MODUL HEMATO-ONKOLOGI
PEMICU I
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK DISKUSI 8
Hayati
Christina Wiyaniputri
Ridhallah
Sandi Apriadi
Siti Hani Amiralevi
Hafitz Al Khairi
Andreas Theo Yudapratama
Siti Aulia Rahmah
Risa Muthmainah
Lisa Florencia
Dara Agusti Maulidya
I11112053
I11112070
I11112079
I1011131005
I1011131048
I1011131049
I1011131058
I1011131063
I1011131067
I1011131072
I1011131086
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Juleha berusia 36 tahun, datang dengan keluhan benjolan pada
payudara bagian kiri sejak 3 bulan lalu. Benjolan semakin lama
semakin membesar dengan diameter kurang lebih 4 cm. tidak ada
kelainan pada kulit payudara. Pasien hamil 4 bulan, G1P0A0. Tidak
ada keluhan sesak napas, batuk darah atau sakit tulang lainnya. Tidak
ada penurunan berat badan yang berarti.Pemeriksaan status generalis
dalam batas normal, status lokalis payudara kiri: masa ukuran 4 cm,
keras, permukaan tidak rata, batas tidak jelas. Status obstetrikus:
G1P0A0 H 16 minggu.Riwayat keluarga: Nenek dari ibu menderita
benjolan pada payudara dan sudah meninggal.Riwayat lainnya: sering
olahraga, menstruasi umur 9 tahun, makanan sehari-harinya vegetarian.
1.2 Klarifikasi dan Definisi
1.3 Kata Kunci
1. Wanita, 36 tahun
2. Benjolan di payudara kiri, 4 cm
3. G1P0A0 H 16 minggu
4. Riwayat keluarga menderita benjolan di payudara
5. Usia menarke 9 tahun
6. Massa teraba keras dan tidak rata
1.4 Rumusan Masalah
Wanita 36 tahun memiliki benjolan dengan ukuran 4 cm, keras,
permukaan tidak rata, batas tidak jelas pada payudara kiri sejak 3 bulan
lalu dan semakin membesar serta memiliki riwayat keluarga serupa.
Anamnesis:
Riwayat keluarga: nenek menderita benjolan di payudara (sudah meninggal)
Riwayat lain: sering olahraga, menarke usia 9 tahun, vegetarian
2
Pemeriksaan fisik:
Status generalis: normal
Status lokalis: benjolan payudara kiri sejak 3 bulan lalu, diameter 4 cm,
keras, permukaan tidak rata, batas tidak jelas.
Pemeriksaan penunjang:
Mamografi
Biopsi
Jinak
Ganas
Lokal
Metastasis
Diagnosis banding:
Kanker payudara
Diagnosis
Staging
Tatalaksana
Prognosis
Edukasi
1.6 Hipotesis
Wanita 36 tahun mengalami kanker payudara dalam kehamilan.
1.7 Pertanyaan Diskusi
1. Anatomi payudara
2. Histologi payudara
3. Fisiologi payudara
a. Saat tidak hamil
b. Saat kehamilan
4. Perbedaan antara tumor jinak dan tumor ganas
5. Kanker payudara (ca mammae)
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Patofisiologi
e. Manifestasi klinis
f. Faktor risiko
g. Diagnosis
h. Staging
i. Tatalaksana
j. Prognosis
k. Edukasi
l. Deteksi dini
m. Komplikasi
6. Jelaskan tentang kanker payudara dalam kehamilan
7. Jelaskan tentang peran sistem imun terhadap ca mammae
8. Jelaskan tentang fibroadenoma mammae
9. Jelaskan tentang fibrokistik mammae
10. Jelaskan tentang tatalaksana pada kasus
11. Jelaskan tentang efek samping terapi yang diberikan pada masa
kehamilan
12. Jelaskan tentang pengaruh penyakit yang diderita pasien terhadap
kehamilannya
13. Jelaskan tentang hubungan antara usia menarke terhadap kasus
14. Jelaskan tentang hubungan sering berolahraga dan vegetarian
terhadap kasus
15. Jelaskan tentang hubungan riwayat keluarga terhadap kasus
16. Bagaimana edukasi yang diberikan sesuai dengan kasus?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Payudara1
Pembentukan glandula mamaria berawal dari garis susu (milk line,
mammary ridge), suatu berkas ekstoderm permukaan yang menebal
dan terbentuk pada minggu ke-6 mudigah serta terbentang dari aksila
hingga ke regio inguinalis. Selain daerah di atas M.pectoralis major,
yaitu lokasi terbentuknya payudara (mamma), bagian lain dari garis
susu ini normalnya mengalami regresi.
Apabila dilihat dari ventral, mammae terdiri dari glandula
mammaria dan stroma fibrosa yang terisi oleh jaringan lemak.
Payudara memiliki 20 duktus kelenjar individual (lobi), masing-masing
memiliki Ductus lactiferi eferen terpisah yang bermuara ke puting
payudara (papilla mammaria). Ductus lactiferi yang bercabang berakhir
dalam kelompok-kelompok alveolus (lobuli). Sewaktu hamil, jaringan
kelenjar berubah menjadi payudara yang menyusui.
Dasar mamma terbentang daricosta II sampai VI dan dari pinggir
lateral sternum sampai lineaaxillaris media. Sebagian besar kelenjar
terletak di dalam fasciasuperficialis. Sebagian kecil,yang disebut
axillary tail, meluas ke atas dan lateral, menembus fascia profundapada
pinggir caudal m.pectoralis major, dan sampai ke axilla. Dibelakang
mamma terdapat sebuah ruang yang berisi jaringan ikatjarang disebut
spatium retromammariae.
Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus, yang tersusun radierdan
berpusat pada papilla mammaria. Saluran utama dari setiap lobus
bermuara ke puncak papilla mammaria, dan mempunyai ampulla yang
melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar papilla mammaria dikelilingi
oleh areola. Tonjolan-tonjolan halus pada areola diakibatkan oleh
kelenjar areola di bawahnya. Lobus-1obus kelenjar dipisahkan oleh
septa fibrosa yang berfungsi sebagai ligamentum suspensorium.
duktus ujung terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang
bermuara ke dalam satu duktus terminal. Setiap lobus terdapat dalam
jaringan ikat longgar. Suatu jaringan ikat yang kurang padat dan
kurang banyak mengandung sel, memisahkan lobus- lobus. Dekat
dengan muara papilla mammae, duktus laktiferus menjadi lebar dan
menjadi sinus laktiferus. Sinus laktiferus dilapisi epitel selapis gepeng
pada muara luarnya. Epitel ini berubah menjadi epitel berlapis
silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan duktus
terminal merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus sel mioepitel
yang
berhimpitan.
Jaringan
ikat
yang
mengelilingi
alveoli
mengandung banyak sel limfosit dan sel plasma. Populasi sel plasma
bertambah nyata menjelang akhir kehamilan, sel ini berfungsi
mensekresi immunoglobulin (IgA sekretorik) yang memberikan
kekebalan pasif pada neonatus.3
Struktur histologi kelenjar ini mengalami sedikit perubahan selama
siklus menstrulasi, misalnya proliferasi sel duktus di sekitar masa
ovulasi. Perubahan ini bertepatan saat ketika kadar estrogen yang
beredar mencapai puncaknya. Bertambahnya cairan jaringan ikat pada
fase premenstruasi menambah besar payudara. 3
Saat Kehamilan
Selama gestasi, kelenjar mamaria atau payudara
dipersiapkan untuk laktasi (pembentukan susu). Payudara
wanita yang tidak hamil terutama terdiri dari jaringan lemak
dan sistem duktus rudimenter. Ukuran payudara ditentukan oleh
jumlah jaringan lemak, yang tidak ada kaitannya dengan
kemampuan menghasilkan air susu.5
Dibawah pengaruh lingkungan hormonal pada masa
kehamilan, kelenjar mamaria mengembangkan struktur dan
fungsi kelenjar internal yang diperlukan untuk menghasilkan
susu. Payudara yang mampu menghasilkan susu memiliki
anyaman duktus yang semakin kecil yang bercabang dari puting
payudara dan berakhir di lobulus. Setiap lobulus terdiri dari
sekelompok kelenjar mirip kantung yang dilapisi oleh epitel dan
menghasilkan susu serta dinamai alveolus. Susu dibentuk oleh
sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu
dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke
permukaan puting payudara.5
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong
perkembangan ekstensif duktus, sementara progesteron kadar
tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan
konsentrasi prolaktin (hormon hipofisis anterior yang dirangsang
oleh peningkatan kadar estrogen) dan human chorionic
somatomammotropin (suatu hormon plasenta yang
memiliki
mencegah
laktasi
dengan
menghambat
efek
plasenta
berkadar
tinggi
tersebut
merangsang
estrogen
dan
progesteron
menyebabkan
seluruh
areola
mammae
karena
hiperpigmentasi.
11
mengisyaratkan
bahwa
tumor
tersebut
tetap
Etiologi6
12
endogen
(estradiol
&
progesteron)
apabila
imun terutama
limfosit T
menyebabkan
Epidemiologi
Ca mammae merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang
diderita kaum wanita setelah ca serviks. Amerika utara dan
Eropa memiliki angka insiden ca mammae yang lebih tinggi
daripada Asia. Di Amerika Serikat ca mammae merupakan 32
% dari seluruh jumlah kanker pada wanita. Diperkirakan 1
diantara 8 wanita di Amerika Serikat ( 12,8%) mengidap
karsinoma payudara selama hidupnya. (Ibrahim, 2010). Belum
ada data yang akurat untuk insiden ca mammae di masyarakat
13
Patofisiologi
Kanker payudara merupakan penyakit klonal; sebuah sel
yang bertransformasi (produk dari rangkaian mutasi germ-line
atau somatik (didapat) yang selanjutnya dapat mengekspresikan
potensi keganasan. Tidak lebih dari 10% kanker payudara
dihubungkan secara langsung terhadap mutasi germ-line.
Beberapa gen berkaitan dengan faktor keturunan. Sindrom LiFraumeni dikarakteristikkan oleh mutasi pada gen tumor
supresor p53 yang diturunkan, yang meningkatkan insidens
kanker payudara, osteosarcoma dan keganasan lainnya. Mutasi
PTEN yang diturunkan juga dilaporkan terjadi pada kanker
payudara.13
Gen tumor supresor lainnya seperti BRCA-1 telah
diidentifikasi pada lokus 17q21; gen ini mengkode protein zinc
finger dan produknya yang berfungsi sebagai faktor transkripsi.
Gen ini berhubungan dengan perbaikan gen. Wanita yang
mewarisi alel gen yang termutasi memiliki peluang 60-80%
mengidap kanker payudara dan 33% peluang mengidap kanker
ovarium. Sebaliknya pada laki-laki, meningkatkan insidens
kanker prostat dan payudara. Gen keempat, BRCA-2, pada
kromosom 13q12, juga dihubungkan dengan peningkatan
insiden kanker payudara pada laki-laki dan wanita.13
Peningkatan ekspresi onkogen dominan memainkan peranan
sekitar seperempat kasus kanker payudara. Produk gen ini
adalah, anggota superfamily reseptor faktor pertumbuhan
epidermal yang disebut erbB2 (HER/ 2 neu) dan diekspresikan
berlebihan pada kanker payudara oleh amplifikasi gen.13
14
ERBB2
(HER2/NEU)
yang
diketahui
epidermis
dan
ekspresi
berlebihannya
berperan
penting.
Estrogen
merangsang
mungkin
berinteraksi
dengan
promoter
dikeluarkan
oleh
sel
kanker
payudara
untuk
15
estrogen eksogen.14
Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala dari kanker payudara, yaitu:15
1) Timbul benjolan
Benjolan pada payudara dapat diraba dengan tangan.
Semakin lama benjolan ini akan semakin mengeras dan
bentuknya tidak beraturan. Gejala awalnya dapat dirasakan
berbeda dengan payudara sekitarnya serta terkadang
menimbulkan nyeri sehingga memiliki pinggiran yang tidak
teratur.
2) Bentuk dan ukuran atau berat salah satu payudara berubah
3) Tahapan benjolan per stadium
Pada awal stadium benjolan jika didorong dengan
menggunakan jari maka benjolan bisa digerakan dengan
mudah oleh kulit. Pada stadium lanjut benjolan biasanya
melekan pada dinding dada dan kulit sekitarnya. Dengan ini
bisa menyebabkan pembengkakan pada kulit dan ada luka di
kulit payudara.
4) Timbul benjolan kecil dibawah ketiak
5) Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu
Biasanya keluar cairan yang tidak normal dari puting
susu berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin
juga bernanah, perubahan pada warna atau tekstur kulit
pada payudara, puting susu maupun areola, payudara
tampak kemerahan, kulit disekitar puting susu bersisik,
puting susu tertarik kedalam atau terasa gatal, nyeri
payudara atau pembengkan salah satu payudara. Bentuk dan
arah puting juga berubah misalnya puting susu tertekan ke
dalam.
6) Kulit payudara mengkerut seperti kulit jeruk (peau
deorange)
16
Faktor Risiko17
Sejumlah besar faktor risiko untuk kanker payudara telah
diidentifikasi. Tabel 1 membagi ini menjadi beberapa kelompok
beserta risiko relatif yang ditimbulkan oleh masing-masing.
Tabel 2.1. Faktor risiko kanker payudara
Faktor
Fator risiko yang cukup berpengaruh
Geografis
Umur
Riwayat keluarga
Saudara dengan kanker payudara
Premenopausal
Premenopausal dan bilateral
Postmenopausal
Postmenopausal dan bilateral
Riwayat menstruasi
Risiko relatif
Bervariasi
> 30 tahun
1,2-3,0
3,1
8,5-9,0
1,5
4,0-5,4
17
1,3
1,5-2,0
1,5
1,9
2,0-3,0
3,0
1,6
> 2,0
6,9-12,0
2. Variasi geografis
Perbedaan tingkat insiden dan kematian akibat kanker
payudara telah dilaporkan dari berbagai negara. Risiko
terjadinya penyakit ini secara signifikan lebih tinggi di
Amerika Utara dan Eropa Utara daripada di Asia dan Afrika.
Misalnya, kejadian dan kematian akibat penyakit ini lima
kali lebih tinggi di Amerika Serikat daripada di Jepang.
Perbedaan-perbedaan ini tampaknya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan daripada faktor genetik, karena pendatang dari
wilayah dengan angka kejadian yang rendah ke wilayah
dengan tingkat kejadian yang tinggi cenderung untuk
18
yang
terjadi
pada
terapi
penggantian
sampai
30%
dari
wanita
yang
menjalani
19
Diagnosis18
1. Anamnesis
A. Keluhan Utama
- Benjolan di payudara
- Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
- Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
- Kelainan kulit, dimpling, peau dorange, ulserasi,
venektasi
- Benjolan ketiak dan edema lengan
B. Keluhan Tambahan
- Nyeri tulang (vertebra, femur)
- Sesak dan lain sebagainya
2. Pemeriksaan fisik
A. Status generalis (Karnofsky Performance Score)
B. Status lokalis :
- Payudara kanan atau kiri atau bilateral
- Massa tumor :
Lokasi
Ukuran
Konsistensi
Bentuk dan batas tumor
Terfiksasi atau tidak ke kulit, m.pectoral atau
-
dinding dada
Perubahan kulit
Kemerahan, dimpling, edema/nodul satelit
Peau de orange, ulserasi
Perubahan puting susu/nipple
Tertarik
Erosi
Krusta
Discharge
20
konsistensi,
3. Laboratorium
Dianjurkan:
- Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia
-
mammografi
Foto toraks
USG Abdomen
Atas indikasi:
-
intraabdomen
namun
tidak
terdeteksi
residu
Pemeriksaan MRI untuk kasus dengan kecurigaan
ca mammae intraduktal
- PET CT Scan
5. Pemeriksaan Patologi
21
A. Sitologi
dianjurkan.
Menentukan
lumpektomi.
Menentukan status sentinel-node
Sediaan parafin rutin dengan pulasan HE
tepi
sayatan
pada
BCT/
factor
HER2
(Humen
Epidermal
( meragukan).
Staging19
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem
Klasifikasi TNM American Joint Committee on Cancer
(AJCC)2002, dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2 sebagai
berikut:
23
N2
Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.
N2a
Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain
(matted) atau terfiksir pada struktur lain
pN2a
4-9 KGB aksila
N2b
Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara
klinis dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
pN2b
KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
N3
Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang
terdekteksi secara klinis dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna
N3a
Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a
10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b
Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
pN3b
KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3
KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui
sentinel node biopsy namun tidak terlihat secara klinis
N3c
Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c
KGB supraklavikula
Metastasis Jauh (M)
Mx
Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0
Tak ada metastasis jauh
M1
Terdapat Metastasis jauh
Stage IIIB
Stage IIIC
Stage IV
2.5.9
T
Is
1b
0
1b
0
1b
2
2
3
0
1b
2
3
3
4
4
4
Setiap T
Setiap T
Klasifikasi TNM
N
0
0
N1mi
N1mi
1c
1c
0
1
0
2
2
2
1
2
0
1
2
3
Setiap N
M
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Tatalaksana
24
25
limfe
sentinel
adalah
terminal
pertama
26
Cyclophosphamide,
Metotrexate
dan
5-
hormonal
paliatif
dilakukan
pada
penderita
luas
kosmetik
Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS) atau lobular
atau skleroderma
Memiliki alat radiasi yang adekuat
adjuvant,
dengan/tanpa
hormonal,
preoperasi
dengan/tanpa
operasi
dengan/tanpa
28
29
30
mammografi.
Wanita
dengan
risiko
tinggi
31
Pemeriksaan
32
33
34
kelenjar
getah
bening
regional
dengan
metastasis
pada
trimester
kedua
dan
ketiga.
Siklofosfamid,
35
sebagai
sedangkan
makrofag
menggunakan
cara
fagositosis.
36
immunologicalescape yaitu
suatu keadaan dimana sel kanker luput dari pengawasan sistem imun.
Sel kanker akan menetralkan sistem imun dengan cara menghindari
deteksi dan mencegah respon imun, sehingga terjadilah kanker.
Penderita kanker sendiri juga mengalami supresi imun dan modalitas
terapi kanker juga mempengaruhi sistem imun itu sendiri.
2.8 Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama
terdapat pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause.
Fibroadenoma adalah kelainan pada perkembangan payudara normal
dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan
payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang melapisi
saluran air susu di payudara.25
Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan
mutasi merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di
jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel
yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang membentuk lobuslobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang
menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut
anaplasia. Dengan rangsangan estrogen FAM ukurannya akan lebih
meningkat hal ini terlihat saat menstruasi dan hamil.26
Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan tempat
pertumbuhan FAM. Karena FAM tumor jinak makap engobatan yang
dilakukan
adalah
dengan
mengangkat
tumor
tersebut,
untuk
mengetahui apakah tumor itu ganas atau tidak tumor yang sudah di
ambil akan di bawa ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih
lanjut.26
Gejala klinis dari FAM adalah:27
1. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala
ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat digerakkan,
37
dapat
diberikan
setelah
trimester
pertama.
Mengingat ibu mungkin memiliki harapan hidup terbatas (5year survival rate pasien kanker payudara pada kehamilan
stadium III dan IV adalah 10%), dan kemungkinan besar
kerusakan janin akan terjadi selama terapi pada trimester
39
Terapi
radiasi
selama
kehamilan
diketahui
infeksi
saat
melahirkan.Terapi
hormon
(tamoxifen,
pertuzumab,
adotrastuzumab
emtansine
dan
40
kelenjar
pada
payudara
yang
akan
menyebabkan
41
dari
beberapa
anggota
keluarga.
gen
yang
42
43
BAB III
KESIMPULAN
Wanita, 36 tahun, G1P0A0 H 16 minggu mengalami kanker payudara.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, R.R, Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, Jakarta; EGC, 2011.
2. Junqueira, L. C. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
Histology Dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta; EGC, 2007.
3. Mescher AL. Junquieras Basic Histology. 13th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc.; 2013.
4. Guyton, A.C. and Hall, J.E. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders; 2006.
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 6. Jakarta :
EGC, 2014.
6. Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC. 2004.
7. Simkin, Penny. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi.
Jakarta:Arcan. 2008.
8. Diane M. Frasser. Buku Ajar Bidan Myeles. Jakarta: EGC. 2009.
9. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
2008.
10. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. Edisi 7. Jakarta:
EGC; 2007
11. Desen, W. Buku ajar onkologi klinis Edisi ke-2. diterjemahkan oleh:
Japaries, W. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011 (pp. 365-383).
12. Azamris. Analisis Faktor Risiko pada Pasien Kanker Payudara di
Rumah
Sakit
Dr.
M.Djamil
Padang.
Jurnal Cermin
Dunia
45
46
Cama
Dixon,
J,M.
Breast
cancer-
Diambil
dari:
http://www.nationalbreastcancer.org/breast-
cancer-and-pregnancy.
47