Oleh:
dr. Inomy Claudia Katherine
Pembimbing:
dr. Faujizah Sri Rahmawati, SpP
Pendamping
dr. Yuliawati Soetio
dr. Sofie Giantari
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Ketrampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Cara Membahas :
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
Email
Data Pasien :
Nama : Tn. A
Bumil
Audit
Pos
Terdaftar: -
: Tn. A
Umur
: 38 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Tanggal MRS
: 24 September 2015
No Register
: 268466
ANAMNESA
1. Keluhan Utama
: Sesak nafas
keluhan sesak nafas mendadak sejak kemarin dan memberat sejak siang ini.
Sesak nafas tidak membaik dengan perpindahan posisi. Pasien mengeluhkan
nyeri hebat pada dada kanan seperti tertusuk benda tajam. Pasien terkadang
batuk berdahak warna putih. Riwayat trauma, demam, pusing, mual dan
muntah disangkal. Pasien pengobatan TB sejak 3 bulan yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal pasien.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal pasien.
5. Riwayat Pengobatan
Rimactazid 1x1
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital sign
Tekanan Darah
Heart Rate
Respiration Rate
Suhu
: 100/80 mmHg
: 98x/ menit
: 28x/ menit
: 36.30C
Tinggi Badan
: 170 cm
Berat Badan
: 45 kg
Leher
Thorak
Cor
Inspeksi: iktus kordis tampak pada ICS V PSL
o
sinistra
o
Perkusi:
Pulmo
Inspeksi:
Palpasi:
Fremitus Raba
(Ventral)
Fremitus Raba
Kanan
(Dorsal)
Kanan
Kiri
Kiri
N
N
N
Perkusi:
o
Dorsal
Kanan
S
S
R
Ventral
Kanan
Kiri
HS
HS
HS
HS
HS
HS
Kiri
S
S
R
Auskultasi:
Vesikuler
Ronkhi Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
V
-
V
-
V
+
Wheezing
Kanan
Kiri
-
Abdomen
Inspeksi: flat
Auskultasi: bising usus (+) dbn
Perkusi: timpani, pekak beralih (-)
Palpasi: soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
undulasi (-)
Ekstremitas
Diagnosis
Pneumothoraks Spontan Sekunder Ventil ec TB Paru on Teraphy
Planning
O2 Masker 5-10 lpm
Inf. HESS:NaCl 0,9% = 1:1 / 12 tpm
Inj. Meropenem 3x1 amp
Inj. Metil predinison 2x62,5 mg
Inj. Neurosanbe 1x1 amp
Inj. Antrain 3x1 amp k/p nyeri/panas
P.o. Asetil sistein 3x 1 tab
P.o. Hepatoprotektor 3x1 tab
P.o. OAT kombinasi Rifampicin 450 mg dan INH 300 mg 1x1 tab lanjut
Nebul (salbutamol sulphate 3,01 mg dan ipratropium bromide 0,52 mg) 3x1 amp
Co dr F, Sp.P:
Inj. Aminophilin 240mg/1amp dalam D5% 500cc 12 tpm
Pro OK besok pagi
Apabila makin sesak tindakan kontraventil
Penunjang
Tgl 23/09/15 (RS R)
Darah Lengkap, LFT, RFT, LED
WBC
HGB
HCT
PLT
SGOT
SGPT
Bil D
Bil T
Alb
32.400
11,2
32,1
743.000
93
43
0,29
1,02
3,5
6
KS
BUN
Urea
AU
LED
0,7
25
11,5
3,9
45/58
51.910
12,0
38,9
1.140.000
211
Kronologis Kematian
Jam
00.20
02.00
03.30
05.12
05.15
05.18
05.55
Obyektif
TD: 110/80 mmHg; N: 112x/m; RR: 28 x/m; Tax: 36,3
TD: 110/80 mmHg; N: 100x/m; RR: 28 x/m; Tax: 36,3
TD: 100/70 mmHg; N: 100x/m; RR: 28 x/m; Tax: 36,3
TD tidak teraba; Nadi lemah; RR: 12 x/m
Px apneu; Nadi lemah Posisikan, bagging, KIE keluarga
Nadi (-) RR (-) RJP
Nadi (-) RR (-) RC (-/-) midriasis max Px dinyatakan
meninggal
Penyebab Kematian
o Gagal nafas
o Sepsis
Prognosis
Ad malam
Daftar Pustaka
Tujuan Pembelajaran
: terlampir
:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Klasifikasi
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam cavum
pleura.Pada kondisi normal, cavum pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru
dapat leluasamengembang terhadap rongga dada1. Pneumothorax adalah suatu
keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya
paru2.
10
robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumothorax tipe ini juga
dapat diklasifikasikan lagi dua jenis, yaitu:
a. Pneumothorax traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumothorax yang
terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada,
barotrauma.
b. Pneumothorax traumatik iatrogenik aksidental adalah suatu
pneumothorax yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan tersebut
medis. Pneumothorax jenis ini pun masih dibedakan menjadi dua, yaitu:
11
12
13
% luas pneumotoraks
=
A + B + C (cm)
x 10
3
__________________
3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas
hemitoraks.
14
15
2. Fisiologi Pleura
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negative thorax
kedalam paruparu yang elastic dapat mengembang. Tekanan pleura pada
waktu istirahat (restting pressure) dalam posisi tiduran adalah -2 sampai -5
cm H2O; sedikit bertambah negative di apex sewaktu posisi berdiri.
Sewaktu inspirasi tekanan negative meningkat menjadi -25 sampai -35 cm
H2O(1). Selain fungsi mekanis, seperti telah disinggung diatas, cavum
pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing;
dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans5.
Cairan cavum pleura sangat sedikit, sekitar 0,3 ml/ kg, bersifat
hipoonkotik dengan kosentrasi protein 1g/ dl. Gerakan pernafasan dan
16
17
visceralis yang lemah ini pecah, maka aka nada fistel yang menyebabkan udara
masuk ke cavum pleura. Mekanismenya pada saat inpirasi rongga dada
mengembang, disertai pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan
paru dipaksa ikut mengembang seperti balon yang dihisap. Pengembangan paru
menyebabkan tekanan intraaveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk.
Pada pneumothorax spontan, paru-paru kolaps, udara inspirasi bocor masuk ke
cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat ekspirasi
mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke
posisi semula. Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter3.
Pneumothorax ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi
sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan
sempurna. Terjadinya hipereksansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock
atau shock dikenal dengan simple pneumothorax. Berkumpulnya udara pada
cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan lingkungan luar dikenal
dengan closed pneumothorax. Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan
balik secara maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja
sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin berlanjut, hipereksansi cavum
pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat
ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat
katup tertutup terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat,
dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbullah gejala pre-shock atau shock
oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension
pneumothorax3.
Pada open pneumothorax terdapat hubungan antara cavum pleura dengan
lingkungan luar. Open pneumothorax dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan
dapat inkomplit (sebatas pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan
visceralis). Bilamana terjadi open pneumothorax inkomplit pada saat inspirasi
udara luar akan masuk kedalam kavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat
mengembang karena tekanan intrapleural tidak negatif. Efeknya akan terjadi
hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat.
Saat ekspirasi mediastinal bergerser kemediastinal yang sehat. Terjadilah
18
F. Diagnosis
1. Dari anamnesis di dapatkan gejala yang sangat bervariasi, tergantung
kepada jumlah udara yang masuk ke cavum pleura, gejalanya bisa
berupa1,2:
a. Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri
jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk
b. Sesak nafas
c. Dada terasa sempit
d. Mudah lelah
e. Denyut jantung yang cepat
f. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiperekspansi
pada dada), pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya
19
20
b. CT-scan thorax
Pada pemeriksaan CT-scan pneumotoraks tension didapatkan
adanya kolaps paru, udara di rongga pleura, dan deviasi dari struktur
mediastinum. Pemeriksaan CT-scan lebih sensitif daripada foto toraks
pada pneumotoraks yang kecil walaupun gejala klinisnya masih belum
jelas. Penggunaan USG untuk mendiagnosis pneumotoraks masih
dalam pengembangan6.
Gambar F.2 Pneumothorax potongan axial tampak udara dan colaps paru
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksaan pneumothorax (umum)
Primary survey dengan memperhatikan :
21
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
2. Tindakan bedah emergency
a. Krikotiroidotomi
b. Trakheostomi
c. Tuetorakostomi
d. Torakostomi
e. Eksplorasi vascular
3. Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus
pneumothorax yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan
untuk mengurangi tekanan intrapleura dengan membuat hubungan
antara cavum pleura dengan udara luar dengan cara4:
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura
akan berubah menjadi negative karena mengalir ke luar melalui
jarum tersebut.
b. Mempuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil
Dapat memakai infuse set jarum ditusukkan ke dinding dada
sampai kedalam rongga pleura, kemudian infuse set yang telah
dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang
berisi air.
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum
dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di
dinding thorax sampai menebus ke cavum pleura, jarum dicabut
dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan
dengan pipa plastic infuse set. Pipa infuse ini selanjutnya
22
23
I. Prognosis
Hasil dari pneumothorax tergantung pada luasnya dan tipe dari
pneumothorax. Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan
sendirinya tanpa perawatan. Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan
penyakit yang mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan
membawa angka kematian sebesar 15%. Secondary pneumothorax memerlukan
perawatan darurat dan segera. Mempunyai satu pneumothorax meningkatkan
risiko mengembangkan kondisi ini kembali. Angka kekambuhan untuk keduanya
primary dan secondary pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan
kekambuhan terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun7.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, A., Setiyohadi, W., Bambang, A., Idrus, K., Marcellus, S., Setiati,
S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Bowman, J. dan Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Update:
2010 May 27; cited 2011 January 10. Available from http://emedicine.
medscape.com/article/82755.
3. Price, S.A. dan Lorrainne, M.W. 2008. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Edisi 7. Jakarta: EGC.
4. Wibisiono, M.J., Winariani, dan Hariadi, S. 2010. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair
RSUD Dr. Soetomo.
5. Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC.
6. Rasad, S. 2008. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Universitas Indonesia.
7. Fishman P.A, Elias. A, Fishman. A, Grippi M, A, Senior R, M. Pack, A, I.
2008. Fishmans Pulmonary Disease and Disorder 4th edition. United
States of America: The McGraw Hill Companies.
8. Silbernagl, S dan Lang, F. 2000. Color Atlas of Pathophisiology. New
York: Thieme.
25