifat spektrum luas (Groad Spektrum).

4.

Obat-obat pencegah perut kembung.

Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat
diberikan obat-obatan secara subkutan dan peroral, diantaranya : plasil, perim peran, prostigmin,
dan sebagainya. Apabila terjadi distansi abdomen, yang ditandai dengan adanya perut kembung
dan meteorimus, dilakukan dekompresi dengan pemasangan pita rektal dan pita hasal. Boleh juga
diberikan supporitoria bisa codyl, 36 jam pasca bedah.

5.

Obat-obatan Lainnya.

Untuk meningkatkan vitalis dan keadaan umum penderita dapat diberikan roboronsia, obat anti
inflamasi, atau bahan tranfusi darah pada penderita yang anemis.
6.

Perawatan Putih.

Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin atau
(check up) bayi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau nakes lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah:
o Tekanan darah

o Jumlah nadi per menit


o Frekuensi pernafasan per menit
o Jumlah cairan masuk dan keluar (urine)
o Suhu badan
o Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi kasus periksaan dan pengukuran tersebut sekurangkurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.

F.

Peralatan dan Perlengkapan

1.

Pinset anatomi

2.

Gunting dan plester

3.

Kapas sublimar

4.

Bak instrument dan handscoon

5.

Bengkok

6.

Waskom berisi larutan klorin

7.

Kassa steril

8.

Troli

9.

Tempat tidur

10. Perlak
11. Larutan Nacl 0,9 %
12. Betadine
13. Kapas alcohol

14. Peralatan cuci tangan

G.

Prosedur Kerja

1.

Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan.

2.

Siapkan bahan dan alat secara ergonomis.

3.

Pasang sampiran.

4.

Atur posisi pasien senyaman mungkin.

5.

Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan.

6.

Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

7.

Pakai sarung tangan (handscoon).

8.

Olesi plester dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka.

9.

Buka plester dan kasa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok.

10. Kaji luka (tekan daerah sekitar luka, lihat sudah kering atau basah.
11. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan gram faal.
12. Buang kasa yang telah digunakan kedalam bengkok.
13. Keringkan luka dengan menggunakan kassa yang baru.
14. Berikan salep antiseptic.
15. Tutup luka dengan kassa dan memasang plester.
16. Rapikan pasien.
17. Bereskan alat.

18. Lepas sarung tangan (masukkan kedalam Waskom berisi larutan klorin 0,5% selama 10
menit ).
19. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk.
20. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Perawatan luka operasi


Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah
infeksi slang ( masuk melalui luka ) dan mempererat proses penyembuhan luka.
Proses penyembuhan luka
1.

Tahap Respon

2.

Tahap destruktif

3.

Tahap poliferatif

4.

Tahap masturbasi

Faktor faktor yang mempengaruhiv


1.

Faskularisasi

2.

Anemia

3.

Usia

4.

Nutrisi

5.

Kegemukan

B. Saran

Kebutuhan Cairan

Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit


PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Distribusi Cairan Tubuh
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh, sekitar 45- 75% total berat badan, nya merupakan
cairan intrasel dan sisanya ekstrasel dengan nya tardapat pada intravaskuler dan sisanya
merupakan intertisial. Lemak tubuh bebas air, sehingga yang kurus memiliki jumlah air lebih banyak
dibanding yang gemuk.
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
dewasa 60%
anak-anak 60 77%
infant 77%
embrio 97%
manula 40 50 %
pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami kehilangan
jaringan tubuh.
intracellular volume = total body water extracellular volume
interstitial fluid volume = extracellular fluid volume plasma volume
total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)
Proporsi cairan dan elektrolit tubuh
BBL : 80 % bb
Anak : 70 % bb
Dewasa : 60 % bb
Usila : 40 45 % bb
Regulasi Cairan Tubuh
Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar dalam kondisi
yang setimbang atau tetap. Banyak organ yang terlibat dalam proses mekanisme ini.
Normal kebutuhan cairan adalah 35 cc/KgBB/hr. Namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake (masukan)
air pada orang dewasa adalah dari ingesti liquid 1500 cc, daro makanan 700 cc, air dari oksidasi 200 cc
sehingga totalnya 2400 cc/hari. Sedangkan untuk pengaturan keseimbangan cairan tubuh terdapat
mekanisme pembuangan cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Organ tersebut adalah melalui
kulit 300-400 cc berupa keringat dan penguapan namun tergantung pada aktivitas dan suhu. Dari paruparu300-400 cc berupa uap air dari ekspirasi. Dari GIT sekitar 200 cc/ hari dan akan meningkat pada
kasus diare. Pengeluaran air yang terbanyak terjadi di ginjal, sekitar 1200-1500 cc/hr. Ketika defisit
volume cairan ekstraseluler, maka akan terjadi beberapa mekanisme
diproduksi ADH (anti diuretic hormone) yang berfungsi untuk mereabsorpsi air
aldosteron diproduksi oleh corteks adrenal, berfungsi untuk mereabsorpsi Na yang . berefek pada
peningkatan air di ekstraseluler
renin yang dilepaskan sel jukstaglomerural ginjal, berfungsi untuk vasokontriksi . . dan sekresi
aldosteron.
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN , ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA

1. Gangguan Keseimbangan Cairan


a.
Dehidrasi
b.
Syok hipovolemik
2. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
1)
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala
dan keram otot.
2)
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang,
disorientasi dan koma.
3)
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
4)
Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti
hipotensi dan takikardi
b. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus,
sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan
pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap
hipernatremia.
c. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi :
1)
Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare,
sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
2)
Diuretik
3)
Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
4)
Ekskresi berlebihan melalui ginjal
5)
Maldistribusi K+
6)
Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik,
penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada
hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan
konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
d. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
1)
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium,
penghambat ACE.
2)
Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan
mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber
eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi
juga harus dipikirkan.
3)
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau
peningkatan cepat dari osmolalitas darah.

4)
Insufisiensi adrenal
5)
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu
lama
6)
Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat
gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang
P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan
menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L.
Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35 7,45).
Bila kurang disebut asidesis
Bila lebih disebut alkalosis
Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan basa.
Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu :
1. System Buffer
2. Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan
3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal
SYSTEM BUFFER
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion H+
(atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat.
Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
1. Buffer Bikarbonat
2. Buffer Protein
3. Buffer Phosphat
BUFFER BIKARBONAT
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat (H2CO3)
dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal dan paru. N : 1
20 ( pada pH tubuh : 7,4 )
BUFFER PROTEIN
Merupakan penyangga untuk cairan intra sellulair dan paling banyak dalam tubuh.
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+,CO2,dan HCO3- dapat bediffasi
kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk mengikat CO2.
SYSTEM GINJAL
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan menyimpan
bikarbonat (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu alkalis.
Dalam keadaan normal :
pH darah : 7,35 7,45
p CO2
: 40 mm Hg
HCO3: 24 mmol/ltr
ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan metabolisme

(metabolic asidosis) :
a.
Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b.
Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam .

ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada
metabolisme (metabolic alkalosis)
a.
Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b.
Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi
penambahan basa pada cairan tubuh.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan.
selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel
perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak
tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme
ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan. Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi
jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral atau enteral.
Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya,
status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
Faktor yang Berhubungan. Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan
seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
Pengkajian Fisik. Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit seperti

system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya distensi vena
jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata), system
neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya refleksi) dan system gastrointestinal
(keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya. Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit (natrium,
kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah dan lain-lain).
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya; peingkatan
permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan
metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung akibat penyakit
jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus; retensi natrium dan
air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid yang rendah.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2. Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:
Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas, kreatinin,
hematokrit dan Hb.
Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara memberikan
minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan:
Pengurangan asupan garam
Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi penyakit pasien
terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan pasien untuk istirahat
dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang mengalami edema
diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.
Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.
3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1. Pemberian cairan melalui infuse. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath
atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester,
gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan
menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya
keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung tangan;
desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek apakah sudah

mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infuse/abocath); tarik jarum infuse dan
hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan betadineTM dan tutup
dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester; lalu cuci tangan.
Cara Menghitung Tetesan Infuse
Dewasa:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam waktu satu
jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000 = 20 tetes/menit
1x3
Anak:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam)
Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam, maka
tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit =
250 = 125 tetes mikro/menit
2
2. Tranfusi Darah. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan
darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat tranfusi set. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan bahan: standar infuse, tranfusi set, NaCl 0,9 %, darah sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum
infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol
70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
prosedur perawatan dan pemasangan infus
Intruksi Prosedur Pemasangan infus

1. pemasangan infuse dari Dokter tercatat lengkap dan


Jelas pada rekam medik atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada kurang dimenggerti segera
tanyakan pada Dokter yangmemberi intruksi.
2. Persiapan :
1. Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter yang akan digunakan.IV catheter
cadangan atau wing needle.Transfusion set/infusion set terbungkus steril, kapas alkohol 70%,Bethadine,
kasa steril, plester/hypafik, spalk, larutan infuse yang akan diberikan.
2. Standar infuse.
3. Pencahayaan yang baik.
4. Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi
1. Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan tenangkan pasien.
2. Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukan bagian tajam infusion set kedalam botol
larutan infuse. Buka saluran hingga cairan infuse memenuhi seluruh selang tanpa menyisakan udara
dalam selang infuse.
3. Lakukan pemasangan infuse.
1. Tentukan lokasi pemasangan ,sesuaikan dengan keperluan rencana pengobatan, punggung tangan
kanan/kiri,kaki kanan/kiri,1 hari/2 hari. Contoh pasien struma IV line dikaki kiri/kanan, Tomor mamae IV

Line ditangan sisi berlawanan pasien shock :2 line atau vena sectie, pasien stroke pada sisi yang tidak
lumpuh
1. Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan ditusuk
menggunakan ligator khusus.
2. Lakukan tindakanaseptik dan antiseptik.
3. Lencangkan kulit dengan memegang tangan/kaki dengan tangan kiri,siapkan IV catheter ditangan
kanan.
4. Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembulu vena dengan lubang jarum menghadap keatas, sudut
tusukan 30-40 derajat arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
5. Bila jarum masuk kedalam pembuluh vena,darah akan tampak masuk kedalam bagian reservoor
jarum . hentikan dorongan.
6. Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian jarum sedikit .Lanjutkan
mendorong kanul kedalam vena secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
7. Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari kanul . tahan bagian kanul
dengan ibu jari kiri.
8. Hubungkan kanul dengan infusan / tranfusion set .buka saluran
infuse
perhatikan apakah tetesan lancar.perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak,menandakan
elestravasasi cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal.
9. Bila tetesan lancar,tak ada ekstravasasi lakukan fiksasi dengan plester /hypafix dan pada bayi/balita
diperkuat dengan spalk ,
10. kompres dengan kasa betadhin pada lokasi penusukan.
11. Atur tetesan infuse sesuai intruksi.
12. Laksanakan proses administrasi ,lengkapi berita acara pemberian infuse ,catat jumlah cairan masuk
dan keluar,catat balance cairan selama 24 jam setiap harinya,catat dalam perincian harian ruangan.
4.Bila sudah tidak diperlukan lagi,pemasangan infuse di stop, IV Catheter dapat dilepas dengan cara:
1. Tutup saluran infuse.
2. Lepaskan plester dengan bantuan bensin.
3. Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan, cabut kanul IV catheter .
4. Kapas difiksasi dengan plester.
5. Seluruh alat infuse dibuang pada tempat sampah medis.
prosedur transfusi darah
Transfusi Darah
Transfusi Darah - Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang
membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar
hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan, seperti pada
operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar
Hb atau kelainan darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah
jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama
pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas
(bercampur rata atau tidak).
Tujuan Transfusi Darah
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien
anemia.

3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk
membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Alat dan Bahan Transfusi Darah
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
Prosedur Kerja Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan infus) terlebih dahulu sebelum
pemberian transfusi darah
6. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk darah :
periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
7. Buka set pemberian darah
1. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
2. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8. Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
1. Tusuk kantong NaCl 0,9%
2. Isi slang dengan NaCl 0,9%
3. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
4. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian)
6. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
7. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong
darah pada tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi darah
9. Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1. Tusuk kantong darah
2. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian
3. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
10. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
11. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit
selama 1 jam berikutnya
12. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
13. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

menghitung balance cairan


Cara menghitung balance cairan
RUMUS BALANCE
CM - CK - IWL
RUMUS IWL
(15 X BB X JAM KERJA) / 24 JAM
RUMUS IWL KENAIKAN SUHU
[(10% X CM) X jumlah kenaikan suhu] / 24 JAM + IWL Normal

Pertolongan Pertama

METODE PERTOLONGAN PERTAMA (Alat Bantu pada


Pertolongan Pertama)

1.

Perban

Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka


dengan tujuan untuk membantu menghentikan pendarahan
dan menyerap cairan yang keluar dari luka juga mencegah
terjadinya kontaminasi kuman.
Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti
sapu tangan, sarung tangan, lembaran kain atau pakaian
yang bersih. Jika memungkinkan, bahan tersebut disterilkan
dengan merebusnya selama 15 menit kemudian baru
dikeringkan. Pada saat menutup luka usahakan perban lebih
lebar beberapa sentimeter dari pinggiran luka untuk
mencegah kontaminasi kotoran atau kuman.

2.

Pembalut / bebat

Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan


untuk melapis luka sehabis diperban. Kegunaannya adalah
untuk menbantu menghentikan pendarahan, mengurangi
terjadinya pembengkakan dan mendukung bagian otot yang
terluka supaya menyatu kembali.
3.

Mitella (pembalut segitiga)

Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama


kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu,
dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk
menggantung lengan.
Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi
pembalut bentuk dasi.
4.

Dasi (cravat)

Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu


ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua ujungujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata,
dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan,
siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.

Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua
ujungnya dapat diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan
cara sebelum diikat arahnya
saling menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya
5.

Pita (pembalut gulung)

Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan
elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan
kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah
kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
1. 2,5 cm : untuk jari-jari
2. 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
3. 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis
dan kaki
4. 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
5. 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah
satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal

menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut


dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi
diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa
dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling
menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu
dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi
dua per tiga bagian sebelumnya.
5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung
perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban.
6.

Plester (pembalut berperekat)

Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi


pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan
patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan lester
disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal
ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang
masing-masing ujungnya difiksasi lengan plester.
Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester
yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung
antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
1. Luka diberi antiseptik
2. Tutup luka dengan kassa
3. Baru letakkan pembalut plester.

7.

Kassa Steril

Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang


sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong.
Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah
didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle),
yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
8.

Bidai

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau
bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk
menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan
mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut
tidak merusak jaringan lemah,
otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula
mencegah terjadinya syok karena
rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang
patah sehingga mencegah terjadinya
infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang
yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi

setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah


mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi
kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali,
untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara
waktu dilakukan pembidaian.
9.

Pembalut Lainnya

Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa


penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan,
sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam
antibiotika. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil.

APN
Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1.

Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat

kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :


a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.
c. Perineum menonjol .
d.

Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan .


2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi tempat datar,
rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
a.

Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.

b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Pakai celemek plastik yang bersih.


4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang kering dan
bersih.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.
6. Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan
disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.
Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a.

Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah

depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c.

Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan

klorin 0,5 % langkah 9.


8. Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal.
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam
posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
( pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman ).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran.

14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk bersih diatas
perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
Lahirnya kepala.
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
a.

Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua
klem tersebut.
21. menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi
muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya
kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahirnya
badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian
bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian
bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir
memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir.
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi
diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik..
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua 2 cm
dari klem pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a.

Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan

penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.


b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c.

Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.
Oksitosin
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang
tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang atas ( dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a.

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva

dan lahirkan plasenta.


b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4. Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.


5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera
lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua
tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi
sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi ( Fundus menjadi keras).

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
Melakukan Prosedur paska persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a.

Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.

Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan,
dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan

kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai
bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1)

2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

2)

Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.

3)

Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan

4)

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk

menatalaksanaan atonia uteri.


47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.
a.

Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.


50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan
baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).

Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah
sakit.

Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.


Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit
dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.

Kebersihan Dan keamanan


51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bagian sarung
tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Pendokumentasian
58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala
IV). ( APN 2008)

ANC
SIKILAS TENTANG ANTE NATAL CARE (ANC) TERPADU IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Angka kematian ibu atau AKI di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 307/100.000
kelahiran hidup (KH), pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007
(SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras mencapai target RPJMN. 20102014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan tujuan pembangunan MDGs yaitu AKI
102/100.000 KH pada tahun 2015.

Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu
adalah factor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti
perdarahan, preeklamsi-eklampsi, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah factor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti
EMPAT TERLALU( terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak
kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit proses penanganan
kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT,(mengenali tanda
bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Factor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita

penyakit menular seperti malaria, HIV AIDS, tuberculosis, sifilis. Penyakit menurun seperti
hipertensi, diabetes mellitus, gangguan jiwa, maupun yang mengalami kekurangan gizi.

Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
perlu mendapatkan perhatian khusus.kurang asupan zat Besi pada perempuan, khususnya ibu
hamil dapat menyebabkan anemia yang akan menambah resiko perdarahan dan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah. selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang
menyertainya, perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan, melalui
kegiatan brain booster meliputi stimulasi otak, janin, dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil.

Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadapa pelayanan antenatal
adalah cakupan K1-kontak pertama dan K4-kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, sesuai standar. Secara nasional angka Ckupan pelayanan antenatal saat
ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36 % (data kementrian kesehatan, 2009).
Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar propinsi dan antar kabupaten atau kota yang
variasinya cukup besar.

1.2

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum :


Untuk mengetahui tentang kehamilan, dan tanda gejala kehamilan serta pemeriksaan yang perlu
dilakukan oleh ibu hamil.

1.2.2 Tujuan Khusus :


Untuk mengetahui definisi hamil
Untuk mengetahui apa itu antenatal care terpadu dan tujuannya

Untuk mengetahui frekuensi dan jenis pemeriksaan antenatal care terpadu


Untuk mengetahui cirri-ciri kehamilan dengan resiko tinggi
Untuk mengetahui tanda dan gejala tanda kehamilan
Untuk mengetahui menu makanan ibu hamil yang sehat
Untuk mengetahui pentingnya senam hamil
Untuk mengatahui kelas hamil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Dasar Kehamilan

Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin dengan lama
kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
(Sarwono Prawirohardjo, 2006; 89)

2.2

Konsep Dasar Antenatal Care Terpadu

2.2.1 Pengertian
Adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu
hamil.

2.2.2 Tujuan Antenatal Care

1.

Tujuan Umum

Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan
bayi yang sehat.
2.

Tujuan Khusus

Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas, termasuk konseling


kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.
Menghilang missed oppprtunity pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan antenatal
terpadu,komprehensif, dan berkualitas.
Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin.
Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang
ada.

2.2.3 Jadwal Antenatal Care


Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid atau tidak menstruasi.
Pemeriksaan ulang. Pemeriksaan ulang dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan,
setiap 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 9 bulan dan setiap 1 minggu sekali sejak usia
kehamilan 9 bulan sampai melahirkan.
a.

Kunjungan I (16 minggu)

Penapisan dan pengobatan anemia.


Perencanaan persalinan.
Pengenalan komplikasi akibat-akibat kehamilan dan pengobatannya.

b.

Kunjungan II (24 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu)

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.


Penapisan pre-eklamsia, gemelli, infeksi, alat reproduksi saluran pencernaan MAP.
Mengulang perencanaan persalinan.
c.

Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir

Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.


Mengenalinya ada kelainan letak dan presentasi.
Memantapkan rencana persalinan.
Mengenali tanda-tanda persalinan. (Sarwono, 2006; 98)

3.

Pemeriksaan khusus. Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang

dirasakan oleh ibu .Sesuai dengan kebijakan program saat ini kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali
pada trimester kedua dan dua kali trimester tiga (Sarwono, 2006:90).

Pelayanan atau asuhan standart minimal termasuk 10 T (Kemenkes, 2010) :


Timbang berat badan
Ukur lingkar lengan atas (LILA)
Ukur tekanan darah
Ukur TFU
Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Tentukan presentasi janin


Beri imunisasi TT
Beri tablet tambah darah ( tablet Fe)
Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
1)

Pemeriksaan golongan darah

2)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (HB)

3)

Pemeriksaan protein dalam urine

4)

Pemeriksaan kadar gula darah

5)

Pemeriksaan darah malaria

6)

Pemeriksaan tes sifilis

7)

Pemeriksaan HIV

8)

Pemeriksaan BTA

j.

Tatalaksana atau penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standart dan kewenangan
tenaga kesehatan.kasus- kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan system rujukan.
(Kemenkes, 2010)

2.3

Ciri-Ciri Kehamilan Resiko Tinggi (Depkes, 2009)

Terlalu muda, hamil pertama usia < 16 tahun

Terlalu tua, hamil pertama usia > 35 tahun


Terlalu lambat hamil yang pertama, kawin 4 tahun baru mempunyai anak
Terlalu lama hamil lagi (> 10 tahun)
Terlalu cepat hamil lagi (< 2 tahun)
Terlalu banyak anak , 4/ lebih
Terlalu tua umur > 35 tahun
Terlalu pendek < 145 cm
Pernah gagal kehamilan
Pernah melahirkan dengan : a.Tarikan tang/ vakum, b.Uri dirogoh, c.Diberi infus/transfusi
Pernah operasi sesar
Penyakit pada ibu hamil : a.Anemia, b.TBC paru, c.Malaria, d.Payah jantung, e.Diabetes
mellitus, f.Penyakit menular seksual
Bengkak pada muka, tungkai dan tekanan darah tinggi
Hamil kembar dua atau lebih
Hamil kembar air (hidramnion)
Bayi mati dalam kandungan
Kehamilan lebih bulan
Letak sungsang
Letak lintang
Pendarahan dalam kehamilan ini
Preeklamsi berat/ kejang2.

2.4

Tanda bahaya pada kehamilan

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam
keadaan bahaya.

Tanda Bahaya Kehamilan meliputi:


1.Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan
muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus,
kehamilan mola, kehamilan ektopik.

Macammacam perdarahan pervaginam


a. Abortus
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau
sebelum plasenta selesai.

Macammacam abortus
Abortus spontan
Abortus provokatus
Abortus medisinalis
Abortus kriminalis
Abortus inkompletus

Abortus insipiens
Abortus imminens
Missed abortion

b. Mola Hidatidosa
Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan
dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.(Sarwono,
2007 : 142)

2. Mual Muntah Berlebihan


Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan
pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat
dan malam hari. Gejalagejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Mual muntah dapat diatasi dengan:


Makan sedikit tapi sering
Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak
Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.
Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu
waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.
Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran serta makanan
lain.

Isap sepotong jeruk yang segar ketika merasa mual


Hindari halhal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
Istirahat cukup

Komplikasi
Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainya adalah perdarahan pada
retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah.

3. Sakit Kepala Yang Hebat


Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam
kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya
menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi
dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.

4.Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat,
sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem
saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan
penglihatan.
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah
visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang
mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunangkunang. Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang

menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan
adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam
retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).

5.Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan


Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang
ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang
mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa
menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada
muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan
fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat
merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.

6. Gerakan Janin Berkurang


Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.

7. Nyeri Perut Yang Hebat


Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada
kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin, 2002: 98)

8. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah
dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi
pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

9.Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejalagejala
sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin
kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala
dari eklamsia

10. Demam Tinggi


Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38 C dalam kehamilan merupakan suatu
masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.

2.5

Menu Ibu Hamil

Dianjurkan makan makanan yang bergizi seimbang. Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu
dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya, kenaikan
berat badan rata-rata antara 6,5 16 kg, kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat
badan ibu turun 5 kg kehamilan TM III, haruslah menjadi perharian.

Tabel kebutuhan makanan sehari-hari ibu hamil

Bahan
Ibu Hamil

Gram
Gram
Beras
400
2 gelas
Daging
75
3x kotak korek api tebal
Tempe
100
4x kotak korek api tebal
Sayur
300
Pada 3 gelas/daun 6 gelas
Buah (pepaya)
200
8x kotak korek api tebal
Susu
100
gelas

Tabel Kebutuhan zat Gizi

Jenis Zat Gizi


Kegunaan
Sumber
Protein
- Membangun sel-sel tubuh janin
- Pertumbuhan rahim dan payudara
- Pertumbuhan jumlah cairan darah dan ketuban ibu
Daging, telur, tahu, tempe dll.
Kalsium
- Pembentukan tulang dan gigi janin.
- Berperan dalam kontraksi otot dan pembukaan darah
Susu dan produk susu (yogurt, keju, dll)
Besi
- Membentuk hemoglobn (zat merah darah) yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh.
Daging merah, kacang-kacangan, kerang
Asam folat
- Mencegah cacat bawaan pada janin berupa kelainan saraf yang direbut defek tabung neurol

Daging, sayuran dan buah-buahan kacang-kacangan


Vitamin D
- Membantu absorbsi kalsium dan fosfor
- Pertumbuhan dan menjaga kesehatan tulang
Kuning telur, susu dan produk susu, ikan dll

2.6

Senam Hamil

Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan
untuk berfungsi secara optimal dalam menghadapi persalinan dengan tenang sehingga proses
persalinan dapat berjalan dengan lancar dan mudah (normal).
Manfaat senam hamil secara teratur dan terukur :
Memperbaiki sirkulasi darah
Mengurangi pembengkakan
Memperbaiki keseimbangan otot
Mengurangi resiko gangguan gastrointestinal
Mengurangi kram/ kejang kaki
Menguatkan otot perut
Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan.

Cara Latihan Senam Hamil


a.Latihan Pendahuluan

Tujuan latihan pendahuluan ini adalah untuk mengetahui daya kontraksi otot-otot tubuh, luar
gerakan persendian, dan mengurangi serta menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan tubuh.

Latihan 1
Sikap : Duduk tegak tersandar ditopang kedua tangan, kedua tungkai kaki diluruskan dan dibuka,
seluruh tubuh lemas dan rileks
Gerakkan kaki kiri jauh ke depan,kaki kanan jauh ke belakang, lalu sebaliknya gerakan kaki
kanan jauh ke depan kaki kiri jauh ke belakang, lakukan masing-masing 8 kali.
Gerakkan kaki kanan dan kiri sama-sama jauh ke depan dan ke belakang (fleksi plantar dan
dorsal).
Gerakkan kaki kanan dan kiri bersama-sama ke kanan dan ke kiri.
Gerakan kaki kanan dan kiri bersama-sama dalam (endorotasi) sampai ujung jari menyentuh
lantai, lalu gerakan kedua kaki ke arah luar (eksorotasi).
Putarkan kedua kaki bersama-sama (sirkumduksi) ke kanan dan ke kiri masing-masing 4 kali.
Angkat kedua lutut tanpa menggeser kedua tumit dan bokong, tekankan kedua tungkai kaki ke
lantai sambil mengerutkan otot dubur, lalu tarik otot-otot perut sebelah atas simfisis ke dalam
(kempiskan perut) kemudian relaks kembali. Lakukan sebanyak 8 kali.

Latihan 2
Sikap : duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus dan rapat.
Letakkan tungkai kanan di atas tungkai kiri, kemudian tekan tungkai kiri dengan kekuatan
seluruh tungkai kanan sambil mengempeskan dinding perut bagian atas dan mengerutkan liang
dubur selama beberapa saat, kemudian istirahat.

Ulangi gerakan ini dengan tungkai kiri di atas tungkai kanan. Lakukan gerakan-gerakan tersebut
masing-masing 8 kali

Latihan 3
Sikap : duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus, rapat dan rileks.
Angkat tungkai kanan ke atas, lalu letakkan kembali, angkat tungkai kiri ke atas, lalu letakkan
kembali, lakukan hal ini berganti-ganti sebanyak 8 kali.
Lakukan pula latihan seperti di atas dalam posisi berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus
angkat kedua tungkai bersama-sama, kedua lutut jangan ditekuk, kemudian turunkan kembali
perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini sebanyak 8 kali.

Latihan 4
Sikap : duduk bersilah, badan tegak, kedua tangan di atas bahu, kedua lengan di samping badan.
Tekan samping payudara dengan sisi lengan atas
Lalu putarkan kedua tangan tersebut di depan, ke atas samping telinga
Teruskan sampai ke belakang , dan akhirnya kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan-gerakan
di atas sebanyak 8 kali.

Latihan 5
Sikap : Berbaring telentang kedua lengan di samping badan dan kedua lutut ditekuk
Angkat panggul sampai badan dan kedua tungkai atas membentuk sudut dengan lantai yang
ditahan oleh kedua kaki dan bahu. Turunkan pelan-pelan lakukan sebanyak 8 kali.

Latihan 6
Sikap : Berbaringlah telentang, kedua tungkai lurus, kedua lengan berada di samping badan,
keseluruhan badan relaks.
Panjangkan tungkai kanan dengan menarik tungkai kiri mendekati bahu kiri, kembali pada posisi
semula. Ingat kedua lutut tidak boleh ditekuk (dibengkokkan). Keadaan dan gerakan serupa
dilakukan sebaliknya untuk tungkai kiri. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
Latihan ini diulangi sebanyak 8 kali.

Latihan 7
Panggul diputar ke kanan dan ke kiri masing-masing empat kali. Gerakan panggul ke kiri yang
dilakukan sebagai berikut : tekankan pinggang ke lantai sambil mengempiskan perut dan
mengerutkan otot dubur, gerakan panggul ke kanan, angkat pinggang, gerakan panggul ke kiri
dan seterusnya. Cara-cara latihan pendahuluan di atas dilakukan beberapa hari sampai wanita
hamil dapat menjalankan latihan-latihan inti.

b.Latihan Inti
Klasifikasi dan tujuan dari latihan ini adalah :

Latihan pembentukan sikap tubuh


Untuk mendapatkan sikap tubuh yang baik selama hamil, karena sikap tubuh yang baik
menyebabkan tulang panggul naik sehingga, janin berada dalam kedudukan normal. Sedangkan
sikap tubuh yang tidak baik akan menyebabkan tulang panggul turun, sehingga kedudukan janin
kurang baik .

Latihan kontraksi dan relaksasi


Untuk memperoleh sikap tubuh dan mengatur relaksasi pada waktu yang diperlukan.

Latihan pernafasan
Untuk melatih berbagai teknik pernafasan supaya dapat dipergunakan pada waktunya sesuai
kebutuhan.

Syarat guna mendapatkan pernafasan yang sempurna adalah relaksasi seluruh tubuh,
berkonsentrasi dan untuk melemaskan otot-otot dinding perut dan pernafasan maka kedua lutut
harus ditekuk.

Selama kehamilan bentuk-bentuk latihan ini dilakukan secara terpadu dan cara latihannya dibagi
menurut umur kehamilan, yaitu latihan pada kehamilan minggu ke22-25, 26-30, 31-34 dan
minggu ke-35 ke atas. ``

Minggu ke-31-34

Latihan pembentukan sikap tubuh


Sikap : Berdiri tegak, kedua lengan di samping, kedua kaki selebar bahu dan berdiri relaks
Lakukan gerakan jongkok perlahan-lahan, badan tetap lurus (Gambar 24-15), lalu tegak berdiri
perlahan-lahan.

Pada mula berlatih, supaya jangan jatuh kedua tangan boleh berpegangan pada misalnya
sandaran kursi. Lakukan sebanyak 8 kali.

Latihan kontraksi dan relaksasi


Sikap : Tidur telentang, kedua lengan disamping badan kedua kaki ditekuk dan lemaskan badan.
Lakukan pernafasan diafragma dan pernafasan dada yang dalam seperti telah dibicarakan.

Latihan pernafasan
Pernafasan seperti telah diharapkan tetap dengan frekuensi 26-28 per-menit dan lebih cepat.
Gunanya untuk menghilangkan rasa nyeri

Minggu ke-35 sampai akan Partus

Latihan pembentukan sikap tubuh


Sikap : berbaring telentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki ditekuk pada lutut dan
relaks.
Angkat badan dan bahu. Letakkan dagu di atas dada melihatlah ke arah vulva. Kegiatan ini
pertahankan beberapa saat, lalu kembali ke sikap semula dan santailah. Latihan ini diulang 8 kali
dengan interval 2 menit.

Latihan kontraksi dan relaksasi

Sikap : tidur telentang, kedua lengan, di samping badan, kedua kaki lurus, lemeskan seluruh
tubuh, lakukan pernafasan secara teratur dan berirama.
Tegangkan seluruh otot tubuh dengan cara : katupkan rahang kerutkan dahi, tegangkan otot-otot
leher, kepalkan kedua tangan, tegangkan bahu, tegangkan otot-otot perut, kerutkan dubur,
tegangkan kedua tungkai kaki dan tahan nafas. Setelah beberapa saat, kembali ke sikap semula
dan lemaskan seluruh tubuh. Lakukan kegiatan ini 9 kali.

Latihan pernafasan
Sikap : Tidur telentang, kedua lutut dipegang oleh kedua lengan (posisi litotomi) dan relaks
Buka mulut sedikit dan bernafaslah sedalam-dalamnya, lalu tutup mulut. Latihan mengejan
seperti buang air besar (defikasi) ke arah bawah dan depan. Setelah lelah mengejan, kembali ke
posisi semula. Latihan ini diulang 4 kali dengan interval 2 menit.

c. Latihan Penenangan dan Relaksasi


Latihan penenangan
Tujuan: Latihan ini berguna untuk menghilangkan tekanan (stress) pada waktu melahirkan.
Dengan latihan ini diharapkan ibu dapat menjadi tenang dan memperoleh relaksasi sempurna
menghadapi persalinan.
Sikap : Berbaringlah miring ke arah punggung janin, misalnya ke kiri, maka lutut kanan
ditetakkan di depan lutut kiri keduanya di tekuk. Tangan kanan ditekuk di depan badan,
sedangkan tangan kiri di belakang badan.
Tenang, lemaskan seluruh badan, mata dipicingkan, hilangkan semua suara yang mengganggu,
atasi tekanan. Kerjakan latihan ini selama 5-10 menit.

Latihan relaksasi
Syarat :
(a)

Tutuplah mata dan tekukkan semua persendian.

(b)

Lemaskan seluruh otot-otot badan termasuk muka.

(c)

Pilihlah tempat yang tenang dan tutuplah mata dan telinga.

(d)

Pusatkan pikiran pada satu titik, misalnya pada irama pernafasan.

(e)

Pilihlah posisi relaksasi yang paling anda senangi.

Ada 4 posisi relaksasi, yaitu (a) posisi telentang kedua kaki lurus, (b) berbaring telentang, kedua
lutut ditekuk, (c) berbaring miring, atau (d) posisi relaksasi sedang duduk, yaitu dengan duduk
menghadapi sendaran kursi dalam posisi membungkuk, kedua kaki ke lantai, kedua tangan di
atas sandaran kursi. Duduklah dengan tenang.
Pada ke-4 posisi di atas relaksasi dilakukan dengan jalan menutup/ memicingkan mata,
melemaskan otot-otot seluruh tubuh, tenang dan bernafas dalam dan teratur. Gunanya untuk
memberikan ketenangan dan mengurangi nyeri oleh his, karena itu dapat dilakukan pada kala
pendahuluan dan kala pembukaan.

2.7

Kelas Ibu Hamil

Definisi Kelas Ibu Hamil


Kegiatan Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu
hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibuibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, melalui
praktik dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu anak) ( Depkes, 2009 : vii).

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20
minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil akan
belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan
(Depkes RI, 2009).

Manfaat Kelas Ibu Hamil


Supaya ibu mengerti tentang kelas ibu hamil
Supaya ibu bisa mengaplikasikannya ke dalam kehidupannya sehari-hari
Menambah wawasan keluarga tentang kelas ibu hamil

Pertemuan Kelas Ibu Hamil di lakukan selama 3 pertemuan


1.Pertemuan kelas ibu hamil pertama
1)

Informasi kelas ibu hamil

2)

Perubahan tubuh selama kehamilan

3)

Perawatan kehamilan

Tujuan
Memahami apa yang disebut kelas ibu hamil
Memahami bahwa kehadiran tepat waktu dan berpartisipasi aktif penting untuk keberhasilan
kelas ibu hamil

Memahami bahwa kelas ibu penting untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kehamilan,
persalinan dan perawatan anak
Memahami bagaimana terjadiya kehamilan
Memahami adanya perubahan tubuh ibu selama kehamilan
Memahami bagaimana mengatasi berbagai keluhan saat hamil
Memahami apa saja yang harus dilakukan oleh ibu selama kehamilan
Memahami pentingnya makanan sehat dan pencegahan anemia saat kehamilan
Memahami bahwa kesiapan psikologis diperlukan dalam menghadapi kehamilan
Memahami bagaimana hubungan suami istri semasa kehamilan
Mengetahui obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu semasa kehamilan
Mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Memahami perlunya perencanaan persalinan sejak awal agar dapat memperlancar proses
persalinan, hal ini adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan stiker:
Tanggal taksiran persalinan
Ibu dan suami menanyakan ke bidan/dokter kapan perkiraan tanggal persalnan.
Tempat dan penolong persalinan
Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong bidan atau dokter
(Rencanakan bersalin di Polindes, Puskesmas, Rumah bersalin, Rumah sakit, Rumah bidan atau
dirumah).
Tabulin (biaya persalinan)
Suami / keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.

Transportasi
Suami dan masyarakat menyiapkan kendaraan jiwa sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera
dirujuk ke rumah sakit.
Calon donor darah
Siapkan calon donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan ibu.
Menyiapkan kebutuhan persalinan

2.Pertemuan Kelas Ibu Hamil Yang Ke Dua


Persalinan
Perawatan nifas

Tujuan
Mengetahui apa saja tanda-tanda bahwa pesalinan telah dimulai.
Mengetahui apa yang di sebut dengan tanda-tanda bahaya pada persalinan.
Memahami poses persalinan yang dapat dialami oleh ibu dan mengapa proses persalinan tersebut
dipilih.
Memahami apa yang harus dilakukan ibu agar dapat menyusui bayinya secara penuh.
Memahami apa yang harus dilakukan ibu pada masa nifas agar dapat menjaga kesehatnnya.
Mengetahui tanda-tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas.
Memahami manfaat vitamin A dosis tinggi bagi ibu dan bayinya
Memahami bahwa setelah bersalin ibu perlu ikut program KB

Mengetahui dan memahami alat kontrasepsi dan cara kerjanya.

Waktu: 75 menit
Metode
Curah pendapat
Ceramah dan tanya jawab
Diskusi
Penugasan
Partisipatif dan Praktek

Materi
Tanda-tanda persalinan
Tanda bahaya pada persalinan
Proses persalinan
Perawatan Nifas
Upaya agar dapat menyusui secara penuh
Tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas
KB Pasca Persalinan

Alat Bantu

Jika tersedia:
Alat bantu sesuai materi (boneka bayi, KB kit dll).
Tikar / matras , bantal untuk senam hamil.

Langkah-langkah Materi Pertemuan Kelas Ibu Hamil II


1.

Lakukan review materi dan hasil evaluasi pra-test dan pasca-test pertemuan pertama.

Bagikan lembar quesioner kepada peserta untuk melakukan pra-test materi pertemuan kedua.
Menjelaskan cara pengisian dan berikan bimbingan kepada ibu yang tidak dapat membaca dan
menulis dengan cara membacakan soal dan pilihan jawaban, serta mencatat jawaban yang
diberikan ibu.
Mengumpulkan hasil para-tes dan evaluasi untuk mengetahui pengetahuan awal peserta kelas ibu
hamil untuk materi kedua.
Setelah pre-test, informasikan bahwa kita akan mulai mendiskusikan materi-materi mengenai
persalinan dan perawatan nifas.
Meminta pendapat peserta kapan seorang ibu hmil tahu bahwa ia akan melahirkan?
Mendiskusikan tanda-tanda yng dapt menjadi pertanda bahwa persalinan sudah dimulai.
Menjelaskan bahwa peserta perlu mengetahui tanda-tanda bahwa persalinan sudah dimulai sesuai
dengan ulasan materi 3.1
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 8 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Apa saja tanda-tanda persalinan?
Meminta pendapat peserta mengenai apa saja yang harus dilakukan ibu saat persalinan?
Mendiskusikan, sesuai dengan pengalaman peserta sebelumnya.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 8 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Apa saja yang dilakukan ibu bersalin?

Meminta pendapat peserta keadaan apa saja yang menjadi pertanda bahwa persalinan dalam
bahaya? Mendiskusikan bersama peserta.
Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada persalinan sesuai dengan ulasan materi 3.2.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 9 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan: Apa saja tanda- tanda bahaya pada ibu bersalin?
Meminta pendapat peserta mengenai proses persalinan yang mungin akan dialami oleh ibu.
Mendiskusikan sesuai dengan apa yang pernah dialami oleh peserta selama ini. Apa peran suami
dalam membantu pesalinan.
Menjelaskan berbagai proses persalinan sesuai dengan ulasan materi 3.3
Apakah yang dimaksud Inisiasi Menyusui Dini (IMD)? Buku KIA halaman. Menjelaskan sesuai
dengan ulasan materi 3.4
Meminta pendapat peserta mengenai hal-hal yang harus dilakukan ibu agar dapat menyusui
bayinya secara eksklusif? Mendiskusikan bersama peserta.
Menjelaskan apa saja yang harus dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui eksklusif ? uraikan
sesuai dengan ulasan materi 4.1.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 9 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Apa saja yang dilakukan ibu nifas?
Menjelaskan tanda-tanda posisi dan pelekatan menyusui yang baik dan benar.
Meminta pendapat peserta mengenai bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas dan manfaat
pemberian vitamin A pada ibu di masa nifas? mendiskusikan bersama peserta.
Menjelaskan bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas dan manfaat pemberian vitamin A dosis
tinggi pada ibu dan bayinya. Uraikan sesuai dengan ulasan materi 4.2.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 10 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan: Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?

Meminta pendapat peserta keadaan apa saja yang menjadi pertanda bahwa terdapat bahaya atau
penyakit pada ibu nifas? Mendiskusikan sesuai dengan pengalaman peserta.
Menjelaskan tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas sesuai dengan ulasan materi 4.3.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 10 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas?
Meminta pendapat peserta mengapa ibu perlu ikut KB dan mendiskusikan alat kontrasepsi yang
dapat digunakan pada masa nifas.
Menjelaskan manfaat Keluarga Berencana dan alat kontrasepsi
sesuai dengan ulasan materi 4.3.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 11 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut KB dan apa saja alat kontrasepsi ?
cara ber KB.
Akhiri pertemuan II dengan pasca test kemudian dievaluasi sehingga dapat diketahui apakah
materi yang disampaikan sudah dipahami oleh peserta.Peragakan senam hamil II (Lembar
Balik pilihan 2-5).
(Depkes RI, 2009 : 27)

3.Pertemuan Kelas Ibu Hamil III


Perawatan Bayi
Mitos
Penyakit Menular
Akte kelahiran

Tujuan
1.

Mengetahui tanda-tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi sakit berat.

2.

Memahami apa yang harus dilakukan pada bayi baru lahir.

3.

Memahami manfaat pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir.

Memahami apa saja tanda bahaya bayi baru lahir.


Memahami manfaat pengamatan perkembangan bayi/ anak.
Memahami manfaat imunisasi dan mengetahui jadwal pemberian imunisasi yang benar.
Memahami apa yang disebut dengan mitos dan bagaimana mengatasinya.
Memahami apa yang disebut dengan IMS
Memahami apa itu HIV dan AIDS dan tahu bagaimana menghindarinya.
Memahami apa yang harus dilakukan jika ibu hamil terinfeksi HIV.
Memahami apa yang disebut penyakit malaria dan tahu bagaimana menghindarinya.
Memahami pentingnya untuk segera mengurus akte kelahiran bagi bayi yang baru lahir.

Waktu: 75 menit
Metode
Curah pendapat
Ceramah dan tanya jawab
Diskusi
Penugasan

Partisipatif dan Praktek

Materi
Perawatan bayi baru lahir
Tanda bayi lahir sehat dn tanda bayi sakit berat
Manfaat pemberian K1 injeksi pda bayi baru lahir
Tanda bahaya bayi baru lahir
Perkembangan bayi atau anak
Pemberian imunisasi pada bayi baru lahir
Penggalian dan pelurusan mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
IMS
Informasi dasar Hiv dan AIDS
Pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil
Pentingnya akte kelahiran

Alat bantu
Jika tersedia :
Sesuai materi (metode kanguru dll)
Tikar atau matras, bantal untuk senam hamil.

Langkah-langkah Materi Pertemuan Kelas Ibu Hamil III


1.

Melakukan review materi dan hasil evaluasi pra-test dan pasca test pertemuan kedua.

Membagikan lembar quesioner kepada peserta untuk melakukan pra-test materi pertemuan ketiga
Menjelaskan cara pengisian dan berikan bimbingan kepada ibu yang tidak dapat membaca dan
menulis dengan cara membacakan soal dan pilihan jawaban, serta mencatat jawaban yang
diberikan ibu.
Mengumpulkan hasil pra-test dan evaluasi untuk mengetahui awal peserta kelas ibu hamil untuk
materi pertemuan ketiga.
Setelah pre-test, informasikan bahwa kita akan mulai mendiskusikan materi-materi mengenai
perawatan bayi, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran.
Meminta pendapat peserta apa tanda-tanda bayi yang lahir sehat? Mendiskusikan mengapa bayi
perlu menangis saat baru dilahirkan.
Menjelaskan apa yang merupakan tanda bayi yang lahir sehat dan manfaat pernafasan pertama
bayi sesuai dengan ulasan materi 5.1
Minta peserta untuk membuka buku KIA halaman 20 dan minta salah satu peserta untuk
membacakannya: Apa saja tanda-tanda bayi lahir sehat?
Minta pendapat peserta apa yang harus dilakukan pada bayi baru lahir? Mendiskusikan bersama
peserta.
Menjelaskan apa saja yng harus diperhatikan untuk merawat bayi baru lahir. Menguraikan sesuai
dengan ulasan materi 5.1
Meminta peserta untuk membuka buku KIA halaman 20-22 dan minta salah satu peserta untuk
membacakannya: Apa yang dilakukan pada bayi baru lahir?
Meminta pendapat peserta mengenai manfaat pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir?
Mendiskusikan bersama peserta.

Menjelaskan manfaat pemberian K1 sesuai dengan ulasan materi 5.2


Meminta pendapat peserta mengenai tanda bayi sakit berat? Mendiskusikan bersama peserta.
Menjelaskan tanda bahaya bayi baru lahir sasuai dengan ulasan materi 5.3
Meminta peserta untuk membuka buku KIA halaman 23 dan minta salah satu peserta untuk
membacakannya: Apa saja tanda-tanda bayi sakit berat?
Meminta pendapat peserta dan mendiskusikan apa saja yang diamati pada bayi ?
Menjelaskan hal-hal yang harus diamati pada bayi agar dapat tumbuh sehat sesuai dengan ulasan
materi 5.4
Meminta peserta untuk membuka buku KIA halaman 24 dan minta salah satu peserta untuk
membacakannya: Amati pertumbuhan anak secara teratur.
Meminta pendapat peserta tentang imunisasi dan curah pendapat mengenai berapa jenis
imunisasi untuk bayi.
Menjelaskan mengenai imunisasi sesuai dengan ulasan materi 5.5.
Mengali dari peserta mitos-mitos apa saja yang banyak beredar dimasyarakat yang berkaitan
dengan kehamilan, persalinan dan perawatan anak.
Menjelaskan dan meluruskan mitos-mitos tadi sesuai dengan ulasan materi 6.1
Meminta pendapat peserta mengenai IMS? Mendiskusikan jenis IMS dan tanda-tanda serta
gejala-gejala yang ada? mendiskusikan bagaimana mengatasi dan menghindarinya
Menjelaskan apa yang disebut IMS sesuai dengan ulasan materi 7.1
Meminta pendapat peserta mengenai HIV dan AIDS? Dan mendiskusikan bagaimana mencegah
penularan HIV dari ibu ke bayi yang dikandungnya?
Menjelaskan apa yang disebut HIV dan AIDS, penularannya dan bagaimana mengetahui status
HIV sesuai dengan ulasan materi 7.2

Meminta pendapat peserta mengenai penyakit malaria pada ibu hamil. Mendiskusikan sesuai
dengan pengalaman peserta.
Menjelaskan mengenai malaria sesuai dengan ulasan materi 7.3
Meminta pendapat peserta mengenai akte kelahiran dan apakah dikeluarga paserta ada yang
sudah mempunyai akte kelahiran.
Menjelaskan pentingnya untuk mempunyai akte kelahiran sesuai dengan ulasan materi 8.1
Membuka Buku KIA dan menjelaskan halaman Keerngan lahir
Mengakhiri peremuan III dengan pasca test kemudian dievaluasi sehingga dapat diketahui
apakah materi yang disampaikan sudah dipahami oleh peserta.
Memperagakan senam hamil I dan II (lembar balik 1-5).

2.8

Persiapan Laktasi

Buah dada merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena
itu jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Bra yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran
buah dada, yang sifatnya adalah menyokong buah dada dari bawah suspension, bukan menekan
dari depan. Dua bulan terakhir dilakukan masase, kolostrum dikeluarkan untuk mencegah
penyumbatan. Perawatan payudara sebelum lahir bertujuan memelihara higiene payudara,
melenturkan/ menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk
kedalam.

Teknik perawatan payudara Pranatal


Kompres puting susu dan area sekitarnya dengan menempelkan kapas/ lap yang dibasahi
minyak.
Bersihkan puting susu dan area sekitarnya dengan handuk kering yang bersih.

Pegang kedua puting susu lalu tarik keluar bersama dan diputar kedalam 20 kali, keluar 20 kali.
Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu payudara diurut dari pangkal menuju puting susu
sebanyak 30 kali.
Kemudian pijat daerah areola sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk memastikan saluran susu
tidak tersumbat
Pakailah bra yang menopang payudara. (Manuaba, 2010)

Cara lain perawatan payudara selama hamil


Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah kehamilan berusia 5-6 bulan.
Pemijatan
Hal ini bisa dilakukan kala mandi. Sebelumnya siapkan di waskom air hangat dan air dingin,
minyak kelapa yang bersih (paling baik jika bikinan sendiri) atau baby oil, handuk, dan kapas.
Cara :
Bersihkan payudara memakai air, lalu massage memakai minyak. Pemijatan dilakukan dengan
memakai kedua tangan, sekeliling payudara diurut memutar searah jarum jam dan kemudian
berbalik arah/berlawanan jarum jam. Setelah itu lakukan pengurutan dari bawah menuju puting,
namun putingnya sendiri tak perlu di-massage karena tak berkelenjar tapi hanya merupakan
saluran air susu belaka.
Usai massage, ketuk-ketuklah payudara memakai ujung jari atau ujung ruas jari. Gunanya agar
sirkulasi darah bekerja lebih baik. Selanjutnya puting dibersihkan dengan menggunakan kapas
dan minyak. Minyak ini berguna melenturkan dan melembabkan puting agar saat menyusui kelak
puting sudah tak gampang lecet.
Terakhir, bersihkan payudara dan puting memakai air hangat dan dingin. Tujuannya untuk
memperlancar sirkulasi darah. Setelah itu keringkan pakai handuk.

Senam Teratur
Sebaiknya payudara juga dirawat dengan melakukan senam. Gunanya untuk memperkuat otot
pektoralis di dada, sehingga memadatkan payudara dan merangsang produksi ASI agar lebih
baik.
Bisa dilakukan sebelum atau sesudah mandi. Ada dua macam senam yang bisa dilakukan para
ibu, yaitu:
Posisi berdiri, tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri dekat siku, sebaliknya tangan
kiri memegang lengan bawah kanan (seperti orang bersidekap). Kemudian tekan kuat-kuat ke
arah dada dengan cara mempererat pegangan, sehingga terasa tarikannya pada otot-otot di dasar
payudara. Selanjutnya lemaskan kembali. Lakukan berulang-ulang hingga 30 kali.
Pegang bahu dengan kedua ujung tangan, kemudian siku diputar ke depan sehingga lengan
bagian dalam mengurut (massage) payudara ke arah atas. Diteruskan gerakan tangan ke atas ke
belakang dan kembali pada posisi semula. Lakukan latihan ini 20 kali putaran.

Jika payudara sangat besar, ada baiknya untuk memilih yang memakai penyangga kawat. Karena
bra yang tak menopang dengan baik pada payudara besar cenderung akan turun dan membentuk
lipatan di bagian bawah payudara. Sementara jika ibu tak menjaga kebersihan dan kekeringan di
bawah lipatan tersebut, maka jamur biasanya akan tumbuh.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Kehamilan adalah masa dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin dengan lama
kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Pelayanan atau asuhan standart minimal termasuk 10 T


1. Timbang berat badan
Ukur lingkar lengan atas (LILA)
Ukur tekanan darah
Ukur TFU
Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Tentukan presentasi janin
Beri imunisasi TT
Beri tablet tambah darah ( tablet Fe)
Periksa laboratorium (rutin dan khusus): a.Pemeriksaan golongan darah, b.Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah (HB), c.Pemeriksaan protein dalam urine, d.Pemeriksaan kadar gula darah,
e.Pemeriksaan darah malaria, f.Pemeriksaan tes sifilis, g.

Pemeriksaan HIV, h.Pemeriksaan

BTA
Tatalaksana atau penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standart dan kewenangan
tenaga kesehatan.kasus- kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan system rujukan.
(Kemenkes, 2010)

Anda mungkin juga menyukai