Anda di halaman 1dari 3

Tugas

TUGAS UJIAN

Disusun oleh:
Naili Nur Saadah N.
G99151051
Pembimbing :
drg. Sandy Trimelda, Sp.Ort

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
1.

Apa syarat dilakukan operasi untuk penyakit labiopalatoschizis?


a. Operasi perbaikan terhadap bibir disebut Cheiloraphy atau Labioplasty.
Dilakukan pada usia 3 bulan. Sebe1um dilakukan observasi pada penderita
melihat kondisi bayi harus sehat, tindakan pembedahan mengikuti tata cara
"rule of ten": bayi berumur lebih 10 minggu, berat 10 pon atau 5 kg, dan
memiliki hemoglobin lebih dari 10 gr% dan tak ada infeksi lekosit di
b.

bawah 10.000 (Marzoeki, 2001).


Perbaikan langit-langit disebut Palatorahy dilakukan pada usia 10 - 12
bulan, usia tersebut akan memberikan hasil fungsi bicara yang optimal
karena memberikan kesempatan jaringan pasca operasi sampai matang
pada proses penyembuhan luka sehingga sebelum penderita mulai bicara
dengan demikian soft palate dapat berfungsi dengan baik. Jika operasi

dilakukan
c.

terlambat

sering

hasil

operasi

dalamhal

kemampuan

mengeluarkan suara normal, tak sengau, sulit dicapai (Marzoeki, 2001).


Speech therapy
Setelah operasi, pada usia anak dapat belajar dari orang lain, speech
therapy dapat diperlukan setelah operasi

palatoraphy yang akan

meminimalkan suara sengau. Namun apabila masih saja didapatkan suara


sengau, maka dapat dilakukan phayngoplasty. Operasi ini akan membuat
bendungan" pada faring untuk memperbaiki fonasi, biasanya dilakukan
d.

pada usia 5-6 tahun ke atas.


Alveolar Bone Graft
Pada usia 8-9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah
alveolar/maxilla untuk tindakan bone graft dimana ahli orthodonti yang
akanmengatur pertumbuhan gigi caninus kanan-kiri celah agar normal.

e.

Bone graft ini diambil dari bagian spongius crista iliaca.


Advancement Osteotomy Le Ford I
Evaluasi pada perkembangan selanjutnya pada penderita CLP sering
didapatkan hipoplasia pertumbuhan maxilla sehingga terjadi dish face
muka cekung. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan cara operasi
advancement ostetomi Le Fort I pada usia 17 tahun di mana tulang-tulang
muka telah berhenti pertumbuhannya. Hal ini dilakukan oleh bedah
ortognatik, memotong bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan
merubah posisinya maju ke depan (Reksoprodjo, 2010).

2.

Berapakah pH normal pada mulut?


Keasaman dapat diukur dengan satuan pH. Skala pH berkisar 0-14, dengan
perbandingan terbalik, di mana makin rendah nilai pH makin banyak asam
dalam larutan. Sebaliknya, meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya basa
dalam larutan. Pada pH 7, tidak ada keasaman atau kebasaan larutan, dan
disebut netral. Air ludah secara normal sedikit asam pHnya 6,5; dapat berubah
sedikit dengan perubahan kecepatan aliran dan perbedaan waktu dalam sehari,
titik kritis untuk kerusakan gigi adalah 5,7; dan ini terlampaui sekitar 2 menit
setelah gula masuk dalam plak (Bestford, 1996).
Faktor-faktor yangmempengaruhi derajat keasaman saliva antara lain
kecepatan aliran saliva, mikroorganisme dan kapasitas buffer saliva. Derajat

keasaman saliva sangat dipengaruhi oleh kuantitatif dan kualitatif dari


kandungan elektrolitnya, terutama bikarbonatnya. Keasaman saliva yang
normal sangat berperan penting dalam mencegah terjadinya karies gigi.
Proses demineralisasi enamel akan terjadi pada pH kritis, yaitu sekitar 4,45,5. Bahkan bakteri penyebab karies, yakni Streptococcus mutans dan
Laktobacilus tumbuh subur dalam suasana asam. Saliva dengan derajat
keasaman yang normal juga berpengaruh terhadap keefektifan enzim yang
terkandung dalam saliva. Enzim amylase, enzim yang bekerja di rongga
mulut dan di usus halus bekerja dengan optimal pada pH 6,9 (Soesilo dkk.,
2005).

DAFTAR PUSTAKA
Bestford (1996). Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orang Tua. Jakarta: Arcan.
Marzoeki J (2001). Teknik pembedahan celah bibir dan langit-langit. Jakarta:
Sagung Seto, h: 9-18.
Reksoprodjo S (2010). Kumpulan kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, h: 415-422.
Soesilo D, Santoso RE dan Indeswati I (2005). Peranan Sorbitol dalam
Mempertahankan Kestabilan pH Saliva pada Proses Pencegahan Karies.
Majalah Kedokteran Gigi. 38(1): 25-28.

Anda mungkin juga menyukai