DISUSUN OLEH :
I Dewa Gede W (1510721035)
Putri Indah Lestari (1510721029)
Yogi Iskandar (15107210031)
Uswatun Hasanah (1510721032)
Tri Puspito W (1510721034)
Netia Ruhayati S (1510721036)
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar
delapan
juta
perempuan/tahun
mengalami
komplikasi
kehamilan dan lebih dari setengah juta diantaranya meninggal dunia, dimana
99% terjadi di negara berkembang. Angka kematian akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan di negara maju yaitu 1 dari 5.000 perempuan,
dimana angka ini jauh lebih rendah dibandingkan di negara berkembang, yaitu
1 dari 11 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
AKI di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di negara
Asia Tenggara, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Millenium
merupakan
penyebab
kedua
setelah
maternal (Kelly, 2007). Pada sisi lain insiden dari eklampsia pada negara
berkembang sekitar 1 kasus per 100 kehamilan sampai 1 kasus per 1700
kehamilan. Pada negara Afrika seperti Afrika Selatan, Mesir, Tanzania dam
Etiopia bervariasi sekitar 1.8% sampai dengan 7.1%. Di Nigeria prevalensinya
sekitar 2% sampai dengan 16.7% (Osungbade, 2011). Preeklampsia
didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada trimester kedua kehamilan
dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai dengan kemunculan
sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi, edema, dan proteinuria
(Billington & Stevenson 2010).
Preeklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih
merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal
tertinggi di Indonesia. Sehingga diagnosis dini preeklampsia yang merupakan
pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan
seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin
untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat
penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor
predisposisi lain. Penanganan preeklampsia dan kualitasnya di Indonesia
masih beragam di antara praktisi dan rumah sakit. Hal ini disebabkan bukan
hanya karena belum ada teori yang mampu menjelaskan patogenesis penyakit
ini secara jelas1, namun juga akibat kurangnya kesiapan sarana dan prasarana
di daerah (KEMENKES, 2015).
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai
pendidik, konselor dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh
karena itu pentingnya peran ibu untuk mengurangi / mencegah resiko
terjadinya pre eklampsia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu defenisi preeklamsia ?
2. Apa itu etiologi preeklampsia ?
3. Sebutkan klasifikasi preeklampsia !
4. Sebutkan tanda dan gejala preeklampsia !
5. Sebutkan patofiologis preeklampsia !
6. Sebutkan pencegahan preeklampsia !
7. Sebutkan faktor resiko preeklampsia !
8. Sebutkan penatalaksanaan preeklampsia !
9. Sebutkan komplikasi preeklampsia !
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi preeklamsia
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi preeklampsia
3. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi preeklampsia
4. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala preeklampsia
5. Mahasiswa dapat memahami patofiologis preeklampsia
6. Mahasiswa dapat memahami pencegahan preeklampsia
4
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Preeklampsia didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada
trimester kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai
dengan kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi,
edema, dan proteinuria (Billington & Stevenson 2010)
2.
tangan
e. Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ
Preeklampsia Berat
Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rukiyah dan Yulianti, 2010).
pada
Jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera berubah
menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan
perdarahan yang menyebabkan kematian. Maka pencegahan yang bisa
dilakukan
adalah
memastikan
pemeriksaan
perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu dapat terpantau secara
baik.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua
hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia.
Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang
sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).
utama
suksesnya
penanganan
preeklampsia
sehingga
D. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis
Obstetri, Jilid I, Halaman 199, 2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan)
yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan
trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai
dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan
hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan
peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan
tahanan
pembuluh
perifer.
Peningkatan
hemolisis
microangiopati
10
PATHWAY
Tekanan
Darah
Meningkat TD
>140/90
Normal
Hamil >20
minggu
Kejang
(-)
Hamil <20
minggu
Hipertensi
kronik
Superimpose
d
preeklampsi
Kejang
(-)
Preeklampsi
eklampsia
a
paru
Penumpuka
n darah
Pembuluh
darah
vasokontrik
si
metabolisme
GI. track
kulit
HCL
Keluar
keringat
berlebih
Peristaltik
LAEDP
Akral dingin
Kongesti
vena
pulmonal
Proses
perpindahan
cairan krn
perbedaan
tek.
MK:Perubaha
n perfusi
jaringan
perifer
Timbul oedem
gg.fungsi alveoli
(ronchi,rales,takipnea
,POCO2 turun
MK. Resiko
kerusakan
pertukaran gas
Akumulasi
gas
MK.Ggn
pemenuha
n nutrisi
konstipas
i
MK.Ggn
eliminas
i bowl
MK.
Kekuranga
n volume
cairan
11
E. MANIFESTASI KLINIS
Kemudian tanda dan gejala preeklampsia menurut (Maryunani, dkk, 2012)
adalah:
1. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur
2.
3.
4.
5.
pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, urine 400 ml / 24 jam atau kurang
Edema paru-paru, sianosis
Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah pengelihatan,
pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri
6.
7.
daerah tibia, lumbosakral, wajah (kelopak mata), dan tangan, terutama setelah
bangun tidur dipagi hari.
Biasanya tanda-tanda
pre eklampsia
timbul
dalam
urutan
1. Pemeriksaan Laboratorium
12
45 u/ml )
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat ( N=
<31 u/l )
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah; Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intra
uterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
3. Pemeriksaan fungsi hati (Bilirubin,
aminotransferase,
dan
sebagainya).
protein
serum,
Pemeriksaan
fungsi
aspartat
ginjal
gestasional
dan
preklampsia/eklampsia
berhubungan
dengan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada masa yang akan
datang. Pada tahun 1995, Nissel mendapatkan riwayat kehamilan dengan
komplikasi hipertensi dibandingkan dengan kelompok kontrol, berhubungan
13
sudah tervalidasi.
Posisi duduk atau terlentang miring kiri, kepala ditinggikan 30o
sebagai tes skrining dengan angka positif palsu yang sangat tinggi, dan
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau
rasio protein banding kreatinin.
Pada telaah sistematik yang dilakukan oleh Cte dkk disimpulkan bahwa
pemeriksaan
rasio
protein
banding
kreatinin
dapat
memprediksi
trombositopenia
16
preeklampsia
dan
mengkontrolnya,
sehingga
memudahkan
preeklampsia
Tirah baring tidak direkomendasikan untuk memperbaiki luaran
pada wanita hamil dengan hipertensi (dengan atau tanpa
proteinuria).
b. Restriksi Garam
Pembatasan garam untuk mencegah preeklampsia dan komplikasinya
selama kehamilan tidak direkomendasikan.
c. Aspirin dosis rendah
Pemberian aspirin dosis > 75 mg lebih baik untuk menurunkan
risiko preeklampsia, namun risiko yang diakibatkannya lebih
tinggi.
Aspirin dosis 75 mg atau kurang cukup aman diberikan pada
kelompok risiko tinggi untuk menurunkan risiko preeklampsia baik
perinatal.
Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan untuk
18
kejadian
sindrom
gawat
napas,
perdarahan
19
berulang
dibandingkan
pemberian
plasebo.
Pemberian
mencegah
kejang
atau
kejang
berulang
dibandingkan
pasien
atau kerusakan organ subklinis pada usia kehamilan berapa pun. Pada
keadaan lain, pemberian antihipertensi direkomendasikan bila tekanan
darah 150/95 mmHg.
d. Kortikosteroid pada Sindrom HELLP
Pemberian kortikosteroid pada sindrom HELLP dapat memperbaiki
kadar trombosit, SGOT, SGPT, LDH, tekanan darah arteri rata rata
dan produksi urin. Pemberian kortikosteroroid post partum tidak
berpengaruh pada kadar trombosit. Pemberian kortikosteroid tidak
berpengaruh
pada
morbiditas
dan
mortalitas
maternal
serta
janin
dan
neonatal,
RDS,
kebutuhan
ventilasi
22
23
24
3. INTERVENSI
Gangguan Perfusi Jaringan b/d Penurunan Kardiak Out Put
Sekunder Terhadap Vasopasme Pembuluh Darah
Tujuan
Intervensi:
a. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (cemas
bingung, letargi, pingsan)
b. Obsevasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/ lembab, cacat
kekuatan nadi perifer.
25
c. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi) eritema,
edema
d. Dorong latihan kaki aktif / pasif
e. Pantau pernafasan
f. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, muntah/ mual,
distaensi abdomen, kontipasi
g. Pantau masukan dan perubahan keluaran
Resiko Terjadi Gawat Janin Intra Uteri (Hipoksia) b/d Penurunan
Suplay O2 dan Nutrisi Kejaringan Plasenta Sekunderterhadap
Penurunan Cardiac Output
Tujuan:
Gawat janin tidak terjadi, bayi Dapat dipertahankan sampai Umur 37
minggu dan atau BBL 2500 g.
Intervensi:
a. Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri
b. Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai
dengan masa kehamilan:
1 x/bln pada trisemester I
2 x/bln pada trisemester II
1 x/minggu pada trisemester III
c. Pantau DJJ, kontraksi uterus/his gerakan janin setiap hari
d. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat
Kelebihan Volum Cairan b/d Peningkatan Retensi Urine Dan Edema
Berkaitan Dengan Hipertensi Pada Kehamilan
Tujuan
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels.
b. Catat adanya DVJ, adanya edema dependen
c. Ukur masukan atau keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat
konsentrasi, hitung keseimbangan cairan.
d. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
e. Berikan diet rendah natrium atau garam.
26
Kriteria Hasil:
Intervensi:
a. Kaji alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
c.
d.
e.
f.
konstipasi
g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasiskan dengan ahli
gisi)
h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
i. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
j. Kaji kemampuan pasien mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Risiko kejang pada ibu b/d penurunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
27
Intervensi :
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
b. Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat
hipertensi
Tujuan
Kriteria hasil
nyeri
Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda )
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi
kesehatan
lain
tentang
Kurang
Pengetahuan
Mengenai
Penatalaksanaan
Terapi
dan
Intervensi:
a. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman atau situasi.
Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut
dll.
b. Mempertahankan kepercayaan pasien (tanpa adanya keyakinan yang
salah)
c. Terima tapi jangan beri penguatan terhadap penolakan
d. Orientasikan klien atau keluarga terhadap prosedur rutin dan aktifitas,
tingkatkan partisipasi bila mungkin.
e. Jawab pertanyaan dengan nyata dan jujur, berikan informasi yang
konsisten, ulangi bila perlu.
30
Intervensi:
a.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada
trimester kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah kelahiran, ditandai
dengan kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama, yaitu hipertensi,
edema, dan proteinuria yang dibagi dalam golongan ringan dan berat.
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara
pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktorfaktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia
antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa,
multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35
tahun serta anemia.
Biasanya tanda-tanda
pre eklampsia
timbul
dalam
urutan
DAFTAR PUSTAKA
Billington, M & Stevenson, M 2010, Buku Saku Bidan Kegawatan Dalam
Kehamilan-Persalinan, EGC, Jakarta
Bobak, dkk 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
Dewi, V.N.L & Sunarsih, T 2011, Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan, Salemba
Medika Jakarta
Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Diagnosis dan Tata
Laksana Pre-Eklampsia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2015,
Jakarta
Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia 2014, Jakarta
Maryunani, A, dkk 2012, Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan, Trans
Info Media, Jakarta
Osungbade K, O & Ige O, K 2011, Public Health Perspectives of Preeclampsia in
Developing Countries: Implication for Health System Strengthening.
International Journal of Pregnancy, vol 20, edisi 10, hlm :1-3
Prawirohardjo, S 2014, Ilmu Kebidanan Edisi Keempat, PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Rukiyah & Lia, Y 2010, Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan, Trans Info
Media, Jakarta
33