MODUL HEMATO-ONKOLOGI
PEMICU 2
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK DISKUSI 8
Hayati
Christina Wiyaniputri
Ridhallah
Sandi Apriadi
Siti Hani Amiralevi
Hafitz Al Khairi
Andreas Theo Yudapratama
Siti Aulia Rahmah
Risa Muthmainah
Lisa Florencia
Dara Agusti Maulidya
I11112053
I11112070
I11112079
I1011131005
I1011131048
I1011131049
I1011131058
I1011131063
I1011131067
I1011131072
I1011131086
BAB I
PENDAHULUAN
Pemicu 2
Dina bayi perempuan, 6 bulan, dibawa ibunya ke dokter RS Untan dengan
keluhan pucat dan tampak lemah.
Dina diberikan ASI selama 4 bulan kemudian karena ibu melihat berat
badan Dina naik hanya sedikit setiap bulannya sehingga ibu memberikan
tambahan susu formula di usia 5 bulan.
Dina adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Kedua kakaknya selama ini sehat
dan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
Riwayat Kehamilan
Selama hamil Ibu Dina juga mengalami anemia, pada pemeriksaan darah
di Puskesmas setempat didapatkan rata-rata nilai Hb Ibu Dina dibawah 10 gr/dL
sehingga Ibu Dina dianjurkan untuk melahirkan di RS. Pasca persalinan Ibu Dina
mendapat transfusi darah merah sebanyak 2 kantong.
Riwayat Persalinan
Bayi Dina, lahir spontan pervaginam dengan berat lahir 2450 gram,
panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm dan lingkar perut
28 cm. Apgar skor bayi 7/9. Berdasarkan skor Ballard, usia gestasi bayi Dina
adalah 38-39 minggu. Ketuban putih jernih.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar yang sudah diberikan: HepB 2x, BCG 1x, DPT 2x, Polio
2x, Hib 2x.
Riwayat Nutrisi
Minum ASI ekslusif hingga usia 4 bulan kemudian mulai diberikan
tambahan susu formula sejak usia 5 bulan.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Berat lahir 2450 gram. Usia 1 bulan BB 2700 gram panjang 49 cm, usia 3
bulan BB 3900 gram dan panjang 51 cm, usia 5 bulan BB 4400 gram dan panjang
badan 52 cm.
1.2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.3.
Kata Kunci
Bayi perempuan, 6 bulan
Pucat
Tampak lemah
Riwayat ibu anemia
Splenomegali
Susu formula sejak usia 5 bulan
Berat lahir 2450 gram
Rumusan Masalah
Bayi perempuan, usia 6 bulan datang dengan keadaan pucat, tampak
1.4.
Analisis Masalah
Riwayat Kehamilan
Anemia: Hb 10g/dL
Partus: transfusi 2 kantong darah
Wanita
Riwayat Imunisasi
Hep 3x, BCG 1x, DPT 2x.
Polio 2x, Hib 2x
Bayi
bulan
(pr),
Riwayat Persalinan
Pervaginam
BL: 2450 gram, PB: 48cm,
LK: 33cm, LD: 32cm, LP: 28 cm.
Riwayat Nutrisi Fisik
APGAR:7/9, BallardPemeriksaan
score:38-39 mg
KU
ASINadi
ekslusif selama
4 bulan
: 156x/menit
Riwayat Tumbuh
Kembang
Pucat
SusuPernapasan:
formula sjk58x/menit
usia 5 bulan
0:2450 gr 2Tampak
P:48 cm
o lemah
Suhu
:
36,7
C
1:2700 gr
P:49 cm
Abdomen
3:3900
gr
P:51 cm
:Splenomegali
5: 4400 gr
P:52 cm
Anemia
Kehilangan
Darah
Perdarahan
Hemolisis
Produksi
Inadekuat
Def. Besi
Pemeriksaan
Def As.Folat
Penunjang
Anemia P.Kronik
RDW
Thalasemia
Plasma Ferritin
Intrinsik
Ekstrinsik
HPLC
Thalasemia
Infeksi/Oba
Diagnosis
Thalasemia
Tatalaksana
Edukasi
Konseling
genetik
1.5.
Hipotesis
Bayi perempuan, usia 6 bulan mengalami thalassemia dan diperlukan
pemeriksaan penunjang.
1.6.
1.
2.
3.
4.
Learning Issue
Hematopoiesis
Hemoglobin
Penyebab utama anemia pada bayi
Thalasemia
a. Definisi
h. Tatalaksana
b. Epidemiologi
i. Prognosis
c. Etiologi
j. Komplikasi
d. Faktor resiko
k. Edukasi
e. Klasifikasi
l. Pencegahan
f. Patofisiologi
g. Manifestasi klinis
h. Diagnosis
5. Anemia hemolitik
6. Anemia defisiensi besi
7. Pemeriksaan penunjang pada kasus
8. Perbedaan hasil lab thalassemia & anemia defisiensi besi (ADB)
9. Hubungan status imunokompromais dengan thalassemia
10. Konseling genetik
11. Studi kasus:
a. Interpretasi data tambahan
b. Penyebab terjadinya splenomegali
c. Status tumbuh kembang anak
d. Hubungan MPASI dengan kasus
e. Hubungan riwayat kehamilan dengan kasus
f. Pengaturan nutrisi pada kasus
Data tambahan:
Laboratorium
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Hb 7,5 gr/dL
Hematokrit 23%
Leukosit 7800/L
Eritrosit 5,3 juta/ L
MCV 68
MCH 24
MCHC 30 gr/dL
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hematopoiesis1
Sistem hematopoitik mempunyai karakteristik berupa pergantian sel
yang konstan dengan konsekuensi untuk mempertahankan populasi leukosit,
trombosit dan eritrosit. Sistem hematopoitik dibagi menjadi 3 (gambar 2.1),
yaitu:
1
2
Gam
bar 2.1 Hirarki hematopoisis. Secara skematis diperlihatkan beberapa progrenitor.1
Sel stem merupakan satu sel induk (klonal) yang mempunyai
kemampuan berdiferensiasi menjadi beberapa turunan, membelah diri dan
memperbaharui populasi sel stem di bawah pengaruh faktor pertumbuhan
hematopoitik. Hematopoitik membutuhkan perangsang untuk pertumbuhan
koloni granulosit dan makrofag yang disebut Colony Stimulating Factor
(CSF) yang merupakan glikoprotein. Dalam proses selanjutnya diketahui
regulasi hematopoisis sangat kompleks dan banyak faktor pertumbuhan yang
berfungsi tumpang tindih serta banyak tempat untuk memproduksi faktorfaktor tersebut, termasuk organ hematopoitik.
Perkembangan sistem vaskuler dan hematopoisis dimulai pada awal
kehidupan embrio dan berlangsung secara paralel atau bersamaan sampai
masa dewasa dan mempunyai hubungan dengan lokasi anatomi yang
menyokong hematopoisis tersebut (gambar 2.2).
terletak pada kromosom 11. Gen hanya aktif sampai kehamilan 8 minggu,
selanjutnya kedua gen yang letaknya berdekatan dengan gen akan
diaktifkan. Kedua gen itu membentuk rantai polipeptida yang sama, dengan
satu perbedaan yakni asam amino pada posisi 136; rantai yang satu
mengandung alanine (A) dan yang satunya lagi mengandung glycine (G)
pada posisi tersebut. Gen berikutnya yang berperan dalam membentuk
hemoglobin pada kromosom 11 ini ialah gen dan ; tetapi gen hanya
membuat rantai sebanyak 1/30 daripada rantai yang dibuat gen , sehingga
HbA2 (22) merupakan hemoglobin yang minor pada orang dewasa. Gen
dan diaktifkan sedikit pada saat gen mulai aktif pada kehamilan 6
minggu,sehingga selama dalam kehidupan intra uterin Hb A selalu ditemukan
dalam jumlah 5-10%. Pada kehamilan 35 minggu kedua rantai kegiatannya
mulai berkurang dan rantai dan mulai lebih aktif. Perubahan kadar HbF ke
HbA selesai terjadi pada usia 6 bulan, sehingga kadar normal HbA pada
dewasa akan berkisar antara 96-98% dan HbA2 kurang dari 3% sedangkan
kadar HbF kurang dari 1%.
Gambar 2.3. Perubahan tetramer hemoglobin (A) dan subunit globin (B) selama
perkembangan dari embrio sampai awal kehamilan.2
10
Gambar 2.4. Perubahan pre dan post natal dalam persentase total hemoglobin
yang ditandai oleh hemoglobin fetus (HbF)(kuning). Segitiga menandakan
produksi retikulosit postnatal pada bayi prematur, dan lingkaran menandakan
produksi darah dan retikulosit postnatal pada bayi cukup bulan.2
2.3 Penyebab utama anemia pada bayi3,4
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin atau massa sel
darah merah kurang dari jumlah normalnya sesuai umur. Kadar hemoglobin
bervariasi pada setiap umur dan kadar hemoglobin pasien harus dibandingkan
dengan kadar normalnya sesuai umur untuk mendiagnosis anemia.
11
12
13
2.4 Thalasemia
a. Definisi5
Istilah "thalassemia" mengacu pada sekelompok penyakit darah
yang ditandai dengan penurunan atau tidak adanya sintesis rantai globin
normal. Menurut rantai yang sintesis terganggu, talasemia menjadi
talasemia , , , , , atau . Kebanyakan talasemia diwariskan
sebagai sifat resesif. Dari sudut pandang klinis, jenis yang paling relevan
adalah talasemia dan a, yang diakibatkan oleh penurunan salah satu
dari dua jenis rantai polipeptida ( atau ) yang membentuk molekul
hemoglobin pada manusia dewasa yang normal.
b. Epidemiologi
14
16
biokimia
kelainan
yang
paling
mendasar
adalah
17
komponen hemolitik dari penyakit ini. Sel darah merah yang mengandung
jumlah Hb F yang lebih tinggi mempunyai umur yang lebih panjang.
Anemia yang berat terjadi akibat adanya penurunan kapasitas
pembawaan oksigen dari setiap eritrosit dan tendensi dari sel darah merah
matur (yang jumlahnya sedikit) mengalami hemolisa secara prematur.
Eritropoetin meningkat sebagai respon adanya anemia, sehingga sumsum
tulang dipacu untuk memproduksi eritroid prekusor yang lebih banyak.
Namun mekanisme kompensasi ini tidak efektif karena adanya kematian
yang prematur dari eritroblas. Hasilnya adalah suatu ekspansi sumsum
tulang yang masif yang memproduksi sel darah merah baru.
Sumsum tulang mengalami ekspansi secara masif, menginvasi
bagian kortikal dari tulang, menghabiskan sumber kalori yang sangat besar
pada umur-umur yang kritis pada pertumbuhan dan perkembangan,
mengalihkan sumber-sumber biokimia yang vital dari tempat-tempat yang
membutuhkannya dan menempatkan suatu stress yang sangat besar pada
jantung. Secara klinis terlihat sebagai kegagalan dari pertumbuhan dan
perkembangan, kegagalan jantung high output, kerentanan terhadap
infeksi, deformitas dari tulang, fraktur patologis, dan kematian di usia
muda tanpa adanya terapi transfusi. Jika seseorang memiliki 1 gen beta
globin normal, dan satu lagi gen yang sudah termutasi, maka orang itu
disebut carier/trait.
18
kelainan ini ditandai dengan adanya anemia hemolitik karena HbH tidak
bisa berfungsi sebagai pembawa oksigen. Mutasi yang terjadi pada gen
alpha globin disebut delesi.
Gambar 2.7
Gambar disamping menunjukkan bahwa kedua orang tua yang pada gen nya terda
25% normal,
25% carrier,
25% 2 gen delesi,
25% menderita HbH disease.9
Delesi 1 gen : Tidak ada dampak pada kesehatan, tetapi orang tersebut
mewarisi gen (Carier/Trait)
Delesi 2 gen : Hanya berpengaruh sedikit pada kelinan fungsi darah
Delesi 3 gen : Anemia berat, disebut juga Hemoglobin H (Hbh) disease
Delesi 4 gen : Berakibat fatal pada bayi karena alpha globin tidak dihasilk
sekali
g. Manifestasi klinis1
1. Thalassemia Beta
Hampir semua anak dengan talasemia homozigot dan
heterozigot, memperlihatkan gejala klinis sejak lahir, gagal tumbuh,
kesulitan makan, infeksi berulang dan kelemahan umum. Bayi Nampak
pucat dan didapatkan splenomegali. Pada stadium ini tidak ada tanda klinis
lain dan diagnosis dibuat berdasarkan adanya kelainan hematologi. Bila
menerima transfusi berulang, pertumbuhannya biasanya normal sampai
pubertas. Pada saat itu bila mereka tidak cukup mendapat terapi kelasi
(pengikat zat besi), tanda-tanda kelebihan zat besi mulai nampak. Bila bayi
tersebut tidak mendapat cukup transfusi, tanda klinis khas thalassemia
20
21
disebabkan
oleh
trombositopenia
maupun
kegagalan
hati
akibat
22
23
24
meningkat
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat
terjadinya ruptur.
Hiperplasia ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah
atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat
badan dalam satu tahun.
Suspensi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi
penderita thalasemia dengan lebih dari seribu penderita talasemia
mayor
berhasil
tersembuhkan
dengan
tanpa
ditemukannya
25
dihentikan.
Tumbuh kembang
Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang,
karenanya diperlukan dan pemantauan tumbuh kembang penderita.
26
transfusi
darah
yang
berulang-ulang
dapat
27
gabungan heterozigot.
Bila ibu heterozigot sudah diketahui sebelum lahir, pasangannya bisa
diperiksa dan bila termasuk karier, pasangan tersebut ditawari
diagnosis prenatal dan terminasi kehamilan pada fetus dengan
Talasemia berat. Bila populasi tersebut menghendaki pemilihan
pasangan, dilakukan penapisan premarital yang bisa dilakukan di
sekolah anak. Penting menyediakan program konseling verbal maupun
tertulis mengenai hasil penapisan Talasemia.
Alternatif lain adalah memeriksa setiap wanita hamil muda
berdasarkan ras. Penapisan yang efektif adalah ukuran eritrosit, bila MCV
dan MCH sesuai gambaran talasemia, perkiraan kadar HbA2 harus diukur,
biasanya meningkat pada talasemia . Bila kadarnya normal, pasien
dikirim ke pusat yang bisa menganalisis gen rantai . Penting untuk
membedakan talasemia o(-/) dan talasemia +(-/-), pada kasus
pasien tidak memiliki risiko mendapat keturunan talasemia o homozigot.
Pada kasus jarang dimana gambaran darah memperlihatkan talasemia
28
mendeteksi
mutasi
individual,
membuka
jalan
bermacam
29
30
31
langsung yang bereaksi terhadap antigen sel eritrosit dari golongan Rh.
Berbeda dengan IgG autoantibodi, IgM pada cold reactive antibody tidak
menimbukan kerusakan secara langsung terhadap sel retikuloendotelial
pada sistem imun.
2
Eliptositosis herediter
Eliptositosis herediter merupakan kelainan yang jarang
ditemukan dan mempunyai gambaran klinis yang sangat bervariasi.
Defek membran yang bersifat herediter ini menunjukkan adanya
defisiensi a- dan b- spektrin, serta adanya defek dari spectrin
heterodimer
self-associations
yang
menyebabkan
terjadinya
Stomatosis herediter
32
Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak
serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).
34
dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila
kekurangan besi berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong sama
sekali,
penyediaan
besi
untuk
eritropoesis
berkurang
sehingga
35
e. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus
dilakukan an-amnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti disertai
pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat tiga tahap diagnosis ADB.
36
penyebab defisiensi besi. Tahap ini sering merupakan proses yang rumit
yang memerlukan berbagai jenis pemeriksaan tetapi merupakan tahap
yang sangat penting untuk mencegah kekambuhan defisiensi besi serta
kemungkinan untuk dapat menemukan sumber perdarahan yang
membahayakan. Meskipun dengan pemeriksaan yang baik, sekitar 20%
kasus ADB tidak diketahui penyebabnya.
f. Terapi
Setelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian
terapi. Terapi terhadap anemia defisiensi besi adalah:
37
38
pada
hereditary
hemorrhagic
teleangiectasia:
(6)
39
umumnya
diklasifikasikan
sebagai
anemia
40
dan
anisopoikilositosis.
beta.
Pada
karier
b. Inklusi Hb H
Hb H dirujuk pada tetramer Hb yang tidak dapat dipecah, yang
terdiri dari 4 rantai globin . Hb H meningkat pada thalassemia dimana
penurunan produksi rantai menyebabkan kelebihan rantai . Oksidasi
41
42
43
Gambar 2.10 Gambaran darah tepi penderita thalassemia mayor yang khas20
Sedangkan pada anemia defisiensi besi (ADB), nilai indeks eritrosit
MCV, MCH dan MCHC menurun sejajar dengan penurunan kadar Hb. Jumlah
retikulosit biasanya normal, pada keadaan berat karena perdarahan jumlahnya
meningkat. Gambaran morfologi darah tepi ditemukan keadaan hipokromik,
mikrositik, anisositosis dan poikilositosis (dapat ditemukan sel pensil, sel
target, ovalosit, mikrosit dan sel fragmen). Jumlah leukosit biasanya normal,
tetapi pada ADB yang berlangsung lama dapat terjadi granulositopenia. Pada
keadaan yang disebabkan infestasi cacing sering ditemukan eosinofilia.
Jumlah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal. Trombositosis hanya
ditemukan pada penderita dengan perdarahan yang masif. Pada pemeriksaan
status besi, didapatkan kadar Fe serum menurun dan saturasi transferin
meningkat.
Tabel 2.2. Perbedaan hasil laboratorium anemia mikrositik2
44
45
Konseling genetik22
Pada konseling genetik yang di lakukan terdapat 3 hal pokok yang
terutama yang berasal dari populasi atau etnik yang berpotensial tinggi
menderita thalasemia,atau kepada mereka yang menpunyai anggota keluarga
yang berpenyakit thalasemia.Kepada pasangan tersebut perlu dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan indeks hematologis terlebih dahulu sebelum menikah
untuk memastikan apakah mereka mengemban cacat genetik thalasemia.
2.11 Studi kasus:
a. Interpretasi data tambahan23
Tabel 2.3 Interpretasi data tambaahan
Nilai yang tertera
Hb
Hematokrit
Leukosit
Eritrosit
7,5 gr/dL
23%
7800/L
5,3 juta/ L
Interpretasi
Menurun
Menurun
Normal
Normal
46
MCV
MCH
MCHC
68 fL
24 pg
30 %
72-88 fL
24-30 pg
32-36%
Menurun
Normal
Menurun
dengan
thalassemia-.
Peningkatan
level
Hb
akan
47
Normal
Pendek
Sangat pendek
(bulan)
1
3
5
(cm)
49,8-57,6
56,6-64,0
59,6-68,5
(cm)
47,8-49,7
53,5-55,5
57,4-5,96
(cm)
< 47,8
< 53,5
< 57,4
Normal
Gizi kurang
Gizi buruk
(bulan)
1
3
5
(kg)
3,2-5,5
4,5-7,5
5,4-8,8
(kg)
2,7-3,1
4,0-4,4
4,8-5,3
(kg)
< 2,7
< 4,0
<4,8
Umur 3 bulan:
Umur 5 bulan:
49
50
52
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi perempuan, usia 6 bulan mengalami thalassemia mayor.
53
DAFTAR PUSTAKA
1
54
14 Hay W.W, Hayward A.R, Levin M..J and Sandheimer J.M. Current pediatric
diagnosis and treatment 16th edition. North America : Lange medical
books/McGraw-hill, 2003.
15 National Heart, Lung, and Blood Institute. What Are Thalassemias? 2012. [dikutip
16
Mei
2016].
Diambil
dari
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-
topics/topics/thalassemia/.
16 Abetz L, Baladi JF, Jones P, Rofail D. The impact of iron overload and its
treatment on quality of life : results from a literature review. Biomed.;2006; 4:1-6.
17 Tamam.M, Pekan Cegah Thalasemia. Thalassemia. Indonesia Rotari
Internasional.; 2009:3410-20 .
18 Clarke GM and Higgins TN. Laboratory Investigation of Hemoglobinopathies and
Thalassemias: Review and Update. Clin Chem 2000; 46: 1284-90.
19 Muncie HL Jr, Campbell J. Alpha and beta thalassemia. Am Fam Physician; 2009:
80(4):339-44.
20 Chansung, Kanchana. Blood Smear Interpretation. [dikutip 15 Mei 2016].
Diambil dari Home.kku.ac.th/acamed/kanchana/bsi.html.
21 Aisyi M, Tumbelaka AR.. Pola Penyakit Infeksi pada Thalassemia Pola Penyakit
Infeksi pada Thalassemi. Sari Pediatri, 5(1), 27 33.
22 Ganie R.A,Kamaluddin N,Zakaria Z,Dalimunthe D,Hariman H,George E.
Thalassaemia gene (South-East Asian type) in Medan. International Journal of
Hematology;2002: 76 (supl 1).
23 Soedarmo SP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015.
24 Permono B, Ugrasena IDG , A Mia. Talasemia.Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak:
Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.
25 Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia. Standar antropometri penilaian
status gizi anak No 1995/MENKES/SK/XII/2010. Jakarta, 2010.
26 Wasnidar. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan Penatalaksanaan,
Jakarta: Trans Info Media; 2007.
27 Arijanty & Nasar. Masalah Nutrisi pada Thalasemia. Sari Pediatri; 2003: 5(1).
55