Anda di halaman 1dari 31

Makalah Bimbingan Konseling Keluarga

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai perilaku sosial
yang berbeda yang dimiliki oleh setiap individu yang berada di dalam
sebuah keluarga tersebut. Individu yang berada dalam sebuah keluarga yang
harmonis terdiri atas seorang ayah, seorang ibu dan anak-anak. Kehidupan
masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari masalah,
konflik dan situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Ini merupakan hal yang wajar
sebagai suatu tahapan dari pengalaman hidup dan perkembangan diri
seseorang. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah/ krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan
cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan
masalah keluarga dengan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama,
kearifan atau dengan cara kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua
dalam menyelesaikan krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan
masalah anak dan istri. Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga (family
conseling). Cara ini adalah yang telah dilakukan oleh para ahli konseling
diseluruh dunia. Ada dua pendekatan dilakukan dalam hal ini:
1). Pendekatan individual atau juga disebut konseling individual yaitu upaya
menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
2). Pendekatan kelompok (family conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga
yang dibimbing oleh konselor keluarga.
Tujuan utama konseling keluarga adalah untuk memperlancar komunikasi
diantara anggota keluarga yang mungkin karena sesuatu hal terputus. Para
anggota keluarga berusaha secara bersama-sama untuk mengembangkan
komunikasi diantara mereka. Terjadinya hambatan komunikasi mungkin
disebabkan oleh beberapa hal antara lain: terjadi konflik antar anggota
keluarga ataupun adanya masalah diantara individu-individu dalam keluarga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,
makan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.

Bagaimanakah latar belakang kehidupan

keluarga?
2.

Bagaimanakah memahami konseling keluarga?

3.

Apakah teori-teori konseling?

4.

Bagaimanakah aplikasi teori-teori konseling?

5.

Bagaimanakah proses dan tahapan konseling

keluarga?
6.

Bagaimanakah teknik-teknik konseling

keluarga?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas,
makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1.

Latar belakang kehidupan keluarga;

2.

Konseling keluarga;

3.

Teori-teori konseling;

4.

Aplikasi teori-teori konseling;

5.

Proses dan tahapan konseling keluarga;

6.

Teknik-teknik konseling keluarga.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Kehidupan Keluarga
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga,
tidak akan pernah lepas dari sistem nilai yang ada di
masyarakat tertentu. Berbagai sistem nilai yang ada

di masyarakat :
a)

Nilai agama. Saat ini, mengalami degradasi

terhadap nilai agama, sebab semua agama


merasakan bahwa kebanyakan umatnya kurang
setia pada agama yang dianutnya.
b)

Degradasi nilai adat istiadat. Ini sering disebut

sebagai tata susila atau kesopanan. Hal ini dapat


dibuktikan pada perilaku anak-anak dan remaja
saat ini.
c) Degradasi nilai-nilai sosial. Sebagaimana kita
saksikan saat ini, masyarakat sangat individualis
mementingkan diri sendiri dalam segala hal,
enggan berbagi harta, pikiran, saran, pendapat,
tidak mau bergaul terutama dengan orang kelas
bawah dan memutuskan tali silaturahmi
terutama dengan keluarga.
d) Degradasi kesukarelaan keluarga. Seperti yang
kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan
keluarga, kasus suami membunuh istrinya dan
sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan
sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga
modern memiliki ciri utama kemajuan dan
perkembangan dibidang pendidikan, ekonomi dan
pergaulan. Kebanyakan keluarga modern berada di

perkotaan, mungkin juga ada keluarga modern


berada di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi
dengan masyarakat pedesaan. Kelengkapan alat
transportasi dan komunikasi memungkinkan mereka
cepat berinteraksi di kota yaitu dengan kelluarga
lainnya. Namun, dibalikk semua itu, terdapat krisis
keluarga, artinya keadaan kelurga dalam keadaan
kacau, tidak teratur dan terarah, orang tua
kehilangan kewibawaan untuk mengendalikkan
kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Berikut
ini adalah penyebab terjadinya krisis keluarga, yaitu:
kurang atau putusnya komunikasi diantara anggota
keluarga terutama ayah dan ibu, sikap egosentrisme,
masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalah
pendidikan, masalah perselingkuhan dan jauh dari
agama.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang
telat disebutkan di atas, pasti ada jalan keluar untuk
penyelesain. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan
cara tradisional dan ada pula dengan cara modern
atau sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan
masalah keluarga dengnan cara tradisional terbagi
dua bagian. Pertama, kearifan atau dengan kasih
sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam

menyelesaikam krisis keluarga terutama yang


berhubungan dengan anak dan istri.
Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga, cara ini
telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh
dunia. Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam hal
ini, yaitu:
1) Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali
emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
2) Pendekatan kelompok, yaitu disksi dalam
keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
B. Memahami Konseling Keluarga
A) Latar belakang konseling keluarga
Perubahan kehidupan keluarga
Dengan berakhirnya perang dunia II, maka
terjadilah perubahan dalam sosiokultural dala
msyarakat AS. Pengaruh tersebut menggejala
pula terhadap keluarga dan anggota-anggotanya.
Keluarga mendapatkan tantangan dan tekanan
dari luar dan dalam dirinya sedangkan keluarga
itu harus tetap bertahan. Kemajuan disegala
bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa pula
dampaknya terhadap keluarga di Indonesia
khususnya di kota-kota.
Keluarga Berantakan (broken home)
Yang dimaksud keluarga berantakan dapat

dilihat dari dua aspek, yaitu:


1.

Keluarga itu berantakan karena strukturnya

tidak utuh, karena meninggal dunia atau


bercerai.
2.

Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur

keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau


ibu jarang ada di rumah, atau tidak
memperlihatkan kasih saying lagi.
3. Kasus Siswa di Sekolah
Banyak kasus siswa di sekolah yang
bersumber dari keadaan keluarganya, misalnya
krisis keluarga. Biasanya, jika ternyata memang
kasus itu berkaitan erat dengan masalah
keluarga, mka guru pembimbing akan berusaha
melakukan kunjungan rumah.
Konseling Keluarga dan Sekolah
Keluarga dan sekolah merupakan dua
sistem yang amat penting dalam kehidupan anak
dan remaja. Keluarga berperan utama dalam
mempengaruhi anak-anak dalam proses
perkembangan dan sosialisasinya. Sekolah tidak
hanya mengembangkan keterampilan kognitif,
akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan
perilaku emosional dan sosial.
Pengertian konseling keluarga

Family counseling atau konseling keluarga


adalah upaya yang diberikan kepada individu
anggota keluarga melalui sistem keluarga
(pembenahan komunikasi keluarga) agar
potensinya berkembabng seoptimal mungkin dan
masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan
membantu dari semua anggota keluarga
berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap
keluarga.
C. Teori-teori Konseling
1. Pendekatan Psikoanalisis
Sigmud Freud 1896, sebagai pendiri aliran
ini, mengemukakan pandangannya bahwa
struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri
dari alam ketidaksadaran. Alam kesadaran dapat
diumpamakan puncak gunung es yang muncul di
tengah laut, sedangkan sebagian gunung es yang
terbenam adalah alam ketidaksadaran manusia.
Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari
id ego dan super ego.
Tujuan dan proses konseling psikoanalisis
adalah untuk membentuk kembali struktur
kepribadian klien dengan jalan mengembalikan
jalan yang tidak disadari menjadi sadar kembali.
Proses konseling dititikberatkan pada usaha

konselor agar klien dapat menghayayti,


memahami dan mngenal pengalaman masa
kecilnya terutama masa usia 2-5 tahun.
Teknik konseling psikoanalisis ada 5,
yaitu :
1) Asosiasi bebas, yaitu klien diupayakan untuk
menjernihkan atau mengikis alam
pemikirannya dari alam pengalaman dan
pemikiran sehari-hari sehingga klien mudah
mengungkapkan masa lalunya.
2) Interpretasi, teknik yang digunakan konselor
untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi,
resistensi, dan transferesi klien.
3) Analisis mimpi, yaitu teknik untuk membuka
hal-hal yang tak disadari dan member
kesempatan klien untuk menilik masalahmasalah yang belum terpecahkan.
4) Analisis resistensi, ditujukan untuk
menyadarkan meminta perhatian klien untuk
menyadarkan klien terhadap alasan-alasan
terjadinya resistensi.
5) Analisis transferesi, konselor mengusahakan
agar klien mengembangkan transferensinya
agar terungkap neurosisnya terutama pada
usia selama 5tahun pertama dalam hidupnya.

2. Terapi Terpusat pada Klien (Clientcentered therapy)


Sering juga disebut terapi nondirektif
adalah suatu metode perawatan psikis yang
dilakukan dengan cara berdialog antara konselor
dan klien, agar tercipta gambaran yang serasi
dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan teknik konseling sebagai
berikut :
1) Klien datang kepada konselor atas kemauan
sendiri.
2) Situasi konseling sjak awal harus menjadi
tanggung jawab klien untuk itu konselor
menyadarkan klien.
3) Konselor meyakinkan klien agar ia berani
mengemukakan perasaannya.
4) Konselor menerima perasaan klien serta
memahaminya
5) Konselor berusaha agar klien dapat
memahami dan menerima keadaannya
dirinya.
6) Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan
yang akan diambil (perencanan)
7) Klien merealisasikan pilihannya itu.
Implementasi teknik konseling didasari oleh

paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Oleh


karena itu penggunaan teknik seperti
pertanyaan, memberanikan, interpretasi, dan
sugesti dipakai dalam frekuensi rendah. Yang
lebih utama adalah pemakaian teknik konseling
bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi
dan sikap. Karakteristik konselor adalah terpadu,
sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten,
memahami secara empati, member penilaian
kepada klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
3. Terapi Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Federick S.
Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran,
yakni, psikoanalisis, fenomenologis, dan
eksistensialisme serta psikologi Gestalt. Menurut
Parls, individu itu aktif sebagai keseluruhan.
Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagin atau
organ-organ semata. Individu yang sehat adalah
individu yang seimbang antara ikatan organism
dengan lingkungan. Karena itu pertentangan
antara keberadaan sosial dengan biologis
merupakan konsep dasar terapi Gestalt.
4. Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah
konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian. Mula-

mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958)


untuk melakukan treatment neurosis. Kontribusi
terbesar dari konseling behavioral atau perilaku
adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang
psikoterapi, yaitu bagaimana memodifikasi
perilaku melalui rakayasa llingkungan sehingga
terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.
Tujuan terapi behavioral adalah untuk
membantu klien membuang respons-respons
yang lama yang merusak diri dan mempelajari
respons-respons yang baru yang lebih sehat.
Selain itu tujuan terapi behavioral adalah untuk
memperoleh perilaku baru, mengeliminasi
perilaku yang maladatif dan memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan.
Terdapat beberapa teknik dalam terapi ini, yaittu
:
1) Teknik desensitisasi sistematik. Teknik ini
bermaksud mengejar klien untuk memberikan
respons yang tdak konsisten dengan
kecemasan yang dialami klien.
2) Teknik assertive training. Teknik ini
menitikberatkan pada kasus yang mengalami
kesulitan dalam perasaan yang sesuai dalam
menyatakannya. Pelaksanaan tejnik ini adalah

dengan role playing (bermain peran).


3) Aversion therapy. Teknik ini bertujuan untuk
menghukum perilaku yang negative dan
memperkuat perilaku positif.
4) Home-work. Yaitu latihan rumah bagi klien
yang kurang mampu menyesuaikan diri
terhadap situasi tertentu. Caranya adalah
dengan member tugas rumah untuk satu
minggu.
5. Logotherapy Frankl
Tujuan dari terapi logo adalah agar dalam
masalah yang dihadapi klien, dia bisa
menemukan makna dari penderitaan atas
kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu,
klien membantu dirinya sehingga bebas dari
masalah tersebut. Teknik logo ini masih
mengikuti aliran psikoanalisis tetapi menganut
paham eksistensialisme. Teknik konselingnya
menggunakan semua teknik yang sekiranya
sesuai dengan kasus yang dihadapi.
6. Terapi Emotif Rasional ( Rational emotive
therapy/RET)
Teori ini dikembangkan seorang
eksistensialis Albert Ellis 1962. Teori memandang
bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan

dirinya dan sadar akan objek-objek yang


dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat
dan berkembang dan merupakan individu dalam
satu kesatuan yang berarti, manusia bebas,
berfikir, bernafsu, dan berkehendak. RET
menolak aliran psikoalanilis dengan mengatakan
peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan
terjadinya gangguan emosional. Gangguan emosi
terjadi karena pikiran-pikiran seseorang yang
bersifat irasoinal terhadap peristiwa dan
pengalaman yang dilaluinya.
Tujuan dari proses terapi adalah untuk
mengubah dan memperbaiki sikap, persepsi, cara
berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang
irasional menjadi rasional sehingga ia dapat
mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri
yang optimal. Adapun proses konselingnya
adalah :
1) Konselor menunjukan kepada klien bahwa
kesulitannyang dihadapinya berhubungan
dengan keyakinan irasional dan menunjukkan
bagaimana klien harus bersikap rasional.
2) Setelah klien menyadari gangguan emosional
yang bersumber dari pemikiran irasional,
maka konselor menunjukkan pemikiran klien

yang irasional tersebut.


3) Konselor berusaha agar klien menghindarkan
diri dari ide-ide irasionalnya dan konselor
berusaha menghubungkan antara ide tersebut
dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
4) Proses terakhir konseling adalah konselor
berusaha menantang klien untuk
mengembangkn filosofis kehidupan rasional
dan menolak kehidupan yang irasional dan
fiktif.
Teknik konseling. Layanan konseling RET
terdiri atas layanan individu dan kelompok.
Sedangkan teknik-teknik yang digunakan lebih
banyak dari RET adalah : assertive training
(melatih dan membiasakan), sosiodarma
(sandiwara pendek tentang kehidupan), self
modeling (konselor menjadi model dan klien
berjanji akan mengikuti), teknik reinforcement
(memberi reward), social modeling, desensitisasi
sismatik, relaxatation, self control, homework
assignment , diskusi, simulasi, dan bibliografi
(member bahan bacaan).
D. Aplikasi Teori-teori Konseling
Aplikasi teori-teori konseling pada praktek
konseling keluarga adalah suatu keharusan. Akan

tetapi konselor sering merasa kesulitan dalam


aplikasi tersebut dengan single theory. Karena
perilaku manusia tidak bisa hanya dilihat dari satu
sisi saja. Karena itu, multitheory adalah hal yang
wajar dalam mempelajari dan mengamati perilaku
manusia, terutama dalam praktek konseling.
1) Pendekatan terpusat pada klien
Roger menekankan bahwa klien secara
individual dalam keanggotaan kelompok akan
mencapai kepercayaan diri, dimana ia mengatakan
bahwa anggota-anggota keluarga dapat mempercayai
dirinya. Hal ini bisa terjadi jika kondisi-kondisinya
menunjukkan adanya kejujuran, keaslian,
memahami, menjaga, menerima, menghargai secara
positif dan belajar aktif. Dalam konseling keluarga,
fungsi konselor adalah sebagai fasilitator, yaitu
untuk memudahkan membuka dan mengarahkan
jalur-jalur komunikasi apabila ternyata dalam
kehidupan keluarga tersebut pola-pola
komunikasinya berantakan bahkan terputus sama
sekali.
Seorang konselor amat menentukan
keterbukaan anggota keluarga dalam setiap sesi.
Konselor tidak melakukan pendekatan terhadap
anggota keluarga sebagai seorang pakar yang akan

menerangkan secara treatmentnya. Akan tetapi, ia


akan berusaha untuk menggali sumber yang ada
dalam keluarga itu melalui anggota keluarga yang
memiliki potensi berkembang dan digunakan
memecaghkan masalah individu atau keluarga.
Esensinya anggota keluarga adalah arsitek bagi
dirinya sendiri. Konselor memperhatikan respect atau
rasa hormat yag tinggi bagi potensi keluarga yang
digunakan untuk menentukan dirinya sendiri. Dengan
demikian, konseling keluarga adalah proses
mengayam dari smua anggota keluarga untuk tumbuh
dan menemukan dirinya sendiri.
2) Pendekatan eksistensi dalam konseling
keluarga
Dalam konseling eksistenial, aspek-aspek
seperti membuat pilihan-pilihan, menerima tanggung
jawab secara bebas, menggunakan gaya kreatif untuk
mengatasi kecemasan, dan penelitian terhadap makna
dan nilai, merupakan hal-hal yang mendasar dalam
situasi terapeutik dalam konseling keluarga. Prinsip
eksistensialis yang digunakan pada konseling
keluarga memanfaatkan metode-metode kognitif,
behavioral, dan berorientasi pada perbuatan. Asumsi
dasar dari keluarga, yakni anggota keluarga
membentuk nasibnya melalui pilihan-pilihan yang

dbuatnya sendiri. Buruknya kehidupan keluarga tidak


lain berkurangnya kemauan para anggota untuk
mengalami, merasakan pandangan dunia pribadi
anggota keluarga yang lain. Apa yang kita kejar
dalam konseling keluarga adalah terjadinya anggota
keluarga yang memutuskan untuk mengubah struktur
kehidupan keluarga yang sesuai dengan visi mereka
sendiri.
3) Konseling keluarga pendekatan Gestalt
Teori Gestalt memberikan perhatian kepada
apa yang dikatakan anggota keluarga, bagaimana
mereka mengatakannya, apa yang terjadi keitka
mereka berkata itu, bagaimana ucapan-ucapannya
jika dihubungkan dengan perbuatannya, dan apakah
mereka berusaha untuk menyelesaikan
perbuatannya. Yang lebih ditekankan lagi dalam
pendekatan ini adalah keterlibatan konselor dalam
keluarga. Karena itu, yang terpenting bagi konselor
adalah mendengarkan suara dan emosi mereka.
Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling
keluarga sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat,
sebagai orang yang dipercaya dalam perjumpaan
diantara sesama. Konselor membawa kepribadian,
reaksi dan pengalaman hidupnya kedalam
perjumpaan konseling keluarga. Konselor akrab

dengan mereka dan berusaha memahami dan


merasakn isi hati mereka. Konseling yang jujur dapat
membuat individu-individu yang terlibat didlamnya
giat berusaha untuk menempatkan diri sebagimana
adanya dan memahami orang lain sebagaimana
adanya pula.
4) Pendekatan konseling keluarga menurut
aliran Adler
Adler beranggapan bahwa masalah seseorang
pada hakikatnya adalah bersifat sosial, karena itu
diberi kepentingan yang besar terhadap hubunganhubungan antara manusia, yang terjadi sebagai
dinamika psikis dari individu yang biasanya
merupakan kasus dalam keluarga. Tujuan dasar dari
pendekatan ini adalah untuk mempermudah
perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan
hubungan dalam keluarga. Salah satu asumsi
terpenting, yakni konseling keluarga harus diikuti
secara sukarela oleh anggota keluarga. Anggota
keluarga memfokuskan isu-isu yang merebak dalam
keluarga dan mencapai persetujuan-persetujuan baru
atau membuat usaha kompromi dan aktif
berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang baik.
Adapaun teknik-teknik yang digunakan dalam teori
ini adalah wawancara awal, bermain peran dan

penafsiran.
5) Pendekatan tansaksional analysis (TA) dalam
konseling keluarga
Tujuan dasar dari TA adalah bekerja dengan
struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota
keluarga terhadap konselor. Adapun tahapan-tahapan
konselingnya, yaitu :
a)

Tahap awal, yaitu focus konseling pada

dinamika keluarga sebagai suatu sistem.


Konselor menerangkan kepada anggota keluarga
bagaimana suatu individu muncul dan
mempengaruhi anggota lain dalam suatu unit
keluarga.
b)

Tahap kedua, yaitu terjadinya proses

terapeutik dengan setiap anggota keluarga. Disini


akan terlihat dinamika individu dalam proses
konseling. Jika masing-masing anggota keluarga
telah memahami dinamika hubungan antara
meraka, maka focus kita sekarang adalah pada
keluarga sebagai suatu unit.
c) Tahap ketiga, yaitu mengadakan reintegrasi
terhadap keseluruhan keluarga. Tujuan yang
akan dicapai adalah berfungsinya anggotaanggota keluarga, baik secara independen
maupun interindependen sehingga setiap anggota

menjadi mampu berdiri sendiri dan dapat hidup


sehat dalam keluarga.
6) Aplikasi konsep-konsep psikoanalitik
Aliran psikoanalitik dalam konseling keluarga
member penjelasan tentang latar belakang kehidupan
keluarga sebagai pemahaman terhadap pola-pola
intrapsikis yang terbuka dalam konseling keluarga.
Konsep psikoanalitik mengajarkan konselor untuk
memahami ketidakfungsian pola-pola keluarga yang
telah menyebabkan isu-isu pribadi diantara ayah, ibu
dan anak gadisnya. Tantangan terbesar konselor
adalah membantu anggota keluarga agar menyadari
keadaannya dan mengambil tanggung jawab dalam
menanggulangi proyeksi dan transferensinya serta
memahami masalah keluarga yang masih berlarutlarut seandainya mereka terus-menerus berorientasi
pada kehidupan masa lalunya secara tidak sadar.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa suatu kekuatan
yang ditempuh unuk memecahkan masalah keluarga
sebagai suatu sistem dengan mencapai perubhan
struktur kepriadian kedua orangtua.
7) Konseling keluarga rational-emotive
Tujuan dari konseling ini pada dasarnya sama
dengan yang berlaku dalam konseling individual dan
kelompok. Anggota keluarga dibantu untuk melihat

bahwa mereka bertanggung jawab dalam membuat


gangguan bagi diri mereka sendiri melalui perilaku
anggota lain secara serius. Mereka didorong untuk
mempertimbangkan bagaimana akibat dari
perilakunya,pikirannya dan emosinya yang telah
membuat orang lain dalam keluarga menirunya.
Terapi Emotif Rasional (RET) mengajarkan anggota
keluarga untuk bertanggung jawab terhadap
perbuatannya dan berusaha mengubah reaksinya
terhadap situasi keluarga.
8) Aplikasi teori behavioral dalam konseling
keluarga
Konselor-konselor behavioral telah
memperluas prinsip-prinsip teori belajar sosial
terhadap konseling keluarga. Mereka mengemukakan
bahwa prosedur-prosedur belajar yang telah
digunakan untuk mengubah perilaku dapat
diaplikasikan untuk mengubah perilaku yang
bermasalah dalam suatu keluarga.
Ciri utama dari aplikasi behavioral terhadap
konseling keluarga, menurut Liberman 1981
mengungkapkan tiga bidang kepedulian teknis bagi
konselor, yakni :
a)

Kreasi dari gabungan terapeutik yang positif

b)

Membuat analisa fungsional terhadap masalah-

masalah dalam keluarga


c) Implementasi prinsip-prinsip behavioral yakni
reinforcement dan modeling dalam konteks
interaksi dalam keluarga. Dengan menggunakan
peranan gabungan terapeutik, penilaian keluarga
selanjutnya adalah melaksanakan strategi
behavioral.
9) Konsep-konsep logoterapi dalam konseling
keluarga
Konsep logoterapi terkenal setelah keluar
tulisan Frankl dalam bukunya Mans Search for
Meaning pada tahun 1962. Logoterapi bertujuan agar
klien yang menghadapi masalah dapat menemukan
makna dari penderitaannya dan juga makna
mengenai kehidupan dan cinta. Dalam konseling
keluarga, konselor sebaiknya mengusahakan agar
anggota keluarga menemukan makna yang baik
baginya dalam hubungan interpersonal. Konselor
memberikan kesempatan kepada anggota keluarga
untuk berdiskusi satu sama lain tentang masalah
mereka, kemudian dibantu menemukan makna yang
terkandung didalamnya. Makna tersebut memberikan
dorongan semangat hidup klien ke arah positif.
E. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga
Proses konseling keluarga berbeda dengan

konseling individual karena ditentukan oleh berbagai


factor seperti jumlah kliennya yang lebih dari
seorang. Relasi antar anggota keluarga amat beragam
dan bersifat emosional, dan konselo harus melibatkan
diri dalam dinamika konseling keluarga. Berdasarkan
kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan
dalam konseling keluarga, yaitu:
1.

Relasi seorang konselor dengan klien

2.

Relasi satu klien dengan klien lainnya

3.

Relasi konselor dengan sebagian kelompok

4.

Relasi konselor dengan keseluruhan anggota

keluarga
5.

Relasi antar kelompok dengan kelompok lain

Dalam konseling keluarga, konselor


diharapkan mempunyai kemampuan professional
untuk mengantisipasi prilaku keseluruhan anggota
keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas
emosional dan kepribadiannya. Konselor yang
profesional memiliki karakteristik yaitu:
a)

Ilmu konseling dan ilmu lain yang berkaitan

dengan wawasan ilmiah;


b)

Keterampilan konseling;

c) Kepribadian konselor yang terbuka, menerima


apa adanya, dan ceria.
Secara umum proses konseling berjalan

menurut tahapan berikut:


1.

Pengembangan rapport

Hubungan konseling pada tahap awal


seharusnya diupayakan pengembangan rapport yang
merupakan suasana hubungan konseling yang akrab,
jujur, saling percaya sehingga menimbulkan
keterbukaan diri klien. Upaya-upaya tersebut
ditentukan oleh aspek-aspek dari konselor, yakni
kontak mata, prilaku nonverbal (prilaku attending,
bersahabat, luwes, ramah, senyum, menerima, jujur,
penuh perhatian), bahasa lisan, atau verbal (sapaan
sesuai dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah
menyapa, senyum, dan bahasa lisan yang halus.
2.

Pengembangan apresiasi emosional

Jika semua anggota keluarga yang sedang


mengikuti anggota semua terlibat, maka akan terjadi
interaksi yang dinamik diantara mereka, serta
memiliki keinginan yang kuat untuk memecahkan
masalah mereka dan mereka mampu saling
menghargai perasaan amsing-masing. Ada 2 teknik
konseling keuarga yang efektif yaitu sculpting dan
role playing. Kedua teknik ini memberikan peluang
bagi pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan
penghargaan terhadap luapan emosi masing-masing
anggota keluarga.

3.

Pengembangan alternative modus perilaku

Pada pengembangan alternative ini, yaitu


mempraktikan temuan baru dari semua anggota
keluarga yang bisa menjadi alternative perilaku yang
baru dalam keluarga. Aplikasi perilaku tersebut
dilakukan melalui praktek di rumah. Konselor biasa
member suatu daftar perilaku baru yang akan
dipraktikan selama satu minggu, kemudian
melaporkannya pada sesi konseling keluarga
berikutnya. Tugas ini juga sering disebut pekerjaan
rumah (home assignment).
4.

Fase membina hubungan konseling

Fase ini amat penting dalam proses konseling,


dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif
ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam
membina hubungan konseling yang dilakukan dari
tahap awal dan tahap berikutnya. Secara berurutan,
proses hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a)

Konseli memasuki ruang konseling, kemudian

konselor mempersiapkan klien supaya siap


dibimbing.
b)

Tahap klarifikasi, klien mengungkapkan

alasan kedatangannya, sebelum klien


mengungkapkan harapan-harapannya.

c) Tahap struktur, konselor mengadakan kontrak,


waktu yang akan digunakan, biaya dan
kerahasiaan.
d) Tahap meningkatkan relasi atau hubungan
konseling untuk memudahkan pembinaan
bantuan kepada klien.
5.

Memperlancar tindakan positif

Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai


berikut :
a)

Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri

masalah, menetapkan tujuan konseling,


menetapkan strategi, mengumpulkan fakta,
mengungkapkan perasaan-perasaaan klien yang
lebih dalam, mengajarkan keterampilan baru,
konsolidasi, menjelajahi alternative.
b)

Perencanaan bagi klien, yang bertujuan untuk

memecahkan masalah, mengurangi perasaanperasaan menyedihkan/menyakitkan,


mengonsolidasi skil baru atau perilaku baru
untuk mencapai aktifitas diri klien.
c) Sebagai penutup, yaitu mengevaluasi hasil
konseling, menutup hubungan konseling.
D. Teknik-teknik Konseling Keluarga
Teknik Konseling keluarga dalam Pendekatan
Sistem

Pendekatan sistem yang dikemukakan oleh


Perez 1979, yaitu mengembangkan sepuluh teknik
konseling keluarga, antara lain :
a.

Mematung

b.

Bermain peran

c.

Diam

d. Konfrontasi
e.

Mengajar anggota keluarga dengan cara

bertanya
f. Mendengarkan
g.

Mengihktisarkan pembicaraan

h. Menyimpulkan
i. Menjernihkan/memperjelas pernyataan yang
samar
j. Merefleksikan perasaan klien dan ekspresi
wajah
Skil Individu yang Perlu Dikuasai oleh Konselor
Teknik yang berhubungan dengan
permahaman diri yaitu :
a.

Keterampilan mendengarkan

b.

Keterampilan memimpin

c.

Keterampilan merefleksi

d. Keterampilan menyimpulkan
e.

Keterampilan mengonfrontasi seperti

pengalaman, pendapat-pendapat,

meningkatkan konfrontasi diri, membuka


perasaan-perasaan dan memudahkan
munculnya perasaan-perasaan
f. Keterampilan menafsirkan
g.

Keterampilan menginformasikan

Keterampilan untuk menyenangkan dan


menangani ksiris. Skil ini jiga berhubungan
dengan usaha menyenangkan dan konselor
sebagai alatnya
a.

Keterampilan mengadakan kontak

b.

Keterampilan menentramkan hati klien

c.

Keterampilan untuk membuat relaks/santai

d. Meringankan krisis dengan cara mengubah


lingkungan klien
e.

Mengembangkan alternative-alternatif

dengan persepsi realistic, mengurangi


ketegangan, membuat suatu komitmen
tantangan
f. Keterampilan mereferral klien
Keterampilan untuk menngadakan
tindakan positif dan perubahan perilaku klien.
Keterampilan ini banyak diwarnai oleh aliran
behavioral atau terapi perilaku. Tujuannya, agar
setelah konseling klien mengalami perubahan
perilaku dan mampu melakukan tindakan positif.

Metode ini mempunyai karakteristik seperti


pendekatan empiric objekif terhadap tujuantujuan klien dan perubahan terhadap lingkungan
klien. Adapun keterampilan teknik yang termasuk
dalam bagian ini adalah :
a.

Modeling atau metode belajar dengan cara

mengalami/memperhatikan perilaku orang


lain
b.

Rewarding skill atau keterampilan

memberikan hadiah
c.

Contracting atau keterampilan mengadakan

persetujuan dengan lien


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Konseling Keluarga ini secara khusus
memfokuskan pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan situasi keluarga dan
penyelenggarannya melibatkan anggota keluarga.
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga,
tidak akan pernah lepas dari masalah, konflik dan
situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait
dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
sekitar. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan krisis keluarga tersebut.

Ada dengan cara tradisional dan ada pula


dengan cara modern atau yang sering disebut dengan
cara ilmiah.
Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga, cara
ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di
seluruh dunia. Ada dua pendekatan yang dilakukan
dalam hal ini, yaitu:
3) Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali
emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
4) Pendekatan kelompok, yaitu diskusi dalam
keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
B. Saran
Saya menyadari keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki, namun walaupun demikian
akan mencoba memberi saran yang mungkin akan
dapat membangun.
Diharapkan antar anggota keluarga dapat
hidup rukun, harmonis dan masalah yang timbul
dalam keluarga dapat terselesaikan dengan cara
dengan cara tradisional dan ada pula dengan
cara modern atau yang sering disebut dengan
cara ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyarini dan Mohammad, Jauhar. 2014. Dasar
Dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

S. Willis, Sofyan. 2009. Konseling Keluarga (Family


Counseling). Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai