Anda di halaman 1dari 19

MOLA HIDATIDOSA

LAPORAN KASUS
Mola Hidatidosa

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik


SMF Obsteri dan Ginekologi
RSD dr. Soebandi Jember

Oleh:
Ayu Waica Pratiwi
102011101018

Pembimbing:
dr. Yonas Hadisubroto, Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSD DR SOEBANDI
2016

MOLA HIDATIDOSA

MOLA HIDATIDOSA

I.

Identitas

Nama

: Ny. N

Umur

: 36 tahun

Agama

: Islam

Suku

: Madura

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Jember

Tanggal MRS

: 27 april 2016

No RM

: 111055

II.

Anamnesis
-

Keluhan utama

Perdarahan dari jalan lahir


-

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasa hamil 4 bulan, pasien mengaku sudah tidak mengalami menstruasi
sejak bulan desember tahun 2015, pasien telah melakukan pemeriksaan kehamilan
melalui urine dan hasilnya positif Sejak 2 minggu yang lalu, pasien mengeluh keluar
darah dari jalan lahirnya. Awalnya perdarahan berupa bercak darah kemudian 3 hari
yang lalu perdarahan menjadi semakin banyak (1 hari 3-5x ganti pembalut) pasien juga
mengeluh nyeri perut bagian bawah dan pasien merasa dirinya lemas. Pasien
mengatakan darah yang keluar berwarna merah segar dan terkadang merah tua, tidak
terdapat gumpalan darah. Pasien juga sering mengeluh sering mual muntah sejak kurang
lebih 1 bulan terakhir. Pasien juga mengaku belum pernah merasakan adanya gerakan
janin. Pasien belum pernah periksa ke bidan atau fasilitas kesehatan.
-

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat perdarahan sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit sistemik hipertensi, diabetes melitus dan asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
DM (-) Hipertensi (-) Asma (-)
Riwayat Penggunaan Obat
Disangkal
Riwayat Menarche
: Usia 11 tahun

Riwayat Menstruasi

: Teratur / 7 hari / dismenorhea (+)

Riwayat Marital

: 1 / 26 tahun

Riwayat Obstetri

: 1. Laki-laki/ 4th/bidan/ 2900gr

2. Hamil ini

MOLA HIDATIDOSA

III.

Riwayat ANC

: tidak pernah memeriksakan kehamilan

Riwayat KB

: Pil

HPHT

: 05-12-2015

HPL

: 12-09-2016

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
u Keadaan umum
: Lemah
u Kesadaran
: Composmentis
u Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 102 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu axila
: 36,6 oC
u Tinggi badan
: 145 cm
u BB
: 45 kg
Status Interna Singkat
u Kepala
u Mata

: konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

u Hidung

: sekret (-), perdarahan (-)

u Mulut

: tidak sianosis

u Telinga

: sekret (-), perdarahan (-)

u Leher
u Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid
Thorak
u Cor
u Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
u Palpasi: iktus kordis tidak teraba
u Perkusi: redup, batas jantung tidak melebar
u Auskultasi: S1S2 tunggal, tidak ada ekstrasistole, gallop maupun
murmur
u Pulmo
u Inspeksi: simetris

MOLA HIDATIDOSA

u Palpasi: fremitus raba positif kedua lapang paru


u Perkusi: sonor
u Auskultasi: vesikular di kedua lapang paru, tidak ada wheezing
maupun rhonki.
u Ekstremitas: akral hangat di keempat ekstremitas, tidak ada odem di
keempat ekstremitas.
Status Obstetri dan Ginekologi
u Payudara : Papila mammae menonjol, hiperpigmentasi papila mammae -/-,
colostrum u Abdomen:
u Inspeksi : Cembung, bekas operasi (-), bekas sectio caesarea (-)
u Auskultasi: Peristaltik (+), DJJ : (-)
u Perkusi
u Palpasi

: Timpani - redup
: TFU = 23cm 2 jari atas pusat , ballotement (-), tidak
teraba bagian janin

u Genitalia:
u vulva/vagina: tidak ada laserasi, tidak ada benjolan, fluor albus (-), fluksus (+)
Pemeriksaan dalam:
u Serviks : Portio teraba licin dan lunak, nyeri goyang portio (-) tidak teraba
massa pada adnexa, cavum douglas tidak menonjol,tidak ada pembukaan
u Pemeriksaan penunjang : Plano test (+)
IV.

Resume
Wanita usia 36 tahun MRS tanggal 27/04/2016 dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu, berupa darah segar dan kadang merah tua,
dengan volumenya yang banyak. Pasien mengaku hamil 4 bulan, Pasien juga mengeluh
mual muntah sejak 1 bulan dan pasien tidak merasakan adanya gerak janin.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg, Nadi : 102
x/menit, RR : 20 x/menit, suhu : 36,6 C. Pada pemeriksaan kepala leher didapatkan
konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan Obstetri didapatkan :
TFU: 2 jari diatas pusat, ballotement (-), tidak teraba bagian janin, Djj = (-)
Genitalia : fluxus (+)
VT : Portio teraba licin dan lunak, nyeri goyang portio (-) tidak teraba massa pada
adnexa, cavum douglas tidak menonjol, serviks uteri kaku, tidak ada pembukaan, fluor
albus (-)
Pemeriksaan penunjang Plano test : (+)

MOLA HIDATIDOSA

V.

VI.

Diagnosa
Susp. Mola Hidatidosa + anemia
Diagnose banding
Abortus mola
Abortus iminens
Planning
Diagnostik:
USG, Thorax foto, EKG
Laboratorium DL, -hCG Kimia klinik, Golongan Darah, T3 dan T4
histopatologi
Terapi:
Pasang IV Line dan resusitasi cairan
Apabila Hb 10 gr/dl, Transfusi hingga Hb 10 g/dL
Inj. Asam traneksamat 3 x 1 ampul iv
Inj. Antrain 3 x 1 ampul iv
Pro evakuasi mola (kuretase)
Monitoring:
Observasi perdarahan
Observasi TTV
Cek Hb

MOLA HIDATIDOSA

MOLA HIDATIDOSA

PENDAHULUAN
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan
komplit, koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola
hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak
berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan
patologik. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang
terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola
biasanya terletak di rongga uterus, tetapi kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan
ovarium.
Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa
reproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak
ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan
insidensi pada negara-negara barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat
Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000 1.500 kehamilan. Mola
hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi
mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan
bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh
beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.

DEFINISI
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema
vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara
histologist, ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan
displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh
darah.

MOLA HIDATIDOSA

Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain mola hidatidosa
komplit dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa komplit tidak berisi jaringan fetus, di
mana 90% biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% terdiri dari kariotipe 46,XY. Semua
kromosomnya berasal dari sisi paternal. Ovum yang tidak bernukleus akan mengalami
fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi
oleh dua sperma. Pada mola yang komplit, vili khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan
terdapat hiperplasia tropoblastik. Sedangkan, pada mola hidatidosa parsial, terdapat jaringan
fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis masih sering didapatkan. Vili
khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol
dan berkelok-kelok .

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin jika
dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau
2000 kehamilan, sedangkan di negara-negara berkembang sebesar 1:100 atau 600 kehamilan.
Insidensi di Indonesia dilaporkan mencapai 1:85 kehamilan (Soejonoes) dan di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta sebesar 1:31 persalinan dan 1:49 kehamilan.
Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan
trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15% pasien dan
metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus koriokarsinoma yang dilaporkan berasal
dari mola parsial, walaupun pada 4% pasien, mola parsial dapat berkembang menjadi
penyakit trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan kemoterapi.
Insiden kehamilan mola beragam diantara kelompok-kelompok etnis dan biasanya
tertinggi pada negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Timur. Mola hidatidosa
biasanya lebih sering dijumpai pada wanita usia reproduksi, yakni usia 15 hingga 45 tahun, di
mana wanita pada umur remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita
dengan umur 35 tahun keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita dengan usia
lebih dari 40 tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat jika dibandingkan dengan
wanita yang lebih muda. Peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen,
kontrasepsi oral, dan faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional masih
belum jelas. Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1 2% kasus. Dalam suatu

MOLA HIDATIDOSA

kajian terhadap 12 penelitian yang total mencakup hampir 5.000 persalinan, frekuensi mola
rekuren adalah 1,3% (Lorret de mola dan Goldfarb).

ETIOLOGI
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin
dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain:
1. Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblast
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

PATOFISIOLOGI
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum,
sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum
secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung
selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih
kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam
kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat
gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, yang merupakan kegagalan reproduksi.
Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang
menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa
degenerasi hidrofik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola
hidatidosa. Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung gelembung berisi cairan jernih
merupakan kista kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara
histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal.
Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola, yaitu satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi
mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang

MOLA HIDATIDOSA

berdiameter lebih dari 1 cm 5. Pada ummnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik
kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang
berupa karsinoma.
Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori
neoplasma. Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5
minggu (missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembunggelembung. Teori neoplasma menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan
juga fungsinya dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul
gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.

KLASIFIKASI
MOLA HIDATIDOSA SEMPURNA
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel
bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering
berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh
adanya, antara lain:

Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroma vilus

Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak

Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi

Tidak adanya janin dan amnion


Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX dan

sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola
sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
Mola Sempurna Androgenetic
Homozygous
Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal
identik, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu
perempuan; 46,YY tidak pernah ditemukan

MOLA HIDATIDOSA

Heterozygous
Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan.
Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena
pembuahan dua sperma.

Mola Sempurna Biparental


Genotip ayah dan ibu terlihat, tetapi gen maternal gagal mempengaruhi janin sehingga
hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparental jarang ditemukan. Bentuk
rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan sebagai
autosomal resesif) pernah ditemukan. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon
yaitu 19q13. Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat didiagnosis
pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul. Gejala yang paling sering
terjadi pada mola sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua dan
menyebabkan perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya
besar dan cairan merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus
mola hidatidosa. Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan
peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG). Sekitar 7% pasien juga datang
dengan takikardia, tremor, dan kulit hangat.

MOLA HIDATIDOSA PARSIAL


Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin
tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat
pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya
dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola
parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya
datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion
yakni Perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin, Pada mola parsial, jaringan
fetus biasanya didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi merupakan penemuan
yang seringkali ada. Komplemen kromosomnya yaitu 69,XXX atau 69,XXY. Ini diakibatkan
dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau akibat

MOLA HIDATIDOSA

pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna,
ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.

MANIFESTASI KLINIS
a. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
b. Perdarahan

pervaginam

dari

bercak

sampai

perdarahan

berat.

merupakan

gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa

minggu

sampai

beberapa

bulan

sehingga

dapat

menyebabkan

anemia defisiensi besi.


c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballottement.
e. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
h. Gejala Tirotoksikosis

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda
dan gejala klasik yakni:
a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan.
Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap
bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
b. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG.
c. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan
kulit yang hangat.
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum
terjadi onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi

MOLA HIDATIDOSA

tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya
mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya
perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada
kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya
uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh
pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula
adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD
> 140/90 mmHg), protenuria (> 300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian
kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran >
6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada
pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini
berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi
bila mola telah dievakuasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila
didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang
banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia
merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya
koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan
juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan
activin.
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi
kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang
mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa
intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan
diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan
fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY.
Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan,
termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang
normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.

MOLA HIDATIDOSA

KLINIS
Anamnesis
Ada

kehamilan

berlebihan,

disertai

perdarahan

gejala

pervaginam

dan

tanda

berulang

kehamilan
cenderung

muda

berwarna

yang
coklat

dan kadang bergelembung seperti busa.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka
mola (mola face)

Palpasi : uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.

Pemeriksaam Dalam : memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek, terdapat


perdarahan dalam kanalis servikalis

Hasil Penemuan Fisik


Mola Sempurna

Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar
daripada biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola
sempurna. Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik
berlebih dan darah yang tertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran
sesuai dengan umur kehamilan bahkan lebih kecil tidak jarang ditemukan.

Preeklampsia. Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia


ditandai oleh adanya hipertensi (BP >140/90 mm Hg), proteinuria (> 300 mg/d), dan
edema dengan hiperreflexia. Kejang jarang terjadi.

Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm dan
diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada
pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya
mengeluhkan nyeri pelvis. Karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat
resiko torsi. Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang tinggi dan
kadarnya biasanya menurun setelah mola.

MOLA HIDATIDOSA

Mola Parsial

Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG.

Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3% kasus

Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang terjadi.

Mola Kembar

Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah
dilaporkan. Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti
ini juga pernah dilaporkan.

Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan
cenderung dapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang
direkomendasikan.

Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa perdarahan,


thyrotoxikosis, atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberi tahu mengenai resiko
dari morbiditas maternal akibat komplikasi mola kembar.

Diagnosis genetik prenatal melalui sampling chorionic villus atau amniosentesis


direkomendasikan untuk mengevaluasi kariotype fetus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji
biologik dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi
(pengeceran) : Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek molahidatidosa.

Radiologik

Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin

USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

MOLA HIDATIDOSA

Uji Sonde
Tidak rutin dikerjakan, biasanya dilakukan sebagai tindakan awal kuretase

Histopatologik
Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke laboratorium PA.

TATA LAKSANA
Evakuasi
1. Perbaiki keadaan umum.
2. Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap. Bila Kanalis
servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.
3. Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.
4. 7 10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan.
5. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas
4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

MOLA HIDATIDOSA

Pengawasan Lanjutan
1. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
2. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap minggu pada Triwulan
pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan kedua, setiap bulan pada 6 bulan berikutnya,
setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
3. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium : Reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu sampai hasil
negatif, 1x per 2 minggu selama Triwulan selanjutnya, 1x sebulan dalam 6
bulan selanjutnya, 1x per 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau hasil reaksi
titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
4. Sitostatika Profilaksis : Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

KESIMPULAN
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan
komplit, koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola
hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak
berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan
patologik. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang
terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola
biasanya terletak di rongga uterus, tetapi kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan
ovarium.
Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa
reproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak
ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan
insidensi pada negara-negara barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat
Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000 1.500 kehamilan. Mola
hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi

MOLA HIDATIDOSA

mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan
bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh
beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.
Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi
juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis
penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman diagnosis dan terapi lab/upf.
Kebidanan dan penyakit kandungan. Rsud dokter soetomo surabaya. 1994. Hal 25-28.
2. Ayurai, 2009. Mola Hidatidosa. Download at 22 september 2009 from :
http://ayurai.wordpress.com/2009/06/26/mola-hidatidosa/
3. Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930938.
4. Diyah Metta Ningrum dan Ova Emilia, 2008. Diagnosis Dan Manajemen Mola
Hidatidosa.

Download

tanggal

14

september

2009

dari

http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-hidatidosa.html
5. Harnawatiaj, 2008. Askep Mola Hidatidosa. Download at 20 september 2009,
available from: http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/
6. Lisa E Moore, 2008. Hydatidiform Mole. Download at 15 september 2009 available
from: www.e-medicine.com

MOLA HIDATIDOSA

7. Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267
8. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput
Janin. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO.
Jakarta.2002 Hal 341-348.
9. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku
Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.
10. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan
Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264
11. Ross S. Berkowitz, M.D., and Donald P. Goldstein, M.D, 2009. Molar Pregnancy.
Downloaded from www.nejm.org on September 16, 2009
12. Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. Obsetetri Patologik. Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Elstar Offset. Bandung.
1981. Hal38-42

Anda mungkin juga menyukai