LAPORAN KASUS
Mola Hidatidosa
Oleh:
Ayu Waica Pratiwi
102011101018
Pembimbing:
dr. Yonas Hadisubroto, Sp.OG
MOLA HIDATIDOSA
MOLA HIDATIDOSA
I.
Identitas
Nama
: Ny. N
Umur
: 36 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Madura
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jember
Tanggal MRS
: 27 april 2016
No RM
: 111055
II.
Anamnesis
-
Keluhan utama
Pasien merasa hamil 4 bulan, pasien mengaku sudah tidak mengalami menstruasi
sejak bulan desember tahun 2015, pasien telah melakukan pemeriksaan kehamilan
melalui urine dan hasilnya positif Sejak 2 minggu yang lalu, pasien mengeluh keluar
darah dari jalan lahirnya. Awalnya perdarahan berupa bercak darah kemudian 3 hari
yang lalu perdarahan menjadi semakin banyak (1 hari 3-5x ganti pembalut) pasien juga
mengeluh nyeri perut bagian bawah dan pasien merasa dirinya lemas. Pasien
mengatakan darah yang keluar berwarna merah segar dan terkadang merah tua, tidak
terdapat gumpalan darah. Pasien juga sering mengeluh sering mual muntah sejak kurang
lebih 1 bulan terakhir. Pasien juga mengaku belum pernah merasakan adanya gerakan
janin. Pasien belum pernah periksa ke bidan atau fasilitas kesehatan.
-
Riwayat Menstruasi
Riwayat Marital
: 1 / 26 tahun
Riwayat Obstetri
2. Hamil ini
MOLA HIDATIDOSA
III.
Riwayat ANC
Riwayat KB
: Pil
HPHT
: 05-12-2015
HPL
: 12-09-2016
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
u Keadaan umum
: Lemah
u Kesadaran
: Composmentis
u Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 102 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu axila
: 36,6 oC
u Tinggi badan
: 145 cm
u BB
: 45 kg
Status Interna Singkat
u Kepala
u Mata
u Hidung
u Mulut
: tidak sianosis
u Telinga
u Leher
u Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid
Thorak
u Cor
u Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
u Palpasi: iktus kordis tidak teraba
u Perkusi: redup, batas jantung tidak melebar
u Auskultasi: S1S2 tunggal, tidak ada ekstrasistole, gallop maupun
murmur
u Pulmo
u Inspeksi: simetris
MOLA HIDATIDOSA
: Timpani - redup
: TFU = 23cm 2 jari atas pusat , ballotement (-), tidak
teraba bagian janin
u Genitalia:
u vulva/vagina: tidak ada laserasi, tidak ada benjolan, fluor albus (-), fluksus (+)
Pemeriksaan dalam:
u Serviks : Portio teraba licin dan lunak, nyeri goyang portio (-) tidak teraba
massa pada adnexa, cavum douglas tidak menonjol,tidak ada pembukaan
u Pemeriksaan penunjang : Plano test (+)
IV.
Resume
Wanita usia 36 tahun MRS tanggal 27/04/2016 dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu, berupa darah segar dan kadang merah tua,
dengan volumenya yang banyak. Pasien mengaku hamil 4 bulan, Pasien juga mengeluh
mual muntah sejak 1 bulan dan pasien tidak merasakan adanya gerak janin.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg, Nadi : 102
x/menit, RR : 20 x/menit, suhu : 36,6 C. Pada pemeriksaan kepala leher didapatkan
konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan Obstetri didapatkan :
TFU: 2 jari diatas pusat, ballotement (-), tidak teraba bagian janin, Djj = (-)
Genitalia : fluxus (+)
VT : Portio teraba licin dan lunak, nyeri goyang portio (-) tidak teraba massa pada
adnexa, cavum douglas tidak menonjol, serviks uteri kaku, tidak ada pembukaan, fluor
albus (-)
Pemeriksaan penunjang Plano test : (+)
MOLA HIDATIDOSA
V.
VI.
Diagnosa
Susp. Mola Hidatidosa + anemia
Diagnose banding
Abortus mola
Abortus iminens
Planning
Diagnostik:
USG, Thorax foto, EKG
Laboratorium DL, -hCG Kimia klinik, Golongan Darah, T3 dan T4
histopatologi
Terapi:
Pasang IV Line dan resusitasi cairan
Apabila Hb 10 gr/dl, Transfusi hingga Hb 10 g/dL
Inj. Asam traneksamat 3 x 1 ampul iv
Inj. Antrain 3 x 1 ampul iv
Pro evakuasi mola (kuretase)
Monitoring:
Observasi perdarahan
Observasi TTV
Cek Hb
MOLA HIDATIDOSA
MOLA HIDATIDOSA
PENDAHULUAN
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan
komplit, koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola
hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak
berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan
patologik. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang
terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola
biasanya terletak di rongga uterus, tetapi kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan
ovarium.
Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa
reproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak
ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan
insidensi pada negara-negara barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat
Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000 1.500 kehamilan. Mola
hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi
mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan
bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh
beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.
DEFINISI
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema
vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara
histologist, ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan
displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh
darah.
MOLA HIDATIDOSA
Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain mola hidatidosa
komplit dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa komplit tidak berisi jaringan fetus, di
mana 90% biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% terdiri dari kariotipe 46,XY. Semua
kromosomnya berasal dari sisi paternal. Ovum yang tidak bernukleus akan mengalami
fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi
oleh dua sperma. Pada mola yang komplit, vili khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan
terdapat hiperplasia tropoblastik. Sedangkan, pada mola hidatidosa parsial, terdapat jaringan
fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis masih sering didapatkan. Vili
khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol
dan berkelok-kelok .
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin jika
dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau
2000 kehamilan, sedangkan di negara-negara berkembang sebesar 1:100 atau 600 kehamilan.
Insidensi di Indonesia dilaporkan mencapai 1:85 kehamilan (Soejonoes) dan di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta sebesar 1:31 persalinan dan 1:49 kehamilan.
Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan
trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15% pasien dan
metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus koriokarsinoma yang dilaporkan berasal
dari mola parsial, walaupun pada 4% pasien, mola parsial dapat berkembang menjadi
penyakit trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan kemoterapi.
Insiden kehamilan mola beragam diantara kelompok-kelompok etnis dan biasanya
tertinggi pada negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Timur. Mola hidatidosa
biasanya lebih sering dijumpai pada wanita usia reproduksi, yakni usia 15 hingga 45 tahun, di
mana wanita pada umur remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita
dengan umur 35 tahun keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita dengan usia
lebih dari 40 tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat jika dibandingkan dengan
wanita yang lebih muda. Peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen,
kontrasepsi oral, dan faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional masih
belum jelas. Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1 2% kasus. Dalam suatu
MOLA HIDATIDOSA
kajian terhadap 12 penelitian yang total mencakup hampir 5.000 persalinan, frekuensi mola
rekuren adalah 1,3% (Lorret de mola dan Goldfarb).
ETIOLOGI
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin
dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain:
1. Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblast
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
PATOFISIOLOGI
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum,
sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum
secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung
selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih
kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam
kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat
gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, yang merupakan kegagalan reproduksi.
Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang
menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa
degenerasi hidrofik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola
hidatidosa. Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung gelembung berisi cairan jernih
merupakan kista kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara
histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal.
Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola, yaitu satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi
mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang
MOLA HIDATIDOSA
berdiameter lebih dari 1 cm 5. Pada ummnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik
kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang
berupa karsinoma.
Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori
neoplasma. Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5
minggu (missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembunggelembung. Teori neoplasma menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan
juga fungsinya dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul
gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
KLASIFIKASI
MOLA HIDATIDOSA SEMPURNA
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel
bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering
berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh
adanya, antara lain:
sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola
sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
Mola Sempurna Androgenetic
Homozygous
Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal
identik, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu
perempuan; 46,YY tidak pernah ditemukan
MOLA HIDATIDOSA
Heterozygous
Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan.
Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena
pembuahan dua sperma.
MOLA HIDATIDOSA
pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna,
ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.
MANIFESTASI KLINIS
a. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
b. Perdarahan
pervaginam
dari
bercak
sampai
perdarahan
berat.
merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa
minggu
sampai
beberapa
bulan
sehingga
dapat
menyebabkan
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
seperti laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda
dan gejala klasik yakni:
a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan.
Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap
bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
b. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG.
c. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan
kulit yang hangat.
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum
terjadi onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi
MOLA HIDATIDOSA
tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya
mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya
perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada
kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya
uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh
pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula
adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD
> 140/90 mmHg), protenuria (> 300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian
kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran >
6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada
pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini
berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi
bila mola telah dievakuasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila
didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang
banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia
merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya
koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan
juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan
activin.
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi
kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang
mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa
intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan
diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan
fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY.
Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan,
termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang
normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.
MOLA HIDATIDOSA
KLINIS
Anamnesis
Ada
kehamilan
berlebihan,
disertai
perdarahan
gejala
pervaginam
dan
tanda
berulang
kehamilan
cenderung
muda
berwarna
yang
coklat
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka
mola (mola face)
Palpasi : uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar
daripada biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola
sempurna. Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik
berlebih dan darah yang tertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran
sesuai dengan umur kehamilan bahkan lebih kecil tidak jarang ditemukan.
Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm dan
diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada
pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya
mengeluhkan nyeri pelvis. Karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat
resiko torsi. Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang tinggi dan
kadarnya biasanya menurun setelah mola.
MOLA HIDATIDOSA
Mola Parsial
Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG.
Mola Kembar
Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah
dilaporkan. Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti
ini juga pernah dilaporkan.
Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan
cenderung dapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang
direkomendasikan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji
biologik dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi
(pengeceran) : Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek molahidatidosa.
Radiologik
USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.
MOLA HIDATIDOSA
Uji Sonde
Tidak rutin dikerjakan, biasanya dilakukan sebagai tindakan awal kuretase
Histopatologik
Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke laboratorium PA.
TATA LAKSANA
Evakuasi
1. Perbaiki keadaan umum.
2. Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap. Bila Kanalis
servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.
3. Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.
4. 7 10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan.
5. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas
4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.
MOLA HIDATIDOSA
Pengawasan Lanjutan
1. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
2. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap minggu pada Triwulan
pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan kedua, setiap bulan pada 6 bulan berikutnya,
setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
3. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium : Reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu sampai hasil
negatif, 1x per 2 minggu selama Triwulan selanjutnya, 1x sebulan dalam 6
bulan selanjutnya, 1x per 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau hasil reaksi
titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
4. Sitostatika Profilaksis : Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari
KESIMPULAN
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan
komplit, koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola
hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak
berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan
patologik. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang
terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola
biasanya terletak di rongga uterus, tetapi kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan
ovarium.
Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa
reproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak
ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan
insidensi pada negara-negara barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat
Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000 1.500 kehamilan. Mola
hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi
MOLA HIDATIDOSA
mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan
bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh
beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.
Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi
juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis
penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman diagnosis dan terapi lab/upf.
Kebidanan dan penyakit kandungan. Rsud dokter soetomo surabaya. 1994. Hal 25-28.
2. Ayurai, 2009. Mola Hidatidosa. Download at 22 september 2009 from :
http://ayurai.wordpress.com/2009/06/26/mola-hidatidosa/
3. Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930938.
4. Diyah Metta Ningrum dan Ova Emilia, 2008. Diagnosis Dan Manajemen Mola
Hidatidosa.
Download
tanggal
14
september
2009
dari
http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-hidatidosa.html
5. Harnawatiaj, 2008. Askep Mola Hidatidosa. Download at 20 september 2009,
available from: http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/
6. Lisa E Moore, 2008. Hydatidiform Mole. Download at 15 september 2009 available
from: www.e-medicine.com
MOLA HIDATIDOSA