A.
Definisi
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang
kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.
(Joyce M. Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih,
ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama
berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali
normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
B.
Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai
perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan
penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
1.
Trauma
2.
3.
4.
Tekanan
5.
6.
Immunodefisiensi
7.
Malignansi
8.
9.
10.
Defisiensi nutrisi
11.
Kerusakan psikososial
12.
Efek obat-obatan
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
dengan multifaktor.
C.
Jenis-jenis luka
1.
Berdasarkan Kategori
a.
Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka
bergerigi; berdarah; tidak steril
b.
Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih;
perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
2.
a.
Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan
jaringan; risiko infeksi
b.
Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin
cedera internal dan perdarahan
3.
Berdasarkan Descriptors
a.
Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan
jaringan skar
b.
Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang
tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
c.
Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi
d.
Kontusio
a.
Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system
genitourinary, risiko infeksi rendah
b.
Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi
c.
Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi
d.
Infeksi
Klasifikasi luka
1.
Berdasarkan penyebab
a.
b.
2.
a.
Superficial
Partial thickness
Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan
kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau
tulang
E.
Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka
dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase
hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami
prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat
mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu
perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara
mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada
pasien patient centered, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan
luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Hemostasis
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan
luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah
sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet
mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan
menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang
berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan
membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi
hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti platelet-derived
growth factor. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada
gangguan faktor pembekuan.
2.
Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan eritema,
pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri, secara
klasik rubor et tumor cum calore et dolore. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari
sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisasisa. Ini adalah pekerjaan dari PMNs (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan
pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMNs ke sekitar jaringan. Neutropil
memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi.
Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang
berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu
memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik
yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor
pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL1).
3.
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung hingga
hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh adanya
jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan kadangkadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada
penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung
terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan
terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan
sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan
membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel roofer dan sider adalah keratinosit
yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana
keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.
4.
Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka
jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast.
Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.
Tabel 1. Fase penyembuhan luka
Fase
Analogi
penyembuha
Sel-sel yang
membangun
Waktu
berperan
rumah
Hemostasis
Segera
Platelets
Capping off
Hari 1-4
Neutrophils
Inflamation
conduits
Unskilled
laborers to clean
uap the site
Proliferation
Granulation
Hari 4
21
Macrophages
Supervisor Cell
Lymphocytes
Specific
Angiocytes
Neurocytes
laborers at the
site:
Plumber
Electrician
Framers
Fibroblasts
Contracture
Roofers and
Keratinocytes
Siders
Fibrocytes
Remodelers
Hari 21
Remodeling
2 tahun
Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua komponen
utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang
dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe penyembuhan yang
biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang lebih kompleks
daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer, sekunder dan tersier.
Intension Primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1.
2.
3.
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase granulasi luka
berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak granula-granula merah. Luka
berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitelium yang
tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan mulai matur dan luka
merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 5 hari.
4.
Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan miofibroblast yang
aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan membawa ujung
kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak
mengandung pembuluh darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar eksudat
dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka
tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada penyembuhan primer.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit
bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah
infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan
dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya
mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau sekunder
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-perawatan-luka.html
Latar Belakang
Luka yang sering di temukan adalah luka yang bersih tanpa kontaminasi,missal luka insisi yang
tertutup, luka-luka yang melibatkan saluran kemih, missal cecio caesaria dibawah sekmen
bawah. Oleh karena itu bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam melakukan perawatan
luka pasca operasi.
Dalam pengkajian luka harus memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu dan tempat operasi serta
tampilan perawatan luka.
Keputusan untuk membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan apakah kebersihan
luka merupakan tindakan yang di identifikasi. Bila luka perlu di bersihkan dan dibalut ulang
perawatan hrus dilakukan dengan teknik bersih dengan air atau normal salin. Bila luka tampak
terinfeksi perlu dilakukan rujukan.
B.
Tujuan
Perawatan luka operasi bertujuan untuk meningkatakan proses penyembuhan jaringan dan
mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka oleh karena itu bidan harus
terampil dan melakukan perawatan luka pasca operasi.
BAB II
KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah
infeksi silang ( masuk melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka.
1.
Tahap respon inflantasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya luka
2.
Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pemberian jaringan yang mati oleh leukosit polimer
Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringa ikat dan
mengifultasi luka.
4.
Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitalisasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan
ikat
B.
seseorang.
4.
Nutrisi,merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena kandungan
C.
Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama(larutan betadine dan
sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan
luka dibersihkan.Dibuat pula catatan kapan benang/orave,dicabut dan dilonggarkan.Diperhatikan
pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.
D.
1.
Luka dengan sedikit eksudat di tutup dengan band and operative dressing.
2.
Luka dengan eksudat sedang di tutup dengan tegal filmated swabs atau dengan pembalut
luka lainnya.
3.
Luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau di kompres dengan cairan suci
hama lainnya.
Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita, sebaiknya di pakai
gurita.
E.
1.
3.
Setelah tindakan di kamar operasi , penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery room)
yang di lengkapi dengan alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila keadaan
penderita gawat, segera pindahkan ke unit kamar darurat(intensive care unit)
Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama penderita Puasa Pasca Operasi (PPO), maka pemberian cairan
perinfus harus cukup banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi
hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya.
Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24jam pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk
mengurangi rasa nyeri di berikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan
intramuskuler pthidin dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus
atau obat lainnya.
Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalan-jalannya
penyembuhan penderita, kemajian mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang di
lakukan oleh komlikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula
kepercayaan pada si sakit bahwa ia mulai sembuh.
Perubahan gerakan dan posisi yang harus di terangkan kepada penderita atau keluarga yang
menunggunya.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombisis dam emboli sebaiknya, bila terlalau
dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan operasi, jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta di ikuti dengan istirahat adalah yang paling di anjurkan.
Pemberian obat-obatan
Cara pemilihan dan pemberian anti biotika sangat berbeda-beda disetiap institut, bahkan dalam
satu institutepun masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.
Sebagai pedoman umum kira-kira sebagai berikut:
1.
Sebelum melakukan uji biakan (culture test) dan uji kepekaan (sensitive test), pilihan
antibiotika. Pilihan antibiotika. Pembunuh kuman gram negative sebagai obat peroral atau
sebaliknya.
2.
Setelah hasil uji-makan dan uji kepekaan di terima, berikan obat dengan berpedoman
Posisi obat harus tepat dan akurat serta bersifat spektrum luas (Groad Spektrum).
4.
Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat
diberikan obat-obatan secara subkutan dan peroral, diantaranya : plasil, perim peran, prostigmin,
dan sebagainya. Apabila terjadi distansi abdomen, yang ditandai dengan adanya perut kembung
dan meteorimus, dilakukan dekompresi dengan pemasangan pita rektal dan pita hasal. Boleh juga
diberikan supporitoria bisa codyl, 36 jam pasca bedah.
5.
Obat-obatan Lainnya.
Untuk meningkatkan vitalis dan keadaan umum penderita dapat diberikan roboronsia, obat anti
inflamasi, atau bahan tranfusi darah pada penderita yang anemis.
6.
Perawatan Putih.
Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin atau
(check up) bayi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau nakes lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah:
o Tekanan darah
F.
1.
Pinset anatomi
2.
3.
Kapas sublimar
4.
5.
Bengkok
6.
7.
Kassa steril
8.
Troli
9.
Tempat tidur
10. Perlak
11. Larutan Nacl 0,9 %
12. Betadine
13. Kapas alcohol
G.
Prosedur Kerja
1.
2.
3.
Pasang sampiran.
4.
5.
Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan.
6.
7.
8.
Olesi plester dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka.
9.
Buka plester dan kasa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok.
10. Kaji luka (tekan daerah sekitar luka, lihat sudah kering atau basah.
11. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan gram faal.
12. Buang kasa yang telah digunakan kedalam bengkok.
13. Keringkan luka dengan menggunakan kassa yang baru.
14. Berikan salep antiseptic.
15. Tutup luka dengan kassa dan memasang plester.
16. Rapikan pasien.
17. Bereskan alat.
18. Lepas sarung tangan (masukkan kedalam Waskom berisi larutan klorin 0,5% selama 10
menit ).
19. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk.
20. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tahap Respon
2.
Tahap destruktif
3.
Tahap poliferatif
4.
Tahap masturbasi
Faskularisasi
2.
Anemia
3.
Usia
4.
Nutrisi
5.
Kegemukan
B. Saran
Kebutuhan Cairan
4)
Insufisiensi adrenal
5)
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu
lama
6)
Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat
gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang
P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan
menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L.
Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35 7,45).
Bila kurang disebut asidesis
Bila lebih disebut alkalosis
Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan basa.
Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu :
1. System Buffer
2. Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan
3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal
SYSTEM BUFFER
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion H+
(atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat.
Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
1. Buffer Bikarbonat
2. Buffer Protein
3. Buffer Phosphat
BUFFER BIKARBONAT
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat (H2CO3)
dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal dan paru. N : 1
20 ( pada pH tubuh : 7,4 )
BUFFER PROTEIN
Merupakan penyangga untuk cairan intra sellulair dan paling banyak dalam tubuh.
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+,CO2,dan HCO3- dapat bediffasi
kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk mengikat CO2.
SYSTEM GINJAL
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan menyimpan
bikarbonat (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu alkalis.
Dalam keadaan normal :
pH darah : 7,35 7,45
p CO2
: 40 mm Hg
HCO3: 24 mmol/ltr
ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan metabolisme
(metabolic asidosis) :
a.
Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b.
Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam .
ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada
metabolisme (metabolic alkalosis)
a.
Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b.
Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi
penambahan basa pada cairan tubuh.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan.
selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel
perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak
tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme
ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan. Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi
jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral atau enteral.
Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau pengeluaran lainnya,
status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
Faktor yang Berhubungan. Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan
seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
Pengkajian Fisik. Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit seperti
system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya distensi vena
jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata), system
neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya refleksi) dan system gastrointestinal
(keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya. Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit (natrium,
kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah dan lain-lain).
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya; peingkatan
permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan
metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung akibat penyakit
jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus; retensi natrium dan
air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid yang rendah.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2. Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:
Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas, kreatinin,
hematokrit dan Hb.
Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara memberikan
minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan:
Pengurangan asupan garam
Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi penyakit pasien
terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan pasien untuk istirahat
dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang mengalami edema
diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.
Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.
3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1. Pemberian cairan melalui infuse. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath
atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester,
gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan
menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya
keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung tangan;
desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek apakah sudah
mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infuse/abocath); tarik jarum infuse dan
hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan betadineTM dan tutup
dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester; lalu cuci tangan.
Cara Menghitung Tetesan Infuse
Dewasa:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam waktu satu
jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000 = 20 tetes/menit
1x3
Anak:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam)
Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam, maka
tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit =
250 = 125 tetes mikro/menit
2
2. Tranfusi Darah. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan
darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat tranfusi set. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan bahan: standar infuse, tranfusi set, NaCl 0,9 %, darah sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum
infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol
70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
prosedur perawatan dan pemasangan infus
Intruksi Prosedur Pemasangan infus
Line ditangan sisi berlawanan pasien shock :2 line atau vena sectie, pasien stroke pada sisi yang tidak
lumpuh
1. Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan ditusuk
menggunakan ligator khusus.
2. Lakukan tindakanaseptik dan antiseptik.
3. Lencangkan kulit dengan memegang tangan/kaki dengan tangan kiri,siapkan IV catheter ditangan
kanan.
4. Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembulu vena dengan lubang jarum menghadap keatas, sudut
tusukan 30-40 derajat arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
5. Bila jarum masuk kedalam pembuluh vena,darah akan tampak masuk kedalam bagian reservoor
jarum . hentikan dorongan.
6. Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian jarum sedikit .Lanjutkan
mendorong kanul kedalam vena secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
7. Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari kanul . tahan bagian kanul
dengan ibu jari kiri.
8. Hubungkan kanul dengan infusan / tranfusion set .buka saluran
infuse
perhatikan apakah tetesan lancar.perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak,menandakan
elestravasasi cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal.
9. Bila tetesan lancar,tak ada ekstravasasi lakukan fiksasi dengan plester /hypafix dan pada bayi/balita
diperkuat dengan spalk ,
10. kompres dengan kasa betadhin pada lokasi penusukan.
11. Atur tetesan infuse sesuai intruksi.
12. Laksanakan proses administrasi ,lengkapi berita acara pemberian infuse ,catat jumlah cairan masuk
dan keluar,catat balance cairan selama 24 jam setiap harinya,catat dalam perincian harian ruangan.
4.Bila sudah tidak diperlukan lagi,pemasangan infuse di stop, IV Catheter dapat dilepas dengan cara:
1. Tutup saluran infuse.
2. Lepaskan plester dengan bantuan bensin.
3. Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan, cabut kanul IV catheter .
4. Kapas difiksasi dengan plester.
5. Seluruh alat infuse dibuang pada tempat sampah medis.
prosedur transfusi darah
Transfusi Darah
Transfusi Darah - Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang
membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar
hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan, seperti pada
operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar
Hb atau kelainan darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah
jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama
pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas
(bercampur rata atau tidak).
Tujuan Transfusi Darah
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien
anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk
membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Alat dan Bahan Transfusi Darah
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
Prosedur Kerja Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan infus) terlebih dahulu sebelum
pemberian transfusi darah
6. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk darah :
periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
7. Buka set pemberian darah
1. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
2. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8. Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
1. Tusuk kantong NaCl 0,9%
2. Isi slang dengan NaCl 0,9%
3. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
4. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian)
6. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
7. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong
darah pada tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi darah
9. Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1. Tusuk kantong darah
2. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian
3. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
10. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
11. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit
selama 1 jam berikutnya
12. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
13. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Pertolongan Pertama
1.
Perban
2.
Pembalut / bebat
Dasi (cravat)
Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua
ujungnya dapat diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan
cara sebelum diikat arahnya
saling menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya
5.
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan
elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan
kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah
kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
1. 2,5 cm : untuk jari-jari
2. 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
3. 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis
dan kaki
4. 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
5. 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah
satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal
7.
Kassa Steril
Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau
bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk
menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan
mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut
tidak merusak jaringan lemah,
otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula
mencegah terjadinya syok karena
rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang
patah sehingga mencegah terjadinya
infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang
yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi
Pembalut Lainnya
APN
Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1.
Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat
Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah
depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c.
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal.
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam
posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
( pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman ).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk bersih diatas
perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua
klem tersebut.
21. menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi
muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya
kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahirnya
badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian
bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian
bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir
memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir.
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi
diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik..
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua 2 cm
dari klem pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a.
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.
Oksitosin
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang
tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang atas ( dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi
sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi ( Fundus menjadi keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
Melakukan Prosedur paska persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan,
dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan
kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai
bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1)
2)
3)
4)
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah
sakit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
Pendokumentasian
58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala
IV). ( APN 2008)
ANC
SIKILAS TENTANG ANTE NATAL CARE (ANC) TERPADU IBU HAMIL
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Angka kematian ibu atau AKI di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 307/100.000
kelahiran hidup (KH), pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007
(SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras mencapai target RPJMN. 20102014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan tujuan pembangunan MDGs yaitu AKI
102/100.000 KH pada tahun 2015.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu
adalah factor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti
perdarahan, preeklamsi-eklampsi, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah factor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti
EMPAT TERLALU( terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak
kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit proses penanganan
kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT,(mengenali tanda
bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Factor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita
penyakit menular seperti malaria, HIV AIDS, tuberculosis, sifilis. Penyakit menurun seperti
hipertensi, diabetes mellitus, gangguan jiwa, maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
perlu mendapatkan perhatian khusus.kurang asupan zat Besi pada perempuan, khususnya ibu
hamil dapat menyebabkan anemia yang akan menambah resiko perdarahan dan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah. selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang
menyertainya, perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan, melalui
kegiatan brain booster meliputi stimulasi otak, janin, dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadapa pelayanan antenatal
adalah cakupan K1-kontak pertama dan K4-kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, sesuai standar. Secara nasional angka Ckupan pelayanan antenatal saat
ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36 % (data kementrian kesehatan, 2009).
Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar propinsi dan antar kabupaten atau kota yang
variasinya cukup besar.
1.2
Tujuan
2.1
Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin dengan lama
kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
(Sarwono Prawirohardjo, 2006; 89)
2.2
2.2.1 Pengertian
Adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu
hamil.
1.
Tujuan Umum
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan
bayi yang sehat.
2.
Tujuan Khusus
b.
3.
Pemeriksaan khusus. Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang
dirasakan oleh ibu .Sesuai dengan kebijakan program saat ini kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali
pada trimester kedua dan dua kali trimester tiga (Sarwono, 2006:90).
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Pemeriksaan HIV
8)
Pemeriksaan BTA
j.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standart dan kewenangan
tenaga kesehatan.kasus- kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan system rujukan.
(Kemenkes, 2010)
2.3
2.4
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam
keadaan bahaya.
Macammacam abortus
Abortus spontan
Abortus provokatus
Abortus medisinalis
Abortus kriminalis
Abortus inkompletus
Abortus insipiens
Abortus imminens
Missed abortion
b. Mola Hidatidosa
Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan
dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.(Sarwono,
2007 : 142)
Komplikasi
Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainya adalah perdarahan pada
retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah.
4.Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat,
sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem
saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan
penglihatan.
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah
visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang
mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunangkunang. Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang
menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan
adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam
retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah
dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi
pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
9.Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejalagejala
sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin
kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala
dari eklamsia
2.5
Dianjurkan makan makanan yang bergizi seimbang. Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu
dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya, kenaikan
berat badan rata-rata antara 6,5 16 kg, kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat
badan ibu turun 5 kg kehamilan TM III, haruslah menjadi perharian.
Bahan
Ibu Hamil
Gram
Gram
Beras
400
2 gelas
Daging
75
3x kotak korek api tebal
Tempe
100
4x kotak korek api tebal
Sayur
300
Pada 3 gelas/daun 6 gelas
Buah (pepaya)
200
8x kotak korek api tebal
Susu
100
gelas
2.6
Senam Hamil
Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan
untuk berfungsi secara optimal dalam menghadapi persalinan dengan tenang sehingga proses
persalinan dapat berjalan dengan lancar dan mudah (normal).
Manfaat senam hamil secara teratur dan terukur :
Memperbaiki sirkulasi darah
Mengurangi pembengkakan
Memperbaiki keseimbangan otot
Mengurangi resiko gangguan gastrointestinal
Mengurangi kram/ kejang kaki
Menguatkan otot perut
Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan.
Tujuan latihan pendahuluan ini adalah untuk mengetahui daya kontraksi otot-otot tubuh, luar
gerakan persendian, dan mengurangi serta menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan tubuh.
Latihan 1
Sikap : Duduk tegak tersandar ditopang kedua tangan, kedua tungkai kaki diluruskan dan dibuka,
seluruh tubuh lemas dan rileks
Gerakkan kaki kiri jauh ke depan,kaki kanan jauh ke belakang, lalu sebaliknya gerakan kaki
kanan jauh ke depan kaki kiri jauh ke belakang, lakukan masing-masing 8 kali.
Gerakkan kaki kanan dan kiri sama-sama jauh ke depan dan ke belakang (fleksi plantar dan
dorsal).
Gerakkan kaki kanan dan kiri bersama-sama ke kanan dan ke kiri.
Gerakan kaki kanan dan kiri bersama-sama dalam (endorotasi) sampai ujung jari menyentuh
lantai, lalu gerakan kedua kaki ke arah luar (eksorotasi).
Putarkan kedua kaki bersama-sama (sirkumduksi) ke kanan dan ke kiri masing-masing 4 kali.
Angkat kedua lutut tanpa menggeser kedua tumit dan bokong, tekankan kedua tungkai kaki ke
lantai sambil mengerutkan otot dubur, lalu tarik otot-otot perut sebelah atas simfisis ke dalam
(kempiskan perut) kemudian relaks kembali. Lakukan sebanyak 8 kali.
Latihan 2
Sikap : duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus dan rapat.
Letakkan tungkai kanan di atas tungkai kiri, kemudian tekan tungkai kiri dengan kekuatan
seluruh tungkai kanan sambil mengempeskan dinding perut bagian atas dan mengerutkan liang
dubur selama beberapa saat, kemudian istirahat.
Ulangi gerakan ini dengan tungkai kiri di atas tungkai kanan. Lakukan gerakan-gerakan tersebut
masing-masing 8 kali
Latihan 3
Sikap : duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus, rapat dan rileks.
Angkat tungkai kanan ke atas, lalu letakkan kembali, angkat tungkai kiri ke atas, lalu letakkan
kembali, lakukan hal ini berganti-ganti sebanyak 8 kali.
Lakukan pula latihan seperti di atas dalam posisi berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus
angkat kedua tungkai bersama-sama, kedua lutut jangan ditekuk, kemudian turunkan kembali
perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini sebanyak 8 kali.
Latihan 4
Sikap : duduk bersilah, badan tegak, kedua tangan di atas bahu, kedua lengan di samping badan.
Tekan samping payudara dengan sisi lengan atas
Lalu putarkan kedua tangan tersebut di depan, ke atas samping telinga
Teruskan sampai ke belakang , dan akhirnya kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan-gerakan
di atas sebanyak 8 kali.
Latihan 5
Sikap : Berbaring telentang kedua lengan di samping badan dan kedua lutut ditekuk
Angkat panggul sampai badan dan kedua tungkai atas membentuk sudut dengan lantai yang
ditahan oleh kedua kaki dan bahu. Turunkan pelan-pelan lakukan sebanyak 8 kali.
Latihan 6
Sikap : Berbaringlah telentang, kedua tungkai lurus, kedua lengan berada di samping badan,
keseluruhan badan relaks.
Panjangkan tungkai kanan dengan menarik tungkai kiri mendekati bahu kiri, kembali pada posisi
semula. Ingat kedua lutut tidak boleh ditekuk (dibengkokkan). Keadaan dan gerakan serupa
dilakukan sebaliknya untuk tungkai kiri. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
Latihan ini diulangi sebanyak 8 kali.
Latihan 7
Panggul diputar ke kanan dan ke kiri masing-masing empat kali. Gerakan panggul ke kiri yang
dilakukan sebagai berikut : tekankan pinggang ke lantai sambil mengempiskan perut dan
mengerutkan otot dubur, gerakan panggul ke kanan, angkat pinggang, gerakan panggul ke kiri
dan seterusnya. Cara-cara latihan pendahuluan di atas dilakukan beberapa hari sampai wanita
hamil dapat menjalankan latihan-latihan inti.
b.Latihan Inti
Klasifikasi dan tujuan dari latihan ini adalah :
Latihan pernafasan
Untuk melatih berbagai teknik pernafasan supaya dapat dipergunakan pada waktunya sesuai
kebutuhan.
Syarat guna mendapatkan pernafasan yang sempurna adalah relaksasi seluruh tubuh,
berkonsentrasi dan untuk melemaskan otot-otot dinding perut dan pernafasan maka kedua lutut
harus ditekuk.
Selama kehamilan bentuk-bentuk latihan ini dilakukan secara terpadu dan cara latihannya dibagi
menurut umur kehamilan, yaitu latihan pada kehamilan minggu ke22-25, 26-30, 31-34 dan
minggu ke-35 ke atas. ``
Minggu ke-31-34
Pada mula berlatih, supaya jangan jatuh kedua tangan boleh berpegangan pada misalnya
sandaran kursi. Lakukan sebanyak 8 kali.
Latihan pernafasan
Pernafasan seperti telah diharapkan tetap dengan frekuensi 26-28 per-menit dan lebih cepat.
Gunanya untuk menghilangkan rasa nyeri
Sikap : tidur telentang, kedua lengan, di samping badan, kedua kaki lurus, lemeskan seluruh
tubuh, lakukan pernafasan secara teratur dan berirama.
Tegangkan seluruh otot tubuh dengan cara : katupkan rahang kerutkan dahi, tegangkan otot-otot
leher, kepalkan kedua tangan, tegangkan bahu, tegangkan otot-otot perut, kerutkan dubur,
tegangkan kedua tungkai kaki dan tahan nafas. Setelah beberapa saat, kembali ke sikap semula
dan lemaskan seluruh tubuh. Lakukan kegiatan ini 9 kali.
Latihan pernafasan
Sikap : Tidur telentang, kedua lutut dipegang oleh kedua lengan (posisi litotomi) dan relaks
Buka mulut sedikit dan bernafaslah sedalam-dalamnya, lalu tutup mulut. Latihan mengejan
seperti buang air besar (defikasi) ke arah bawah dan depan. Setelah lelah mengejan, kembali ke
posisi semula. Latihan ini diulang 4 kali dengan interval 2 menit.
Latihan relaksasi
Syarat :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Ada 4 posisi relaksasi, yaitu (a) posisi telentang kedua kaki lurus, (b) berbaring telentang, kedua
lutut ditekuk, (c) berbaring miring, atau (d) posisi relaksasi sedang duduk, yaitu dengan duduk
menghadapi sendaran kursi dalam posisi membungkuk, kedua kaki ke lantai, kedua tangan di
atas sandaran kursi. Duduklah dengan tenang.
Pada ke-4 posisi di atas relaksasi dilakukan dengan jalan menutup/ memicingkan mata,
melemaskan otot-otot seluruh tubuh, tenang dan bernafas dalam dan teratur. Gunanya untuk
memberikan ketenangan dan mengurangi nyeri oleh his, karena itu dapat dilakukan pada kala
pendahuluan dan kala pembukaan.
2.7
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20
minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil akan
belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan
(Depkes RI, 2009).
2)
3)
Perawatan kehamilan
Tujuan
Memahami apa yang disebut kelas ibu hamil
Memahami bahwa kehadiran tepat waktu dan berpartisipasi aktif penting untuk keberhasilan
kelas ibu hamil
Memahami bahwa kelas ibu penting untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kehamilan,
persalinan dan perawatan anak
Memahami bagaimana terjadiya kehamilan
Memahami adanya perubahan tubuh ibu selama kehamilan
Memahami bagaimana mengatasi berbagai keluhan saat hamil
Memahami apa saja yang harus dilakukan oleh ibu selama kehamilan
Memahami pentingnya makanan sehat dan pencegahan anemia saat kehamilan
Memahami bahwa kesiapan psikologis diperlukan dalam menghadapi kehamilan
Memahami bagaimana hubungan suami istri semasa kehamilan
Mengetahui obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu semasa kehamilan
Mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Memahami perlunya perencanaan persalinan sejak awal agar dapat memperlancar proses
persalinan, hal ini adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan stiker:
Tanggal taksiran persalinan
Ibu dan suami menanyakan ke bidan/dokter kapan perkiraan tanggal persalnan.
Tempat dan penolong persalinan
Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong bidan atau dokter
(Rencanakan bersalin di Polindes, Puskesmas, Rumah bersalin, Rumah sakit, Rumah bidan atau
dirumah).
Tabulin (biaya persalinan)
Suami / keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
Transportasi
Suami dan masyarakat menyiapkan kendaraan jiwa sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera
dirujuk ke rumah sakit.
Calon donor darah
Siapkan calon donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan ibu.
Menyiapkan kebutuhan persalinan
Tujuan
Mengetahui apa saja tanda-tanda bahwa pesalinan telah dimulai.
Mengetahui apa yang di sebut dengan tanda-tanda bahaya pada persalinan.
Memahami poses persalinan yang dapat dialami oleh ibu dan mengapa proses persalinan tersebut
dipilih.
Memahami apa yang harus dilakukan ibu agar dapat menyusui bayinya secara penuh.
Memahami apa yang harus dilakukan ibu pada masa nifas agar dapat menjaga kesehatnnya.
Mengetahui tanda-tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas.
Memahami manfaat vitamin A dosis tinggi bagi ibu dan bayinya
Memahami bahwa setelah bersalin ibu perlu ikut program KB
Waktu: 75 menit
Metode
Curah pendapat
Ceramah dan tanya jawab
Diskusi
Penugasan
Partisipatif dan Praktek
Materi
Tanda-tanda persalinan
Tanda bahaya pada persalinan
Proses persalinan
Perawatan Nifas
Upaya agar dapat menyusui secara penuh
Tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas
KB Pasca Persalinan
Alat Bantu
Jika tersedia:
Alat bantu sesuai materi (boneka bayi, KB kit dll).
Tikar / matras , bantal untuk senam hamil.
Lakukan review materi dan hasil evaluasi pra-test dan pasca-test pertemuan pertama.
Bagikan lembar quesioner kepada peserta untuk melakukan pra-test materi pertemuan kedua.
Menjelaskan cara pengisian dan berikan bimbingan kepada ibu yang tidak dapat membaca dan
menulis dengan cara membacakan soal dan pilihan jawaban, serta mencatat jawaban yang
diberikan ibu.
Mengumpulkan hasil para-tes dan evaluasi untuk mengetahui pengetahuan awal peserta kelas ibu
hamil untuk materi kedua.
Setelah pre-test, informasikan bahwa kita akan mulai mendiskusikan materi-materi mengenai
persalinan dan perawatan nifas.
Meminta pendapat peserta kapan seorang ibu hmil tahu bahwa ia akan melahirkan?
Mendiskusikan tanda-tanda yng dapt menjadi pertanda bahwa persalinan sudah dimulai.
Menjelaskan bahwa peserta perlu mengetahui tanda-tanda bahwa persalinan sudah dimulai sesuai
dengan ulasan materi 3.1
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 8 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Apa saja tanda-tanda persalinan?
Meminta pendapat peserta mengenai apa saja yang harus dilakukan ibu saat persalinan?
Mendiskusikan, sesuai dengan pengalaman peserta sebelumnya.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 8 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Apa saja yang dilakukan ibu bersalin?
Meminta pendapat peserta keadaan apa saja yang menjadi pertanda bahwa persalinan dalam
bahaya? Mendiskusikan bersama peserta.
Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada persalinan sesuai dengan ulasan materi 3.2.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 9 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan: Apa saja tanda- tanda bahaya pada ibu bersalin?
Meminta pendapat peserta mengenai proses persalinan yang mungin akan dialami oleh ibu.
Mendiskusikan sesuai dengan apa yang pernah dialami oleh peserta selama ini. Apa peran suami
dalam membantu pesalinan.
Menjelaskan berbagai proses persalinan sesuai dengan ulasan materi 3.3
Apakah yang dimaksud Inisiasi Menyusui Dini (IMD)? Buku KIA halaman. Menjelaskan sesuai
dengan ulasan materi 3.4
Meminta pendapat peserta mengenai hal-hal yang harus dilakukan ibu agar dapat menyusui
bayinya secara eksklusif? Mendiskusikan bersama peserta.
Menjelaskan apa saja yang harus dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui eksklusif ? uraikan
sesuai dengan ulasan materi 4.1.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 9 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Apa saja yang dilakukan ibu nifas?
Menjelaskan tanda-tanda posisi dan pelekatan menyusui yang baik dan benar.
Meminta pendapat peserta mengenai bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas dan manfaat
pemberian vitamin A pada ibu di masa nifas? mendiskusikan bersama peserta.
Menjelaskan bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas dan manfaat pemberian vitamin A dosis
tinggi pada ibu dan bayinya. Uraikan sesuai dengan ulasan materi 4.2.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 10 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan: Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?
Meminta pendapat peserta keadaan apa saja yang menjadi pertanda bahwa terdapat bahaya atau
penyakit pada ibu nifas? Mendiskusikan sesuai dengan pengalaman peserta.
Menjelaskan tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas sesuai dengan ulasan materi 4.3.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 10 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas?
Meminta pendapat peserta mengapa ibu perlu ikut KB dan mendiskusikan alat kontrasepsi yang
dapat digunakan pada masa nifas.
Menjelaskan manfaat Keluarga Berencana dan alat kontrasepsi
sesuai dengan ulasan materi 4.3.
Meminta pendapat peserta untuk membuka Buku KIA halaman 11 dan minta salah satu peserta
untuk membacakan : Mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut KB dan apa saja alat kontrasepsi ?
cara ber KB.
Akhiri pertemuan II dengan pasca test kemudian dievaluasi sehingga dapat diketahui apakah
materi yang disampaikan sudah dipahami oleh peserta.Peragakan senam hamil II (Lembar
Balik pilihan 2-5).
(Depkes RI, 2009 : 27)
Tujuan
1.
Mengetahui tanda-tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi sakit berat.
2.
3.
Waktu: 75 menit
Metode
Curah pendapat
Ceramah dan tanya jawab
Diskusi
Penugasan
Materi
Perawatan bayi baru lahir
Tanda bayi lahir sehat dn tanda bayi sakit berat
Manfaat pemberian K1 injeksi pda bayi baru lahir
Tanda bahaya bayi baru lahir
Perkembangan bayi atau anak
Pemberian imunisasi pada bayi baru lahir
Penggalian dan pelurusan mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
IMS
Informasi dasar Hiv dan AIDS
Pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil
Pentingnya akte kelahiran
Alat bantu
Jika tersedia :
Sesuai materi (metode kanguru dll)
Tikar atau matras, bantal untuk senam hamil.
Melakukan review materi dan hasil evaluasi pra-test dan pasca test pertemuan kedua.
Membagikan lembar quesioner kepada peserta untuk melakukan pra-test materi pertemuan ketiga
Menjelaskan cara pengisian dan berikan bimbingan kepada ibu yang tidak dapat membaca dan
menulis dengan cara membacakan soal dan pilihan jawaban, serta mencatat jawaban yang
diberikan ibu.
Mengumpulkan hasil pra-test dan evaluasi untuk mengetahui awal peserta kelas ibu hamil untuk
materi pertemuan ketiga.
Setelah pre-test, informasikan bahwa kita akan mulai mendiskusikan materi-materi mengenai
perawatan bayi, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran.
Meminta pendapat peserta apa tanda-tanda bayi yang lahir sehat? Mendiskusikan mengapa bayi
perlu menangis saat baru dilahirkan.
Menjelaskan apa yang merupakan tanda bayi yang lahir sehat dan manfaat pernafasan pertama
bayi sesuai dengan ulasan materi 5.1
Minta peserta untuk membuka buku KIA halaman 20 dan minta salah satu peserta untuk
membacakannya: Apa saja tanda-tanda bayi lahir sehat?
Minta pendapat peserta apa yang harus dilakukan pada bayi baru lahir? Mendiskusikan bersama
peserta.
Menjelaskan apa saja yng harus diperhatikan untuk merawat bayi baru lahir. Menguraikan sesuai
dengan ulasan materi 5.1
Meminta peserta untuk membuka buku KIA halaman 20-22 dan minta salah satu peserta untuk
membacakannya: Apa yang dilakukan pada bayi baru lahir?
Meminta pendapat peserta mengenai manfaat pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir?
Mendiskusikan bersama peserta.
Meminta pendapat peserta mengenai penyakit malaria pada ibu hamil. Mendiskusikan sesuai
dengan pengalaman peserta.
Menjelaskan mengenai malaria sesuai dengan ulasan materi 7.3
Meminta pendapat peserta mengenai akte kelahiran dan apakah dikeluarga paserta ada yang
sudah mempunyai akte kelahiran.
Menjelaskan pentingnya untuk mempunyai akte kelahiran sesuai dengan ulasan materi 8.1
Membuka Buku KIA dan menjelaskan halaman Keerngan lahir
Mengakhiri peremuan III dengan pasca test kemudian dievaluasi sehingga dapat diketahui
apakah materi yang disampaikan sudah dipahami oleh peserta.
Memperagakan senam hamil I dan II (lembar balik 1-5).
2.8
Persiapan Laktasi
Buah dada merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena
itu jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Bra yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran
buah dada, yang sifatnya adalah menyokong buah dada dari bawah suspension, bukan menekan
dari depan. Dua bulan terakhir dilakukan masase, kolostrum dikeluarkan untuk mencegah
penyumbatan. Perawatan payudara sebelum lahir bertujuan memelihara higiene payudara,
melenturkan/ menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk
kedalam.
Pegang kedua puting susu lalu tarik keluar bersama dan diputar kedalam 20 kali, keluar 20 kali.
Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu payudara diurut dari pangkal menuju puting susu
sebanyak 30 kali.
Kemudian pijat daerah areola sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk memastikan saluran susu
tidak tersumbat
Pakailah bra yang menopang payudara. (Manuaba, 2010)
Senam Teratur
Sebaiknya payudara juga dirawat dengan melakukan senam. Gunanya untuk memperkuat otot
pektoralis di dada, sehingga memadatkan payudara dan merangsang produksi ASI agar lebih
baik.
Bisa dilakukan sebelum atau sesudah mandi. Ada dua macam senam yang bisa dilakukan para
ibu, yaitu:
Posisi berdiri, tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri dekat siku, sebaliknya tangan
kiri memegang lengan bawah kanan (seperti orang bersidekap). Kemudian tekan kuat-kuat ke
arah dada dengan cara mempererat pegangan, sehingga terasa tarikannya pada otot-otot di dasar
payudara. Selanjutnya lemaskan kembali. Lakukan berulang-ulang hingga 30 kali.
Pegang bahu dengan kedua ujung tangan, kemudian siku diputar ke depan sehingga lengan
bagian dalam mengurut (massage) payudara ke arah atas. Diteruskan gerakan tangan ke atas ke
belakang dan kembali pada posisi semula. Lakukan latihan ini 20 kali putaran.
Jika payudara sangat besar, ada baiknya untuk memilih yang memakai penyangga kawat. Karena
bra yang tak menopang dengan baik pada payudara besar cenderung akan turun dan membentuk
lipatan di bagian bawah payudara. Sementara jika ibu tak menjaga kebersihan dan kekeringan di
bawah lipatan tersebut, maka jamur biasanya akan tumbuh.
3.1
Kesimpulan
Kehamilan adalah masa dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin dengan lama
kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
BTA
Tatalaksana atau penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap
kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standart dan kewenangan
tenaga kesehatan.kasus- kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan system rujukan.
(Kemenkes, 2010)