PEMERIKSAAN THT
BLOK 4.2
LEARNIG OBJEKTIF
1. Mahasiswa mampu melakukan pemerksaan telinga dengan benar secara lege artis
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hidung dengan benar secara lege artis
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tenggorok dengan benar secara lege artis
4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan garpu tala dengan benar secara lege artis.
PEMERIKSAAN TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
I. PEMERIKSAAN TELINGA
A. Anatomi
1. Aurikula
Bagian dari aurikula dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Keterangan :
9. lobulus
11. heliks
12. krus heliks
15.anti heliks
16. fossa triangular
17. krus antiheliks
18. fossa skapoid
19. konka aurikula
20. kimba konkalis
21. cavitas konka
22. antitragus
23. tragus
24. incisura anterior
25. incisura intertragus
26. tuberkulum aurikula
29. tuberkulum supratragus
a. pars tensa : terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan luar adalah kulit tipis, lapisan
tengah adalah membrana propia yang terdiri dari serat radier dan sirkuler, lapisan
medial adalah muksa.
- manubrium mallei
- umbo
- prosesus brevis
- refleks cahaya (timbul karena posisi membran timpani di temapt itu tegak lrus
terhadap cahaya)
- plika anterior dan plika posterior
b. pars flasida = memrana schrapnelli
4. Telinga tengah
5. Telinga dalam
B. Patologi
1. Aurikula
Kongenital : fistula preaurikularis kongenital, mikrotia
Infeksi : erisepelas, dermatitis aurikularis, perikondritis, herpes zooster oticus
dsb
Trauma : othematoma, pseudoothematoma
Tumor : ateroma
2. MAE
Kongenital : atresia kongenital, Stenosis kongenital
Infeksi : furunkel, granulasi, otitis eksterna difusa, otomikosis (hitam pada liang
telinga)
Tumor : polip, papiloma, karsinoma
Korpus alienum
serumen
3. Membran Timpani
Perubahan warna : -hiperemis akibat radang
- Kuning : otitis serosa
- Putih : jamur atau asidum borikum puleratum
Perubahan posisi :
oRetraksi
- manubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan lebih
horisontal
- Refleks cahaya berubah bentuk atau hilang sama sekali
- Prosesus brevis menonjol keluar
- Plika posterior lebih jelas
- Plika anterior tak tampak karena tertutup oleh prosesus brevis yang
menonjol
oBulging : membran timpani terdesak ke lateral, cembung, warna merah
- Perubahan struktur
- Perforasi : letak : sentral,marginal, atik
- Bentuk : bulat, oval, ginjal, jantung, total, sub total
3
2.
3.
4.
5.
Tes Schwabach
- Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan
pemeriksa
- Cara :
1. garputala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan
tegak lurus pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak
mendengar, secepatnya garputala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila
penderita masih mendengar berarti schwabach memanjang, tetapi bila
penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu schwabach
memendek atau normal
2. garputala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan
tegak lurus pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak mendengar,
secepatnya garputala dipindahkan ke mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa
tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa masih
mendengar berarti schwabach penderita memendek.
- Interprestasi :
a. Normal : schwabach normal
b. Tuli konduksi : schwabach memanjang
c. Tuli sensorineural : schwabach memendek
Kesalahan :
1. garputala tidak tegak lurus dengan baik, kakinya tersentuh hingga bunyi
menghilang
2. isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh penderita.
RINGKASAN
Tuli konduksi
Tes
Tuli
sensorineural
Tak dengar huruf Tes bisik
Dengar huruf
lunak
lunak
Dengar huruf
Tak dengar huruf
desis
desis
Normal
Batas atas
Menurun
Naik
Batas bawah Normal
Negatif
Rinne
Positif
False
positif/negatif
Lateralisasi ke
Weber
Lateralisasi ke
sisi sakit
sisi sehat
Memanjang
Schwabach
Memendek
6
Pelaksanaan
1. Inspeksi, perhatikan :
- Kerangka dorsum nasi : lebar (polip nasi), miring (fraktur), saddle nose pada lues,
lorgnet nose pada abses septum nasi
- Luka-luka, warna, udem, ulkus nasolabial
- Bibir atas : laserasi akibat sekresi dari sinusitis, adenoiditis
2. Palpasi, perhatikan :
- Dorsum nasi : krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)
- Ala nasi : sangat sakit pada furunkel vestibulum nasi
- Regio frontalis untuk sinus paranasalis :
7
a. menekan lantai sinus frontalis , dengan ibu jari tekan ke arah medio superior
dengan tenaga yang optimal dan simetris (tenaga kiri=kanan)
Nilai : mempunyai nilai bila ada perbedaan reaksi, sinus yang lebih sakit
ialah sinus yang patologis
b. Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari tekan ke arah medial
dengan tenaga yang optimal dan simetris, pada tempat yang simetris dan
tidak boleh pada foramen supra orbitalis sebab di sana ada N. Supraorbitalis
Nilai : seperti di atas
c. Fosa kanina (untuk sinus maksilaris ) : syarat-syarat seperti dia tas, tetapi
jangan tekan pada foramen infra0orbitalis sebab ada N. Infra orbitalis
3. Lakukan Pemeriksaan Rhinoskopi Anterior
a. Siapkan Alat yang akan digunakan :
- spekulum hidung haertmann
- pinset (angulair)-bayonet (lucae)
- aplikator
- pipa penghisap
- kaca rinoskopi posterior
b. Pegang spekulum dengan tangan kiri. Posisi spekulum horisontal, tangkai
lateral, mulutnya medial (masuk dalam lubang hidung)
c. memasukan spekulum dengan teknik mulut spekulum dalam keadaaan
tertutup, masukkan ke dalam kavum nasi dan mulut spekulum dibuka lebarlebar. Lakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke lateral,
sisi medial dengan mendorong nya ke medial, sisi superior dengan
mendorongnya ke atas dan sisi inferior dengan mendorongnya ke
bawah. Perhatikan apakah ada sekret, krusta, bisul
2. Memeriksa kavum nasi bagian bawah, arahkan cahaya lampu ke kavum
nasisehingga sejajar dengan konka inferior, perhatikan :
- Warna mukosa dan konka inferior hiperemia, anemia, biru
- Besarnya lumen kavum nasi
- Lantai kavum nasi
- Septum deviasi, bentuk krista atau spina.
3. Memeriksa kavum nasi bagian atas, dengan teknik sebagai berikut :
Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi bagian atas (kepala
ditengadahkan). Perhatikan : kaput dari konka; meatus medius : pus,
polip ; septum bagian atas : mukosa, posisi (devisi sampai menekan
konka media) ; fissura olfaktoria
4.
Memeriksa septum nasi. Septum deviasi berbentuk spina septi,
krista septi, huruf S
d. mengeluarkan spekulum dengan cara sebagai berikut mulut spekulum ditutup
90 %, baru dikeluarkan. Jika ditutup 100%, maka kemungkinan ada bulu
rambut yang terjepit dan ikut tercabut keluar.
8
c. Cara melakukan :
Sinus frontalis
- Lampu diteksnksn pada lantai sinus frontalis
- Lampu ditekankan ke arah media- superior
- Cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri
- Hasilnya bila sinus normal maka dinding depan akan kelihatan terang
Sinus maksilaris
Cara 1 :
- Mulut dibuka lebar-lebar
- Lampu ditekankan pada margo inferior orbita ke arah inferior
- Cahaya yang memancar ke depan ditutup dengan tangan kiri
- Hasilnya bila sinus normal maka palatum durum homolateral tampak
terang
Cara ke 2 :
- Mulut dibuka
- Kedalam mulut dimasukkan lampu yang tealh diselubungi tabung gelas
- Mulut ditutp rapat-rapat
- Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas ditutup dengan tangan
kiri
- Hasilnya pada sinus normal, daearah dinding depan di bawah orbita
terlihat bayangan terang berbentuk bulan sabit
d Penilaian : Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan antara kanan
dan kiri
III. PEMERIKSAAN TENGGOROK
A. Anatomi
1. Kavum oris
Batas anterior : bibir
Posterior : arkus anterior
Inferior : dasar mulut
Superior : palatum mole dan palatum durum
2. Tonsil :
- Terdiri atas jaringan limfoid, banyak kanalikuli yang bercabang-cabang
- Ujung saluran berada di permukaan tonsil sehingga tampak berlubang-lubang
- Dalam kanalikuli dijumpai detritus yang merupakan kumpulan leukosist, epital,
bakteri yang sudah mati dan terlihat pada ostia sebagai titik putih
- Penonjolan dari fossa tonsilaris, di muka dibatasi arkus palatoglossus (arkus
anterior) dan di belakang oleh arkus palatofaring (arkus posterior)
3. Faring : terbagi menjadi 3 bagian yaitu epifaring (nasofaring), mesofaring
(orofaring) dan hipofaring (faringofaring)
B. Pelaksanaan
1. Lakukan Inspeksi daerah mulut. Perhatikan :
11
trismus, gerakan bibir dan sudut mulut, mukosa dan ginggiva, gigi geraham rusak
yang dapat menyebabkan sinusitis maksilaris (P2,P1, M1 M2, M3 atas), lidah :
parese, arofi, tumor, Palatum durum, prosesus alveolaris bengkak
2. Bila diperlukan dapat dilakukan palpasi pada lidah dan perkusi pada gigi dan
geraham, terasa sakit jika ada radang.
3. Lakukan pemeriksaan Tonsil dan Faring dengan teknik sebagai berikut :
Mulut dibuka lebar-lebar, lidah ditarik ke dalam. Dilunakkan, lidah ditekan ke
bawah, di bagian medial.Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga kelihatan pole
bawah tonsil. Lakukan penilaian terhadap :
a. mobilitas tonsil, besar tonsil ditentukan sebagai berikut :
T0 : tonsil telah diangkat
T1 : dalam arcus anterior
T2 : tidak melebih dari jarak arcus anterior dan uvula
T3 : lebih dari jarak arcus anterior dan uvula
T4 : bila besarnya mencapai uvula
T1
T2
T3
T4
13
No.
Kriteria
1
2
3
Sambung rasa
Menjelaskan tujuan pemeriksaan
Memposisikan
penderita
duduk
didepan
pemeriksa
Mempersiapkan alat (lampu kepala, otoskop, )
Memasang lampu kepala
4
5
6
7
8
10
11
12
13
Skor
0
1
14
15
No.
Kriteria
Skor
0
1
1
2
Sambung rasa
Menjelaskan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat
3
Melakukan
pemeriksaan RINNE pada telinga
kanan
Meletakka garpu tala di os mastoid setelah
penderita
tidak
mendengar
garpu
tala
dipindahkan ke depan telinga
Melakukan pemeriksaan RINNE pada telinga kiri
Meletakka garpu tala di os mastoid setelah
penderita
tidak
mendengar
garpu
tala
dipindahkan ke depan MAE
Interprtestasi pemeriksaan RINNE
Rinne (+) jika
penderita masih mendengar getaran
garputala di depan MAE
Rinne (-) penderita tidak mendengar getaran garputala
di depan MAE
6
10
11
Interprestasi:
12
13
14
16
3
4
5
6
7
8
Sambung rasa
Menjelaskan tujuan pemeriksaan
Memposisikan
penderita
duduk
didepan
pemeriksa
Mempersiapkan alat (lampu kepala, spekulum
hidung)
Memasang dan menghidupkan lampu kepala
Melakukan inspeksi (kerangka dorsum nasi, luka,
bibir atas)
Melakukan palpasi dorsum nasi, ala nasi,fossa
kanina, menekan lantai sinus frontalis
Melakukan
pemeriksaan transluminasi sinus
paranasal
Melakukan pemeriksaan rhinoskopi anterior:
Memegang spekulum hidung dengan tangan kiri
Memasukkan spekulum hidung dalam posisi
tertutup
Setelah didalam rongga hidung spekulum dibuka
Menilai (mukosa hidung, septum nasi,konka
inferior dan media,meatus inferior dan media)
apakah terdapat massa, hipereremis, sekret,
benda asing.
Melakukan rhinoskopi posterior
Interprestasi
Total
PEMERIKSAAN TENGGOROK
No
1
2
3
4
5
6
Sambung rasa
Menjelaskan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat
Melakukan inspeksi cavum oris( ptyalismus,
trismus, gerakan bibir dan sudut mulut, mukosa
dan ginggiva, gigi, lidah parese, arofi, tumor,)
Palatum durum, palatum mole, uvula
Melakukan inspeksi tonsil( mobilitas tonsil, besar
tonsil, hipereremis, pseudomembran, tumor)
Melakukan inspeksi faring (hipereremis, granul)
Interprestasi
skor
17
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sambung rasa
Informed consent
Mempersiapkan alat (lampu kepala, spekulum
hidung, pengait corpusbenda bulat, kapas
bayonet, bengkok)
Memasang dan menghidupkan lampu kepala
Memegang spekulum hidung dengan tangan kiri
Memasukkan spekulum hidung dalam posisi
tertutup
Setelah didalam rongga hidung spekulum dibuka
Memegang pingset dengan tangan kanan
Ekstraksi corpus alienum
Mengeluarkan spekulum hidung dalam posisi
setengah terbuka
skor
18
4
5
6
7
8
9
10
Sambung rasa
Informed consent
Mempersiapkan alat :lampu kepala, spekulum
hidung, pingset, bengkok,kassa yang direndam
dengan efedrin (1cc+aquabides ad 10cc),tampon
hidung anterior
Memasang dan menghidupkan lampu kepala
Memegang spekulum hidung dengan tangan kiri
Memasukkan spekulum hidung dalam posisi
tertutup
Setelah didalam rongga hidung spekulum dibuka
Memegang pingset dengan tangan kanan
Memasukkan kassa effedrin (jika tidak respon
maka kassa dikeluarkan)
Memasukkan tampon dengan tangan kanan
menggunakan pingset
Mengeluarkan spekulum hidung dalam posisi
setengah terbuka
skor
19
Daftar Pustaka
1. Boeis Fundamentals of Otolaryngology 6th edition.W.B. Saunders Company.1989
2. Rukmini, Herawati, dr, SpTHT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung dan tenggorok.
Jakarta : EGC, 2000
20